Anda di halaman 1dari 35

REFARAT

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM


KESEIMBANGAN SERTA KELAINAN
NYA

Disusun Oleh :
Deny Guslipta Nesiandeka
17360306

Dokter Pembimbing
dr. Halomoan Saragi, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SYARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 1
2.1. Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh ......................... 2
2.1.1. sistem vestibular ......................................................................... 2
2.1.2. sistem optic.................................................................................. 7
2.1.3. sistem somatosensoris.................................................................. 10
2.1.4. serebelum ................................................................................... 12
2.2. Pemeriksaan Pada Sistem Keseimbangan......................................... 13
2.3. Kelainan Pada Sistem Keseimbangan .............................................. 20
2.3.1.Vertigo.......................................................................................... 20
2.3.2.Menierre....................................................................................... 22
2.3.3.Ataxia........................................................................................... 24

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25


3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan individu
dalam melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain fleksibilitas (fleksibility),
keoordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurance).
Keseimbangan yang baik akan memungkinkan seseorang melakukan aktivitas
atau gerak yang efektif dan efisien dengan risiko jatuh yang minimal. Dimana
tubuh mampu mempertahankan posisinya dalam melawan gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan
bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium


baik statis maupun dinamis ketika tubuh ditempatkan pada berbagai posisi
(Delitto, 2003). Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh
dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh
berubah posisi. Statis equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga
keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki atau
berdiri di atas balance board. Dinamik equilibrium adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan posisi pada waktu bergerak. Keseimbangan bukanlah
kualitas 10 yang terbatas, namun mendasari kapasitas kita untuk melakukan
berbagai kegiatan yang merupakan bagian kehidupan sehari-hari.

Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari sistem


somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal,
otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap
respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur
meliputi basal ganglia, cerebellum, dan area assosiasi (Batson, 2009).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas
dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh


2.1.1. Anatomi Vestibuler

Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan

Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi


mata dan alat perasa pada tendon dalam. Terdapat tiga sistem yang mengelola
pengaturan keseimbangan tubuh yaitu sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan
sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus
vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os
temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis
(alat keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin
membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua
cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan.4

2
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang
kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus
dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan
atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut
dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang
berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi
endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus.4
Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis
kedelapan (yaitu,nervus vestibularis, bagian nervus vestibulokokhlearis), dan
nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di
dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tigan
kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh
rongga kecil yang terisi dengan perilimf; organ membranosa itu sendiri berisi
endolimf. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar
(ampula) mengandung organ reseptor yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan.

Gambar 2. Organ pendengaran dan keseimbangan

3
Gambar labirin :

Gambar 3. Organ pendengaran dan keseimbangan (labirin)

Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis


semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis
lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior
sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak
lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 450 terhadap garis
tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan kanalis
semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis
semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal).
Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan
utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk
membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis.

4
Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa
yangmemanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit.
Pergerakan endolimf di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut
sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor
pergerakan). 4
Utrikulus dan sakulus mengandung organ resptor lainnya, makula utrikularis
dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan
dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial
sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana gelatinosa yang
mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut ditopang
oleh sel-sel penunjang. 4
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala
terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada
tonus otot. Implus yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen
lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot ekstraokular,
leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap
jenis pergerakan kepala.4
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus
vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus;
mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel
resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral membentuk nervus
vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang kemudian
melintasi kanalis auditorius internus, menmbus ruang subarakhnoid di
cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis.
Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak
di dasar ventrikel keempat. 4

5
Fisiologi Keseimbangan

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut,
reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50%
disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah
propioseptik.2
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membrane yang terdapat didalam vestibilum labirib tulang.
Labirin kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis
terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula.
Didalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor
keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut
kupula.5
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa didalam labirin dan selanjutnya silia sel rambut menekuk.
Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk kedalam sel yang menyebabkan implus sensoris melalui saraf

6
aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang
berlawanan, maka terjadilah hiperpolarisasi.5
Organ vestibuler brefungsi sebagai transuder yang mengubah energy
mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa didalam kanalis
semisirkularis menjadi energy biolistrik, sehingga dapat member informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan sudut.5
Sistem vestibuler berhubungan dengan system tubuh lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada tubuh yang bersangkutan. Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mula dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat.

Jaras Vestibular

7
2.1.2. Sistem Optic

Gambar 4. Anatomi mata

8
Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan
manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya. Dengan input
visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi
dilingkungan sehingga system visual langsung memberikan informasi ke otak,
kemudian otak memerikan informasi agar system musculoskeletal (otot & tulang)
dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

Bagian-bagian pada organ mata bekerja sama mengantarkan cahaya dari


sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf. Bagian-bagian
tersebut adalah:

 Kornea mata (selaput bening), berfungsi untuk menerima cahaya dari


sumber cahaya dan meneruskannya ke bagian mata yang lebih dalam dan
berakhir di retina. Sifatnya tidak berwarna (bening) dan tidak punya
pembuluh darah. Bila terjadi kerusakan maka dapat menyebabkan
kebutaan.
 Iris (selaput pelangi), terletak di tengah-tengah bola mata, dibelakang
kornea. Warna iris dipengaruhi oleh jenis ras atau bangsa.
 Pupil (anak mata), berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang
masuk. Dengan demikian cahaya tidak terlalu banyak (menyilaukan) atau
terlalu sedikit (redup). Fungsi anak mata atau pupil sama dengan fungsi
diafragma pada alat potret (kamera). Sifatnya jika cahaya teralalu banyak,
pupil akan mengecil. Tapi apabila cahaya terlalu sedikit, pupil akan
membesar. Pupil adalah celah bulat yang ada di tengah-tengah iris.
 Lensa mata, berfungsi untuk memfokuskan dan meneruskan cahaya yang
masuk ke mata agar jatuh tepat pada retina (selaput jala). Dengan
demikian, mata dapat melihat dengan jelas. Selain itu lensa juga punya
fungsi untuk mencembung dan memipih untuk memfokuskan jatuhnya
cahaya. Letak lensa ini terletak di tengah-tengah bola mata, yaitu di
belakang anak mata (pupil) dan selaput pelangi. Sifatnya bila kita
mengamati benda letaknya dekat, maka mata berakomodasi dengan kuat.
Akibatnya, lensa mata menjadi lebih cembung, dan bayangan dapat jatuh

9
tepat di retina. Namun sebalinya apabila kita mengamati benda yang
letaknya jauh, maka mata tidak berakomodasi. Akibatnya, lensa mata
berbentuk pipih. Kemampuan lensa mata untuk mengubah
kecembungannya ini disebut daya akomodasi.
 Badan bening, fungsinya untuk meneruskan cahaya yang telah melewati
lensa. Cahaya itu selanjutnya disampaikan ke selaput jala. Letak badan
bening adalah di belakang lensa, bentuknya seperti agar-agar.
 Retina (selaput jala), adalah bagian yang paling peka terhadap cahaya.
Khususnya bitik kuning. Retina berfungsi menangkap dan meneruskan
cahaya dari lensa ke saraf mata. Di dalam selaput jala terdapat ujung-ujung
saraf penerima, letaknya merupakan selaput yang terletak paling belakang.
 Saraf mata, atau saraf optik ini berfungsi untuk meneruskan rangsang
cahaya ke otak. Informasi-informasi yang dibawa oleh saraf nantinya akan
diproses di otak. Dengan demikian kita dapat melihat suatu benda.

Sistem visual merupakan kontributor utama dalam keseimbangan tubuh,


memberikan informasi tentang lingkungan, lokasi, arah, serta kecepatan gerakan
suatu individu. Dikarenakan banyak refleks postural dipicu oleh sistem vestibular
juga bisa dipicu oleh stimulasi, penglihatan dapat mengkompensasi hilangnya
beberapa fungsi vestibular. Pada sebagian besar individu yang sangat tua
penglihatan juga terdegradasi dan memberikan informasi yang buram ataupun
terdistorsi, sehingga ketajaman visual yang buruk berkorelasi dengan tingginya
frekuensi jatuh yang dialami oleh manula.

Meskipun sistem penglihatan telah lama diketahui sebagai sistem utama


dalam keseimbangan, harus ditekankan bahwa seseorang dapat berdiri tegak
dalam waktu yang lama dalam gelap. Akan tetapi, penelitian telah menunjukkan
kemiringan tubuh lateral yang spontan sangat berkurang jika dalam kondisi gelap
tersebut diletakkan sebuah objek yang tegak dengan sebuah lampu dioda kecil
ditempelkan pada objek tersebut. Dengan demikian, stabilitas postural meningkat
apabila terdapat peningkatan lingkungan dan rangsang visual. Selain itu, terdapat
pula parameter lain yang berkontribusi terhadap kontrol postur secara visual,
diantaranya adalah ukuran objek dan lokalisasi, disparitas binokuler, pergerakan

10
visual, akuitas ketajaman visual, kedalaman lapang pandang depth of field, serta
frekuensi spasial. Pandangan perifer memiliki peran yang lebih penting dalam
menjaga posisi berdiri yang stabil bila dibandingkan dengan pandangan sentral.
Studi yang dilakukan oleh Berenesi, Ishihara dan Inanaka menunjukkan stimulasi
visual terhadap pandangan perifer dapat mengurangi kemiringan postural pada
arah stimulus visual yang diobservasi pada bidang anteroposterior, yang lebih
baik jika dibandingkan dengan bidang medial-lateral. Para peneliti menyimpulkan
bahwa pandangan perifer bekerja pada bingkai penglihatan yang berpusat pada
subjek
yang melihat. Dengan demikian, pandangan perifer digunakan baik untuk
stabilisasi visual kemiringan tubuh yang spontan maupun kemiringan tubuh
terinduksi visual karena ukuran bidang pandang yang distimulasi dan
dimanipulasi daripada spesialisasi fungsional pandangan perifer untuk kontrol
postural.
Terdapat dua hipotesis yang mencoba menjelaskan bagaimana seseorang menjaga
stabilitas saat terdapat pergerakan mata, yaitu teori inflow dan outflow.
Teori inflow menjelaskan bahwa reseptor proprioseptif pada otot ekstraokuler
memberikan informasi mengenai posisi dan perpindahan mata dalam orbit,
sedangkan teori outflow menjelaskan bahwa percabangan outflow neural atau
sebuah salinan eferens menginformasikan sistem saraf pusat untuk menjaga
konsistensi visual.

11
Jaras Optic

12
2.1.3. Sistem Somatosensori (Tactile & Proprioceptive).

Gambar 5. Sistem Somatosensori

Sistem Somatosensori mempunyai beberapa neuron yang panjang dan saling


berhubungan satu sama lainnya yang mana Sistem Somatosensori memiliki tiga
neuron yang panjang yaitu : primer, sekunder dan tersier (Pertama, Kedua, dan
Ketiga). a. Primer Neuron (Pertama) memiliki badan sel pada dorsal root ganglion
didalam saraf spinal (area sensasi berada pada daerah kepala dan leher), dimana
bagian ini akan menjadi suatu terminal dari ganglia saraf trigeminal atau ganglia
dari saraf sensorik kranial lainnya). b. Second Neuron (kedua) dimana neuron ini
berada di medulla spinalis dan brain stem dan meiliki sel tubuh yang baik. Akson
neuron ini naik ke sisi berlawan di medulla spinalis dan brain stem, (Akson dari
banyak neuron berhenti pada bagian thalamus (Ventral Posterior nucleus, VPN),
dan yang lainnya pada system retikuler dan cerebellum. c. Third neuron (ketiga)

13
Dalam hal sentuhan dan rangsangan nyeri, neuron ketiga memiliki tubuh sel
dalam VPN dari thalamus dan berakhir di gyrus postcentralis dari lobus parietal.
Sistem somatosensori tersebar melalui semua bagian utama tubuh mamalia (dan
vertebrata lainnya). Terdiri dari reseptor sensori dan motorik (aferen) neuron di
pinggiran (kulit, otot dan organ-organ misalnya), ke neuron yang lebih dalam dari
sistem saraf pusat. Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam
yang terdiri dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas
sensorik seperti 16 sentuhan, temperatur, proprioception (posisi tubuh), dan
nociception (nyeri). Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka,
tulang dan sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Informasi propriosepsi
disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus (Willis Jr, 2007).
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung
pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra
tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan
ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain ,
serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

14
Jaras Somatosensori

15
2.1.4. Serebelum ( Otak Kecil)

Gambar 6. Serebelum

16
Serebelum atau otak kecil merupakan bagian otak terbesar kedua yang terletak
tepat dibawah bagian posterior serebrum dibawah lobus oksipitalis dan melekat ke
punggung bagian atas batang otak. Fissura transfersal memisahkan serebelum
dari serebrum (Soedjono, 1988: 149).

Otak kecil menerima informasi sensoris tentang posisi persendian dan panjang
otot, serta masukan dari sistem auditori (pendengaran) dan visual. Otak kecil
penting dalam keseimbangan, perencanaan, dan pelaksanaan gerakan yang
disadari. Terutama yang berhubungan dengan aktifitas motorik, tetapi tidak
mempunyai pengaruh langsung pada saraf eferen motor. Fungsinya secara tidak
langsung mengubah output sistem motor utama otak.
Otak kecil juga memonitor perintah motorik yang dikeluarkan oleh serebrum.
Informasi dari serebrum pertama-tama melewati pons dan menuju ke serebelum.
Serebelum mengintegrasikan informasi ini saat melakukan koordinasi dan
pemeriksaan kesalahan selama fungsi motorik dan perseptual. Serebelum juga
berfungsi mempelajari dan mengingat keahlian motorik.

Otak kecil terdiri dari tiga bagian yang secara fungsional terpisah, yaitu:
(a) Vestibuloserebelum, penting dalam menjaga keseimbangan dan mengontrol
gerakan mata.

(b) Spinoserebelum, berfungsi meregulasi gerakan otot dan mengkoordinasi


gerakan sadar yang terlatih. Spinoserebelum secara esensial berperan sebagai
middle management, membandingkan perintah dari pusat yang lebih tinggi
dengan penampilan otot, dan kemudian mengkoreksi kesalahan-kesalahan atau
penyimpangan dari gerakan yang semestinya.

(c) Serebroserebelum, bereperan dalam merencanakan dan memulai aktivitas


sadar dengan memberikan input kepada daerah korteks motor. Bagian otak
kecil ini merupakan daerah yang terlibat dalam prosedur mengingat.

17
Jaras serebelum

18
2.2. Pemeriksaan Test Keseimbangan Tubuh

Pemeriksaan fisik meliputi


1. Romberg’s sign
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada
sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak
berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness (tidak hanya
erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia,
atau cerebrovascular event3.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita
akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.

19
Gambar 1.Uji Romberg

2.Tes Tandem Gait

 Pasien diminta berjalan disebuah garis lurus dengan menempatkan tumit di


depa jari kaki sisi yang lain secara bergantian
 Pada kelainan serebelar: pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan
jatuh ke satu sisi
 Pada kelainan vestibular: pasien akan mengalami deviasi ke sisi lesi.

20
Gambar 2. tes tandem gait

3.Tes fukuda

 Pemeriksa berada di belakang pasien


 Tangan diluruskan ke depan, mata pasien ditutup
 Pasien diminta berjalan ditempat 50 langkah
 Tes fukuda dianggap tidak normal bila terdapat deviasi ke satu sisi > 30 o
atau maju/mundur > 1 meter.
 Tes fukuda menunjukkan lokasi kelainan di sisi kanan atau kiri.

Gambar 3. Tes fukuda

21
4.Tes past pointing

 Pasien diminta duduk dan mengangkat satu tangan dengan jari mengarah
ke atas
 Jari pemeriksa diletakkan di depan pasien
 Pasien diminta dengan ujung jarinya menyentuh ujung jari pemeriksa
beberapa kali dengan mata terbuka
 Setelah itu lakukan dengan cara yang sama dengan mata tertutup
 Ketika mata tertutup, jari pasien akan deviasi ke arah lesi : menunjukan
kelainan di vestibular
 Ketika terjadi hipermetri atau hipometri : menunjukkan kelainan serebelar.

Gambar 4. Tes past pointing

22
5. finger nose finger test

Uji Finger-to-Nose mengukur gerakan ekstremitas atas yang terkoordinasi dan


terkoordinasi dengan memiliki teliti menyentuh ujung hidungnya dengan jari
telunjuknya. Pada satu variasi tes, pemeriksa mengulurkan jarinya, tentang jarak
lengan dari pasien. Pasien diinstruksikan untuk menyentuh jari pemeriksa, lalu
hidungnya sendiri. Setelah beberapa percobaan sukses, pasien kemudian diminta
untuk mengulangi tindakan lebih cepat. Memindahkan jari target bisa
meningkatkan kesulitan tugas.

Tes ini merupakan bagian dari pemeriksaan neurologis yang komprehensif. Hal
ini biasanya digunakan sebagai bagian dari pengujian koordinasi. Pemeriksa
mencari bukti adanya tremor niat atau dysmetria. Dysmetria dibuktikan dengan
kesulitan dalam mengendalikan rentang pergerakan.Dysmetria dapat
mengakibatkan undershooting atau overshooting rangsangan target (yaitu, jari
pemeriksa dan / atau hidung peserta ujian). Kerusakan pada serebelum dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang.

23
6. Test Diadolokinesis

Pasien diminta untuk menggerakkan kedua tangannya bergantian pronasi dan


supinasi dalam posisi siku diam dengan cepat. Pemeriksaan ini dilakukan baik
dengan mata terbuka maupun tertutup. Pada pasien dengan gangguan serebelum
atau lobus frontalis, gerakan pasien akan melambat atau menjadi kikuk.

Gambar 6. Tes diadokokinesis

24
2.3 Kelainan Pada Sistem Keseimbangan

2.3.1 Vertigo

PATOFISIOLOGI VERTIGO

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan


ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem
optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei
vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.

Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal,
informasi yang tiba di pusat integrasi alatkeseimbangan tubuh berasal dari
reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan,
jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di
perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan


cairan endolimfa didalam labirin dan selanjutnya silia sel rambut menekuk.
Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk kedalam sel yang menyebabkan implus sensoris melalui saraf

25
aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang
berlawanan, maka terjadilah hiperpolarisasi.5

26
27
2.3.2 Menierre

Patofisiologi
Penyakit Meniere disebabkan oleh penumpukan cairan dalam kompartemen dari
telinga bagian dalam, yang disebut labirin. labirin berisi organ keseimbangan
(saluran setengah lingkaran dan organ otolithic) dan pendengaran (koklea). Hal ini
memiliki dua bagian: labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran diisi
dengan cairan yang disebut endolymph, di organ keseimbangan, merangsang
reseptor sebagai benda bergerak. Reseptor kemudian mengirimkan sinyal ke otak
tentang posisi tubuh dan gerakan. Pada koklea, cairan yang dikompresi dalam
merespon suara getaran, yang merangsang sel-sel indera yang mengirimkan sinyal
ke otak. Pada penyakit Meniere, penumpukan endolymph di labirin mengganggu
sinyal keseimbangan dan normal pendengaran antara telinga bagian dalam dan
otak. Kelainan ini menyebabkan gejala vertigo dan lain dari penyakit Meniere.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga tengah yang abnormal yang disebabkan oleh
malapsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Namun, ada bukti menunjukkan bahwa
banyak orang yang menderita penyakit Meniere mengalami sumbatan pada duktus
endolimfatikus. Apapun penyebabnya, selalu terjadi hidrops endolimfatikus, yang
merupakan pelebaran ruang endolimfatikus. Baik peningkatan tekanan dalam
sistem ataupun ruptur membran telinga dalam dapat terjadi dan menimbulkan
gejala Meniere.

28
29
30
2.3.3 Ataxia

Patofisiologi

Penyebab dari ataksia tersebut belum diketahui pasti namun ataksia juga dapat
terjadi melalui factor genetic. Gangguan yang dihasilkan ataksia menyebabakan
bagian dari otak yaitu terjadi melalui factor genetic. memburuk atau atrofi dan
kemungkinan urat syaraf tulang belakang(spinal cord) sangat berpengaruh.
Ataksia disebabkan kemunduran jaringan saraf pada urat saraf tulang belakang
(spinal cord) dan saraf yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki.
Urat saraf menjadi tipis dan sel-sel saraf kehilangan serabut myelin yang
berfungsi sebagai penghantar impuls. Ataksia menyebabkan degenerasi pada sel
cerebellum, spino sereberal dan saraf lengan dan kaki jika cereberlum terjadi
kerusakan maka akan menimbulkan tidak adanya koordinasi gerak tangan, kaki .
Juga berpengaruh pada kemampuan berbicara selain itu juga akan memperlambat
pergerakan mata. Ataksia juga tidak hanya mempengaruhi oto-otot ekstremitas
sajas juga dapat mempengaruhi kerja jantung sehingga jantung tidak bisa bekerja
dengan maksimal.

31
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan individu dalam
melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain fleksibilitas (fleksibility),
keoordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurance).
Keseimbangan yang baik akan memungkinkan seseorang melakukan aktivitas
atau gerak yang efektif dan efisien dengan risiko jatuh yang minimal. Dimana
tubuh mampu mempertahankan posisinya dalam melawan gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang
dengan bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh
lain bergerak.
2. Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi
mata dan alat perasa pada tendon dalam.
3. Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu
sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary

care, Journal : BJMP 2010;3(4):a351.

2. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and

vestibular migraine. Journa l of Nerology 2009:25:333-338.

3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo . Journal : American Family

Physician January 15, 2006 Volume 73, Number 2.

4. Wibowo, Daniel S. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. .Singapore : Elsevier.

5. Arsyad Soepardi, Efiaty, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

tenggorokan Kepal & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

6. http://blogpsikologi.blogspot.co.id/2015/09/mekanisme-sistem-visual-
dan-gangguan.html

33

Anda mungkin juga menyukai