Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 2

PERCOBAAN 7
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT - ETANOL

DOSEN PEMBIMBING : ISNA SYAUQIYAH, ST., MT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XI

DHIMAS ARI PRATOMO (H1D115032)


ISTIQOMAH KAMALIYAH (H1D115039)
NISA AULIA (H1D115044)

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2017
VII-2

ABSTRAK

Reaksi esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan
alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Ester merupakan salah
satu kelas dari senyawa organik yang sangat berguna. Ester dapat diubah menjadi aneka
ragam senyawa yang lazim dijumpai dalam alam misalnya dakron. Tujuan dari percobaan
ini adalah menghitung konversi reaksi pada esterifikasi asam asetat-etanol dengan
katalisator asam sulfat secara tidak langsung dari nilai Ekuivalen asam bebas dan asam
total. Metodologi yang digunakan pada percobaan ini adalah Percobaan kali ini kedua
gugus ini digabung hingga memperoleh suatu ester. Asam yang digunakan pada
percobaan ini adalah asam asetat glacial. Reaksi dapat berjalan dengan penambahan
katalis yang akan menyebabkan pergeseran ke arah kanan, sehingga semakin cepat reaksi
semakin cepat pula ester yang akan diperoleh. Hasil yang didapat yakni jumlah konversi
yang diperoleh adalah sebesar 14,13% dengan katalis asam sulfat secara tidak langsung
dari nilai ekuivalen. Nilai asam total yang didapat sebesar 0,7465 N. Sedangkan asam
bebas yang dihasilkan sebesar 0,6175 N.
Kata kunci : asam sulfat, etanol, esterifikasi, reaksi
VII-3

PERCOBAAN VII

ESTERIFIKASI ASAM ASETAT-ETANOL

7.1 PENDAHULUAN

7.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menghitung konversi reaksi pada
esterifikasi asam asetat-etanol dengan katalisator asam sulfat secara tidak
langsung dari nilai Ekuivalen asam bebas dan asam total.

7.1.2 Latar Belakang


Reaksi esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat
dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Ester
merupakan salah satu kelas dari senyawa organik yang sangat berguna. Ester
dapat diubah menjadi aneka ragam senyawa yang lazim dijumpai dalam alam
misalnya dakron.
Percobaan kali ini kedua gugus ini digabung hingga memperoleh suatu
ester. Asam yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat glacial.
Reaksi dapat berjalan dengan penambahan katalis yang akan menyebabkan
pergeseran ke arah kanan, sehingga semakin cepat reaksi semakin cepat pula ester
yang akan diperoleh.
Manfaat praktikum ini bagi praktikan adalah dapat membentuk atau
membuat suatu gugus ester. Sehingga praktikan dapat membuat gugus ester, untuk
keperluan individu maupun komersial. Aplikasi ester yang dapat ditemui dalam
industri yakni fiberglass, pembuatan cat dan parfume.
VII-4

7.2 DASAR TEORI


Senyawa yang dapat dianggap diturunkan dari asam karboksilat dengan
menggunakan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan suatu gugus hidroksilnya
dengan suatu gugus hidrokarbon disebut ester. Biasanya ester yang paling lazim
digunakan adalah etil asetat, CH3O2CH2CH3, suatu pelarut zat dan cat kuku
maupun perekat. Etil asetat dan ester lain dengan sepuluh karbon atau kurang
yang merupakan cairan mudah menguap dengan bau enak yang mirip buah-
buahan dan bunga-bungaan. Banyak ester baik ilmiah maupun buatan yang
digunakan sebagai bahan penyedap (klavoring agent). Beberapa ester dan bau
karakteristiknya yang dicantumkan dalam tabel 7.1 bau dan cita rasa buah-buahan
tertentu dapat disebabkan oleh beberapa ester. Misalnya etil asetat, n-butil asetat
dan n-pentil asetat yang mana semuanya itu merupakan cita rasa pisang
(Keenan,1980).

Tabel 7.1 Beberapa ester dan aromanya


No Ester Aroma karakteristik
1, Etil format Rum
2. Isopentil asetat Pisang
3. Propil asetat Buah pir
4. n-okta asetat Jeruk manis

Reaksi asam karboksilat dengan alkohol yang disertai adanya katalis asam
merupakan salah satu cara baku untuk membuat ester. Reaksinya, yang dikenal
sebagai pengesteran fischer, merupakan jalan sederhana untuk membentuk ester
dari bahan mula yang mudah diperoleh. Reaksi pengesteran yaitu (Pine, 1988):

CH3CO2H + C2H5OH CH3CO2C2H5 + H2O ... (7.2)


Asam asetat etanol etil asetat
(asam etanoat)
VII-5

Gugus fungsional karboksilat, -CO2H , terdiri dari suatu gugus karboknil

dan suatu gugus hidroksil. Kebanyakan reaksi asam karboksilat hanya melibatkan

gugus (-OH). Bahwa asam karboksilat adalah asam lemah, ditunjukkan oleh harga

Ka untuk asam asetat dan asam formiat. Salah satu reaksi yang paling lazim dari

sebuah asam karboksilat adalah reaksi dengan alkohol. Misalnya, suatu campuran

ekuimolar asam asetat dan etanol lambat laun mencapai kesetimbangan yang

menghasilkan etil asetat dan air. Penambahan sedikit asam kuat H2SO4 akan

mengatalisis tercapainya konsentrasi-konsentrasi kesetimbangan. Berikut reaksi

yang terjadi adalah :

C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O ... (7.3)

konsentrasi kesetimbangan etil asetat dapat dinaikkan dengan menggunakan salah


satu pereaksi berlebih biasanya alkohol, dan dengan membuang air secepat ester
melalui reaksi yang dikenal dengan esterifikasi dan biasanya menggunakan katalis
asam. Reaksi akan berlangsung baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat
atau asam klorida. Ester dapat dihidrolisis dengan baik dalam suasan basa melalui
reaksi yang biasa dikenal dengan nama saponifikasi. Selain itu dalam suasana
asam, ester dapat juga dihidrolisis menjadi asam karboksilat dan alkohol kembali
(Riswiyanto,2009).
Etanol (etil alkohol, “alkohol” CH3CH2OH) , tidak berwarna, cairan yang
larut dalam air, kadang-kadang disebut alkohol padi-padian karena dapat
sebenarnya, fermentasi dari samua bahan yang mengandung karbhohidrat seperti
anggur, molase, kentang dan padi menghasilkan etanol. Etanol yang dipakai untuk
minuman masih dibuat dengan hidrasi dan etilen, suatu zat petrokimia yang
didapat dari reaksi pemecahan minyak bumi (Fessenden, 1997).
Senyawa karboksilat sangat banyak dijumpai dialam, sebagai contoh
adalah asam asetat (CH3COOH) : Asam butanoat (CH3CH2CH2COOH)
penyebab bau tengik dan rasa asam dari mentega dan asam heksanoat atau asam
VII-6

kaproat ( CH3(CH2))4COOH), suatu aroma khas yang dikeluarkan oleh domba.


Senyawa yang lain seperti asam kolat merupakan komponen utama pada air itu
terbentuk. Reaksi itu disebut esterefikasi, dan asam karboksilat itu dikatakan
diesterkan (Keenan ,1980).
Ester karboksilat sederhana adalah senyawa netral. Molekulnya polar
tetapi tak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya, senyawa ini
kurang larut dalam air dan bertitik didih lebih rendah dibanding asam karboksilat
awalnya. Ester dapat berikatan hidrogen dengan air. Ester yang berbobot molekul
rendah sedikit larur dalam air tetapi ester yang terdiri dari empat atau lima karbon
hampir tidak larut dalam air. Ester yang dibahas terdahulu adalah oksiester.
Dalam tiroester, oksigen dalam ikatan C-O-C. Oksiester diganti dengan sulfur.

Gambar 7. 1 Oksiester dan Tioester

Tioester dapat dibuat degan cara seperti pada oksiester yang digunakan ialah tiol,
bukan alkohol (Wilbraham, 1992).
Banyak senyawa ester yang terdapat di alam memiliki aroma. Seperti metil
butanoat yang merupakan minyak dalam buah nanas dan isopentil asetat yang
terdapat dalam buah pisang. Senyawa ester sintesisdalam industri digunakan
untuk berbagai macam produk, seperti diakil ftalat sebagai plastizier (menjadi
plasti tidak rapuh), pelarut dan sebagainya. Reaksi asam karboksilat dengan
alkohol menghasilkan senyawa empedu manusia. Asam ini berupa alifatik rantai
panjang yang merupakan prekursor senyawa lemak atau lipid. Struktur asam
karboksilat berbentuk planar, karena atom karboksilat mempunyai hibridasi SP2
Seperti yang dimiliki oleh senyawa aldehida atau keton. Bentuk ikatan planar
karboksilat terjadi pada ikatan C-C-O dan O-C-O dengan membentuk sudut kira-
kira 128°. Asam karboksilat memiliki kekuatan yang sangat besar di dalam
molekul. Hal ini disebabkan adanya ikatan hidrogen seperti yang terjadi pada
VII-7

molekul alkohol. Asam karboksilat umumnya berada dalam bentuk dimer lingkar
yang kuat disebabkan oleh terbentuknya dua ikatan hidrogen berikut gambarnya :

Gambar 7.2 Asam Asetat dalam Keadaan dimer

Ikatan hidrogen yang kuat ini dipengaruhi titik didih, sehingga asam karboksilat
mempunyai titik didih lebih besar dari alkohol yang bersesuaian. Larutan
hidroksida dapat hidroksida dapat mengubah asam karboksilat menjadi garam,
sedangkan asam mineral dapat mengubah garam menjadi asam karboksilat
kembali. Berikut reaksi yang terjadi :

RCOOH RCOO- ... (7.4)

Garam-garam karboksilat dari logam alkali natrium, kalium, amonium) larut


dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar.sebagian besar garam logam
berat ( besi, perak atau tembaga ) tidak larut dalam air (Riswiyanto, 2009).
VII-8

7.3 METODOLOGI PERCOBAAN

7.3.1 Alat dan Rangkaian Alat


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret, labu leher tiga,
labu ukur 500 mL, erlenmeyer 250 mL, sudip, pengaduk kaca, neraca analitik,
gelas arloji, propipet, pipet mhor, statif dan klem, kondensor, corong, termometer,
hotplate stirrer, magnetic stirrer, pipet tetes, gelas ukur 10 mL dan botol semprot.

Rangkaian Alat :
Keterangan:
1. Statif dan klem
2. Kondensor
3. Teromometer
4. Labu leher tiga
5. magnetic stirrer
6. Hot plate stirrer
7. Pengatur skala panas
8. Pengatur skala pengaduk

Gambar 7.3 Rangkaian Alat Esterifikasi

Keterangan:
2
1. Statif dan klem
1 2. Kondensor
3 3. Erlenmeyer
4
4. Hotplate stirrer

Gambar 7.4 Rangkaian Alat Penentuan Asam dan Titrasi Blanko


VII-9

Keterangan :
2 1. Statif dan klem
2. Buret
3. Erlenmeyer

Gambar 7.5 Rangkaian Alat Titrasi

7.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat glacial,
etanol absolut, HCl 0,1 N, KOH 1,5 gram, H2SO4 pekat, akuades, indikator pp
dan NaOH 1 gram.

7.3.3 Prosedur Percobaan


7.3.3.1 Standarisasi Larutan NaOH
Larutan NaOH dibuat sebanyak 200 mL. Larutan NaOH tersebut diambil
sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL kemudian
ditambahkan 3 tetes indikator pp. Selanjutnya larutan NaOH dititrasi dengan HCl
0,1 N sampai warna berubah dari merah muda menjadi bening. Titrasi dihentikan
dan volume dicatat. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali dengan volume
NaOH yang sama.

7.3.3.2 Pembuatan Cuplikan


Larutan cuplikan dibuat dengan perbandingan asam asetat glacial dan
etanol 1:3. Asam asetat glacial diambil sebanyak 5 mL dan diencerkan dengan
akuades sampai volume 25 mL. Etanol diambil sebanyak 17,5 mL dan diencerkan
dengan akuades sampai volumenya 75 mL. Asam asetat glacial dan etanol
dicampurkan ke dalam labu leher tiga lalu dipanaskan dan diaduk hingga
homogen dengan menggunakan magnetic stirrer.
VII-10

7.3.3.3 Penentuan Asam Asetat Awal


Cuplikan diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 mL, ditambahkan 3 tetes indikator pp. Cuplikan dititrasi dengan NaOH
sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Percobaan ini
diulangi sebanyak 2 kali dan dicatat volume titran rata-rata.

7.3.3.4 Penentuan Larutan KOH Alkoholisis (Blanko)


KOH ditimbang sebanyak 1,5 gram dan dilarutkan dengan etanol
sebanyak 1,5 gram dan dilarutkan denan etanol sebanyak 200 mL di dalam gelas
beker. Larutan KOH diambil sebanyak 50 mL sebanyak 2 sampel dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 3 tetes indikator pp. Alat dirangkai
seperti 7.5 dan proses dijalankan selama 1 jam kemudian didinginkan. Kemudian
masing-masing sampel dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna merah muda menjadi bening. Volume titran dicatat dan dirata-
rata.

7.3.3.5 Penentuan Ekuivalen Asam Total


Alat dirangkai seperti gambar 7.4 pemanas dihidupkan pada skala 7 dan
stirrer dinyalakan pada skala 3. Sisa cuplikan didalam labu leher tiga
dirangkaikan pada alat kemudian dipanaskan dengan hotplate stirrer.
Ditambahkan H2SO4 sebanyak 4 tetes. Proses ini dilakukan selama 1 jam. Lalu
cuplikan diambil sebanyak 5 mL masing-masing menjadi 2 sampel dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan KOH alkoholisis sebanyak 50 mL ke
dalam masing-masing sampel. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp dan
dipanaskan kembali dengan hotplate stirrer selama 1 jam. Setelah dingin,
cuplikan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna berubah dari merah muda
menjadi bening. Volume titran dicatat untuk masing-masing sampel dan dirata-
rata serta dihitung konsentrasi asam asetat total.

7.3.3.6 Penentuan Ekuivalen Asam Bebas


Sisa cuplikan diambil sebanyak 5 mL untuk 2 sampel dan dimasukkan
dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator pp. Cuplikan
VII-11

dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Kemudian dicatat volume titran.
VII-12

7.3.4 Flow Chart


7.3.4.1 Standarisasi Larutan NaOH

NaOH 0,1
- N
- Dibuat sampai 200 mL
- Diambil 10 mL
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 3 tetes indikator pp ke dalam erlenmeyer
Hcl 0,1 N
- Dimasukkan ke dalam buret
- Dititrasi ke dalam larutan NaOH sampai berubah warna (merah
muda – bening)
- Dihentikan titrasi dan dicatat volume titran
- Diulang sebanyak 2 kali
Hasil

Gambar 7.6 Standarisasi Larutan NaOH


VII-13

7.3.4.2 Pembuatan Cuplikan

Larutan cuplikan sampel


- Dibuat asam asetat : etanol 1: 3
Asam asetat glacial
- Diambil 5 mL
- Diencerkan dengan akuades hingga 25 mL
Etanol
- Diambil 17,5 mL
- Diencer dengan akuades hingga 75 mL

Asam asetat + etanol

- Dicampurkan didalam labu leher tiga


- Diaduk sampai homogen
Hasil
Gambar 7.7 Pembuatan Cuplikan

7.4.4.3 Penentuan Kadar Asetat Awal


Larutan Cuplikan
- Diambil 5 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan3 tates indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna (bening – merah
muda)
Hasil
Gambar 7.8 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal
VII-14

7.4.4.4 Penentuan Larutan KOH Alkoholis (Blanko)

KOH padat
- Ditimbang sebanyak 1,5 gram
- Dilarutkan dengan etanol sebanyak 200 mL di dalam gelas beker
KOH Alkoholis
- Diambil 50 mL sebanyak 2 sampel
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes
Alat percobaan
- Dirangkai seperti Gambar 7.4

KOH Alkoholis

- Dipanaskan selama 1 jam


- Didinginkan
- Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna (merah
muda- bening)
- Dicatat volume titrannya
Hasil

Gambar 7.9 Penentuan Larutan KOH Alkoholis (Blanko)


VII-15

7.4.4.5 Penentuan Ekuivalen Asam Total

Alat seperti gambar 7.4


- Dirangkai
- Dihidupkan hotplate stirrer
- Dialirkan air pendingin selama 1 jam
Sisa larutan Cuplikan
- Ditambahkan 4 tetes H2SO4
- Diambil 5 mL sebanyak 2 sampel
- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
- Ditambahkan 3 tetes indikator PP
- Ditambahkan KOH masing-masing 50 mL
Alat seperti gambar 7.5
- Dirangkai
Larutan Cuplikan
- Dipanaskan selama 1 jam
- Didinginkan
- Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna (merah
muda- bening)
- Dicatat volume titrannya
Hasil

Gambar 7.10 Penentuan Ekuivalen Asam Total

7.4.4.6 Penentuan Kadar Asetat Awal


- Sisa Larutan Cuplikan
- Didinginkan
- Diambil 5 mL dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan3 tates indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna (bening – merah
Hasil muda)

Gambar 7.11 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal


VII-16

7.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

7.4.1 Hasil Pengamatan


7.4.1.1 Standarisasi Larutan NaOH
Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan NaOH
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Indikator PP ditambahkan dalam larutan NaOH 3 tetes ; warna merah
muda
2. Larutan NaOH dititrasi dengan HCl 0,1 N v1= 10 𝑚𝐿
v2 = 11,4 𝑚𝐿
vrata-rata= 10,93 mL
Warna bening

7.4.1.2 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal


Tabel 7.4 Hasil Pengamatan Kadar Asetat Awal
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Ditambahkan indikator PP ± 3 tetes
Warna larutan bening
2. Dititrasi dengan NaOH v1= 34,4 𝑚𝐿
v2= 33,9 𝑚𝐿
vrata-rata= 34,15 mL
warna merah muda
VII-17

7.4.1.3 Penentuan Larutan KOH Alkoholisis (Blanko)


Tabel 7.5 Hasil Penentuan Larutan KOH Alkoholisis (Blanko)
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Ditambahkan 1ndikator PP ± 3 tetes
Warna merah muda
2. Dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N v1= 54,7 𝑚𝐿
v2= 50,3 𝑚𝐿
vrata-rata= 54,7 mL
warna larutan bening

Tabel 7.6 Hasil Pengamatan Penentuan Ekuivalen Asam Total


No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Ditambahkan indikator PP ± 4 tetes (warna
merah muda
2. Didinginkan dan dititrasi dengan HCl 0,1 N v1= 18 𝑚𝐿
v2= 19,1 𝑚𝐿
vrata-rata=18,55mL
warna bening

Tabel 7.7 Hasil Pengamatan Penentuan Ekuivalen Asam Bebas


No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Ditambahkan indikator PP ± 3 tetes
Warna bening
2. Dititrasi menggunakan NaOH v1= 28,4 𝑚𝐿
v2= 28,1 𝑚𝐿
vrata-rata= 28,25 mL
Warna merah muda
VII-18

7.4.2 PEMBAHASAN

7.4.2.1 Standarisasi Larutan NaOH


Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan sekunder
(NaOH) ditentukan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan standar primer
(HCl). Dalam percobaan ini, larutan NaOH merupakan larutan sekunder sehingga
perlu diketahui konsentrasinya melalui standarisasi larutan. Larutan primer yang
digunakan untuk menitrasi NaOH adalah HCl 0,1 N. Sebelum titrasi dilakukan
penambahan indikator PP yang memiliki trayek pH 8-9,6 dan ditandai perubahan
warna dari bening menjadi merah muda. Pada saat titrasi dengan menggunakan
HCl telah mencapai titik Ekuivalen ditandai dengan perubahan warna pada larutan
NaOH dari warna merah muda menjadi bening. Hal tersebut terjadi karena saat
titik Ekuivalen adalah titik yang menyatakan banyaknya titran setara dengan
banyaknya analit secara kimia.Jika titik ekuivalen telah tercapai, maka larutan
NaOH yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0,1 N. Reaksi yang terjadi
adalah :

NaOH(l) + HCl(l) NaCl(l) + H2O(l) ...(7.5)


Diperoleh volume rata-rata titrasi standar sebesar 10,93 mL dan dari hasil
perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,1093.

7.4.2.2 Pembuatan Cuplikan


Larutan cuplikan dibuat dari asam asetat (CH3COOH) dan etanol
(C2H5OH) dengan perbandingan 1:3. Perbandingan tersebut meliputi larutan asam
asetat sebanyak 25 mL dan larutan etanol 75 mL. Perbandingan ini digunakan
agar kecepatan reaksi ke arah kanan sama dengan kecepatan reaksi ke arah kiri
atau disebut kesetimbangan reaksi. Perbandingan menggunakan banyak etanol
karena sifat etanol yang lebih cepat menguap maka volume etanol yang
digunakan lebih banyak daripada asam asetat. Untuk mempercepat jalannya reaksi
dapat digunakan metode pengaduk dengan magnetic stirrer. Pembuatan larutan
cuplikan ini menghasilkan cuplikan untuk digunakan pada penentuan kadar asetat
awal, penentuan ekuivalen asam bebas dan penentuan ekuivalen asam total.
VII-19

Reaksi asam karboksilat dengan alkohol yang disertai dengan adanya katalis asam
berupa asam sulfat merupakan salah satu cara baku membuat ester. Reaksi
esterifikasi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOH(L) + C2H5OH CH3COOC2H5 (L) + H2O ...(7.6)

Reaksi diatas merupakan reaksi reversibel, karena seluruh reaktan tidak habis
bereaksi, sehingga selalu terdapat campuran hasil reaksi. Larutan dipanaskan
untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara asam asetat dan etanol yang
bercampur secara homogen. Etanol memiliki titik didih yang jauh lebih kecil dari
asam asetat. Titik didih etanol adalah 78,5oC, sedangkan titik didih asam asetat
yaitu 118,1oC.
7.4.2.3 Penentuan Kadar Asam Asetat Awal
Konsentrasi asam asetat awal digunakan untuk menghitung konversi
reaksi. Asam asetat sebagai titrat setelah penambahan indikator hasilnya tetap
berwarna bening karena indikator PP tidak bereaksi pada suasan asam. Ketika
dititrasi NaOH, maka larutan akan berubah warna menjadi merah muda, jika telah
mencapai titik ekuivalen. Basa NaOH dipilih karena terjadi reaksi penyabunan
yang tidak reversibel. Reaksi penyabunan adalah menghidrolisis ester menjadi
alkohol dan garam yang berasal dari turunannya. Pada akhir reaksi ini, ion
alkoksida yang merupakan basa kuat akan melepas proton dari asam sehingga
terbentuk serta alkohol. Konsentrasi asam asetat awal yang didapatkan sebesar 0,6
N.Reaksi ini yang terjadi pada penentuan kadar asam asetat awal adalah :

CH3COOH(L) + NaOH(L) CH3COONa(L) + H2O(L) ... (7.8)

7.4.2.4 Penentuan KOH Alkoholisis (Blanko)


Percobaan ini bertujuan untuk menghitung konsentrasi asam asetat total.
KOH merupakan KOH yang dilarutkan dalam etanol. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

KOH(l) + C2H5OH(l) C2H5OK(l) + H2O ... (7.9)


VII-20

Pemanasan KOH sebelum titrasi berjalan bertujuan agar KOH bisa terurai
membentuk ion-ion dengan cepat dengan reaksi sebagai berikut :

KOH K+ + OH- ...(7.10)

Adanya ion-ion tersebut, proses titrasi menjadi lebih cepat karena ion Cl- dapat
langsung menikat ion K+
Penambahan indikator PP pada KOH alkoholis larutan akan berubah
warna menjadi merah muda. Hal ini menandakan bahwa larutan larutan KOH
bersifat basa dan merupakan kristal putih yang sukar larut sehingga perlu cara
pengadukan atau pemanasan untuk mempercepat titrasi dengan HCl. Volume rata-
rata titran adalah 49,6 mL. Reaksi yang terjadi adalah :

C2H5OK + HCl C2H5OH + KCl ... (7.11)

7.4.2.5 Penentuan Ekuivalen Asam Total


Percobaain ini bertujuan untuk mencari seberapa besar asam yang
bereaksi dengan etanol untuk membuat atau membentuk ester. Penambahan
H2SO4 sebagai katalis bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dari reaksi
esterifikasi dengan menurunkan aktivasi reaksi. Berikut adalah reaksi
pembentukan ion-ion asam sulfat :

H2SO4 2H+ + SO42- ... (7.12)

Energi aktivasi sendiri merupakan energi minimum yang harus dicapai oleh suatu
senyawa kimia untuk melakukan atau bereaksi dengan senyawa kimia. Energi
aktivasi yang rendah maka berakibat pada jalannya proses yang makin cepat,
karena energi yang dibutuhkan untuk reaksi dengan cara kimia sedikit. Selain itu,
H2SO4 juga berfungsi untuk mengamati bau ester yang terbentuk.pemanasan yang
digolongkan secara cepat (semakin tinggi suhu, maka semakin cepat pula reaksi).
Reaksi yang terjadi adalah:
VII-21

CH3COOH + CH3CH2OK CH3COOC2H5 +KOH ... (7.13)

KOH + HCl KCl + H2O ... (7.14)

Penambahan KOH sebelum dititrasi bertujuan untuk membuat larutan


cuplikan menjadi basa agar dapat direaksikan dengan HCl. Pemanasan kembali
kembali dilakukan bertujuan untuk meningkatkan energi aktivasi setelah
penambahan KOH. Volume rata-rata titran pada titrasi ini adalah 18,55 mL dan
konsentrasi asam asetat yang diperhitungkan adalah 0,723 N.

7.4.2.6 Penambahan Ekuivalen Bebas


Percobaan ini dilakukan untuk memperoleh konsentrasi asam bebas yang
akan digunakan untuk menentukan konversi reaksi. Asam bebas adalah asam
yang terurai dari ester akibat pengadukan yangdilakukan terhadap sampel. Titrasi
sampel dengan NaOH menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi merah
muda saat mencapai titik Ekuivalen setelah sebelumbya ditambahkan indikator
PP. Volume rata-rata NaOH yang digunakan pada saat titrasi adalah 28,8 mL.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOC2H5 (L) + NaOH(L) CH3COONa(L) + C2H5OH ... (7.15)

Konsentrasi asam bebas yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,6175 N
dan konversi reaksi yang didapat adalah sebesar 14,13%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi esterifikasi adalah
waktu reaksi, katalis, suhu dan konsentrasi pereaksi. Semakin lama waktu reaksi
maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar. Sehingga menghasilkan
konversi reaksi yang besar pula. Katalis sendiri berfungdi untuk mengurangi
tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga konstanta
kecepatan reaksi semakin besar. Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka
semakin banyak konversi yang dihasilkan jika konsentrasi pereaksi besar, maka
reaksi akan berlangsung dengan cepat.
VII-22

7.5 PENUTUP

7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam percobaan ini adalah jumlah konversi
yang diperoleh adalah jumlah konversi yang diperoleh adalah sebesar 14,13%
dengan katalis asam sulfat secara tidak langsung dari nilai ekuivalen asam total
sebesar 0,7465 N dan asam bebas sebesar 0,6175 N.

7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah agar dapat
digunakan katalisator selain asam sulfat seperti H3PO4 untuk mengetahui
pengaruh pemilihan katalisator dalam proses esterifikasi.
VII-23

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph . J . 1997 . Dasar – Dasar Kimia Organik.


Binarupa Aksara : Jakarta.

Keenan . 1980 . Kimia untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.

Riswiyanto . 2009 . Kimia Organik. Erlangga : Jakarta.

Wilbraham, Anthony C . 1992 . Pengantar Kimia Organik dan Hayati.


ITB – Press : Bandung.

Pine, Stainley H. 1988 . Kimia Organik . ITB – Pess : Bandung.


VII-24

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Standarisasi Larutan NaOH


Diketahui : V NaOH : 10 mL
N HCl : 0,1 N
VHCl : 10,93 mL
Ditanya : N NaOH=... ?
Jawab : N NaOH. V NaOH = V HCl. N HCl
V HCl.N HCl
N NaOH = V NaOH
10,93 𝑚𝐿.0,1 𝑁
= 10 𝑚𝐿

= 0,1093 N

2. Penentuan Kadar Asam Asetat Awal (Ao)


Diketahui : VNaOH : 34,15 mL
N NaOH : 0,1093 N
V CH3COOH: 5 mL
Ditanya : Konsentrasi Asam Asetat Awal=... ?
Jawab : N CH3COOH. V CH3COOH = V NaOH. N NaOH
V NaOH. N NaOH
N CH3COOH =
V 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻
34,15 𝑚𝐿.0,1093 𝑁
= 5 𝑚𝐿
o
A = 0,7465 N

3. Penentuan Ekuivalen Asam Total


Diketahui : V HCl : 54,17 mL
V cuplikan asam total : 18,55 mL
V cuplikan : 5 mL
N HCl : 0,1 N
Ditanya : Konsentrasi Asam Total (At)=... ?
(VHCl−Vcuplikan asam total). N HCl
Jawab : At = V cuplikan
VII-25

(54,17 mL−18,55 mL) 0,1 N


= 5 mL
35,62 mL.0,1 N
= = 0,7230 N
5 mL

4. Penentuan Ekuivalen Asam Bebas (Aa)


Diketahui : N NaOH : 0,1093 N
V NaOH : 28,25 mL
V cuplikan : 5 mL
Ditanya : Konsentrasi asam bebas=... ?
(V.N)NaOH
Jawab : Aa = V cuplikan
28,25 mL . 0,1093 N
= 5 mL

= 0,6175 N
5. Penentuan konversi reaksi (Rx)
Diketahui : Ao = 0,7465 N
At = 0,7230 N
Aa = 0,6175 N
Ditanya : konversi reaksi (x)=... ?
At−Aa
Jawab :x=| | 𝑥 100%
Ao
0,7230 N−0,6175 N
=| | 𝑥 100%
0,7465N

= 14,13%

Anda mungkin juga menyukai