Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia

Indonesia adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini paling tepat

dilakukan melalui institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya

proses belajar mengajar harus menjadi "Health Promoting School" artinya sekolah

yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Kesemuanya akan

tercapai bila sekolah dan lingkungannya dibina dan dikembangkan (Lutfi, 2014).
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakan

dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.

Populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40-50%, oleh

sebab itu pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting. Di Indonesia,

bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

(Notoatmodjo, 2005). UKS merupakan wadah yang strategis untuk memecahkan

masalah-masalah kesehatan. Peran puskesmas dinilai penting sebab merupakan

bagian dari Tim Pembina UKS tingkat kecamatan (Moeloek, 2015).


Usaha Kesehatan Sekolah seringkali dilupakan untuk diajarkan pada murid-

murid sekolah dasar. Padahal, UKS sangat penting untuk membantu para siswa

dan siswi untuk menumbuhkan jiwa sosial dan kepemimpinan mereka. Usaha

Kesehatan Sekolah atau UKS merupakan usaha yang dilakukan sekolah untuk

menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan

sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah (Tania, 2014).
Berdasarkan pengamatan Tim Pembina UKS Pusat ternyata pelaksanaan

UKS sampai saat ini dirasakan masih kurang sesuai dengan yang diharapkan.
1
2

Hingga saat ini baru sekitar 30% SLTP dan SMU di Indonesia yang melaksanakan

program UKS (Kasman, 2012). Pada kenyataannya sebagian besar sekolah belum

mempunyai sumber air bersih yang memadai, sanitasi yang memenuhi syarat,

kantin yang sehat, berbagai masalah kesehatan anak disekolah, dari data riskesdas

ditemukan bahwa umur pertama kali merokok adalah pada usia 5-9 tahun,

masalah aborsi, narkoba dan lain-lain serta masih lemahnya koordinasi instansi

terkait dalam menangani UKS (Hasyim, 2014).


Menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2014, jumlah SD/ MI

sebanyak 3.948 sekolah, yang melaksanakan penjaringan siswa dan siswi SD/ MI

sebanyak 3.158 (79,9%). Cakupan pemberian imunisasi anak sekolah, campak

86,5%, DT kelas I 85,9%, DT kelas II 85,9% (Primadi, 2015). Anak usia sekolah

dihadapkan pada masalah kesehatan yang sangat kompleks dan bervariasi.

Masalah kesehatan pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan dengan

kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar,

kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan kebersihan diri lainnya (Nafsiah, 2014).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 26,4% anak usia kelompok SD/

SMP menderita anemia gizi yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Di

samping itu Riskesdas juga melaporkan perilaku berisiko yang dilakukan oleh

kelompok usia anak sekolah, seperti merokok pada 18,3% anak usia 8-15 tahun,

kurang aktivitas fisik pada 35,4% anak usia 8-15 tahun, kurang mengonsumsi

sayuran pada 95% anak usia 9-15 tahun, tidak menggosok gigi secara benar pada

92,3% anak usia 7-15 tahun, dan tidak mencuci tangan dengan benar pada 80%

anak usia 7-15 tahun. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya jajanan yang

tidak memenuhi syarat lingkungan sekolah. Laporan BPOM 2013 menunjukkan


3

bahwa sekitar 31,8% panganan dan jajanan anak sekolah (PJAS) yang dijual di

lingkungan sekolah dasar mengandung bahan berbahaya (Hukormas, 2014).


Upaya kesehatan sekolah adalah suatu tatanan di mana program

pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk kehidupan. Sekolah yang

berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan

belaja, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat.

Program promosi kesehatan sekurang-kurangnya mencakup 3 (tiga) usaha pokok

yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living),

pendidikan kesehatan (helath education) dan pemeliharaan dan pelayanan

kesehatan di sekolah (health services in school) (Notoatmodjo, 2005).


Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut trias UKS yang harus

dilakukan pembinaan oleh Puskesmas, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan

dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler

adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai

dengan ketentuan yang berlaku (Kurniawan, 2011). Ruang lingkup pembinaan

program UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat, ketenagaan, sarana prasarana, penelitian dan

pengembangan, Manajemen dan organisasi, monitoring dan evaluasi (Kasman,

2012).
Ruang lingkup pelaksanaan akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKS

meliputi penyediaan tenaga, sarana, prasarana dan kegiatan–kegiatan yang

berkaitan dengan pendidikan kesehatan baik ekstra maupun intra kurikuler,

pelayanan kesehatan yang mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif


4

serta pembinaan lingkungan sekolah sehat baik fisik, mental maupun sosial

(Dinkes Trenggalek, 2015)


Puskesmas selaku tim pembina UKS tingkat Kecamatan memiliki peran

penting, penyuluhan tentang pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan seperti

penjaringan masalah kesehatan, pemeriksaan kesehatan berkala, penyuluhan, dan

imunisasi serta pembinaan lingkungan sekolah sehat. Visi pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan

sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat (Kasman, 2012).


Menurut data tahun 2015 di Kabupaten Aceh Utara terdapat 856 SD/ MI

yang tersebar di 31 Kecamatan dengan jumlah murid sebanyak 13.243 murid laki-

laki dan perempuan (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara,

2015). Tahun 2014 di Kabupaten Aceh Utara, 83% program UKS yang berjalan

dengan baik. Puskesmas Lhoksukon 94%. Tanah Jambo Aye 98%, Sawang 86%,

Muara Batu 79% dan Kuta Makmur 67% (Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh

Utara, 2015).
Di Kecamatan Kuta Makmur tahun 2015, terdapat 25 Sekolah Dasar yang

dibina oleh Puskesmas dengan jumlah murid sebanyak 2.314 orang. Kebersihan

siswa secara umum 56%, kesehatan siswa umumnya 65%, absensi murid karena

sakit 23%. Dari 25 sekolah, persentase absensi murid karena sakit terbanyak di

SD 12 Kuta Makmur dan SD 20 Kuta Makmur. Petugas program UKS Puskesmas

Kuta Makmur tidak setiap bulan melakukan pembinaan program UKS di sekolah,

hanya tiga bulan terakhir setiap tahunnya (Puskesmas Kuta Makmur, 2015).

Berdasarkan data di SDN 12 Kuta Makmur, jumlah murid seluruhnya 205 orang,

setiap bulan 27 % murid tidak hadir karena alasan sakit. Petugas Pembina UKS
5

dari Puskesmas tidak melakukan kegiatan pembinaan dari bulan Januari sampai

dengan sekarang (Guru Pembina UKS SDN 12 Kuta Makmur, 2015).


Berdasarkan data dari SDN 20 Kuta Makmur yang terletak di Desa Kulam,

jumlah murid 310 orang, jumlah murid rata-rata perbulan yang tidak masuk

sekolah karena alasan sakit 18%. Pada bulan April dilakukan kegiatan imunisasi

untuk anak sekolah kelas I dan kelas VI dengan hasil 98%, sebanyak 2% tidak

hadir karena alasan sakit atau takut diimunisasi (Guru Pembina UKS SDN 20

Kuta Makmur, 2015).


Dari hasil observasi penulis di SDN 12 Kuta Makmur, masih banyak

murid-murid yang belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya, walaupun

terdapat tempat pembuangan sampah disetiap kelas dan di halaman sekolah. Hal

ini terlihat masih ada sampah-sampah yang berserakan di dalam kelas dan

halaman. Di halaman belakang sekolah ada tumpukan sampah yang belum

dibakar. Terdapat dua buah tempat mencuci tangan, akan tetapi murid-murid

sepertinya sudah terbiasa memakan jajajan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Diluar sekolah terdapat 1 kantin yang terdiri dari 3 orang penjual makanan dengan

kondisi jajanan yang terbuka sehingga makanan tersebut mudah dihinggapi lalat.
Dari hasil observasi penulis di SDN 20 Kuta Makmur, tidak tersedia

ruangan khusus P3K, jarak papan tulis dengan murid paling depan 2,5 meter dan

jarak dengan murid paling belakang 4 meter. Tidak ada tong sampah khusus yang

disediakan untuk membuang sampah, hanya terdapat tumpukan sisa pembakaran

sampah di halaman belakang sekolah. Kantin sekolah terdiri dari 4 orang penjual

makanan. Makanan yang dijual ada yang tertutup da nada yang dibiarkan terbuka

saja. Didekat kantin sekolah juga terdapat tumpukan sampah-sampah jajajanan

yang belum dibakar.


6

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang “pengaruh peran pembinaan Puskesmas terhadap

pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tahun 2015”

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi rrumusan masalah

penelitian adalah tentang "bagaimana peran pembinaan Puskesmas terhadap

pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah dasar wilayah

kerja Puskesmas Kuta Makmur tahun 2015?".

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh peran pembinaan Puskesmas terhadap

pembinaan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah

Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui pengaruh peran pembinaan pendidikan kesehatan

Puskesmas terhadap pelaksanaan program Usaha Kesehatan (UKS)

Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur

1.3.2.2 Untuk mengetahui pengaruh peran pembinaan pelayanan kesehatan

Puskesmas terhadap pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur

1.3.2.3 Untuk mengetahui pengaruh peran pembinaan pemeliharaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat Puskesmas terhadap pelaksanaan Usaha


7

Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas

Kuta Makmur

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan dan evaluasi untuk pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas supaya dapat lebih

ditingkatkan pencapaian program UKS secara menyeluruh.

1.4.2. Bagi Sekolah Dasar

Sebagai tolak ukur dari keberhasilan upaya pelaksanaan kegiatan program

UKS serta dapat mendidik murid-murid yang mempunyai pendidikan kesehatan

dasar.

1.4.3. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

2.1.1. Pengertian
8

Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 79

menyatakan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga

peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggi-

tingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang berkualitas (Kasman, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2007) upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

dan/ atau masyarakat. Menurut Depkes RI dalam Kurniawan (2011), UKS adalah

usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak

didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama.UKS merupakan

wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk

perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang

optimal.

Menurut Martoyo dalam Martunus (2013), Usaha Kesehatan Sekolah

adalah usaha Kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan

anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama. Pandangan serupa

disampaikan Tarnawan (2007) dalam Martunus (2013), Usaha Kesehatan Sekolah

adalah bentuk dari usaha kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di sekolah.

Menurut Depkes RI (2007) dalam Martunus (2013), Usaha Kesehatan Sekolah

merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang

ditujukan kepada siswa dan juga salah8 satu mata rantai yang penting dalam

meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kurniawan

(2011), UKS adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat
9

yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di sekolah,

perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan

pemeliharaan kesehatan dilin program Lingkungan sekolah. Menurut Azwar

dalam Kurniawan (2011), UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang

menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan

anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan

anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah

setinggi-tingginya

Sekolah adalah Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Kanak-Kanak Luar

Biasa (TKLB), Raudhatul Atfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB), Madrasah/ Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Madrasah Tsanawiyah (MTs),

Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah

Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Madrasah Aliyah (MA) termasuk Satuan

Pendidikan Keagamaan yang sederajat dan setara (Kasman, 2012).

2.1.2. Trias UKS

Menurut Kasman (2012) pelaksanaan Trias UKS ada 3 (tiga) tiga hal yang

tercakup di dalamnya, yaitu:

2.1.2.1 Pendidikan kesehatan

a) Pelaksanaan pemeriksaan berkala

b) Pelaksanaan pemeriksaan rutin

c) Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah

d) Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan

e) Pelaksanaan dokter kecil


10

f) Pelaksanaan pemeriksaan berat badan

g) Pengadaan alat peraga UKS

h) Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan

i) Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas

2.1.2.2 Pelayanan kesehatan

a) Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)

b) Pelaksanaan imunisasi

c) Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit

d) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit

e) Pengadaan rujukan ke puskesmas

2.1.2.3 Lingkungan sekolah sehat

a) Pengadaan ruang/ sudut UKS

b) Pembinaan kantin sekolah

c) Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat

d) Pengadaan tempat pembuanagn air limbah yang memenuhi syarat

e) Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa

2.1.3. Tujuan UKS

Menurut Kasman ((2012), tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah

untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta

didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan

pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan secara khusus tujuan


11

UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat

kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:

a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip

hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di

sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan

masyarakat;

b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan; dan

c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,

penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal

yangberkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya.

2.1.4. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS

Menurut Kasman (2012), tujuan pembinaan dan pengembangan UKS

adalah agar pengelolaan UKS mulai dari pusat sampai ke daerah dan sekolah/

madrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif, berkesinambungan

sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2.1.5. Sasaran UKS

Menurut Kasman (2012), sasaran pembinaan dan pengembangan UKS

meliputi:

a. Sasaran Primer : peserta didik

b. Sasaran Sekunder : guru, pamong belajar atau tutor, komite sekolah dan orang

tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap

jenjang
12

c. Sasaran tertier : Lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai

pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah

dan perguruan agama beserta lingkungannya.

2.1.6. Dampak pelaksanaan UKS terhadap peserta didik

Menurut Kasman (2012) secara sederhana dampak pelaksanaan UKS

terhadap peserta didik dapat dilihat, melalui:

0 Persentase rata-rata peserta didik yang sakit.

1 Keadaan berat badan/ tinggi badan (keadaan gizi).

2 Kesehatan/ kebersihan peserta didik secara umum.

2.2. Program Pembinaan Utama UKS

Menurut Kasman (2012) ruang lingkup utama pembinaan program UKS

meliputi 3 ruang lingkup yaitu:

2.2.1. Pendidikan kesehatan

Materi pendidikan kesehatan mencakup beberapa hal, diantaranya adalah

Menjaga kebersihan diri;

2.2.1.1 Mengenal pentingnya imunisasi;

2.2.1.2 Mengenal makanan sehat;

2.2.1.3 Mengenal bahaya penyakit diare,demam berdarah dan influenza;

2.2.1.4 Menjaga kebersihan lingkungan (sekolah/madrasah dan rumah);

2.2.1.5 Membiasakan buang sampah pada tempatnya

2.2.1.6 Mengenal cara menjaga kebersihan alat reproduksi;

2.2.1.7 Mengenal bahaya merokok bagi kesehatan;

2.2.1.8 Mengenal bahaya minuman keras;


13

2.2.1.9 Mengenal bahaya narkoba;

2.2.1.10 Mengenal cara menolak ajakan menggunakan narkoba;

2.2.1.11 Mengenal cara menolak perlakuan pelecehan seksual.

2.2.2. Pelayanan kesehatan

Menurut Kasman (2012), tujuan pelayanan kesehatan di sekolah atau

madrasah adalah untuk:

2.2.2.1 Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup

sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat.

2.2.2.2 Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap Penyakit dan

mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat.

2.2.2.3 Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat

penyakit, kelainan, pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan

peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal.

Pelayanan kesehatan di sekolah dilaksanakan oleh Tim Kesehatan dari

Puskesmas bekerjasama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Pelayanan

Kesehatan sekolah dilaksanakan secara menyeluruh (komprehensif), dengan

mengutamakan kegiatan promotif dan preventif serta didukung kegiatan kuratif

dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal meliputi:

1) Kegiatan Peningkatan (Promotif)

Kegiatan promotif (peningkatan) dilaksanakan melalui kegiatan

penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan secara

ekstrakurikuler, yaitu:

a) Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharan kesehatan, dan

pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan, antara
14

lain yaitu dokter kecil, kader kesehatan remaja, Palang Merah Remaja, Saka

Bhakti Husada.

b) Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah antara lain yaitu

pembinaan kantin sekolah sehat dan pembinaan lingkungan sekolah yang

terpelihara dan bebas dari faktor pembawa penyakit.

c) Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

2) Kegiatan Pencegahan (Preventif)

Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya

tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan

penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit, yaitu:

a) Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus

untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam berdarah, kecacingan,

muntaber.

b) Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah.

c) Pemeriksaan berkala kesehatan tiap 6 bulan.

d) Mengikuti (memonitoring atau memantau) pertumbuhan peserta didik.

e) Immunisasi peserta didik di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.

f) Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber

infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan perguruan agama.

g) Konseling kesehatan remaja di sekolah dan perguruan agama oleh kader

kesehatan sekolah, guru BP dan guru agama dan Puskesmas oleh Dokter

Puskesmas atau tenaga kesehatan lain.

3) Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)


15

Kegiatan penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan

mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat

berfungsi optimal, yaitu:

a) Diagnosa dini;

b) Pengobatan ringan;

c) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit;

dan

d) Rujukan medik.

2.2.3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat

Menurut Kasman (2012) pembinaan lingkungan sekolah bertujuan untuk

mewujudkan lingkungan sehat di sekolah/ madrasah yang memungkinkan setiap

warga sekolah dan madrasah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya.

Lingkungan sekolah dan madrasah dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik

dan non fisik , lingkungan fisik meliputi;

1) Konstruksi ruang dan bangunan

2) Sarana air bersih dan sanitasi

3) Halaman

4) Pencahayaan, ventilasi, kebisingan

5) Kepadatan kelas, jarak papan tulis, meja/kursi;

6) Vektor penyakit

7) Kantin atau warung sekolah.

Sedangkan lingkungan non fisik meliput perilaku masyarakat sekolah

dan madrasah, antara lain;


16

1) Perilaku tidak merokok

2) Perilaku membuang sampah pada tempatnya;

3) Perilaku mencuci tanganmenggunakan sabung dan air bersih mengalir;

4) Perilaku memilih makanan jajanan yang sehat

Pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kegiatan

identifikasi masalah, perencanaan, intervensi, pemantauan dan evaluasi serta

pelaporan.

2.3. Program Penunjang Pembinaan UKS

Menurut Kasman (2012) ada 5 (lima) ruang lingkup program penunjang

pembinaan UKS, yaitu:

2.3.1. Ketenagaan

0 Agar UKS dapat berdaya guna dan memegang peranannya sebagai motor

penggerak kesehatan dilingkung sekolah, maka UKS SMP Maria Immaculata

Marsudirini selalu mendapat pembinaan dari puskesmas dan bekerjasama dengan

tenaga profesional dalam dunia kesehatan (dr. Theresiani)

1 Terdapat 1 pembina UKS dalam pengelolaan UKS yang memegang

peranan penting dalam pelaksanaan Trias UKS.

2 Anak sekolah juga berperan aktif menjadi kader kesehatan bagi sekolah

dan keluarganya Kader UKS diharapkan dapat memelopori para siswa yang lain

terutama dibidang kebersihan. Kader UKS diharapkan dapat memberikan :

1) Keteladanan dalam membuang sampah

2) Contoh penerapan PHBS di lingkungan sekolah dan keluarga

3) Ketrampilan mengukur tekanan darah, nadi, berat badan dan tinggi badan
17

2.3.2. Sarana prasarana

Menurut Kasman (2012) sarana dan prasarana kesehatan yang ada di ruang

UKS antara lain :

1) Dipan lengkap dengan kasur, sprei, bantal dan sarung bantal

2) Almari obat yang berisi obat-obatan dan perawatan rawat luka (P3K)

3) Timbangan beserta alat pengukur tinggi badan

4) Tensimeter, stetoskop dan thermometer

5) Tandu

2.3.3. Penelitian dan pengembangan;

Menurut Kasman (2012) penelitian dan pengembangan merupakan

kegiatan yang penting dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna UKS. Hasil

penelitian merupakan masukan yang penting dalam rangka perencanaan

pengembangan program UKS selanjutnya baik dalam kegiatan pendidikan dan

pelayanan kesehatan maupun pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat.

Dalam pelaksanaannya, penelitian dan pengembangan dilakukan secara

berkesinambungan dan teratur, baik sektoral, lintas sektoral, maupun

multisektoral. Lingkup penelitian dan pengembangan, antara lain sebagai berikut:

1) Penelitian dan pengembangan metodologi belajar mengajar mata pelajaran

pendidikan kesehatan dan mata pelajaran yang relevan lainnya dengan

pendidikan kesehatan;

2) Penelitian dan pengembangan materi kurikulum mata pelajaran pendidikan

kesehatan dan materi yang relevan lainnya;

3) Penelitian efektivitas pelaksanaan UKS yang mencakup ketenagaan dan

sistim pelaksanaannya.
18

4) Penelitian dampak pelaksanaan UKS terhadap lingkungan;

5) Penelitian dan pengembangan sistim informasi manajemen pembinaan UKS;

6) Penelitian dampak pendidikan kesehatan terhadap perilaku masyarakat

sekolah;

7) Penelitian dampak penyelenggaraan Usaha Kesehatan Sekolah baik bagi

peserta .didik, guru maupun masyarakat sekitar sekolah;

8) Penelitian dan pengembangan sarana dan prasarana sekolah ditinjau dari segi

kesehatan;

9) Penelitian mengenai pengaruh pendidikan dan latihan serta penataran

terhadap peserta didik, guru dan masyarakat sekolah;

10) Penelitian pengaruh intervensi gizi terhadap absensi, daya kognitif dan

prestasi belajar;

11) Penelitian lainnya yang relevan bagi pelaksanaan UKS di sekolah dan

madrasah;

12) Pemetaan pelaksanaan UKS baik secara Nasional, Provinsi dan

Kabupaten/Kota;

13) Dan lain-lainnya sesuai dengan kebutuhan.

2.3.4. Manajemen dan organisasi;

Menurut Kasman (2012) untuk melaksanakan berbagai upaya pembinaan

dan pengembangan UKS secara terpadu dan terkoordinasi perlu disusun

organisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara berjenjang sebagai berikut:

1) Tim Pembina UKS Pusat dibentuk di tingkat Pusat ditetapkan oleh

Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri (SKB 4 menteri);


19

2) Tim Pembina UKS Provinsi, dibentuk di tingkat Provinsi ditetapkan oleh

Gubernur;

3) Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota, dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota

ditetapkan oleh Bupati/Walikota;

4) Tim Pembina UKS Kecamatan, dibentuk di tingkat Kecamatan ditetapkan oleh

Camat.

2.3.5. Monitoring dan evaluasi.

2.3.5.1 Monitoring

Menurut Kasman (2012) monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dalam rangka pengawasan, pengontrolan atau pengendalian terhadap suatu objek

kegiatan yang akan, sedang atau yang sudah dilaksanakan. Agar program UKS

senantiasa sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan setiap waktu, maka umpan balik

dari lapangan sangat diperlukan. Untuk itu perlu diadakan monitoring secara terus

menerus, baik terhadap persiapan maupun proses pelaksanaan sebagai

penyempurnaan lebih lanjut. Pelaksanaan monitoring ini dilakukan dengan

frekuensi sebagai berikut:

a) Kepala Sekolah/ madrasah selaku Ketua Tim Pelaksana UKS melakukan

monitoring terhadap pelaksanaanTrias Program UKS secara terus menerus.

b) Penjaringan data dan informasi dilakukan dengan wawancara dan pengamatan

yang selanjutnya dicatat pada instrumen monitoring dan dilakukan oleh Guru

Pembina UKS.

2.3.5.2 Evaluasi

Menurut Kasman (2012) evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan

melalui proses pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran yang
20

telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan

UKS.

2.4. Pembinaan

2.4.1. Pengertian

Pembinaan adalah usaha atau praktek management dalam mendukung,

mengarahkan dan memfasilitasi keperluan karyawan dalam dalam

mengembangkan dan memajukan potensi guna keperluan mencapai tujuan

perusahaan. Pembinaan adalah segala usaha dan tujuan kegiatan perencanaan,

pengorganisasian penggunaan dan pemeliharaan pegawai dengan tujuan untk

mampu melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien (Nardy, 2012).

Pembinaan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu usaha

untuk pembinaan kepribadian yang mandiri dan sempurna serta dapat

bertanggungjawab, atau suatu usaha, pengaruh, perlindungan dalam bantuan yang

di berikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih cepat

untuk membantu anak agar cakap dalam melaksanakan tugas hidup sendiri,

pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (diciptakan oleh orang dewasa seperti

sekolah, buku pintar hidup sehari-hari, bimbingan dan nasehat yang

memotivasinya agar giat belajar), serta di tujukan kepada orang yang belum

dewasa (Kasman, 2012).

Menurut Yurudik Yahya (2008) dalam Liliana (2013), definisi atau

pengertian pembinaan adalah suatu bimbingan atau arahan yang dilakukan secara

sadar dari orang dewasa kepada anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa,

mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang kepribadian yang
21

dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan karsa. Istilah pembinaan atau berarti

pendidikan yang merupakan pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

orang dewasa kepada anak yang belum dewasa. Selanjutnya pembinaan atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat kehidupan yang

lebih tinggi dalam arti mental.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan

suatu proses yang di lakukan untuk merubah tingkah laku individu serta

membentuk kepribadiannya, sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai

sesuai dengan yang diharapkan

2.5. Konsep Puskesmas

2.5.1. Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Nafsiah, 2014).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

wilayah kerja (Sujudi, 2004). Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dan/ atau masyarakat (Nafsiah, 2014).

2.5.2. Peran Puskesmas


22

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 128/

MENKES/ SK/ II/ 2004, ada beberapa peran penting Puskesmas (Sujudi, 2004),

yaitu:

2.5.2.1. Unit Pelaksana Teknis.

Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota (UPTD),

puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama

serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2.5.2.2. Pembangunan Kesehatan.

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

2.5.2.3. Penanggungjawab Penyelenggaraan.

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan

kesehatan di wilayah kabupaten/ kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan

kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan

kemampuannya.

2.5.2.4. Wilayah Kerja.

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan,

tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka

tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan

keutuhan konsep wilayah (desa/ kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas


23

tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota.

2.5.3. Visi

Menurut Sujudi (2004), visi pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju

terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masayarakat

kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni

masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan

merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama

yakni:

2.5.3.1. Lingkungan sehat

2.5.3.2. Perilaku sehat

2.5.3.3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

2.5.3.4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan sehat,

yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan

setempat.

2.5.4. Misi

Menurut Sujudi (2004), misi pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi

pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:


24

2.5.4.1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain

yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek

kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku

masyarakat.

2.5.4.2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga

dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya

di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan

menuju kemandirian untuk hidup sehat.

2.5.4.3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

2.5.4.4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan

teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan


25

kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek lingkungan

dari yang bersangkutan.

2.5.5. Tujuan

Menurut Sujudi (2004), tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia sehat.

2.5.6. Fungsi

Menurut Sujudi (2004), ada beberapa fungsi Puskesmas diantaranya

adalah:

2.5.6.1 Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia

usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah

kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan

puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.5.6.2 Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan
26

kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan

aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial

budaya masyarakat setempat.

2.5.6.3 Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan

kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:

1) Pelayanan kesehatan perorangan. Pelayanan kesehatan perorangan adalah

pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa

mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentu ditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah

pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan

kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,

pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,

peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta

berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.


27

2.5.7. Program Puskesmas

Menurut Sujudi (2004), untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh kepaada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas

menjalankan beberapa usaha pokok yang meliputi beberapa program:

2.5.7.1 Kesehatan ibu dan anak

2.5.7.2 Keluarga berencana

2.5.7.3 Pemberantasan penyakit menular

2.5.7.4 Peningkatan gizi

2.5.7.5 Kesehatan lingkungan

2.5.7.6 Pengobatan

2.5.7.7 Penyuluhan kesehatan masyarakat

2.5.7.8 Laboratorium

2.5.7.9 Kesehatan sekolah

2.5.7.10 Perawatan kesehatan masyarakat

2.5.7.11 Kesehatan jiwa

2.5.7.12 Kesehatan gigi

2.6. Kerangka Teori

Beradasarkan teori yang dikemukakan oleh Kasman (2012), dapat

digambarkan kerangka teoritis sebagai berikut:

Trias Program Pembinaan UKS:


1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat Pelaksanaan
(Kasman, 2012) program UKS
28

Program penunjang pembinaan


UKS:
1. Ketenagaan
2. Sarana dan prasarana
3. Penelitian dan pengembangan
4. Manajemen dan organisasi
5. Monitoring dan evaluasi
(Kasman, 2012)

Gambar 2.1 Kerangka teoritis

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

0 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori dari Kasman (2012) maka dikembangkan

kerangka konsep dengan variabel dependen yaitu pembinaan program UKS oleh

Puskesmas, sedangkan variabel independen yaitu pelaksanaan program UKS,

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


29

Pembinaan program UKS:


1. Pendidikan kesehatan
Pelaksanaan
2. Pelayanan kesehatan
program UKS
3. Pembinaan lingkungan
kehidupan sekolah sehat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

1 Definisi Operasional
29
No Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Dependen
Pelaksanaan Terlaksananya wawancara Kuesioner Terlaksana Ordinal
program trias tugas pokok Tidak
UKS UKS di sekolah terlaksana
2. Independen
a. Pendidikan Ada tidaknya wawancara Kuesioner Baik Ordinal
kesehatan petugas Kurang
memberikan baik
pembelajaran
kepada murid-
murid tentang
ilmu kesehatan

Pelayanan
30

b. kesehatan Ada tidaknya wawancara Kuesioner Baik Ordinal


petugas Kurang
memantau dan baik
memeriksa
keadaan murid-
murid tentang
masalah
kesehatan
Pembinaan
c. lingkungan Ada tidaknya wawancara Kuesioner Baik Ordinal
kehidupan petugas Kurang
sekolah mengamati dan baik
sehat menilai keadaan
lingkungan
sekitar sekolah
dan mengamati
murid-murid
tentang kebiasaan
hidup bersih dan
sehat

Gambar 3.2 Definisi Operasional

3.3. Cara Pengukuran Variabel

3.3.1. Pelaksanaan program UKS.

Pelaksanaan program UKS diukur dengan skala guttman menggunakan

kuesioner dengan memberikan pilihan jawaban tegas yaitu “ya” atau “tidak”. Bila

responden menjawab “ya” maka diberi nilai 2 (dua), apabila responden menjawab

“tidak” diberi nilai 1 (satu). Pelaksanaan program UKS dinilai terlaksana apabila

nilai= x > 23 dan pelaksanan program UKS dinilai tidak terlaksana apabila x = ≤

23.

3.3.2. Pendidikan kesehatan


31

Pendidikan kesehatan diukur dengan skala guttman menggunakan

kuesioner dengan memberikan pilihan jawaban tegas yaitu “ya” atau “tidak”. Bila

responden menjawab “ya” maka diberi nilai 2 (dua), apabila responden menjawab

“tidak” diberi nilai 1 (satu). Pendidikan kesehatan dinilai baik apabila nilai x = >

13 dan pendidikan kesehatan dinilai kurang baik apabila nilai x = ≤ 13.

3.3.3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan diukur dengan skala guttman menggunakan

kuesioner dengan memberikan pilihan jawaban tegas yaitu “ya” atau “tidak”. Bila

responden menjawab “ya” maka diberi nilai 2 (dua), apabila responden menjawab

“tidak” diberi nilai 1 (satu). Sarana dan prasarana dinilai lengkap apabila nilai x =

> 8 dan sarana dan prasarana dinilai kurang lengkap apabila nilai x = ≤ 8.

3.3.4. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat

Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat diukur dengan skala

guttman menggunakan kuesioner dengan memberikan pilihan jawaban tegas yaitu

“ya” atau “tidak”. Bila responden menjawab “ya” maka diberi nilai 2 (dua),

apabila responden menjawab “tidak” diberi nilai 1 (satu). Pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat dinilai baik apabila nilai x= > 11 dan pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat dinilai kurang baik apabila nilai x= ≤ 11.

3.4. Hipotesa Penelitian

3.4.1. Ada pengaruh peran pembinaan pendidikan kesehatan terhadap

pelaksanaan program UKS di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas

Kuta Makmur.
32

3.4.2. Ada pengaruh peran pelayanan kesehatan terhadap pelaksanaan program

UKS di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur.

3.4.3. Ada pengaruh peran pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat

terhadap pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar wilayah

kerja Puskesmas Kuta Makmur

BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dalam melihat

hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat

(kausal) (Sugiyono, 2009). Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peran
33

Puskesmas terhadap pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah

Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur tahun 2015.

4.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru Pembina UKS berjumlah 25

orang di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur.

b. Sampel.

Tehnik pengambilan sampel secara total sampling yaitu seluruh populasi

dijadikan sebagai sampel.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas

Kuta Makmur.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 26 Oktober s/d 7 Nopember

tahun 2015.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Data primer 33

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara peneliti melakukan

wawancara kepada responden menggunakan format kuesioner yang berisi

beberapa pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

4.4.2 Data sekunder


34

Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari Puskesmas

Kuta Makmur dan Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Makmur.

4.5 Pengolahan Data

Ada beberapa langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh

diantaranya (Hidayat, 2007):

4.5.1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

4.5.2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan data dan analisa data menggunakan computer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk

memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.

4.5.3. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau dengan membuat table kontigensi.

4.5.4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial.


35

4.6. Analisa Data

Untuk memperoleh tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh

peran pembinaan Puskesmas terhadap pelaksanaan program UKS, maka dilakukan

analisa data, sebagai berikut:

4.6.1. Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya mengahsilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2003).

4.6.2. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini dapat dilakukan

pengujian statistic dengan Chi Square, sebagai berikut (Riduwan dan

Akdon, 2007):

X 2  O  E 2
E

Keterangan:

X² : Chi Square

O : nilai observasi

E : nilai ekspetasi (harapan)

Data variabel-variabel yang dimiliki dalam penelitian ini menggunakan

skala pengukuran ordinal dan katagorik. Perhitungan statistik untuk analisa

tersebut dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS versi 16.0

(Dahlan, 2010).

Analisa yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diolah dengan

komputer menggunakan program SPSS, untuk menentukan pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji Chi-Square tes (x2).
36

Untuk melihat kemaknaan (CI) 0,05 (95%) dengan ketentuan bila nilai p-value <

α (0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada pengaruh

antara kedua variabel, adapun ketentuan yang dipakai uji statistik adalah sebagai

berikut:

1) Ha diterima bila p-value < α (0,05) maka ada pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen.

2) H0 ditolak bila p-value > α (0,05) maka tidak ada pengaruh antara variabel

independen dengan variabel dependen

Hasil uji Chi-Square menggunakan aturan yang berlaku sebagai berikut

(Hastono, 2001):

1) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji yang

digunakan adalah Fisher Exact

2) Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai E (harapan) kurang dari 5, maka uji

yang digunakan adalah Continuity Correction.

3) Bila tabelnya lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan lain-lain, maka uji yang

digunakan adalah Pearson Chi Square

4) Uji Likelihood Ratio dan Linery-by-Linear Association, biasanya digunakan

untuk keperluan lebih spesifik misalnya untuk analisis stratifikasi pada bidang

epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear antara dua variabel

katagorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan.

4.7. Penyajian Data


37

Penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data sebaik-

baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Penyajian data penelitian ini

disajikan dalam bentuk narasi dan tabulasi (Hidayat, 2007).

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


38

Wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur merupakan salah satu dari 31

Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara.

5.1.1. Data Geografi

Wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur merupakan bagian dari

Kabupaten Aceh Utara yang mempunyai jarak tempuh 12,5 Km dari Kota

Lhokseumawe dan jarak 35 Km dari Ibu Kota Kabupaten Aceh Utara. Luas

wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur 151.,32 Ha yang terdiri dari 43 desa dan 3

Kemukian, Jarak terdekat desa dengan pelayanan Puskesmas 50 meter dengan

waktu tempuh kurang dari 10 menit dengan kondisi jalan aspal yang baik. Jarak

desa yang terjauh 15 Km dengan waktu tempuh > 30 menit dengan kondisi jalan

yang kurang baik, apabila di musim hujan jalanan sangat sulit dilewati.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur, yaitu:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Simpang Keuramat

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Nisam

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Blang Mangat Kota

Lhokseumawe

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Nisam Antara

5.1.2. Data Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur berjumlah

23.245 jiwa, jumlah KK 3.560 jiwa, jumlah murid SD/ MI 2.314 jiwa. Sebagian

besar matapencaharian penduduk adalah bertani, berkebun, wiraswasta, buruh,

pegawai swasta, PNS serta TNI/ Polri.


38
5.1.3. Sarana dan Prasaran
39

Wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur mempunyai sarana kesehatan

yang lain yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berjumlah 4 unit, Poskesdes 3

unit, Posyandu 43 desa. Sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kuta

Makmur yaitu 25 SD/ MI, 18 SMP/ sederajat serta 2 SMU/ sederajat.

5.1.4. Kegiatan

Puskesmas Kuta Makmur mempunyai kegiatan di dalam dan luar gedung.

Kegaitan di dalam gedung merupakan pelayanan langsung yang diberikan kepada

pasien di pelayanan rawaat jalan dan rawat inap serta pelayanan kepada

masyarakat umum dalam hal administrasi yang berhubungan dengan kesehatan.

Kegiatan di luar gedung merupakan pelayanan yang bersifat preventif melalui

kegiatan program yang ada di Puskesmas.

Salah satu kegiatan program tersebut adalah Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS). Petugas UKS dari Puskesmas memberikan penyuluhan (promotif) dan

pelaksana pelayananan kesehatan terhadap program UKS di sekolah wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur.

5.1.5. Karakteristik Responden

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Umur
di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas
40

Kuta Makmur Kabupaten Aceh


Utara Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa umur

responden yaitu 25 responden yang paling banyak 14 responden (56%) berada

pada kategori umur 30-40 tahun

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa

distribusi jenis kelamin responden yaitu dari 25 yang paling banyak responden 14

responden (56%) berada pada kategori jenis kelamin wanita.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Pendidikan
di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015
41

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3 didapatkan hasil bahwa

pendidikan yaitu 25 responden yang paling banyak 17 responden (68%) berada

pada kategori pendidikan S1.

5.2. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26

Oktober sampai dengan 7 Nopember tahun 2015 di Sekolah Dasar wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur dengan jumlah sampel yang digunakan sebagai

responden adalah 25 orang. Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan alat

ukur berbentuk kuesioner dan observasi, adapun hasil penelitian yang didapat

adalah sebagai berikut:

5.2.1. Analisa Univariat

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pembinaan Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar
Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015
42

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 didapatkan hasil bahwa

pembinaan pendidikan kesehatan yaitu dari 25 yang paling banyak 18 responden

(72%) berada berada pada kategori kurang baik.

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pembinaan Pelayanan Kesehatan di Sekolah Dasar
Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5 didapatkan hasil bahwa

pembinaan pelayanan kesehatan yaitu dari 25 responden yang paling banyak 15

responden (60%) berada berada pada kategori kurang baik.

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat
di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015
43

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 didapatkan hasil bahwa

pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat yaitu dari 25 responden yang

paling banyak 20 responden (80%) berada berada pada kategori kurang.

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Program UKS di Sekolah Dasar
Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 didapatkan hasil bahwa

pelaksanaan program UKS yaitu dari 25 responden yang paling banyak 19

responden (76%) berada berada pada kategori kurang baik.

5.2.2. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk melihat pengaruh peran pembinaan Puskesmas

program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ditinjau dari pendidikan kesehatan,

pelayanan kesehatan, lingkungan kehidupan sekolah sehat terhadap pelaksanaan


44

UKS di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur. Uji statistik yang

digunakan dalam analisa ini adalah Chi-Square (x2) dengan tingkat kemaknaan

(α) sebesar 0,05 (5%).

Tabel 5.8
Pengaruh Peran Pembinaan Pendidikan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Makmur
Tahun 2015

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan pendidikan kesehatan

terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

didapatkan hasil bahwa dari 7 responden yang pembinaan pendidikan

kesehatannya baik terdapat (71,4%) yang terlaksana pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah, sedangkan 18 responden yang pembinaan pendidikan

kesehatannya kurang baik terdapat (5,6%) juga terlaksana pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai p= 0,002 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan pendidikan kesehatan dengan

pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 42.500 CI:95% (3.159-

571.818) yang berarti sekolah dengan pembinaan pendidikan kesehatan kurang

baik 42 kali berpengaruh kurang baik pelaksanaan program UKS dari pada

pembinaan pendidikan kesehatan yang baik.


45

Tabel 5.9
Pengaruh Peran Pembinaan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar Wilayah Kerja
Puskesmas Kuta Makmur
Tahun 2015

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan pelayanan kesehatan

terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

didapatkan hasil bahwa dari 10 responden yang pembinaan pelayanan

kesehatannya baik terdapat (50,0%) yang terlaksana pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah, sedangkan 15 responden yang pembinaan pelayanan

kesehatannya kurang baik terdapat (6,7%) juga terlaksana pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai p= 0,023 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan pelayanan kesehatan terhadap

pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 14,000 CI:95% (1.299-

150.889) yang berarti sekolah dengan pembinaan pelayanan kesehatan kurang

baik 14 kali berpengaruh kurang baik pelaksanaan program UKS dari pada

pembinaan pelayanan kesehatan yang baik.

Tabel 5.10
Pengaruh Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat Terhadap
Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah
Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Makmur
Tahun 2015
46

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan lingkungan kehidupan

sekolah sehat terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) didapatkan hasil bahwa dari 5 responden yang pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat baik sebanyak (80,0%) yang terlaksana pelaksanaan

program Usaha Kesehatan Sekolah, sedangkan 20 responden yang pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat kurang baik terdapat (10,0%) juga terlaksana

pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai p= 0,005 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan lingkungan kehidupan sekolah

sehat terhadap pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 36.000

CI:95% (2.585-501.268) yang berarti sekolah dengan pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat kurang baik 36 kali berpengaruh kurang baik

pelaksanaan program UKS dari pada pembinaan lingkungan kehidupan sekolah

sehat yang baik.

5.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian akan dibahas beberapa hal yang terkait

dengan pengaruh peran pembinaan Puskesmas terhadap pelaksanaan program


47

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas

Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara.

5.3.1 Pembinaan pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan pendidikan kesehatan

terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

didapatkan hasil bahwa dari 7 responden yang pembinaan pendidikan

kesehatannya baik terdapat (71,4%) yang terlaksana pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah, sedangkan 18 responden yang pembinaan pendidikan

kesehatannya kurang baik terdapat (5,6%) juga terlaksana pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai P= 0,002 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan pendidikan kesehatan dengan

pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 42.500 CI:95% (3.159-

571.818) yang berarti sekolah dengan pembinaan pendidikan kesehatan kurang

baik 42 kali berpengaruh kurang baik pelaksanaan program UKS dari pada

pembinaan pendidikan kesehatan yang baik.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Riza (2013) yang berjudul

Hubungan Trias Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa SDN 02 Bojonegara Kabupaten Sleman

Jawa Tengah Tahun 2010. Hasil analisis diperoleh p=0,003 < α=0,05 artinya ada

hubungan yang bermakna antara pendidikan kesehatan terhadap Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS).


48

Menurut Kasman (2012) pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau

kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan.

Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau

mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana

menghindari atau mencegah hal–hal yang merugikan kesehatan mereka dan

kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan

sebagainya. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran

murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah

(UKS). Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam

kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan

berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup sehat.

Pelaksanaan kegiatan UKS yang belum maksimal di sekolah kemungkinan

salah satunya adalah belum dipahaminya manfaat UKS tersebut oleh pimpinan

dan guru-guru dalam mendukung prestasi belajar siswa. Pimpinan dan guru-

gurume miliki peran penting dalam pelaksanaan UKS di sekolah. Dengan

mensosialisasikan kegiatan UKS kepada pimpinan dan guru-guru akan

meningkatkan pemahaman akan pentingnya UKS sehingga adanya komitmen

pihak sekolah dalam melaksanakan UKS secara maksimal. Tidak hanya pimpinan

dan guru-guru, siswa juga merupakan sasaran yang mudah dicapai dalam kegiatan

UKS karena terorganisir dengan baik dan sangat cepat menerima informasi dalam

pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat. Melalui pendidikan kesehatan

berupa penyuluhan kepada seluruh siswa, akan membantu dalam penyebaran

informasi tersebut kepada siswa lainnya (Nardy, 2012).


49

Usaha Kesehatan Sekolah di bina oleh petugas UKS Puskesmas,

sedangkan pelaksanaannya menjadi tugas para guru. Seorang petugas UKS

Puskesmas, jangan hanya terpusat di sekitar puskesmas tetapi juga harus menjalin

kerja sama dengan pihak di luar puskesmas. Misalnya, dengan para guru untuk

melaksanakan UKS. Pendidikan Kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi

dan atau mengajak orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, agar

melaksanakan perilaku hidup sehat, karena tingkat kesehatan merupakan salah

satu faktor yang menentukan indeks pembangunan manusia (Hasyim, 2014).

Tingkah laku yang diharapkan dalam pendidikan kesehatan ini adalah

yang menunjang cara hidup sehat, baik manusia sebagai perorangan maupun

sebagai kelompok masyarakat, oleh karena pendidikan kesehatan sangatlah

penting untuk menunjang setiap program kesehatan yang direncanakan. Tetapi

seperti yang kita tahu, bahwa pelaksanaan pendidikan ini, baik di negara maju

maupun berkembang mengalami berbagai hambatan dalam rangka pencapaian

tujuannya (Hukormas, 2014).

Menurut asumsi penulis, kurang baik pembinaan pendidikan kesehatan

program UKS dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana transportasi bagi

petugas kesehatan. Hal ini terjadi karena letak sekolah dasar yang sangat jauh,

kondisi jalan yang berbatu, licin pada saat musim hujan sehingga petugas sulit

menjangkau tempat-tempat tersebut secara rutin.

5.3.2. Pembinaan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Program

UKS

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan pelayanan kesehatan

terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


50

didapatkan hasil bahwa dari 10 responden yang pembinaan pelayanan

kesehatannya baik terdapat (50,0%) yang terlaksana pelaksanaan program Usaha

Kesehatan Sekolah, sedangkan 15 responden yang pembinaan pelayanan

kesehatannya kurang baik terdapat (6,7%) juga terlaksana pelaksanaan program

Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai P= 0,023 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan pelayanan kesehatan terhadap

pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 14,000 CI:95% (1.299-

150.889) yang berarti sekolah dengan pembinaan pelayanan kesehatan kurang

baik 14 kali berpengaruh kurang baik pelaksanaan program UKS dari pada

pembinaan pelayanan kesehatan yang baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan (2012) yang menyatakan

ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan pelaksanaan program UKS di

Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Soak Rakan Kabupaten Sumatera Selatan,

dengan hasil analisis penelitian p=(0,000) < α (0,05).

Menurut teori Kasman (2012), efektfitas pelaksanaan program UKS di

sekolah sangat bergantung pada peran dan tanggung jawab oleh semua pihak

terutama petugas UKS di sekolah sekolah yang terdiri dari petugas puskesmas dan

guru di sekolah sekolah. Jika pelaksanaannya berjalan maksimal maka akan

memberikan dampak yang sangat baik terhadap kesehatan anak anak. Penekanan

utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya

peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan

pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap

peserta didik yang pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah
51

koordinasi pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas

setempat.

Menurut asumsi penulis, kurang baiknya pelaksanaan program UKS

tentang pelayanan kesehatan, kurang aktifnya tim pembina UKS dari Puskesmas.

Petugas hanya melaksanakan kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan pada

waktu Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Pemantauan tumbuh kembang

murid-murid sekolah dasar serta deteksi dini penyakit jarang dilakukan. Pembina

UKS dari sekolah juga kurang melakukan interaksi dengan petugas dari

Puskesmas dan sebaliknya.

5.3.3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat Terhadap

Pelaksanaan Program UKS

Berdasarkan hasil uji statistik variabel pembinaan lingkungan kehidupan

sekolah sehat terhadap variabel pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS) didapatkan hasil bahwa dari 5 responden yang pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat baik sebanyak (80,0%) yang terlaksana pelaksanaan

program Usaha Kesehatan Sekolah, sedangkan 20 responden yang pembinaan

lingkungan kehidupan sekolah sehat kurang baik terdapat (10,0%) juga terlaksana

pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah.

Diperoleh nilai P= 0,005 < dari α = 0,05, Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh peran pembinaan lingkungan kehidupan sekolah

sehat terhadap pelaksanaan program UKS. Didapatkan nilai Odds Ratio 36.000

CI:95% (2.585-501.268) yang berarti sekolah dengan pembinaan lingkungan

kehidupan sekolah sehat kurang baik 36 kali berpengaruh kurang baik


52

pelaksanaan program UKS dari pada pembinaan lingkungan kehidupan sekolah

sehat yang baik.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saputra (2014), yang menyatakan

ada hubungan antara pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dengan

pelaksanaan program UKS di Sekolah Dasar Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh

Tamiang dengan hasil analisis penelitian p=(0,002) < α (0,05).

Menurut Kasman (2012), bila lingkungan sudah bersih dan kita hidup sehat

maka yang bisa kita dapat yaitu kecerdasan, orang yang peduli terhadap

kebersihan dan tahu bagaimana cara hidup sehat juga termasuk orang yang cerdas

dan karena orang yang sehat mampu berpikir dan berkreativitas. Di lingkungan

belajar seperti di kamar dan di sekolah kita juga harus menjaga kebersihan dan

menerapkan hidup bersih dan sehat agar menjadi orang yang cerdas.

Menurut asumsi penulis, kurang baiknya pelaksanaan program UKS dalam

hal pembinaan lingkungan kehidupan sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur. Hal tersebut dibuktikan dengan para siswa sekolah

kurang menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi mereka sendiri, seperti siswa

yang masih malas mencuci tangan sebelum makan, pakaian sekolah terlihat kotor,

kuku tangan hitam dan panjang. Masih terlihat juga, murid-murid yang

membuang sampah sembarangan tidak pada tempatnya.

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan
53

Dari hasil peneltian yang dilakukan pada lima variabel yang berhubungan

dengan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar

wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tahun 2015, maka

peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1. Ada pengaruh pembinaan pendidikan kesehatan terhadap pelaksanaan

program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 dengan hasil

p=(0,002) < α (0,05)

6.1.2. Ada pengaruh pembinaan pelayanan kesehatan terhadap pelaksanaan

program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar wilayah kerja

Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tahun 2015 dengan hasil

p=(0,023) < α (0,05)

6.1.3. Ada pengaruh pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat terhadap

pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar

wilayah kerja Puskesmas Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara tahun 2015

dengan hasil p=(0,005) < α (0,05)

6.2. Saran

6.2.1. Puskesmas 53

1) Diharapkan kepada petugas program UKS di Puskesmas Kuta Makmur

sebagai pembina UKS di Sekolah Dasar memberikan penyuluhan dengan


54

menggunakan metode visualisasi gambar-gambar yang menarik sehingga

disukai dan mudah dipahami oleh murid-murid.

2) Meningkatkan pembinaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan dokter

kecil di sekolah-sekolah dasar, yang bermanfaat untuk memberikan

pertolongan pertama bagi murid-murid yang membutuhkan pelayanan

kesehatan dasar di sekolah.

3) Memotivasi siswa melalui kegiatan penyuluhan kesehatan agar dapat

mengikuti program BIAS dengan cara memberikan hadiah-hadiah kecil

seperti biskuit, pensil, pulpen atau penggaris sehingga seluruh siswa mau

mendapatkan imunisasi lengkap selama dibangkus ekolah dasar

6.2.2. Tempat Penelitian

1) Meningkatkan kemitraan dengan puskesmas sehingga pelatihan dokter kecil

dapat hidup kembali dan terselenggaranya berbagai kegiatan penyuluhan

kesehatan, terutama penyuluhan mengenai bahaya asap rokok sehingga siswa

memiliki kesadaran untuk menghindari asap rokok sejak dini.

2) Menyediakan ruang UKS di sekolah-sekolah untuk melaksanakan kegiatan

program UKS

3) Melakukan motivasi bagi murid supaya mau melaksanakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara melakukan perlombaan kebersihan

diri maupun lingkungan kelas sekolahnya.

4) Menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana seperti tempat

pembuangan sampah.

6.2.3. Peneliti Lain


55

1) Diharapkan kepada peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini

dengan perbandingan pelaksanaan program UKS di tingkat Sekolah Dasar,

Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum dengan jumlah

sampel yang lebih besar.

2) Diharapkan kepada peneliti lain dapat mengembangkan penelitian tentang

analisis pelaksanaan kegiatan Trias tugas pokok UKS di seluruh Sekolah

Dasar Kabupaten Aceh Utara.

DAFTAR PUSTAKA

56
56

Dinkes Trenggalek, 2014., Akselerasi Pembinaan Dan Pelaksanaan Usaha


Kesehatan Sekolah (UKS) Di Kabupaten Trenggalek Tahun 2014.
http://www.dinkestrenggalek.net/2015/artikel/Akselerasi%20UKS%20di
%20kabupaten%20Trenggalek%202014.pdf. 5 September 2015
Dahlan, 2010., Statistik untuk Kedokteran Kesehatan. Deskriptif, Bivariat dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta:
Salemba Medika
Hastono, 2001., Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika

Hasyim, 2014., Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Seperti Apa Sih Seharusnya?.
Dari http://www.dinkesriau.net/berita-210-usaha-kesehatan-sekolah-uks-
seperti-apa-sih-seharusnya.html. 13 September 2015
Hidayat, 2007., Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. PT.
Jakarta: Salemba Medika
Hukormas, 2014., Anak Usia Sekolah Menjadi Tumpuan Kualitas Bangsa. Dari
http://www.gizikia.depkes.go.id/sekretariat/anak-usia-sekolah-menjadi-
tumpuan-kualitas-bangsa/. 20 September 2015
Kasman, 2012.., Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar: Jakarta
Kurniawan, 2011., Usaha Kesehatan Sekolah. Dari http://www.disdik-
kepri.com/makalah-a-artikel/181-usaha-kesehatan-sekolah. 20 September
2015
Liliana, 2013., Definisi dan Pengertian Pendidikan. Dari http://www.definisi-
pengertian.com/2015/06/definisi-pembinaan-pengertian-pembinaan.html.
18 September 2015
Lutfi, 2014., Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.http://www.usahakesehatansekolah.com/2014/berita/pembinaan-
dan-pengembangan-usaha-kesehatan-sekolah. 13 September 2015
Martunus, 2013., Peran Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah Dalam Kesehatan
Anak Sd Negeri No.026 Simpang Tiga Kecamatan Loa Janan Ilir.
http://www.academia.edu/6412069/. 20 September 2015
Moeloek, 2015., Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/
MENKES/ 52/2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Nafsiah, 2014., Peraturan menteri kesehatan 56ember56c Indonesia Nomor 75
tahun 2014 Tentang Pusat kesehatan masyarakat. Jakarta
57

Nardy, 2012., Pembinaan. Dari


https://www.nardiku.makalah.com/tag/pembinaan/2012. 20 September
2015
Notoatmodjo, 2003., Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
_______, 2005., Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
______, 2007., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Primadi, 2015., Data dan Informasi Tahun 2014 (Profil Kesehatan Indonesia).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Riduwan, Akdon, 2007., Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika
(Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial-Kebijakan-
Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2009., Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta:
Sujudi, 2004., Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Tania, 2014., Pelatihan UKS dan P3K pada Anak SD. Dari
http://www.yessicatania.com/2014/08/pelatihan-uks-dan-p3k-pada-anak-
sd.html. 16 September 2015

Anda mungkin juga menyukai