PR ANEStesi 2
PR ANEStesi 2
oleh benda asing, tersengat listrik, trauma dan tersambar petir. Atau Henti
Circulation support).
jalan nafas pada pasien tidak sadar. Pasien pada posisi terlentang pada permukaan
datar dan keras. Head tilt-chin lift maneuver dilakukan pada pasien jika tidak ada
trauma pada leher. Satu tanagn medorong dahi kebawah dan tangan lain
dan epiglotis terbuka. Jaw-thrust maneuver dilakukan pada pasien dengan trauma
menggerakkan kepala-leher.
Bantuan Napas : Pasien dengan henti napas, tidurkan dalam posisi terlentang.
Napas buatan tanapa alat dapat dilakukan dengan cara mulut ke mulut, mulut ke
hidung atau via sungkup muka. Frekuensi dan besar hembusan lita sesuaikan
dengan usia pasien. Bantuan napas ini adekuat jika saat menghembuskan udara
dada naik dan ketika dilepas dada pasien turun dan terdengar udara ekspirasi
pasien. Hembusan tidak baik kalau terjadi kebocoran atau udara sebagian atau
seluruhnya masuk lambung melalui esofagus dan akan menyebabkan distensi
lambung.
melakukan kompresi jantung. Kompresi jantung luar yanf benar ialah bagian
tengah separuh bawah tulang dada. Pada pasien dewasa tekan tulang dada sedalam
3-5cm sebnyak 60-100 kali per menit. Pijatan jantung yang baik akan
menghasilkan denyut nadi pada karotis dan curah jantung sekitar 10-15% dari
normal.
E: Electrocardiography
F: Fibrillation treatment
D: Adrenalin diberiakan bila henti jantung yang terjadi kurang dari 2 menit.
untuk anak. Pemberiannya dapat diulang setelah 3-5 menit pemberian pertama
lebih dari 2 menitkerana pada saat ini asidosis yang terjadi sangat berat. Dosis
mula 1 mEq/kg kemudian dapat diulang setiap 10 menit dengan dosis 0.5 mEq/kg
garam adalah kalsium klorida 10% dan kalsium glukosa 10%. Dosisnya 5ml untuk
dan menambah volume sirkulasi darah terutama pada penderita syok akibat
perdarahan akut atau dehidrasi. Jenis cairan yang dipilih bisa cairan kristaloid
( Ringer Laktat dan Nacl 0.9%) tatu koloid secara tunggal atau kombinasi.
tidak terdapat pola QRS yang khas. Mekanisme kontraksi idak efektif
sehingga denyut nadi tidak teraba. Sebabnya adalah hipovolemia, emboli paru
masif, aneurisma, hipotermi dan ventilasi tidal adekuat serta gangguan
keseimbangan elektrolit.
Gambaran EKG akan tampak osilasi yang khas tanpa kompleks QRS.
ventrikel menjadi irama sinus normal dengan mempergunakan syok balik listrik.
4. Apabila hanya satu penolong, diberikan kompresi sebanyak 15 kali dan diikut
pemberian 2 kali nafas dalam dengan cepat dan dalam. Dalam satu menit harus
ada 4 siklus kompresi dan ventilasi yaitu 60 kompresi dan 8 nafas. Apabila ada
2 penolong, kompresi diberikan oleh salah satu penolong dengan laju 60/menit
dan nafas buatan oleh penolong kedua yang dilakukan pada akhir hitungan ke
5:1.
6. Tanda-tanda klinis kematian otak, adalah titik akhir yang lebih baik untuk
kematian jantung.
8. Obat-obat emergency atau obat-obat yang dipakai pada gawat darurat adalah
a) Adrenalin/ Epinefrin
Adrenalin sangat berguna pada pasien dengan syok anafilaktik yang ditandai
pemberian epinefrin dapat diulangi 3 kali. Kemudian jika sudah diulang 3 kali tapi
tidak ada respon/ asistole maka lihat pupil, jika sudah dilatasi maksimal maka
usaha dihentikan. Tapi jika miosis maka lanjutkan dengan VTP dan RJP, jika
sudah muncul tensi tapi masih rendah maka dapat dilanjutkan dengan obat-obatan
inotropik lain.
b) Efedrin
Fungsinya adalah untuk meningkatkan tensi pada hipotensi yang tidak disebabkan
c) Sulfas Atropin.
oleh karena stimulas vagal, misalnya pada rangsang omentum, operasi urogenital.
d) Aminofilin
menginduksi asma attack. Hal ini yang paling ditakutkan pada tindakan anastesi,
karena pada asma attack yang terganggu adalah fase ekspirasinya, sedangkan pada
intubasi yang dibantu adalah inspirasinya sedangkan untuk ekspirasi
e) Furosemid
Pada tindakan anastesi furosemid sangat dibutuhkan pada keadaan dimana pasien
banyak sekali kehilangan darah dan darah belum tersedia, sehingga kita
sudah tersedia maka kita mencegah terjadinya overload cairan yang sudah masuk
dan saraf untuk menghasilkan efek tenang. Tablet 2-10 mg 2-4 kali sehari. Injeksi
2-5 mg (cemas sedang) atau 5-10 mg (cemas berat) 1 kali dosis. Dapat diulag
yang harus diperhatikan pada injeksi natrium bicarbonat adalah aliran darahnya
lancar, karena jika terjadi ekstravasasi maka akan menyebabkan nekrosis jaringan.
Hati-hati juga pemberian natrium bicarbonat karena akan menarik kalium dari
vena perifer amupun vena sentral melalui kanulasi tertutup atau terbuka dengan
seksi vena. Kanulasi vena perifer pilihan pertama adalah vena-vena di daerah
ekstremitas atas, dan daerah bawah. Hindari vena di daerah kepala karena sangat
tidak stabil fiksasinya, sehingga mudah terjadi hematom. Pada bayi baru lahir,
jugularis interna.
Mengatasi syok
Mengoreksi dehidrasi
Cairan pemelihraan, untuk mengganti kehilangan air tubuh lewat urin, feses,
paru dan keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda sesuai dengan umur,
yaitu Dewasa 1.5-2 ml/kg/jam, Anak-anak 2-4 ml/kg/jam, Bayi 4-6 ml/kg/jam
Orok (neonatus) 3 ml/kg/jam. Cairan yang hilang ini mengandungi sedikit sekali
Cairan Pengganti, untuk mengganti kehilanga air tuuh yang disebabkan oleh
dehidrasi dan perdarahan pda pembedahan atau cedera. Ciaran ganti yang
digunakan ialah kristaloid, misalnya NaCl 0.9% dan Ringer Laktat atau koloid,
bikarbonat 7.5%, kalsium glukonas dll untuk koreksi khusus terhadap gangguan
keseimbangan elektrolit.
Cairan nutrisi, digunakan untuk nutrisi parental pada pasien yang tidak mau
14. Defibrilasi ventrikel adalah DC shock asinkron yang digunakan pada VF/VT
tanpa denyut. Kardioversi adalah DC shock secara sinkron yang digunakan pada
flutter dengan AV-black komplit, AF kronis selma 5 tahun atau lebih, Operasi
katup baru
Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah
kekeliruan.
Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkanpada daerah mid sternum dan
Pastikan stff yang lain tidak ada yang mententuh pasien ataupun bed pasien.
Bila terdengar ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock dengan
Amati EKG monitor bila tidk ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt
BAB 6 : NYERI
1. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Ketika suatu jaringan mengalami
prostaglandin, dan substansi yang akan mengakibatkan respon nyeri. Nyeri juga
2.Fisiologi Nyeri
terkait.
• Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik
yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis
ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara
• Modulasi, yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras
tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat
transmisi nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat
perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak yang
menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri
secara mendasar merupakan pengalaman subyektif sehingga tidak terhindarkan
Patofisiologi nyeri
Nyeri diawali dgn kerusakan jaringan (tissue damage), dimna jaringan tubuh yang
(histamine dan bradykinin) sbg vasodilator yg kuat -> edema, kemerahan dan
-> proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord -> ke otak melalui spinothalamic tracts
-> thalamus dan pusat-pusat yg lbh tinggi termsk reticular formation, limbic
menghilangkan nyeri.
menyadari nyeri.
3. Cara penilaian nyeri
Numeral Rating Scale merupakan sebuah alat ukur yg meminta pasien untuk
menilai rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0 – 10 atau 0 – 100. Angka 0 berarti “no pain” & 10 atau 100
berarti “severe pain” (nyeri hebat). Dengan skala NRS-101 & skala NRS-11
& dengan cara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai
dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” & ujung kanan
diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang
Selanjutnya jaraknya diukur dari batas kiri hingga pada tanda yg diberi oleh
pasien (ukuran mm), & itulah skorenya yg menunjukkan level intensitas nyeri.
kemudian. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri daripada
terbatas. Begitu pula, VAS lebih sensitif pada perubahan terhadap nyeri kronik
VRS merupakan alat ukur yg menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level
intensitas nyeri yg berbeda, range dari “no pain” hingga “nyeri hebat” (extreme
pain). VRS ialah alat pemeriksaan yg efektif buat memeriksa intensitas nyeri.
VRS umumnya diskore dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai
menggunakan skala 5-point yakni none (tidak ada nyeri) dengan diberi score “0”,
mild (kurang nyeri) dengan diberi score “1”, moderate (nyeri yg sedang) dengan
diberi score “2”, severe (nyeri keras) dengan diberi score “3”, very severe (nyeri
yg sangat keras) dengan diberi score “4”. Angka tersebut berkaitan dengan kata
sifat dalam VRS, selanjutnya digunakan untuk memberikan skore buat intensitas
Nyeri akut merupakan nyeri yang menyusul adanya kerusakan jaringan yang
Nyeri Kronis nyeri yang tanpa terjadi kerusakan jaringan yang nyata (Pain
without nociception) yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, biasanya
Ladder. Strategi ini merupakan bagian dari metode manajemen nyeri yang
“By the Clock” berarti untuk nyeri yang persisten, obat diberikan berdasarkan
interval obat tersebut daripada diberikan hanya ketika dibutuhkan atau “on
demand”.
“By the Ladder” yaitu tiga langkah tangga analgesik menurut WHO untuk
Langkah 1:
· Untuk nyeri ringan sampai sedang sebaiknya dimulai dengan obat analgesik
non opioid dan tingkatkan dosisnya. Jika dibutuhkan dapat ditingkatkan sampai
antidepresan atau antikonvulsi jika dibutuhkan. Jika pasien dengan nyeri sedang
Langkah 2:
· Apabila masih tetap nyeri, maka dapat naik ke tangga atau langkah kedua,
Langkah 3:
· Apabila ternyata masih belum reda atau menetap, maka sebagai langkah
“For the Individual” berarti rencana terapi harus berdasarkan tujuan pasien.
Pada dasarnya, prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat diterapkan untuk nyeri
Step
analgesia yang bekerja pada mekanisme yang berbeda untuk mendapatkan efek
analgesia yang superior tanpa efek samping yang berarti bila dibandingkan
dengan pemberian obat tunggal dengan dosis yang besar. Beberapa contoh dari
menjadi pilihan pada penanganan nyeri pasca bedah bila memungkinkan sesuai
dengan jenis operasi dan kondisi pasien. Parasetamol dan NSAIDs menjadi obat
utama pada nyeri pasca bedah dengan intensitas ringan sementara opioid dan atau
teknik anestesi lokal dapat digunakan untuk intensitas nyeri sedang (moderate
pain ).
Cth:
mendorong darah di dalam arteri hingga ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal
untuk orang dewasa adalah 120/80 MmHg. Pada bayi dan anak-anak tekanan
darah normal lebih rendah daripada dewasa. Ukuran tekanan darah ini dibagi
denyut nadi dapat dilakukan pada arteri radialis (pergelangan tangan), arteri
brakialis (siku), arteri karotis (leher) atau arteri doralis pedis (kaki). Denyut nadi
menarik napas dalam waktu satu menit. Respirasi norml atau pernafasan normal
Suhu Tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan Termometer.
Suhu tubuh normal untuk dewasa adalah 36,5 derajat Celcius - 37,5 derajat
Celcius.
3. Takikardia disebabkan oleh hipoksia, hipovolumia, demam, dan nyeri.
Bradikardi disebabkan oleh blok subarakhnoid, hipoksia (pada bayi) dan refleks
hipoksia.
Sebagai pemantauan tekanan vena sentral terkait status cairan dan oksigenasi
tubuh.
Memberikan cairan dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang
relative singkat.
Cara pengukuran CVP bisa dilakukan dengan 2 metode, yaitu secara manual
dan membaca melalui monitor yang sudah dihubungkan oleh tranduser. Cara
CVP diantaranya manometer, cairan, water pass, extension tube, three way,
fowler (450).
Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point merupakan suatu titik
yang nantinya dijadikan acuan dalam pengukuran CVP. Zero point ditentukan
dari SIC (spatium inter costa) ke 4 pada linea midclavicula karena SIC ke 4
ditarik ke lateral (samping) sampai mid axilla. Di titik mid axilla itulah kita
berikan tanda.
Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada manometer yang
pada manometer sejajar dengan titik SIC ke 4 midaxilla, maka kita plester
Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem 1 (satu). Caranya
adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan (infus) kea rah pasien.
Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah pasien kita buka, sementara
Setelah aliran cairan dari sumber cairan ke pasien lancar, lanjutkan dengan
sumber cairan ke arah manometer. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke
arah manometer dibuka, sementara yang ke arah pasien kita tutup. Cairan
Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan cara mengalirkan
cairan dari manometer ke tubuh pasien. Jalur threeway dari manometer dan ke
arah pasien dibuka, sementara jalur yang dari sumber cairan ditutup.
Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi cairan stabil pada
ekspirasi pasien. Saat inspirasi, permukaan cairan pada manometer akan naik,
sementara saat pasien ekspirasi kondisi permukaan cairan akan turun. Posisi
cairan yang turun itu (undulasi saat klien ekspirasi) itu yang dicatat dan
disebut sebagai nilai CVP. Normalnya nilai CVP adalah 5-12 cmH2O.
Nilai CVP yang kurang/rendah artinya pasien dalam kondisi kurang cairan,
mendapatkan ventilasi tekanan negatif, shock, dll. Sedangkan jika nilai CVP pada
pasien cenderung tinggi artinya klien mengalami kelebihan volume cairan, gagal
termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi
kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh reflex batang otak,
dan apneu.
dikerjakan jika tidak ada fraktur atau tidak stabilnya tulang leher secara jelas.
Respon tes ini ditimbulkan dengan membuat gerakan cepat, bertenaga dengan
memindahkan posisi kepala dari posisi ditengah ke 90˚ pada kedua sisi.
* Refleks kornea: tidak dijumpai kedipan mata dengan mengoles mata dengan
ujung kapas.
* Respon motorik dari nervi kranialis: tidak ada seringai yang tampak jika
* Refleks vestibulo-okular (tes kalori): pemeriksaan ini tidak boleh dikerjakan jika
ada perforasi membrana timpani. Tes ini dikerjakan pada posisi kepala terangkat
30˚ dengan melakukan irigasi membrana timpani pada satu sisi dengan 10 cc air
es. Lakukan irigasi selama 1 menit pada tiap telinga dan jarak pemeriksaan
antara 2 telinga sebaiknya berkisar 5 menit. Deviasi tonik pada mata secara
faring posterior.
tube hingga mencapai karina atau lebih dalam. Hilangnya refleks batuk terhadap