Translate Jurding
Translate Jurding
Karakteristik Pasien
Dari Juli 2009 sampai November 2014, terdapat 259 pasien di 22 center (250
pasien Kanada, 4 pasien Eropa, 3 pasien Amerika Serikat, dan 2 pasien
Australia). Di antara mereka, 132 pasien akan menjalani kateter ablasi dan 127
akan menjalani pengobatan antiaritmia (gambar S1 di Supplementary
Appendix). Karakter klinis pasien antara kedua grup sangatlah mirip (Tabel 1).
Pada 127 pasien yang menjalani pengobatan antiaritmia yang awal, 4 pasien
mengundurkan diri sebelum mencapai kejadian, bersama 1 pasien yang
menjalani transplantasi jantung, dan 11 pasien ikut juga menjalani kateter ablasi.
Dari 132 pasien grup ablasi, 3 pasien tidak menjalani prosedur dari awal, 3
pasien mengundurkan diri sebelum mencapai kejadian, dan 4 pasien ikut juga
menjalani pengobatan antiaritmia. Detail lebih lanjut dapat dilihat pada gambar
S1 di Supplementary Appendix.
Kejadian Klinis
Terdapat 78 kejadian primer pada 132 pasien grup ablasi (59,1%) dan 87
kejadian primer pada 127 pasien obat antiarimtia lanjutan (68,5%). Kejadian
primer pada grup ablasi lebih rendah secara signifikan dibandingkan grup
pengobatan antiaritmia (hazard ratio pada grup ablasi 0,72; 95% confidence
interval [CI], 0,53~0,98; P = 0,04) (Tabel 2 dan Gambar 1). Perbedaan ini
dipengaruhi tren dari berkurangnya shock yang dibutuhkan dan episode
ventrikuler takikardia, dan terlebih karena perbedaan spesifik (kategori 2)
dimasukkan dalam analisis (hazard ratio 0,72; 95% confidence interval [CI],
0,53~0,98; P = 0,04). Secara analisis sensitivitas post hoc (setelah penelitian) 30
hari terapi, perbedaan antar grup tidak signifikan (lihat bagian Hasil pada
Supplementary Appendix).
Selama penelitian, 36 pasien (27,3%) grup ablasi dan 35 pasien (27,6%) grup
pengobatan antiaritmia meninggal (hazard ratio 0,96; 95% CI, 0,60~1,53;
P=0,86). Ventricular tachycardia storm terjadi pada 32 pasien grup ablasi
(24,2%) dan 42 pasien grup pengobatan antiaritmia (33,1%)(hazard ratio 0,66;
95% CI, 0,42~1,05; P = 0,08). Penggunaan ICD terjadi pada masing-masing grup
50 pasien (37,9%) dan 54 pasien (42,5%)(hazard ratio 0,77; 95% CI 0,53~1,14;
P = 0,19)(Tabel 2 dan Gambar 1).
Analisa Subgrup
Kejadian primer tidak berbeda secara signifikan di antara kedua grup pada
pasien yang tidak diberi amiodarone (P= 0,64 , Gambar 2). Tetapi, kejadian
aritmia pada grup ablasi lebih rendah dibanding grup pengobatan antiaritmia
tanpa mempedulikan amiodarone (P=0,001, P=0,03 untuk keterkaitan). Kateter
ablasi tidak mengubah risiko kematian pada subgrup yang menerima
amiodarone (hazard ratio 0,80; 95% CI 0,47~1,36; P = 0,41) dan grup yang
tidak menerima amiodarone (hazard ratio 1,49; 95% CI, 0,57~3,94; P = 0,42)
(P = 0,28 untuk keterkaitan). Tidak ada keterkaitan signifikan berdasarkan
pengamatan data-data subgrup, meliputi data dari subgrup post hoc (setelah
penelitian) yang sebanding jumlahnya di pusat studi (lihat bagian Hasil di
Supplementary Appendix).
Pembahasan
Ventrikuler takikardia berulang adalah masalah umum pasien kardiomyopati
iskemik dengan pemasangan ICD dan biasanya diterapi dengan obat antiaritmia,
amiodarone. Dari penelitian, kateter ablasi lebih efektif dibandingkan
pengobatan antiaritmia untuk menurunkan angka kematian atau serangan
ventrikuler takikardia atau penggunaan ICD setelah 30 hari. Pasien dengan
ventrikuler takikardia berulang adalah grup yang berisiko tinggi, untuk
mengalami serangan ventrikuler takikardia dan pada penelitian >¼ grup ini
meninggal, yang sebagian besar disebabkan gagal jantung kongestif atau
penyebab lain non jantung dan hanya beberapa yang karena aritmia. Tidak ada
data yang menunjukkan pengobatan mampu menurunkan angka kematian,
mungkin ini disebabkan karena risiko tinggi kematian berasal dari faktor-faktor
selain jantung itu sendiri.