Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDIDAYA ITIK

Penyusun:

Afifa Nurainingsih – 200110170099

Delviolla Suhanda – 200110170077

Ghina A M – 200110170

Hendy Yusva – 200110170246

Nazhif R M – 200110170076

Shanggita Pahlevi Putri – 200110170

FAKULTAS PETERNAKAN

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Budidaya Itik

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Budidaya Itik untuk masyarakat ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jatinangor,14 November 2017

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................................ ii
Daftar Tabel........................................................................................................................... iii
Daftar Ilustrasi....................................................................................................................... iv
I.PENDAHULUAN
1.1 Peternakan Tradisional/Peternakan rakyat...................................................................... 1
1.2 Peternakan Semi Tradisional...........................................................................................
1.3 Peternakan Maju/Peternakan Skala Industri....................................................................
II.PEMBAHASAN
2.1 Produksi Peternakan........................................................................................................
2.2 Contoh – Contoh Produk Olahan Hasil Ternak...............................................................
2.3 Cara Pengolahan Produk Ternak ....................................................................................
2.4 Lingkungan Peternakan...................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Peternakan Tradisional / peternakan rakyat
Peternakan rakyat adalah usaha peternakan yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang
jumlah maksimum kegiatannya untuk tiap jenis ternak sebagaimana ditetapkan.
II.
III. letak lokasi peternakan dengan pemukiman warga jarak paling dekat minimalnya 500 meter.

Ayam ras petelur 10.000 ekor induk

15.000
Ayam ras pedaging ekorproduksi/si
klus

Itik, angsa atau entok


15.000 ekor campuran

10.000 ekor campuran


Kalkun
25.000 ekor campuran

Burung puyuh 25.000 ekor campuran

300 ekor campuran


Burung dara
100 ekor campuran

Kambing atau domba 20 ekor campuran

75 ekor campuran
Sapi potong
50 ekor campuran

Sapi perah
1.500 ekor campuran

300 ekor campuran


Kerbau

Kuda

Kelinci

Rusa

Adapun ciri ciri yang melekat pada usaha peternakan subsistens ini adalah:

Skala usaha ekonomi kecil,


Investasi modal kecil,
Hasil produksi sedikit,
Kualitas produk tidak standar,
Penjualan produk tidak teratur,
Harga ditentukan pembeli,
Pengetahuan beternak sederhana,
Manajemen tradisional,
Pakan yang diberikan seadanya,
Tidak dilakukan pencegahan penyakit,
Ternaga kerja keluarga tidak terdidik,
Usaha sampingan,
Tidak memperhitungkan nilai nilai ekonomi,
Tidak memperhatikan keinginan konsumen,
Pemilikan ternak hanya beberapa ekor,
Bibit yang diusahakan bibit lokal.

Pada usaha peternakan yang bermotiv subsistens keadaan pengusaha relatif sulit untuk menghitung
keuntungan, karena peternak tidak memperhitungkan berapa biaya produksi, jarak fisik antara
produsen dengan konsumen akhir relatif pendek, permintaan konsumen terbatas dan spesialisasi
pekerjaan masyarakat masih sederhana. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada tingkat
perekonomian masyarakat yang belum berkembang atau perekonomiannya berkembang lambat.
Lambatnya perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih parah lagi, jika
disertai dengan tingkat komunikasi yang rendah. Saluran pemasaran pada usaha peternakan
subsistens dapat digambarkan sebagai berikut.

1.2 Peternakan Semi Tradisional


Usaha peternakan semi komersial adalah motiv usaha peternakan yang lebih unggul daripada usaha
peternakan subsistens/tradisional. Usaha peternakan semi komersial ini selain ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga juga ditujukan untuk dijual ke pasar. Jenis ternak yang diusahakan adalah: sapi
perah, kambing perah, ayam ras broiler, ayam ras petelur dan burung puyuh. Adapun ciri ciri usaha
peternakan semi komersial ini adalah sebagai berikut:

Skala usaha ekonomi menengah ,Investasi modal sedang,


Hasil produksi cukup banyak,
Kualitas produk sudah standar,
Penjualan produk teratur,
Terlibat dalam lembaga koperasi dan harga ditentukan koperasi ,
Pengetahuan beternak cukup baik,
Manajemen sistematik,
Pakan yang diberikan kualitas sedang,
Sudah dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi,
Ternaga kerja keluarga dan luar keluarga sudah terdidik,
Usaha pokok,
Sudah memperhitungkan nilai nilai ekonomi,
Sudah memperhatikan keinginan konsumen,
Pemilikan ternak beberapa ekor sampai puluhan ekor tergantung jenis ternaknya,
Bibit yang diusahakan bibit unggul.

Pada usaha peternakan yang bermotiv semi komersial keadaan pengusaha relatif lebih mudah untuk
menghitung keuntungan, karena peternak sudah memperhitungkan biaya produksi yang pokok jarak fisik antara
produsen dengan konsumen akhir relatif lebih jauh dan diantara produsen dengan onsumen sudah ada suatu
lembaga perantara yang berupa pedagang, permintaan konsumen sudah meningkat dan spesialisasi pekerjaan
masyarakat sudah mulai terbentuk.

1.3 Peternakan Maju / Peternakan Skala Industri


Usaha peternakan komersial adalah mitiv usaha peternakan modern yang padat modal dan teknologi maju
dengan pengelolaan manajemen ilmiah. Usaha peternakan komersial ini ditujukan untuk memenuhi
permintaan konsumen dengan imbalan keuntungan yang besar. Adapun ciri ciri motiv usaha peternakan
komersial ini adalah sebagai berikut:

Skala usaha ekonomi besar,


Investasi modal besar,
Hasil produksi sangat banyak,
Kualitas produk sudah standar,
Penjualan produk teratur,
Perusahaan mandiri berbentuk PT,
Pengetahuan beternak sangat baik,
Manajemen ilmiah,
Pakan yang diberikan kualitas tinggi,
Dilakukan pencegahan penyakit/vaksinasi,
Ternaga kerja luar keluarga terdidik,
Usaha pokok,
Sangat memperhitungkan nilai nilai ekonomi,
Sangat memperhatikan keinginan konsumen,
Pemilikan ternak sangat banyak,
Bibit yang diusahakan bibit unggul.

Pada usaha yang bermotiv komersial keadaan pengusaha sangat mudah untuk menghitung keuntungan, karena
segala biaya yang dikeluarkan sudah dihitung, produk yang dihasilkan banyak, jarak antara produsen dengan
konsumen sudah relatif lebih jauh lagi, lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak, permintaan konsumen
sangat banyak dan spesialisasi pekerjaan masyarakat sudah tinggi. Keadaan seperti ini biasanya ditemui pada
tingkat perekonomian masyarakat yang sudah berkembang atau perekonomiannya sudah berkembang.
Perkembangan perekonomian pada masyarakat tersebut akan lebih baik lagi, jika disertai dengan tingkat
komunikasi yang sangat baik. Saluran pemasaran pada usaha peternakan subsistens dapat digambarkan
sebagai berikut.
IV. PEMBAHASAN
2.1.Produksi Peternakan
4.1 Contoh - contoh Produk Olahan Hasil Ternak
4.2 Cara Pengolahan Produk Ternak

2.3.1 Proses pengolahan ternak itik

Proses pengolahan produk dari budidadaya itik adalah beraneka ragam. Misalnya sebagai salah satu jenis
kuliner yang dapat diambil dari daging dan telurnya. Kami akan memaparkan hasil olahan budidaya itik yang
berasal dari telurnya. Biasanya telur itik dijadikan sebagai telur asin karena pori-pori di permukaan kulitnya
besar sehingga memudahkan pada saat proses pengasinan.

1. Proses pemilihan telur

Untuk mengetahui secara pasti kondisi telur yang akan diasinkan, maka kami perlu melakukan pemeriksaan
atau pensortiran. Kemudian telur dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air hingga benar - benar bersih, serta
ditiriskan.

2. Membuat adonan dan larutan

Sebelum memulai proses pembuatan telur asin, kami membuat adonan yang terbuat dari abu gosok/tanah liat
dan garam dimana bahan tersebut dicampur menjadi satu kemudian dijadikan sebagai bahan
perendaman/pembungkusan telur. Kami harus lebih memperhatikan takaran garam yang akan dilarutkan, agar
rasa asin pada telur tidak kurang atau berlebihan. Karena proses pembuatan telur asin ini bisa dilakukan dengan
beberapa macam cara. maka kami akan membahas satu persatu cara membuat adonan atau larutan ini.

3. Proses membuat telur asin


· Perendaman dengan larutan garam. Perendaman telur dilakukan selama 7-10 hari, agar menghasilkan telur asin
yang rasa asinnya cukup enak untuk dinikmati.
· Membungkus telur menggunakan adonan garam. Usahakan agar tiap sisi memiliki tingkat ketebalan yang sama,
agar rasa asin yang meresap kedalam telur merata. Kemudian taruh dalam wadah dan peramkan selama 7-10
hari. Setelah pemeraman dianggap cukup maka adonan pembungkus harus segera dilepas dari telur tersebut,
sehingga rasa asin pada telur tidak berlebihan.

· Setelah dirasa (perendaman cukup waktunya +/- 7-10 hari). Segera bongkar adonan pembungkus pada telur.
Agar tidak merusak telur pada saat pengbongkaran adonan pembungkus, sebaiknya ditambahkan sedikit air
hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Setelah itu, pisahkan telur yang kulitnya retak.
Simpan telur yang baik ditempat yang dingin atau bisa langsung direbus.

· Cuci telur asin terlebih dahulu hingga bersih ketika hendak direbus. Berikut ini
adalah peluang yang bisa diambil untuk menciptakan telur asin beraneka rasa,
langkah-langkah untuk membuatnya adalah sebagai berikut :

1. Direndam dalam larutan teh

Agar menciptakan rasa disini telur direndam pada larutan teh terlebih dahulu sebelum telur asin mentah
tersebut direbus. Bahkan kalau mungkin perendaman dilakukan selama 4-8 hari.

Biasanya telur asin yang sudah matang dapat bertahan selama 2-3 minggu. Namun jika hal ini dilakukan
keawetan telur asin dapat mencapai hingga 6 minggu.

Penggunakan ekstrak daun teh ini bertujuan agar zat tanin yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi
pori-pori telur serta memberikan warna coklat muda yang menarik. Juga aroma telur asin yang dihasilkan
mungkin akan lebih disukai oleh konsumen.

2. Telur asin dengan berbagai aroma

Langkah lain bisa dilakukan dengan membubuhi berbagai macam aroma dan rasa, seperti telur asin rasa jahe,
cabe, jeruk dll.

Proses yang dilakukan adalah memberikan campuran ekstrak jahe, cabe, atau jeruk kedalam larutan untuk
merendam telur tersebut.
Cara membuat ekstrak jahe tersebut adalah dengan mengupas bersih jahe, kemudian diblender dengan air
secukupnya, lalu disaring dan jadikan ekstrak jahe.

Hal yang sama dapat dilakukan untuk membuat ekstrak rasa lainnya sesuai keinginan dari permintaan
konsumen.

Kemudian ekstrak inilah yang akan dicampurkan kedalam larutan garam jenuh yang sudah dingin, lalu diaduk
rata. Kemudian rendam telur itik kedalam larutan tersebut selama 7-10 hari. Langkah selanjutnya sama seperti
pada pembuatan telur asin biasa.

Hasil dari percobaan ini menyimpulkan bahwa penyampuran ekstrak rasa kedalam larutan garam untuk
merendam telur hanya akan mempengaruhi rasa asin dari telur tersebut, namun tidak mempengaruhi warna baik
putih maupun kuning telurnya.
Jadi bila kita menambahkan ekstrak jahe maka rasa asin telur akan bercampur dengan rasa jahe begitu pula
untuk ekstrak rasa yang lain. Sehingga kita bisa membuat sendiri telur asin rasa jahe, telur asin rasa pedas, telur
asin rasa jeruk dll.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum pengepakan, yaitu :

1. Langkah pertama kita melakukan pengumpulan telur di pagi hari dan sore hari.

2. Segera keluarkan telur dalam kandang jangan biarkan menumpuk karena akan terkontaminasi dengan mikroba
dan di dalam kandang juga menekan angka telur yang pecah.
3. Setelah telur dikeluarkan dari kandang, telur tersebut barulah dicuci terlebih dahulu.

4. Telur yang sudah bersih bisa langsung proses pengepakan dan bisa juga diolah terlebih dahulu seperti : telur
asin, telur asin aneka rasa dll.
5. Pengepakan disini banyak jenis dan variasinya, tergantung pasar dan konsumennya.

6. Setelah proses pengepakan selesai barulah proses pemasaran dilakukan.

2.3.2 Harga produk

Harga yang di tetapkan harus stabil dan bersaing dengan produsen petelur lainnya, harga yang terlalu tinggi akan
mengurungkan niat pembeli, sebaliknya harga yang terlalu rendah di khawatirkan tidak dapat memenuhi biaya produksi.

Pemberian diskon setiap pembelian dalam jumlah tertentu juga dapat menarik pembeli. Untuk hasil telur per harinya

kurang lebih 70 butir. Sedangkan, untuk hasil telur selama satu bulan, yaitu kurang lebih 2.100 butir telur yang
mana per butir telurnya kami jual dengan harga Rp .3000.

No Uraian Harga Satuan (Rp) Keterangan

1. Total 70 butir / hari


-
hasil produk 2.100 butir / bulan

2. Harga produk Rp 3.000,- -

70 x 3.000 = Rp 210.000
Total Penerimaan

2.100x3.000=Rp6.300.000

2.3.3 Kandungan gizi produk


Kandungan protein pada telur itik rebus dan telur itik asin tidak jauh berbeda, namun proses pengasinan akan

meningkatkan kadar natrium (sodium) pada telur asin. Peningkatan kadar natrium pada telur itik asin mencapai 3
kali lipat lebih banyak daripada yang terdapat pada telur itik rebus. Selain kandungan natrium, pada telur itik asin
juga terjadi peningkatan kalsium mencapai 2 kali lipat dibandingkan telur itik rebus.

Karena rasanya yang asin, konsumsi telur itik asin tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah. Hal ini dikarenakan telur itik asin mengandung natrium mencapai 529 mg untuk 100 gramnya, dimana bagi
penderita hipertensi berat hanya boleh mengonsumsi natrium 200-400 mg. Sementara bagi penderita hipertensi
ringan, telur itik asin masih boleh dikonsumsi maksimal 1 butir perhari atau setara 200-260mg natrium. Penderita
hipertensi ringan boleh mengonsumsi natrium 1000-1200 mg perhari atau setara dengan 1 sdt (4 gram garam
dapur).

4.3 Lingkungan Peternakan

Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap tingkat produksi.
Produktivitas ternak merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan
faktor yang menentukan kemampuan produksi, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor pendukung
agar ternak mampu berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain
pakan, pengelolaan, dan perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta, faktor iklim baik iklim
mikro maupun iklim makro. Sehingga dalam hal ini lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh cukup
besar terhadap penampilan produksi seekor ternak. Hal ini telah dibuktikan bahwa keunggulan genetik suatu
bangsa ternak tidak akan ditampilkan optimal apabila faktor lingkungannya tidak sesuai. Seperti telah
disebutkan bahwa salah satu faktor lingkungan yang merupakan kendala utama tidak dapat terekspresinya
secara optimal potensi produksi ternak adalah iklim mikro dan iklim makro.

Iklim makro maupun iklim mikro dapat berpengaruh langsung terhadap penampilan produktivitas ternak.
Pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan hijauan pakan ternak yang cepat tua dan menyebabkan
tingginya serat kasar, sedangkan penganah langsungnya adalah terjadinya stress panas atau dingin, sehingga
ternak menderita stress atau ternak merasa tidak nyaman yang berakibat terhadap penurunan produksi dan
reproduksi ternak. Untuk itulah perlu diketahui pengaruh ikiim terhadap kondisi fisiologis ternak, sehingga
dapat diupayakan pengendalian iklim, khususnya iklim mikro agar penampilan produktivitas ternak dapat
ditingkatkan. Iklim mikro adalah merupakan interaksi berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik atau
keadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ada empat faktor iklim
utama yang merupakan interaksi tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, radiasi matahari dan kecepatan
angin. Negara Indonesia terletak di wilayah dengan iklim tropis basah yang dicirikan dengan suhu udara dan
kelembaban yang tinggi yaitu suhu minimum 22°C dan suhu maksimum 32°C dengan kelembaban relatif lebih
besar dari 70%. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi tersebut menyebabkan ternak akan terkena stress
panas.
Stres

Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik,
kimia dan biologis lingkungan (Yousef dalam Sientje, 2003). Dengan kata lain, stres terjadi
apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur
lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah (Curtis dalam
Sientje, 2003). Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih
tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap
lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef
dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi
dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu
dan komposisi susu (Mc Dowell dalam Sientje, 2003).

Pada tekanan panas yang cukup tinggi ternak berusaha untuk menurunkan produksi panas
di dalam tubuhnya (terutama dengan menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi), dan
juga meningkatkan pembuangan panas dengan proses phisiologi ( memperbesar aliran
darah ke kulit, panting, dll) dan perubahan posisi tubuh. Berlawanan dengan keadaan
dingin, mempertahankan suhu tubuh normal dengan cara meningkatkan jumlah makan yang
dikonsumsi ( untuk memenuhi produksi panas yang dibutuhkan) serta melalui perubahan
fisiologis untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh.

Pertukaran panas telah diatur oleh sistem tubuh ternak sehingga pada periode waktu
panas yang dihasilkan sama dengan panas yang dilepaskan, artinya suhu tubuh ternak
senantiasa tetap. Zona panas tubuh netral adalah rentangan suhu dimana panas yang
dihasilkan bebas pada tekanan suhu.Pada zona ini panas yang dihasilkan terutama
tergantung pada jumlah pakan dan berat badan ternak

Ciri-ciri lain yang dramastis akibat stress panas adalah ditandai dengan penurunan
konsumsi pakan, hal ini mengakibatkan penurunan pertumbuhan sehingga pada saat ini
kita sulit untuk memprediksi pertumbuhan ternak. Rasio feed confersi tidak berpengaruh,
deposisi lemak lambat, sehingga terlihat kurus. Akan tetapi jika proporti pertumbuhan
daging relatif lebih rendah akibat penurunan feed intake di banding dengan perkembangan
lemak maka ternak akan menjadi lebih gemuk dari pada yang diharapkan pada saat
dipotong.

Efek Terhadap Hormonal


Temperatur berhubungan dengan fungsi kelenjar endokrin. Stres panas memberikan pengaruh
yang besar terhadap sistem endokrin ternak disebabkan perubahan dalam metabolisme
(Anderson dalam Sientje, 2003).

Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi
kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi selera makan dan
penampilan (MC Dowell dalam Sientje, 2003). Stres panas kronik juga menyebabkan
penurunan konsentrasi growth hormone dan glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi
hormon ini, berhubungan dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain
itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan
metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron yang
berhubungan dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita stres
panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan
konsentrasi aldosteron (Anderson dalam Sientje, 2003).

STRATEGI PENGURANGAN STRES PANAS

Stres panas harus ditangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang
lebih besar.

Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan
hasil positif adalah :

1. Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein,


mineral dan vitamin

2. Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas

3. Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan


suplai air

4. Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta


kombinasinya
DAFTAR PUSTAKA

http://galihghung.blogspot.co.id/2013/06/produsen-peternakan.html

http://seributahajud.blogspot.co.id/2014/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://nutritiondata.self.com/facts/dairy-and-egg-products/147/2

http://uwp.ac.id/info/news/ibm-telurasin.html

http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/kandungan-gizi-manfaat-dan-efek-samping-
telur-itik-asin.html

http://www.healthydailymail.com/2015/05/salted-egg.html

http://animal intelektual.blogspot.com/2009/06/pengaruh-lingkungan-terhadap
tingkah.html,5 Januari 2011.

http://dithanovi-ub.blogspot.co.id/2011/10/kandungan-nutrisi-pada-itik.html

http://endangsafrina.blogspot.co.id/2013/04/bisnis-itik.html

Anda mungkin juga menyukai