KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Askep ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah Askep ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah Askep ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”
berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh. Menurut buku ilmu kebidanan, istilah abortus dipakai untuk
menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
(Wiknjosastro, 1991;h.302). Selain itu aborsi dapat juga didefinisikan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum fetus mencapai waktunya dan biasanya terjadi sebelum kehamilan mencapai
umur 20-24 minggu.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Agar dapat
memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu dilakukan penggajian dan pemberian
intervensi yang tepat. Kita juga mengetahui bahwa peran perawat yang paling utama adalah
melakukan promosi dan pencegahan terjadinya gangguan kesehatan baik l, sehingga dalam hal
ini perlu diberikan pendidikan kesehatan yang efektif guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengkajian pada klien dengan abortus
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang diagnose yang muncul pada klien dengan abortus
3. Untuk mengetahui dan memahami intervensai dan asuhan keperawatan yang diberikan pada
klien dengan abortus
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu
hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat badan janin kurang 500 gram.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones,
2002).
Abor-tus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (FK
UNPAD, Obstetri Patologi, Bandung: bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau
berat janin kurang dari 1.000 gram. ( Junaidi,Purnawan 1982 Kapita Selekta Kedokteran Edisi
ketiga, jilid I, h1m:260 FKUI Jakarta: Media. Aesculapius).
B. ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat
terjadi karena:
a. Faktor kromosom.
Gangguan terjadi sejak sernula pertemuan kromosom, terinasuk kromosorn seks.
b. Faktor lingkungan endometritum.
1) Endometrium belurn siap untuk menerima implasi hasil konsepsi.
2) Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh luar
1) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
2) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
2. Kelainan Pada Plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada diabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
melalui plasenta:
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis.
b. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenter.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit diabetes
melitus.
4. Kelainan Yang Terdapat Dalam Rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
a. Penyebab Dari Segi Maternal
Penyebab secara umum:
1) Infeksi Akut
a) virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b) Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c) Parasit, misalnya malaria.
2) Infeksi Kronis
a) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b) Tuberkulosis paru aktif.
3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4) Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
5) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6) Trauma fisik.
b. Penyebab Yang Bersifat Lokal:
a. Fibroid, inkompetensia serviks.
b. Radang pelvis kronis, endometrtis.
c. Retroversikronis.
5. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.
6. Penyebab Dari Segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b. Mola hidatidosa.
c. Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
C. KLASIFIKASI
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Yaitu:
a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks.
b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahanuterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28
minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup.
D. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam
jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda
kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan Pemeriksaan kadar
fibrinogen darah pada missed abortion.
4. Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
5. Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminen
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang mekanik berkurang.
b. Tes kehamilan dapat dilakukan.
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d. Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi.
e. Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2. Abotus Insipien
a. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan pengosongan uterus
memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
b. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5% 500 ml
dimulai 8 tetes permenit.
c. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
3. Abortus Inkompletus
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi atau RL dan selekas
mungkin di tranfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara
manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus Kompletus
a. Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Infeksiosus Atau Septik
a. Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
b. Penangulangan infeksi
c. Tingkatkan asupan cairan.
d. Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
e. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
6. Habitual Abortus
a. Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
b. Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral. Pembatasan obat-obatan
yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada janin.
c. Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang tenang, dan menghilangkan
rasa cemas.
7. Missed Abortion.
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi.
c. Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan dilatator hegar.
d. Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain infuse oksitoksin 10 iu
dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada
kontraksi uterus. Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut
I. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi denga pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlInfeksiu pemberian transpusi darah, Kematian karena perdarahan dapatb terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Jika terjadi peristiwa ini pendrita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera
dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi.
3. Infeksi
Keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritonium.
4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok Hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABOTUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
1. Data subjektif
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat
b. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan
utama perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri
atau kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa ada tekanan pada punggung,
mengatakan bahwa hasil test kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh sedih
karena kehilangan kehamilannya.
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada
saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar
dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM, jantung, hipertensi , masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
l. Data psikososia:
1) Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi
beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
2) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
l. Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan
yang biasa dilakukan.
2. Data Objektif
a. Sirkulasi: pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga dapat
menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi
teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri.
b. Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada
sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak, auskultasi
bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation : pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga dapat
menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi
teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan karena nyeri
d. Integritas Ego: Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi
suasana baru. Pada pasien abortus kemungkinan terjadi kesadaran menurun, syncope, pasien
tampak lemah.
e. Eliminasi: Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.
Makanan/ cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
f. Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural.
g. Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber: misal nyeri
penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi: mulut mungkin kering.
h. Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus dan
nyeri tekan.
i. SeksualitasL: Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
4. Sekunder Assessment
a. Eksposure: pasien tampak pucat
b. Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan kecil, suhu meningkat
c. Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa tertekan pada pelvic
d. Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi, menanyakan riwayat
kehamilan, umur kehamilan, riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat pemeriksaan kehamilan
(ANC), riwayat penyakit kronis atau akut, riwayat pengobatan serta riwayat alergi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
2. Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada
perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit, perdarahan, kondisi
vulva lembab.
6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
7. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh sedih
kehilangan kehamilannya.
C. INTERVENSI KEPERWATAN
1. Diagnosa 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan …x… jam tidak terjadi devisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil :
a. Turgor kulit elastis dan lembab
b. Mukosa mulut lembab
c. Nadi 75-80x/mnt
d. RR 18-20x/mnt
Intevensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
b. Ukur pengeluaran harian
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
d. Evaluasi status hemodinamika
2. Diagnosa 2 : Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam diharapkan syok tidak terjadi.
Kriteria evaluasi:
a. Kesadaran pasien CM
b. Tanda vital normal
c. Syncope tidak terjadi
d. Perdarahan tidak terjadi
Intervensi :
a. Observasi Keadaan Umum pasien
b. Observasi tanda tanda vital
c. Observasi kesadaran pasien
b. Observasi tanda-tanda perdarahan, jumlah, warna, adanya stolsel/gumpalan
c. Kolaborasi:
1) Kolaborasi dalam pemberian cairan fisiologis.
2) Kolaborasi dalam pemberian
Rasional :
a. Dengan mengobservasi KU pasien dapat di ketahui apakah pasien jatuh kedalam keadaan syok
atau tidak.
b. Penurunan tekanan darah atau denyut nadi yang tidak normal mengindikasikan adanya tanda
syok.
b. Dengan mengobservasi kesadaran pasien dapat diketahui apakah pasien mengalami syncope atau
tidak.
c. Dengan mengobservasi tanda-tanda perdarahan dapat dilakukan penanganan segera apabila
perdarahan terjadi sehingga terhindar dari syok.
d. Kolaborasi:
1) cairan fisiologis berfungsi untuk resusitasi guna mencegah kehilangan cairan lebih banyak lagi
transfuse
2) untuk mengganti kehilangan darah yang berlebihan akibat perdarahan pervaginam
3. Diagnosa 3 : Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam kllien dapat melakukan aktivitas
tanpa adanya komplikasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung,
c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien.
e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas.
Rasional :
a. Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai
untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b. Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
c. Mengistiratkan klilen secara optimal.
b. Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
c. Menilai kondisi umum klien.
4. Diagnosa 4 : Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri pada perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x.. jam diharapkan nyeri berkurang
atau terkontrol.
Kriteria evaluasi :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b. Pasien tampak rileks.
c. Tanda vital normal.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien.
b. Observasi tanda vital.
c. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
d. Ajarkan metode distraksi.
e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
Rasional :
a. Tingkat nyeri pasien dapat dikaji menggunakan skala nyeri ataupun deskripsi.
b. tekanan darah terutama akan meningkat bila pasien merasa nyeri.
c. Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri.
d. Menggalihkan perhatian pasien terhadap nyeri.
e. Analgetik mengurangi nyeri dan membantu pasien merasa rileks.
5. Diagnosa 5 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit,
perdarahan, kondisi vulva lembab.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x... jam diharapkan tidak terjadi infeksi
selama perawatan perdarahan.
Kriteria hasil:
a. Suhu 37-38 C
b. Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan.
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
d. Lakukan perawatan vulva.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.
f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama sesama masa perdarahan.
Rasional :
a. Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih
gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi;
b. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
c. Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
d. Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e. Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan
rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
f. Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan
resiko infeksi pada pasangan.
6. Diagosa 6 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x...jam diharapkan tidak terjadi
kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
Rasional :
a. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit.
c. Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin
berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
d. Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.
e. Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
7. Diagnosa 7 : Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh
sedih kehilangan kehamilannya.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ....x...jam diharapkan tidak terjadi
kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga.
Rasional :
a. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas.
b. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit.
c. Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin
berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
d. Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.
e. Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
D. EVALUASI
1. Perdarahan berkrang -teratasi
2. Tidak terjadi syok Gangguan Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Nyeri berkurang/terkontrol
4. Tidak terjadi infeksi
5. Cemas klien berkurang- hilang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu
hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat badan janin kurang 500 gram. Pengkajian meliputi status kesehatan, pemeriksaan fisik
sampai dengan pemeriksaan laboratorium. Adapun diagnosa yang muncul pada klien dengan
abortus antara lain:
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
2. Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada
perut, terasa kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin dan granulosit, perdarahan, kondisi
vulva lembab.
6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
7. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin ditandai dengan pasien mengeluh sedih
kehilangan kehamilannya.
LP dan Askep Abortus
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
A. DEINISI
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat badan janin
kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Praworihardjo,
2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah
berakhirnya kehamilan yang ditandai dengan keluarnya hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu
B. ETIOLOGI
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan
monosomi X, lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan, tembakau, dan alcohol
b. Infeksi akut, pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV
c. Abnormalitas traktus genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks
dan retroversion uterus
d. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
(Mitayani, 2009)
C. MANIFESTASI KLINIS
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
a. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
c. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
D. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
b. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali
kongenital.
d. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula
thyroidea.
e. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
F. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya
kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed
aborted). Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya
tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-
benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan. (Sarwono, 2006)
G. KLASIFIKASI
1. Abortus Imminens (abortus mengancam/threatened abortion)
Proses awal dari suatu keguguran ditandai dengan perdarahan pervaginam, sementara ostium
uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin masih baik didalam uterus
Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules.
Pada abortus imminiens, kehamilan masih dapat di pertahankan.
Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan sampai kehamilan atern dan lahir normal.
Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan.
Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut
jantung janin dengan gerakan janin
Jika sara terbatas, pada usia diatas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena
mempengaruhi rencana penatalaksanaan/ tindakan.
3. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah keluar kavum uteri
melai kanalis servikalis (Saefudin AB, dkk, 2006)
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluarmelai jalan lahir (Achadiat, 2004)
Tanda dan gejala:
Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan darah
Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
Ostium uteri sternum atau serviks terbuka
Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah
menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
4. Abortus Komplit
Prosesus abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir (Achadiat,
2004)
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil kontrasepsi telah dikeluarkan dari
kavum uteri (Saefudin AB, dkk, 2006)
5. Missed Abortions
Kehamilan yang tidak normal, janin mati pada usia kurang dari 20 hari yang tidak dapat
dihindari (James L. Lindsey, MD, 2007)
Berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tersebut
bertahan dalam uterus selama 6 minngu atatu lebih (Achadiat, 2004)
Adannya retensi yang lama terhadap janin yang telah mati dalam paruh pertama kehamilan, atau
retensi hasil konsepsi dalam uterus selama 8 minggu atatu lebih, kejadiannya sekitar 2% dari
kehamilan (Pilliter, 2002)
Perdarahan pada kehamilan muda disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga
8 minggu atau lebih (Saifudin, AB dkk, 2006)
Tanda dan gejala
Gejalanya seperti abortus imminiens yang kemudian menghilang secara spontan disertai
kehamilan menghilang
Denyut jantung janin tidak terdengar
Mulas sedikit
Ada keluaran dari vagina
Uterus tidak membesar tetapi mengecil
Mammae agak mengendor/payudara mengecil
Amenorhoe berlangsung terus
Tes kehamilan negative
Dengan USG dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia
kehamilan
Biasanya terjadi pembekuan darah
6. Abortus Infeksius dan Abortus Septik
Abortus infeksius adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang
diperoleh dari luar rumah sakit maupun yang terjadi setelah tindakan di rumah sakit.
Abortus septic adalah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus infeksius, dimana pasien
telah masuk dalam keadaan sepsis akibat infeksi tersebut. Angka kematian akibat abortus septic
ini cukup tinggi (sekitar 60%). (Achadiat, 2004)
Abortus infeksius adalah adanya abortus yang merupakan komplikasi dan disertai infeksi
genitalia, sering dikaitkan dengan tindakan abortus tidak aman sehingga dapat menyebabkan
perdarahan hebat.
Abortus septic adalah abortus infeksius berat yang disertai pengeluaran kuman/toksin, septic
syok bacterial dan gagal ginjal akut.
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Abortus septic adalah keadaan yang lebih parah dari abortus infeksius karena disertai dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah dan peritoneum, sehingga dijumpai
adanya tanda peritornitis umum atau sepsis dan disertai dengan syok.
Tanda dan gejala:
Kanalis servikalis terbuka
Ada perdarahan
Demam
Takikardia
Perdarahan berbau
Uterus membesar dan lembek
Nyeri tekan
Leukositosis
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada pasien abortus yang tidak aman (unsafe
abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan.Komplikasi dapat berupa
perdarahan, kegagalan ginjal, infeksi, syok akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian tranfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini penderita perlu diamati dengan teliti jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan
oleh seorang awam menimbulkan persoalan gawat karena diperlukan uterus biasanya luas,
mungkin pula terjadi pada kandungan kemih atau usus.Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk
selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperelunya guna mengatasi komplikasi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan
pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (unsafe
abortus).
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena peradangan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang-ulang dibutuhkan anamnesis yang terarah mengenai
riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu secara anatomis maupun laboratorik.Apabila
abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua juga penting untuk diperhatikan.Bila terjadi
pada trimester pertama maka banyak fakor yang harus dicari sesua kemungkinan etiologi dan
mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor
penyebab lainnya cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya
tumor mioma uteri serta infeksi lain berat pada uterus atau serviks. Tahap-tahap penatalaksanaan
tersebut meliputi:
Riwayat penyakit dahulu:
a. Kapan abortus terjadi, apabila pada trimester pertama atau pada trimester berikutnya, adakah
penyebab mekanis yangn menonjol.
b. Mencari kemungkinan adanya toksin, lingkungan dan pecandu obat terlarang
c. Infeksi ginekologi dan obstetri.
d. Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome” (thrombosis, fenomena
autoimun, false positive test untuk sifilis).
e. Factor genetic antara suami istri (consanguinity)
f. Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus berulang dan sindroma yang
berkaitan dengan kejadian abortus atau pun partus prematurus yang kemudian meninggal.
g. Pemeriksaan diagnostic yang terkait dan pengobatan yang pernah didapat.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan ginekologi
c. Pemeriksaan laboratorium:
1. Kariotik darah tepi kedua orangtua
2. Histerosangografi diikuti dengan histeroskopi atau laparoskopi bila ada indikasi
3. Biopsy endometrium pada fase luteal
4. Pemeriksaan hormone TSH dan antibody anti tiroid
5. Antibody antifosofolipid (cardiolipin, fosfatidilserin)
6. Lupus antikoagulan (apartial thromboplastin time atau russel viper venom)
7. Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit, Kultur jaringan serviks (myocoplasma,
ureaplasma, chlamydia) bila diperlukan.
2. Penatalaksanaan Medis
Setelah didapatkan anamnesis yang maksimal, bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu
dengan riwayat abortus berulang-ulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio
internal uterine yang baik perlu diberikan pada ibu hamil.Kenali kemungkinan terjadinya anti
fosfolipid syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intra uterine.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan untuk membantu pemantauan
kelangsungan kehamilan sampai pemberian USG dapat dikerjakan. Gold standard untuk
monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus.Pada keadaan embrio tidak terdapat gerakan jantung
janin maka perlu segera dilakukan evakuasi serta pemberian kariotip jaringan hasil konsepsi
tersebut.
Pemeriksaan serum á-fetopotein perlu dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu.
Pemeriksaan kariotip dari buah kehamilan dapat dilakukan dengan melakukan amniosintesis air
ketuban untuk menilai bagus atau tidaknya kehamilan.
Bila perlu terjadi kehamilan, pada pengobatan dilakukan sesuai dengan hasil penilaian yang
sesuai.Pengobatan disini termasuk memperbaiki kualitas sel telur atau spermatozoa, kelainan
anatomi, kelainan endokrin, infeksi dan berbagai variasi hasil pemeriksaan reaksi
imunologi.Pengobatan pada penderita yang mengidap pecandu obat-obatan perlu dilakukan juga.
Konsultasi psikologi juga akan sangat membantu.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara intensif
harus dikerjakan secara bertahap baik pengobatan kromosom, anomaly anatomi, kelainan
endokrin, infeksi, factor imunologi, antifosfolipid sindrom, terapi immunoglobulin atau
imunomodulator perlu diberikan secara berurutan.Hasil ini merupakan suatu pekerjaan yang
berat dan memerlukan pengamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
A. BIODATA
1. Identitas Ibu
Nama Inisial : Ny. D
Usia : 27 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
DX. : Abortus
2. Identitas Suami
Nama Inisial : Tn. S
Usia : 28 th
Agama : Islam
Kebangsaan : WNI
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Gubuk Sero, Teluk Betung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : Saat dilakukan pengkajian pasien
mengeluarkan darah mengatakan
perutnya terasa mulas dan sakit
C. PEMERIKSAAN UMUM
a. Keadaan Umum
Kesadaran : CM (Composmentis)
b. TTV
TD : 100/70
N : 70 x/mnt
RR : 18 x/mnt
S : 36,5 0C
BB :68 kg
c. Anak Ke- :G2P1A1
d. Gerakan Janin : (-)
e. Head Toe To
1. Kepala : mesochepal
2. Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
3. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, bersih dan
tidak bau
4. Hidung : simetris, jalan nafas lancar
5. Tenggorokan : tidak ada gangguan menelan
6. Dada : payudara tidak mengeluarkan ASI
7. Abdomen : tidak ada pembesaran vena abdomen, nyeri tekan pada
Abdomen
8. Genetalia : keluar lendir darah, warna merah, tidak adatidak ada
hemoroid
9. Muskuloskeletal : gerakan normal, tidak ada gangguan, tidak ada
edema, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm.
D. LABORATORIUM
A. Pemeriksaan Hematologi
- Darah Rutin : tidak ada
- WBC : tidak ada
- HGB : tidak ada
B. Foto Abdomen : USG
E. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Kontraksi pada otot Nyeri akut
Perut bagian bawah dan pada rahim
pinggang
DO : - Pasien tampak meringis
- Posisi untuk mengurangi
nyeri
- TD : 100/70
2. DS : Perdarahan Defisit Volume
Pasien mengatakan sejak minggu Cairan
sore keluar darah cair dan
menggumpal
DO :
- - Konjungtiva anemis
- - Pasien tampak pucat
- - Pasien lemah
3. DS : Kelemahan, Gangguan
Pasien mengatakan badannya terasa Penurunan Aktivitas
lemas Sirkulasi
DO : - lemah
- TD : 100/70
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi pada otot rahim
2. Defisit Volue Cairan berhubungan dengan Perdarahan
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
G. RENCANA KEPERAWATAN
No. Dx. Kep. Tujuan NOC NIC Rasional
(Nanda) (intervensi) (implementasi)
1. Nyeri akut Klien dapat1. Kaji kondisi nyeri 1. Mengkaji kondisi 1. Pengukuran nilai
berhubungan beradaptasi yang dialami klien nyeri yang dialami ambang nyeri dapat
dengan dengan 2. Terangkan nyeri yang klien dilakukan dengan
kontraksi nyeri yang diderita klien dan 2. Menerangkan nyeri skala maupun
pada otot dialami penyebabnya yang diderita klien dan dsekripsi.
rahim 3. Kolaborasi pemberian penyebabnya 2. Meningkat kan
analgetika 3. Mengolaborasi koping klien dalam
pemberian analgetika melakukan guidance
mengatasi nyeri
3. Mengurangi onset
terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan
pemberian analgetika
oral maupun sistemik
dalam spectrum
luas/spesifik
2. Defisit Tidak 1. Kaji kondisi status 1. Mengkaji status 1. Pengeluaran cairan
Volue terjadi hemodinamika kondisi hemodinamika pervaginal sebagai
Cairan devisit 2. Ukur pengeluaran 2. Mengukur akibat abortus
berhubungan volume harian pengeluaran harian memiliki karekteristik
dengan cairan, 3. Berikan sejumlah 3. Memberikan sejumlah bervariasi
Perdarahan seimbang cairan pengganti cairan pengganti 2. Jumlah cairan
antara harian harian ditentukan dari
intake dan 4. Evaluasi status 4. Mengevaluasi status jumlah kebutuhan
output baik hemodinamika hemodinamika harian ditambah
jumlah dengan jumlah cairan
maupun yang hilang
kualitas. pervaginal
3. Tranfusi mungkin
diperlukan pada
kondisi perdarahan
massif
4. Penilaian dapat
dilakukan secara
harian melalui
pemeriksaan fisik
3. Gangguan kllien dapat1. Kaji tingkat 1. mengkaji tingkat 1. Mungkin klien tidak
Aktivitas melakukan kemampuan klien kemampuan klien mengalami perubahan
berhubungan aktivitas untuk beraktivitas untuk beraktivitas berarti, tetapi
dengan tanpa 2. Kaji pengaruh 2. mengkaji pengaruh perdarahan masif
kelemahan, adanya aktivitas terhadap aktivitas terhadap perlu diwaspadai
penurunan komplikasi kondisi kondisi untuk menccegah
sirkulasi uterus/kandung uterus/kandung kondisi klien lebih
3. Bantu klien untuk 3. membantu klien untuk buruk
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan2. Aktivitas merangsang
aktivitas sehari-hari aktivitas sehari-hari peningkatan
4. Bantu klien untuk 4. membantu klien untuk vaskularisasi dan
melakukan tindakan melakukan tindakan pulsasi organ
sesuai dengan sesuai dengan reproduksi
kemampuan/kondisi kemampuan/kondisi 3. Mengistiratkan klilen
klien klien secara optimal
5. Evaluasi perkembang5. mengevaluasi perkem4. Mengoptimalkan
an kemampuan klien bangan kemampuan kondisi klien, pada
melakukan aktivitas klien melakukan abortus imminens,
aktivitas istirahat mutlak
sangat diperlukan
5. Menilai kondisi
umum klien
E. CATATAN PERKEMBANGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INCOMPLET
Oleh :
LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS INCOMPLET
1. DEFINISI
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan
(Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam
uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung
pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau
plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).
2. ETIOLOGI
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom
seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
3. PATOFISIOLOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta
mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi
khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap.
Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh
janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
4. PATHWAY
4. TANDA DAN GEJALA
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani, 2009).
5. PENATALAKSAAN MEDIS
a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90
mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda
syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi
wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau
ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis)
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi sisa
hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im (diulangi setelah 15
menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
e. Rencana Intervensi
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN
KOLABORASI
TUJUAN (NOC) INTERV
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
selama 3x24 jam diharapkan nteri Lakukan pengkajian nyeri sec
berkurang dengan indicator: karakteristik, durasi, frekuensi,
Pain Level, Observasi reaksi nonverbal dar
Pain control, Gunakan teknik komunikas
Comfort level pengalaman nyeri pasien
Mampu mengontrol nyeri Kaji kultur yang mempengaruh
(tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan Evaluasi pengalaman nyeri masa
tehnik nonfarmakologi Evaluasi bersama pasien d
untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri m
Melaporkan bahwa nyeri berkurang Bantu pasien dan keluarga
dengan menggunakan manajemen nyeri dukungan
Mampu mengenali nyeri (skala, Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan kebi
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Kurangi faktor presipitasi nyeri
berkurang Pilih dan lakukan penanganan n
Tanda vital dalam rentang normal dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Ajarkan tentang teknik non farm
Berikan analgetik untuk mengur
Evaluasi keefektifan kontrol nye
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter ji
tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tent
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik,
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jen
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperluk
ketika pemberian lebih dari sat
Tentukan pilihan analgesik terga
Tentukan analgesik pilihan, rute
Pilih rute pemberian secara IV,
teratur
Monitor vital sign sebelum
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu te
Evaluasi efektivitas analgesik, ta
2 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan cairan
Hydration Timbang popok/pembalut jika dip
intravaskuler, interstisial,
Nutritional Status : Food and Fluid Intake Pertahankan catatan intake dan o
dan/atau intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi,
Kriteria Hasil : Monitor status hidrasi ( kelemba
Mempertahankan urine output sesuai tekanan darah ortostatik ), jika dip
kehilangan cairan dengan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT Monitor hasil lAb yang sesuai
pengeluaran sodium
normal osmolalitas urin )
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam Monitor vital sign
Batasan Karakteristik :
batas normal Monitor masukan makanan / caira
- Kelemahan
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
- Haus Kolaborasi pemberian cairan IV
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
- Penurunan turgor kulit/lidah Monitor status nutrisi
tidak ada rasa haus yang berlebihan
- Membran mukosa/kulit Berikan cairan
kering Berikan diuretik sesuai interuksi
- Peningkatan denyut nadi, Berikan cairan IV pada suhu ruan
penurunan tekanan darah,
penurunan volume/tekanan Dorong masukan oral
nadi Berikan penggantian nesogatrik s
- Pengisian vena menurun Dorong keluarga untuk membantu
- Perubahan status mental Tawarkan snack ( jus buah, buah
- Konsentrasi urine meningkat Kolaborasi dokter jika tanda caira
- Temperatur tubuh meningkat Atur kemungkinan tranfusi
- Hematokrit meninggi
Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada third
spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
- Kehilangan volume cairan
secara aktif
Kegagalan mekanisme
pengaturan
3 Cemas Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
Definisi :
Coping Gunakan pendekatan yang me
Impulse control Nyatakan dengan jelas harapan
Perasaan gelisah yang tak
jelas dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : Jelaskan semua prosedur dan a
Klien mampu mengidentifikasi dan Pahami prespektif pasien terhd
atau ketakutan yang disertai
mengungkapkan gejala cemas Temani pasien untuk memb
respon autonom (sumner
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan takut
tidak spesifik atau tidak
menunjukkan tehnik untuk mengontol Berikan informasi faktual men
diketahui oleh individu);
cemas
perasaan keprihatinan Dorong keluarga untuk menem
Vital sign dalam batas normal
disebabkan dari antisipasi Lakukan back / neck rub
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
terhadap bahaya. Sinyal ini
tubuh dan tingkat aktivitas Dengarkan dengan penuh perh
menunjukkan berkurangnya kecemasan
merupakan peringatan Identifikasi tingkat kecemasan
adanya ancaman yang akan Bantu pasien mengenal situasi
datang dan memungkinkan Dorong pasien untuk men
individu untuk mengambil persepsi
langkah untuk menyetujui Instruksikan pasien mengguna
terhadap tindakan Barikan obat untuk mengurang
Ditandai dengan
Gelisah
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
4. Risiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol in
selama 3x24 jam diharapkan resiko Bersihkan lingkungan setelah di
infeksi terkontrol dengan indicator: Pertahankan teknik isolasi
Immune Status Batasi pengunjung bila perlu
Knowledge : Infection control Instruksikan pada pengunjun
Risk control berkunjung dan setelah berkun
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Gunakan sabun antimikrobia un
Mendeskripsikan proses
penularan Cuci tangan setiap sebelum dan
penyakit, factor yang mempengaruhi Gunakan baju, sarung tangan se
penularan serta penatalaksanaannya, Pertahankan lingkungan aseptik
Menunjukkan kemampuan
untuk Ganti letak IV perifer dan line
mencegah timbulnya infeksi petunjuk umum
Jumlah leukosit dalam batas normal Gunakan kateter intermiten un
Menunjukkan perilaku hidup sehat kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila pe
Infection Protection (Proteks
Monitor tanda dan gejala infeksi
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap inf
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap pen
Partahankan teknik aspesis pada
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada a
Inspeksi kulit dan membran m
drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi beda
Dorong masukkan nutrisi yang c
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
Ajarkan pasien dan keluarga tan
Ajarkan cara menghindari infek
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5 Kurang pengetahuan b/d Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
keterbatasan pengetahuan Kowledge : health Behavior 1. Berikan penilaian tentang ti
penyakitnya, tindakan Kriteria Hasil : proses penyakit yang spesifik
yang dilakukan, obat Pasien dan keluarga menyatakan 2. Jelaskan patofisiologi dari
obatan yang diberikan, pemahaman tentang penyakit, kondisi, berhubungan dengan anatomi
komplikasi yang mungkin prognosis dan program pengobatan tepat.
muncul dan perubahan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan3. Gambarkan tanda dan gejala
gaya hidup prosedur yang dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses penyakit, d
Definisi : kembali apa yang dijelaskan perawat/tim 5. Identifikasi kemungkinan peny
Tidak adanya atau kesehatan lainnya. 6. Sediakan informasi pada pasie
kurangnya informasi tepat
kognitif sehubungan 7. Hindari harapan yang kosong
dengan topic spesifik. 8. Sediakan bagi keluarga atau
Batasan karakteristik : pasien dengan cara yang tepat
memverbalisasikan 9. Diskusikan perubahan gaya hid
adanya masalah, mencegah komplikasi di masa
ketidakakuratan mengikuti pengontrolan penyakit
instruksi, perilaku tidak 10. Diskusikan pilihan terapi atau p
sesuai. 11. Dukung pasien untuk mengek
Faktor yang berhubungan opinion dengan cara yang tepat
12. Eksplorasi kemungkinan sumb
: keterbatasan kognitif,
tepat
interpretasi terhadap 13. Rujuk pasien pada grup atau
informasi yang salah, cara yang tepat
kurangnya keinginan Instruksikan pasien mengenai
untuk mencari informasi, pada pemberi perawatan keseh
tidak mengetahui sumber-
sumber informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta.
2004
http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-ny-n-
gestasi.html Diakses pada tanggal 14 November 2014
http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit-oleh-kurniawati.html
Diakses pada tanggal 14 November 2014
http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-askep-abortus/
Diakses pada tanggal 14 November 2014
Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media Aesculapius
Jakarta 2000.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.