Anda di halaman 1dari 9

1.

Kasus Korupsi Megaproyek 2,5 Trilyun Hambalang


Langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menuntaskan kasus mega
proyek pembangunan sport center khusus untuk para atlet yang terletak di Desa Hambalang,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat sudah memasuki tahap baru. KPK sudah menetapkan
tersangka terkait kasus proyek Hambalang. Adalah Kepala Biro Keuangan dan Rumah
Tangga Kemenpora Dedi Kusnidar yang menjadi tersangka. KPK menyebut ada dugaan
miliaran rupiah uang negara yang diselewengkan dalam proyek ini.

Dedi disangka melanggar Pasal 2 Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi junctoPasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Selaku pejabat pembuat
komitmen (PPK), Dedi diduga menyalahgunakan kewenangannya sehingga menimbulkan
kerugian negara atau menguntungkan pihak lain. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan
Dedi, diduga terkait dengan pengadaan dan pembangunan sarana prasarana pusat pelatihan
olahraga Hambalang. Dedi diduga berperan dalam pencairan anggaran Hambalang termin
pertama sekitar Rp 200 miliar. Adapun proyek Hambalang dilaksanakan dengan kontrak
tahun jamak (multi years) 2010 sampai 2012. Anggarannya diduga mencapai Rp 2,5
triliun. Terkait Hambalang, KPK hari ini menggeledah tujuh tempat, salah satunya ruangan
Dedi di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Senayan, Jakarta.

Komisi Pemberantasan Korupsi tengah menghitung jumlah kerugian negara dari


kasus korupsi proyek pembangunan sarana dan prasarana Sekolah Olahraga Nasional (SON)
Hambalang, Jawa Barat. Menurut ketua KPK Abraham Samad, Jumlah kerugian negara
belum selesai dihitung. Tapi dipastikan kerugian negara miliaran rupiah dari mega proyek Rp
2,5 triliun itu.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memastikan indikasi korupsi dalam proyek Pusat
Olahraga dan Sekolah Atlet Bukit Hambalang Bogor Kementerian Pemuda dan Olahraga
(Kemenpora). Sementara itu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sudah mengendus
permasalahan pembangunan mega proyek komplek olahraga terpadu di Hambalang, Bogor,
Jawa Barat. BPK sebelumnya sudah menyarankan Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk
menyelesaikan permasalahan tanahnya terlebih dahulu sebelum pembangunan. Tanah yang
saat ini digunakan sebagai komplek olahraga terpadu merupakan tanah bekas Hak Guna
Usaha (HGU) yang diserahkan kepada Kemendikna, yang kemudian digarap
warga.Meskipun sudah ada bukti tanda terima pembagian uang kerohiman kepada warga
yang menggarap tanah tersebut, tetapi surat-surat pemilikannya tidak ada sehingga BPK hal
tersebut masih bermasalah.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPPATK) melaporkan temuan


baru analisis transaksi mencurigakan terkait proyek Hambalang. Temuan ini dilaporkan ke
KPK tiga hari yang lalu. Sebelumnya PPATK telah menyetor 10 laporan hasil analisa (LHA)
ke KPKterkait dengan pembangunan sarana pusat pendidikan, pelatihan dan sekolah olahraga
nasional di Hambalang.

Proyek Hambalang
Mantan Menteri Olahraga, Adhyaksa Dault, mengungkapkan proyek Hambalang pada
awalnya bukan untuk pembangunan pusat olahraga. Melainkan hanya pembangunan sekolah
olahraga. Menurutnya proyek tersebut sudah melenceng jauh dari perencanaan awal yang dia
buat. Dimana proyek Hambalang berawal dari kebutuhan sekolah olahraga untuk
menggantikan Sekolah Olahraga Ragunan. Pada 2009 lalu. Adhyaksa menambahkan, dirinya
sempat bekonsultasi dengan pakar geologi. Bahwa kondisi tanah di Hambalang itumiring,
labil dan tidak kuat untuk dibangun bangunan tinggi

Pembangunan sekolah olahraga itu sudah dianggarkan Rp125 miliar. Namun,


pihaknya tidak dapat memulai pembangunan lantaran BPK meminta agar pembangunan
dihentikan. Proyek itu terletak beberapa kilometer dari Sentul ke arah Babakan Madang. Atau
tepatnya di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pagar
dari seng terlihat dipasang mengelilingi lahan proyek seluas 30 hektare itu

2.Kasus Akil Mochtar Kian Penuh Kejutan


Kejahatan dengan efek berantai, mencuat dalam kasus Akil Mochtar, eks Ketua
Mahkamah Konstitusi (MK). Pasalnya, Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa
DNA Akil identik dengan yang menempel di salah satu lintingan ganja di ruang kerjanya.

Akil sebelumnya sudah jadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
kejahatan korupsi miliaran rupiah, ditambah dengan unsur narkoba, maka kejahatannya
selaku pejabat publik di MK, semakin mengejutkan.

“Profil yang diteliti identik dengan DNA yang menempel di kertas lintingan ganja
yang setengahnya sudah diisap,” kata Kepala Humas BNN Kombes Sumirat Dwiyanto dalam
jumpa pers di Gedung BNN, Jakarta Timur, Rabu (30/10).

Atas temuan tersebut, BNN langsung mengkoordinasikan tim kedokteran untuk


mendalami dugaan penggunaan narkoba tahanan KPK tersebut. Ada empat lintingan ganja ini
ditemukan bersamaan dengan dua pil yang mengandung unsur sabu. Dan lagi, atas temuan
tersebut, menurut Sumirat, belum dapat serta-merta Akil dinyatakan positif pernah
menggunakan ganja maupun narkoba lainnya.

Bila dalam proses penelusuran diketahui riwayat Akil sering bersentuhan dengan
narkoba, aparat hukum akan mengembangkannya menjadi perkara penyelidikan. Ada
kemungkinan Akil sebagai pengguna. Ada ancaman hukuman bagi pengguna maksimal
empat tahun.

Ketua Majelis Kehormatan Konstitusi (MKK) Harjono mengatakan, soal temuan


narkoba tersebut termasuk yang ditanyakan kepada Akil saat majelis menanyai yang
bersangkutan di Gedung KPK. Saat itu, Akil menolak mengomentari pertanyaan dari majelis.
Meski begitu, menurut Harjono, Akil tetap bisa dijerat pelanggaran kode etik. Menurut dia,
penolakan itu dapat diartikan sebagai pengakuan secara tidak langsung karena Akil tidak
menggunakan haknya untuk membela diri.

Di luar kasus Lebak Banten yang menjerat Akil, Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan aliran dana dari sejumlah calon kepala daerah ke
rekening terkait Akil Mochtar. Jumlah transaksi mencurigakan yang diendus PPATK
mencapai Rp100 miliar. Ini semua menunjukkan gawatnya kejahatan kerah putih tersebut.

Kejahatan korupsi Akil sudah mengejutkan publik, ditambah dengan temuan bau
sangit narkoba pada kasusnya, membuat kejahatan Akil makin sempurna. Pertanyaannya,
apakah Pengadilan Tipikor kelak menjatuhkan hukuman yang sempurna pula kepadanya?
Media dan publik menunggu akhir kisah Akil Mochtar dengan seluruh mata rantai cerita yang
ada di dalamnya.

3.Anas Tuding SBY & Ibas Korupsi, SBY


Presiden RI Pertama Dipenjara?
JAKARTA (voa-islam.com) Anas Tuding SBY & Ibas Korupsi, mungkinkah SBY
Presiden RI pertama yang masuk penjara? Bisa jadi ya atau tidak. Tergantung siapa yang
mengusutnya, sementara KPK dan Kapolri disinyalir orang suruhan SBY yang siap
mengamankan SBY dan kroninya.

Penemuan surat kaleng dari staf KPK kepada Anas menjadi tanda tanya besar ada
skema rekayasa Anas. Surat yang ditemukan di sekretariat PPI itu berisikan bahwa KPK
merekayasa kasus Anas dan SBY yang menerima uang dana kampanye dari Nazarudin eks
Bendahara Umum Partai Demokrat.

Dalam penyitaan barang-barang di rumah Anas juga membuka tabir keterlibatan KPK
yang menjadi anjing herder Presiden SBY.

KPK sibuk memainkan isu nasional merusak citra Anas dan mengabaikan Mahfud yang
menjadi pintu masuk ke Attiyah Laila istri Anas Urbaningrum untuk dijadikan tersangka, lalu
kenapa KPK mengejar-mengejar athiya, namun kasus Bunda Putri alias Bu Pur malah
ditinggalkan ?

Ditemukan surat dari pegawai KPK, awalnya tidak akan disampaikan oleh Anas karena
rahasia. Tapi ini sudah dibawa oleh KPK jadi harus disampaikan.

"Kita terbuka saja dan siapa pun diperiksa, jangan ada special treatment. Saya hanya minta
itu, jangan ada special treatment, perlakuan khusus," ujarnya di kantor KPK, Jakarta, Kamis
(14/11/2013).

Sby diduga terlibat dalam proyek senilai Rp 2,5 triliun dan KPK harus turut serta memeriksa
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Edhie Baskoro, dan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam mengusut kasus proyek Hambalang.

Firman menambahkan ke dua tokoh ini penting diperiksa mengingat ada dugaan dana proyek
Hambalang mengalir di Kongres Partai Demokrat 2010.

"Kan ada Pak Ibas. Kan ada juga fungsi fungsi yang lain, Dewan Pembina. Ada persoalan
Pak Ibas, pak SBY di dalam pelaksanaan kongres itu. Kan keterlibatan semua pihak harus
dibuka, jangan ada special treatment," ujar Firman.
Berikut isinya seperti dibacakan oleh Ma'mun:
"Kepada Yth
Bapak Anas Urbaningrum
di Tempat

"Sebelumnya saya mohon maaf dan menjaga kerahasiaan ini. Saya tidak
menyebut identitas saya. Saya adalah pegawai biasa di KPK. Pak Anas yang lugu
dan polos, politik itu memang benar sadis dan tidak ada hati nurani. Teman,
kerabat tidak heran, kalau itu musuh dan lawan politik. Termasuk Pak Anas
adalah korban politik dari elite petinggi-petinggi internal sendiri.
Dan di balik ini semua, Pak SBY dengan kroninya, masalah bocor sprindik, saya
tersenyum. Tapi hati saya terluka. Pak Anas, saya adalah pengagum Pak Anas dan
siap mendukung perlawanan politik ini. Termasuk mahasiswa agar kebenaran itu
siap kita dukung.

Pak Anas, ada hal penting yang saya informasikan, di KPK ada surat Nazaruddin.
Dalam Berita Acara Pemeriksaan, Nazaruddin melaporkan Pak SBY menerima
dana untuk kampanye Pilpres 2009. Di mana BAP itu sudah ditandatangani
Nazaruddin, tapi sampai sekarang ini tidak pernah diangkat KPK dan tidak
diteruskan langsung sampai sekarang

Mungkin ini bisa jadi amunisi perlawanan politik buat Bapak. Demikian surat ini
saya buat sebagai bentuk pendukung dan mengagumi Pak Anas. Akhir kata saya
ucapkan maju terus, kebenaran pasti terungkap."
Fakta Korupsi Cikeas semakin kuat namun tidak ditindaklanjuti.
Dari penggeledahan itu, ditemukan surat yang disebut dari pegawai KPK.
"Ditemukan surat dari pegawai KPK," kata juru bicara PPI Ma'mun Murod Al-
Barbasy, Selasa (13/10).Kata Ma'mun, awalnya surat itu tak akan
dipublikasikan ke publik. Lantaran disita KPK, maka isi surat itu dinilai layak
disampaikan ke publik.
"Sifatnya rahasia. Tapi karena digeledah, ketahuan dan kemudian dibawa oleh KPK,
maka kami merasa penting surat itu harus dibacakan," ujar dia.
Dalam surat itu, kata Ma'mun tidak disebutkan identitas pengirim. "Tetapi, di
dalamnya ada nomor ponsel segala macam, tapi tidak bisa saya sebutkan. Kalau
ingin jelasnya, silakan ke KPK. Data ini sudah ada di KPK," ujar Ma'mun

Pada surat pemeriksaan KPK pada Nazarrudin terungkap bahwa Presiden SBY terima dana
kampanye pilpres 2009 dan BAP nya sudah di tandatangani Nazarudin namun tidak pernah
diungkit KPK.
Demikian halnya dengan BAP Edie Baskoro yang terlibat kasus Hambalang raib di
KPK, tragisnya gedung BPK terbakar dan sekarang sejumlah arsip MK hilang terkait
pengangkatan SBY-Boediono..!!

Sejumlah arsip milik Mahkamah Konstitusi hilang terkait pengangkatan SBY-


Boediono pada 2009 lalu. Artinya SBY-Boed presiden tidak sah dan Indonesia tidak
punya presiden alias negara auto pilot..

Choel sudah diketahui gemar memberikan suap kepada Edhie Baskoro Yudhotono
(Ibas) dan anggota keluarga Cikeas, termasuk hadiah mobil mewah seperti Ferari
dan sejenisnya.

Choel juga penyimpang rahasia busuk Cikeas yg terkait dgn aliran dana dan
penggunaan uang korupsi bank Century utk kepentingan PD/ SBY,

Ingat, choel adalah pimpinan FOX Indonesia, mesin opini dan pencitraan PD/SBY
yang banyak menghabiskan uang kampanye termasuk dari Century,

Ingat, Choel juga pernah disebut2 punya hubungan special dengan Hartati Murdaya
Poo. Mereka berdua pasangan serasi membobol dan korupsi uang negara.

Tak hanya di kejutkan dengan berita hilangnya BAP ibas di KPK dalam kasus
hambalang. BAP itu sengaja di hilangkan untuk menutup pemberian mobil ferrari
dari Choel mallarangeng kepada Ibas. Kita di kejutkan dengan kebakaran gedung
BPK lantai 11. Di lantai 11 gedung BPK itu adalah ruangan vital yang menyimpan
berkas audit Century dan Hambalang.

Lengkaplah sudah permainan busuk KPK, BPK juga Istana untuk menyelamatkan
orang-orangnya yang tersandung korupsi Hambalang dan Bank Century. Akhirnya
listrik di jadikan "kambing hitam" dalam kebakaran tersebut.

Dengan hilangnya arsip ini, maka Rakyat harus tahu bahwa SBY dan Boediono
bukan Presiden dan Wakil Presiden Rakyat, karena illegal, atas hilangnya arsip yang
dipandang Mahkamah Konstitusi sebagai tindakan kesalahan prosedur.

Pengajuan Kapolri baru, Sutarman disinyalir untuk melindungi orang bermasalah di


pusat kekuasaan. Rekam jejak Sutarman, baik selama menjabat Kapolda maupun
Kabareskrim tidak menunjukan prestasi istimewa. Malah, Sutarman cenderung
menunjukan catatan hitam.
Dan ini perlu dibuka untuk diketahui dan dikritisi :

A. Komjen Sutarman berdiri paling depan membela Irjen Joko Santoso Koorlantas
Polri dalam kasus korupsi Simulator SIM, kasus korupsi besar diusut KPK yang
aliran dananya terindikasi menyentuh level bintang 3 bahkan 4. Jadi, komitmen
Sutarman terhadap pemberantasan korupsi dan dukungan terhadap KPK patut
dipertanyakan," imbuhnya

B. kasus korupsi besar ditangani kabareskrim yang merugikan Negara ratusan


milyar rupiah yang melibatkan tokoh besar seperti korupsi alat kesehatan yang
melibatkan Siti Fadila Supari, mantan Menkes yang saat ini menjabat dewan
penasehat presiden, tak ada kemajuan.

C. Penanganan korupsi tender plat nomor kendaraan bermotor triliunan rupiah di


Koorlantas tak jelas dan menolak ditangani KPK," imbuhnya.

D. Kasus surat palsu Andi Nurpati di Mahkamah Konstitusi yang dilaporkan tokoh
sekaliber Ketua MK waktu itu Mahfudz MD, dengan bukti sangat jelas, dicuekin
bahkan ditutup kasusnya.

Lalau kapan Ibas dan SBY diajukan ke Pengadilan? Menjadi gelap ketika KPK dan
Polisi masih berada dalam ketiak penguasa, rasanya revolusi dan rezim baru yang
bisa menjawabnya. Wallahu'alam [RioC/Rahmad/voa-islam.com]
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2013/11/15/27592/anas-tuding-
sby-ibas-korupsi-presiden-ri-pertama-dipenjara/#sthash.dPU2r1aI.dpuf

4.KPK Diminta Selidiki Kasus Korupsi di


PGN
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk
menyelidiki dan memeriksa kasus korupsi yang terjadi PT Perusahaan Gas Negara (PGN)
Tbk.

“Saya menilai di PGN sudah lama terjadi penyimpangan antara lain PGN bertindak sebagai
trader dalam menyalurkan gas,” ungkap pengamat Migas, Kurtubi, Minggu (13/10/2013)
malam.

Kurtubi mengatakan seperti itu ketika diminta pendapat soal berita yang menyatakan, Komite
Audit PT PGN melakukan penyelidikan terhadap laporan percaloan yang diduga melibatkan
Direktur Utama Hendi Prio Santoso.

Seperti diberitakan, temuan kasus percaloan volume gas yang diduga melibatkan Hendi Prio
Santoso disinyalir menjadi alasan di balik pencopotan Michael Baskoro dari kursi Direktur
Pengusahaan PGN pada medio tahun 2012.
Kurtubi menjelaskan, seharusnya gas dari hulu langsung kepada konsumen. Namun, yang
terjadi sampai saat ini adalah gas hulu harus melalui pihak ketiga (trader) dan yang bertindak
sebagai pihak ketiga di sini adalah oknum-oknum PGN sendiri.

“Mereka sebenarnya bertindak seperti calo yang ingin mendapat keuntungan besar,” tutur
Kurtubi.

Kurtubi memastikan kasus percaloan di PGN ini sudah diketahui oleh Menteri ESDM, Jero
Wacik. Oleh karena itu, Kurtubi meminta KPK segera mengusut penyimpangan seperti ini.

“Kalau ada masyarakat yang melaporkan dugaan korupsi di PGN segera ditindaklanjuti,
bahkan harus arahkan penyelidikan KPK ke Kementerian ESDM,” ujar Kurtubi.

Informasi yang dikumpulkan pada tahun 2011, forum cabotage dari Universitas Indonesia
(UI) melaporkan PT PGN ke KPK dan Komisi Persaingan Usaha (KPPU) atas dugaan
penyimpangan tender pengadaan FSRU Floating Storage Unit (FSUR) atau penyimpangan
minyak terapung).

Kemudian ada 2010, yaitu kasus jaringan distribusi gas yang sedikit related dengan proses
privatisasi PGN.

Adanya privatisasi karena diduga melibatkan anggota DPR karena melalui DPR-lah PGN
akhirnya bisa diprivatisasi. Tersangka dari PGN adalah Djoko Pramono
Kasus 2009, kasus pipa gas Jawa Timur tersangkanya Washington Mampe Parulian (Dirut
PGN saat itu) dan Trijono dari BPH Migas.

Kepala humas PGN, Ridha Ababil, ketika diminta komentarnya, pertama, ia membantah
kalau ada petugas atau pejabat PGN yang menjadi trader atau calo gas.

“Kalau ada tolong lapor ke kami atau pihak berwajib. Kami ingin nama baik PT PGN tetap
baik dan negara tidak dirugikan,” tandas Ridha.

Kedua, mengenai kasus percaloan yang menyebutkan keterlibatan Dirut PGN, Ridha
menegaskan, itu kasus lama.

“Itu kasus lama dan yang melaporkannya kemana-mana telah kita pecat. Tetapi silahkan KPK
mengusut kalau benar Dirut PGN terlibat,” jelasnya.

Ketiga, mengenai laporan dari forum cabotage UI ke KPK dan KPPU karena atas dugaan
penyimpangan tender pengadaan FSRU Floating Storage Unit (FSUR) atau penyimpangan
minyak terapung) serta kasus jaringan distribusi gas yang sedikit related dengan proses
privatisasi PGN, Ridha juga menjawab itu kasus lama.

“Silahkan diungkapkan lagi itu kasus lama,” selorohnya.

Kurtubi sendiri menegaskan, maraknya kasus percaloan gas di PGN karena sebagian saham
PGN dijual ke publik atau diprivatisasi, sementara di sini lain, PGN masih dikuasai negara.

Terkait #Perusahaan Gas Negara (PGN) #Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


Baca Juga
5.Kasus korupsi Gayus pengaruhi
kepercayaan wajib pajak
Selasa, 1 Oktober 2013 15:41 WIB | 6497 Views

Pewarta: Nikolas Panama

Dirjen Pajak Dirjen Pajak, Ahmad Fuad Rahmany.(FOTO ANTARA/Wahyu Putro A)

Gayus itu dijerat hukum bukan melakukan korupsi terhadap uang yang dikelola Direktorat Jenderal
Pajak, melainkan karena menerima uang suap dari pengusaha atau wajib pajak yang nakal.
Tanjungpinang (ANTARA News) - Kasus korupsi yang menjerat terpidana Gayus Tambunan memberi
pengaruh negatif kepada sebagian wajib pajak untuk membayar kewajibannnya.

"Gayus itu dijerat hukum bukan melakukan korupsi terhadap uang yang dikelola Direktorat Jenderal
Pajak, melainkan karena menerima uang suap dari pengusaha atau wajib pajak yang nakal.
Pengusaha itu tidak mau bayar pajak, sehingga mengambil jalan pintas," kata Direktur Jendral
(Dirjen) Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany, saat berdialog dengan
pelaku usaha, di Tanjungpinang, Selasa.

Fuad yang menjadi narasumber dalam dialog dengan pelaku usaha terkait implementasi Peraturan
Pemerintah Nomor 46/2013 itu mengemukakan, banyak anggota masyarakat termasuk beberapa
wartawan yang tidak mengerti terhadap permasalahan yang menjerat Gayus. Mereka menyangka
Gayus menilap uang yang dikelola wajib pajak sehingga merasa khawatir pajak yang dibayar
dikorupsi oleh oknum-oknum Direktorat Jenderal Pajak.

Hal itu yang menimbulkan kekhawatiran mereka untuk membayar pajak. Padahal kenyataannya,
Direktorat Jenderal Pajak hanya melakukan kegiatan administrasi terhadap uang yang dibayar wajib
pajak di bank.

Direktorat Jenderal Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak di daerah tidak melayani pembayaran
pajak, melainkan hanya mengadministrasikan data-data wajib pajak.

"Uang dari pembayaran pajak itu tidak dibayar ke Kantor Pajak, melainkan ditransfer ke bank, dan
langsung masuk ke kas negara. Jadi mustahil dapat ditilap," ujarnya.

Menurut dia, Direktorat Jenderal Pajak hingga sekarang terus meningkatkan kapasitas dan
pengamanan pajak yang dikelola. Direktorat Jenderal Pajak juga bekerja sama dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi dan pihak kepolisian untuk memperketat pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan yang bersumber dari wajib pajak.
Wajib pajak diperingatkan untuk tidak berhubungan dengan calo untuk membayar kewajibannya itu.
Wajib pajak sebaiknya membayar pajak secara langsung ke bank untuk menghidari hal-hal yang tidak
diinginkan.

"Baru-baru ini ada kasus yang merugikan wajib pajak, karena membayar pajak melalui petugas pajak
bodong. Kami berharap hal ini tidak terulang lagi," katanya.

Ia mengatakan, di Indonesia jumlah wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya sekitar 40
juta orang. Jika wajib pajak itu membayar kewajibannya, maka pendapatan negara bertambah
ratusan triliun.

Anda mungkin juga menyukai