Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama
minyak bumi dan gas alam. Hal ini menjadikan Indonesia memanfaatkan sumberbdaya alam
tersebut dalam jumlah yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dewasa ini kita kerap
kali mendengar tentang krisis energi, hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya
industri yang memerlukan konsumsi bahan bakar minyak yang semakin banyak. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa minyak bumi dan gas alam adalah salah satu unrenewable resource,
sehingga semakin lama persediaan minyak bumi dan gas akan semakin menipis. Dari
permasalahan diatas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya untuk mengganti SDA
tersebut dengan sumber daya yang lebih murah dan tepat guna. Sebagai jawaban dari
permasalahan tersebut adalah Bioenergi. Bioenergi sendiri merupakan sumber daya alternatif
yang dapat digunakan berulang-ulang, untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak
digunakan di Indonesia saat ini. Biodiesel dapat dibuat dari limbah minyak nabati bekas atau
yang biasa kita kenal dengan minyak jelantah. Minyak jelantah merupakan bahan alternatif
yang dapat digunakan sebagau bahan bakar.

Keuntungan lain darj pemanfaatan minyak jelantah ini adalah meminimalisir


pencemaran lingkungan akibat pembuangan minyak jelantah yang dapat dijumpai hampir di
setiap rumah, penjual gorengan dan tempat-tempat lain penghasil minyak jelantah. Jika tidak
ditangani dan tidak diupayakan pencegahannya maka akan terjadi ditumpukan-tumpukan
limbah minyak jelantah. Karena minyak jelantah bersifat karsinogenik yang tidak baik untuk
kesehatan, akan mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit.
Misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, kanker dan menrunkan nilai
cerna lemak sehingga minyak jelantah lebih baik digunakan maupun didaur ulang sebagai
bahan baku pembuatan Biodiesel.

B. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan sumber energi terbarukan Biodiesel yang terbuat dari limbah minyak
jelantah.
2. Diharapkan dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan akibat
pembuangan limbah minyak goreng.
3. Mengetahui metode pembuatan Biodiesel dari minyak jelantah.
4. Dengan menggunakan Biodiesel dari minyak jelantah diharapkan dapat membantu
mengurangi emisi karbon dan polusi ( lebih ramah lingkungan).
1|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel
C. Alasan Pemilihan Judul

Penyusun menggunakan “Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah menjadi Biodiesel


sebagai Energi Alternatif” sebagai judul dikarenakan makalah ini menjelaskan tentang
pembuatan Biodiesel yang berbahan baku minyak jelantah sebagai usaha dalam penggunaan
energi alternatif guna mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang semakin menipis.

2|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkil ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan
terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini,
tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan
diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun,
biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan
bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil
sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui
yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual
dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika
Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan
bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada
konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan
bakar.
B. Minyak Jelantah
Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa
berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak
samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah
tangga umumnya. Minyak yang telah dipakai untuk menggoreng menjadi lebih kental,
mempunyai asam lemak bebas yang tinggi dan berwarna kecokelatan. Selama menggoreng
makanan, terjadi perubahan fisiko-kimia, baik pada makanan yang digoreng maupun minyak
yang dipakai sebagai media untuk menggoreng, dapat digunakan kembali untuk keperluaran
kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung
senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi
jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan
manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan
generasi berikutnya.
Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang bersih tanpa
kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama dengan ampas tebu, maka
nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah akan terserap oleh ampas tebu
tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali.

3|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


Umumnya, minyak goreng digunakan untuk menggoreng dengan suhu minyak mencapai
200-300 °C. Pada suhu ini, ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh rusak, sehingga
tinggal asam lemak jenuh saja. Risiko terhadap meningkatnya kolesterol darah tentu menjadi
semakin tinggi. Selain itu, vitamin yang larut di dalamnya, seperti vitamin A, D, E, dan K ikut
rusak. Kerusakan minyak goreng terjadi atau berlangsung selama proses penggorengan, dan
itu mengakibatkan penurunan nilai gizi terhadap makanan yang digoreng. Minyak goreng
yang rusak akan menyebabkan tekstur, penampilan, cita rasa dan bau yang kurang enak pada
makanan. Dengan pemanasan minyak yang tinggi dan berulang-ulang, juga dapat terbentuk
akrolein, di mana akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan, membuat batuk konsumen dan yang tak kalah bahaya adalah dapat
mengakibatkan pertumbuhan kanker dalam hati dan pembengkakan organ, khususnya hati dan
ginjal.
Minyak goreng yang telah dipakai secara berulang-ulang, akan mengalami beberapa
reaksi yang dapat menyebabkan menurunkan mutu minyak. Pada suhu pemanasan sampai
terbentuk akrolein. Minyak yang telah digunakan untuk menggoreng akan mengalami
peruraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun. Bila minyak digunakan berulang
kali, semakin cepat terbentuk akrolein. Yang membuat batuk orang yang memakan hasil
gorengannya. Jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi sehingga jika disimpan cepat
berbau tengik.
Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung
dan lain-lain. Meski beragam secara kimia isi kandungannya sebetulnya tak jauh beda, yakni
terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (AL) dan asam lemak tidak jenuh (ALT). Dalam
jumlah kecil kemungkinan terdapat juga lesitin, cephalin, fosfatida lain, sterol, asam lemak
bebas, lilin, pigmen larut lemak, dan hidrokarbon, termasuk karbohidrat dan protein. Hal yang
kemungkinan berbeda adalah komposisinya.
Selain itu, minyak jelantah juga disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak.
Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit, terutama
hati/liver. Selanjutnya, proses dehidrasi (hilangnya air dari minyak) akan meningkatkan
kekentalan minyak dan pembentukan radikal bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan
unsur lain). Proses ini menghasilkan zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi manusia.
Jadi, penggunaan minyak jelantah secara berulang berbahaya bagi kesehatan. Proses
tersebut dapat membentuk radikal bebas dan senyawa toksik yang bersifat racun. Pada minyak
goreng merah, seperti minyak kelapa sawit, kandungan karoten pada minyak tersebut
menurun setelah penggorengan pertama. Dan hampir semuanya hilang pada penggorengan
keempat. Minyak jelantah sebaiknya tidak digunakan lagi bila warnanya berubah menjadi
gelap, sangat kental, berbau tengik, dan berbusa.
Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat
dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu
bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat dari berbagai macam aspek ialah
dengan mengubahnya secara proses kimia menjadi biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena
minyak jelantah juga merupakan minyak nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Biodiesel
dari substrat minyak jelantah merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan
sebagaimana biodiesel dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang menunjukkan
keunggulan FAME dibanding solar, terutama penurunan partikulat/debu sebanyak 65%.
Biodiesel dari minyak jelantah ini juga memenuhi persyaratan SNI untuk Biodiesel.

C. Proses yang Digunakan dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah

4|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


Reaksi yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah ini adalah reaksi
trans-esterifikasi.
Reaksi transesterifikasi mengubah trigliserida (96-98 %minyak) dan alkohol menjadi
ester, dengan sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya molekul-molekul trigliserida
yang panjang dan bercabang diubah menjadi ester-ester yang lebih kecil yang memiliki
ukuran dan sifat yang serupa dengan minyak solar.
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai pendek, seperti metanol, etanol dan
butanol. Metanol dan etanol dapat dengan mudah dihasilkan dari bahan nabati. Etanol
menghasilkan etil ester yang lebih sedikit dan meninggalkan sisa karbon yang banyak.
Metanol selain harganya yang lebih murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum
digunakan. Katalis digunakan untuk mempercepat jalannya reaksi (Encinar, 1999).
Metanol dan etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam industri, karena kedua
jenis alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih cepat. Reaksi dengan alkohol yang
mempunyai titik didih lebih rendah dilaksanakan pada suhu 60-65 ºC, sedangkan untuk reaksi
dengan alkohol yang mempunyai titik didih tinggi dilakukan pada suhu 200-250 ºC. Reaktor
yang dipakai diusahakan dalam keadaan kering dan kadar asam lemak bebas yang ada dalam
minyak atau lemak harus kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang karena air dan asam
lemak bebas akan bereaksi dengan katalisator yang sifatnya basa dan membentuk sabun.

BAB III

METODE PENELITIAN

5|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


A. Alat
1. Neraca Analitik 1 buah
2. Gelas ukur ukuran 250 mL 1 buah
3. Gelas beaker ukuran 500 mL 2 buah
4. Gelas beaker ukuran 1000 mL 1 buah
5. Spatula 1 buah
6. Corong gelas 1 buah
7. Pengaduk magnetik 1 buah
8. Pengaduk 1 buah
9. Penyaring 1 buah
10. Kompor/penangas listrik 1 buah
11. Termometer 1 buah
12. Panci stainless steels (jangan gunakan panci aluminium karena dikhawatirkan akan
terjadi reaksi lain)

B. Bahan

1. 1 liter minyak jelantah


2. 3,5 gram NaOH
3. 200 mL metanol (spiritus putih/tak berwarna)
4. Aquades

C. Cara Kerja
 Pembuatan Biodisel

1. Timbang 3,5 gram NaOH pa ke dalam gelas beaker 500 mL


2. Ukurlah 200 mL metanol menggunakan gelas ukur, lalu tuang ke dalam gelas beker
500 mL yang berisi NaOH, aduk hingga NaOH larut (sekitar 30 menit).
3. Ambil minyak jelantah yang telah disaring sebanyak 1 liter, lalu tuang ke dalam panci
stainless steels.
4. Panaskan minyak bekas di atas pemanas listrik atau kompor sambil diaduk hingga
suhu minyak mencapai 60°C.
5. Setelah suhu minyak mencapai 60°C angkat minyak dari kompor sambil terus diaduk,
tuangkan larutan NaOH dan metanol yang telah dibuat sebelumnya. Pencampuran
dilakukan dengan cara menuangkan sedikit demi sedikit larutan sambil tetap terus
diaduk.
6. Setelah semua larutan tertuang habis, campuran harus tetap diaduk dengan agak kuat.
Setelah sekitar 20-30 menit pada campuran akan berubah warna menjadi orange.
Perubahan warna ini menandakan telah terjadi reaksi. Lakukan terus pengadukan
hingga warna orange menjadi semakin tajam dan agak keruh. Jika warna sudah tidak
berubah lagi , maka menandakan reaksi telah selesai.
7. Diamkan campuran selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan : lapisan bagian atas
yang berwarna orange merupakan biodiesel, sedangkan di bagian bawahh padat
kuning keputihan merupakan campuran gliserin, air dan sisa NaOH.
8. Pisahkan kedua campuran dengan cara menuangkan secara perlahan –lahan bagian
atasnya (biodiesel) ke tempat lain.
9. Jika ingin hasil yang lebih baik, dapat dilakukan pemurnian dengan menggunakan air.

6|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


 Cara Pemurnian
1. Ukurlah air menggunakan gelas ukur dengan perbandingan 1:5 dari hasil biodiesel
yang telah dibuat.
2. Panaskan di atas kompor dan atur suhunya (jangan melebihi 80°C).
3. Aduk terus campuran selama ±30 menit.
4. Setelah itu angkat dan diamkan selama 24 jam hingga terbentuk 2 lapisan : lapisan
bagian atas merupakan biodiesel, sedangkan endapan bagian bawah merupakan air
yang mengandung kotoran sisa NaOH dan lain-lain.
5. Pisahkan kedua lapisan tersebut dan biodiesel siap digunakan sebagai bahan bakar
pengganti solar atau minyak tanah.

BAB IV

PEMBAHASAN
7|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel
Dalam kasus ini ancaman Indonesia kehilangan SDA terutama bahan bakar minyak
fosil sangat besar, mengingat terus meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak dari tahun
ketahun, dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia, maka perlu
diadakannya pengalihan sumber energi kepada sumber energi yang dapat diperbaharui
(renewable energy), salah satunya dengan menggunakan biodiesel.

Dari penelusuran literatur yang telah dilakukan didapatkan bahwa bioenergi yang baik
dijadikan sebagai energi yang dapat diperbaharui (renewable energi) adalah minyak jelantah,
mengapa minyak jelantah? Alasan penyusun memilih minyak jelantah sebagai sumber
bioenergi yang dapat diperbaharui karena minyak jelantah merupakan bahan bakar alternatif
yang murah meriah dan ramah lingkungan, minyak jelantah disini akan kami jadikan biodiesel
sebagai pengganti solar, karena kita ketahui bahwa solar adalah salah satu produk dari hasil
pengolahan bahan bakar fosil, oleh karena itu minyak jelantah dapat dijadikan alternatif
penggantinya, minyak jelantah itu sendiri berasal dari minyak goreng yang berasal dari
tumbuhan, sehingga dapat diperbaharui dengan cara melakukan reboisasi terhadap tumbuhan
tersebut dengan demikian akan terjaga kelestariaanya.

Energi alternatif yang bersal dari minyak jelantah ini, cocok sekali digunakan sebagai
pengganti bahan bakar minyak, dan murah harganya, sehingga bisa membantu masyarakat
pedesaan yang mengalami kesulitan ekonomi dalam mendapatkan bahan bakar minyak.

Minyak jelantah (biodiesel) ini jika dibandingkan dengan solar memiliki perbedaan antara
lain:

1. Biodiesel memiliki bilangan kualitas pembakaran yang lebih tinggi daripada solar yang ada
di pasaran.

2. Biodiesel adalah bahan bakar beroksigen. Karenanya, penggunaannya akan mengurangi


emisi CO dan jelaga hitam pada gas buang atau lebih ramah lingkungan.

3. Titik kilat tinggi, yakni temperatur tertinggi yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat
menyala. Sehingga, Biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran.

4. Tidak mengandung belerang dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat
diuraikan secara alami. Sehingga ramah lingkungan.

5. Dilihat dari segi pelumasan mesin, Biodiesel lebih baik daripada solar sehingga pemakaian
biodiesel dapat memperpanjang umur pakai mesin.

6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak
memerlukan modifikasi mesin apapun.

Karena mudah dan murahnya biaya proses pembuatan biodiesel ini, maka dapat dilakukan
sosialisasi pembuatan biodiesel kepada semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali, sehingga
dapat menciptakan sumber daya baru, dan dapat pula dilakukan oleh kalangan wirausahawan
8|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel
sebagai salah satu proyek mereka, yang memiliki prospek yang cerah kedepannya untuk
menghadapi krisis global, terutama krisis bahan bakar yang sedang melanda dunia dan dapat
juga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat tingkat dasar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pengolahan Biodiesel ini berjalan baik adalah
sebagai berikut:

1. Tersedianya minyak jelantah yang begitu melimpah dari sisa hasil rumah tangga, dan
tempat makan.

2. Murahnya harga beli minyak jelantah, dari para penadah, sehingga memungkinkan untuk
kalangan bawah (ground level) untuk menjalankan usaha ini.

3. Mudah didapatnya bahan-bahan pendukung pengolahan, dan hanya memerlukan peralatan


yang sederhana.

4. Harga jual yang menguntungkan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi, dan
pendapatan pengelola.

5. Dalam skala besar dapat meningkatkan devisa negara, jika dijual kepasaran internasional.

6. Hasil olahan dan hasil pembakaran dari biodiesel ini ramah lingkungan, sehingga
mengurangi dampak pemanasan global (global warming).

Program pengolahan Biodiesel minyak jelantah ini diharapkan mendapatkan perhatian lebih
serius dari pemerintah, agar usaha ini juga dapat membantu meringankan beban negara untuk
mengatasi permasalahn krisis minyak di dunia, sebagai salah satu bioenergi yang dapat
diperbaharu diharapkan adanya kerjasama dari perusahaan energi yang ada di Indonesia,
misalkan PT. Pertamina yang notabenenya adalah sebagai perusahaan energi terbesar di
Indonesia. Diharapkan dengan adanya kerjasama dari pihak yang terkait dapat menciptakan
suatu peluang bisnis yang saling menguntungkan, baik untuk negara maupun kesejahteraan
rakyat Indonesia, dan menghasilkan produk BBM yang ramah lingkungan, dan murah
harganya.

Peluang bisnis Biodiesel ini juga sangat prosfektif digalakan di Indonesia terutama pada
masyarakat kalangan bawah (ground level), jadi dapat mengurangi angka pengangguran, dan
jika mereka dapat mengelola dengan baik maka kemungkinan mereka untuk mendapatakan
pengahsilan dari hasil produksi Biodiesel ini dapat mensejahterakan hidup mereka, dan bagi
Indonesia sendiri adalah menurunnya angka kemiskinan.

BAB V

PENUTUP

A. Manfaat

9|Pemanfaatan limbah minyak jelantah menjadi Biodiesel


1. Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin

2. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar
berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)

3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar
sehingga memperpanjang umur pakai mesin

4. Dapat diproduksi secara lokal

5. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah

6. Menurunkan tingkat opasitas asap

7. Menurunkan emisi gas buang

8. Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility


petroleum diesel sampai 500 %

B. Kesimpulan

Dari hasil penelusuran beberapa literatur dan pembahasan yang penyusun lakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa:

 Bioenergi yang baik sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) fosil, adalah minyak
jelantah yang dapat dijadikan biodiesel sebagai pengganti solar dalam kehidupan sehari-hari
maupun industri dan Biodiesel minyak jelantah ini juga ramah lingkungan karena hasil emisi
yang dikeluarkan jauh lebih rendah daripada solar.

 Dengan pengembangan usaha pembuatan biodiesel minyak jelantah ini akan memunculkan
wirausahawan yang berkompeten di dalam pelestarian lingkungan hidup dan membuka
lapangan pekerjaan, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan juga
dapat mengurangi limbah cair dari minyak jelantah karena didaur ulang menjadi bahan yang
berguna bagi kelangsungan hidup.

 Usaha pengolahan Biodiesel ini mudah dan murah sehingga semua kalangan masyarakat
dapat menekuninya, mulai dari kalangan bawah (ground level) hingga menengah keatas.

DAFTAR PUSTAKA

Suparno, 2006.”Ester dari Asam Lemak”. Penerbit USU : Medan

Mittlebach, M., Remschmitdt, Claudia., 2004, “Biodiesel The Comprehensive

Handbook”. Vienna : Boersedruck Ges.m.bH


10 | P e m a n f a a t a n l i m b a h m i n y a k j e l a n t a h m e n j a d i B i o d i e s e l
Fakultas Teknologi Industri, 2017. “Modul Praktikum Proses Kimia”. Penerbit Universitas

Jayabaya : Depok

http://ichicheol.blogspot.co.id/2012/06/biodiesel-dari-minyak-jelantah-minyak.html

http://kimia40.blogspot.co.id/2016/10/makalah-pembuatan-biodiesel-dari-minyak.html

11 | P e m a n f a a t a n l i m b a h m i n y a k j e l a n t a h m e n j a d i B i o d i e s e l

Anda mungkin juga menyukai