Anda di halaman 1dari 4

PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) Lombok Timur akan digelar pada tanggal 27 Juni 2018, sosok

yang tampil pada perhelatan ini rata-rata memang wajah lama, kita semua sudah mengetahui track
record mereka, bagaimana mereka memimpin kita sebagai masyarakat Lombok timur. Gerakan ini
bukanlah gerakan untuk menjatuhkan pasangan calon bupati-wakil bupati, bukan pula memihak
kepada salah satu pasangan calon. Gerakan ini murni gerakan rakyat yang sudah muak dengan
kepemimpinan elit politik di Lombok timur. Mereka ada ataupun tidak ada akan sama saja, tidak ada
perubahan yang signifikan, kesejahteraan/keadilan hanya dirasakan oleh sebagian orang dan
beberapa kalangan saja.

Untuk membuka cakrawala pemikiran kita mari kita melihat fakta Lombok timur saat ini :

1. Pelayanan Masyarakat
Sejatinya seorang pemimpin merupakan pelayan bagi masyarakat, bukan pelayan kelompok
atau elit tertentu, akan tetapi pelayan untuk segenap masyarakat Lombok timur, tua-muda,
miskin-kaya, tanpa pandang bulu ! sehingga akan tercipta kesejahteraan dan keadilan yang
sesungguhnya.
Nepotisme di Lombok Timur masih tumbuh subur, lihat saja di beberapa kantor
pemerintahan, mulai dari pegawai yang paling rendah hingga yang lebih tinggi komposisinya
rata-rata diisi oleh orang-orang itu saja; misalkan anda mempunyai keluarga di Kantor A,
maka peluang untuk bekerja di kantor tersebut lumayan besar bagaimana apabila anda tidak
mempunyai teman atau kerabat di kantor tersebut? , itulah yang terjadi di pemerintahan
Lombok timur. Sehingga terciptalah pegawai yang kurang profesional: sering terlambat,
tidak disiplin, kerja berantakan tidak tahu apa yang dikerjakan.

Sebagai contoh pelayanan di Kantor Dinas Catatan Sipil, perhatikan Jam berapa mereka
mulai bekerja, berapa pegawai yang terlambat atau malah enak-enakan sarapan didepan
warga yang sedang menunggu antrian. Masyarakat sudah berkumpul didepan Kantor dari
pagi hingga menjelang sore hanya untuk mengurus selembar kertas ! itupun nasibnya belum
tentu bisa jadi hari itu juga, setelah itu tunggu saja janji manis dari pegawainya oknum
pegawai tak ubahnya seorang Pemberi Harapan Palsu (PHP), Untuk mengurus lembaran
kertas tak cukup hanya beberapa menit atau sehari ! butuh beberapa hari tanpa ada
kepastian, bahkan ada yang harus melakukan perekaman e-KTP hingga 3 kali, ada lagi yang
harus menunggu 3 hingga lima tahun ! adakah pemerintah? Kemana Bupati yang kantornya
hanya beberapa meter dari DISCAPIL ? kita sebagai rakyat merasa dibodohi, dipecundangi
oleh pemerintahnya sendiri.

Bayangkan saja berapa kerugian rakyat yang ditimbulkan oleh DISCAPIL ! ini baru satu dinas,
belum dinas yang lain. Misalkan anda berasal dari ujung timur pulau Lombok, untuk
mengurus dokumen di Selong butuh uang untuk transportasi, makan, fotocopy, belum lagi
disuruh mondar mandir ke dinas A-B- dst, sukur-sukur tidak disuruh kembali ke desa atau
kecamatan. Itu sudah berapa uang ? hitung-hitungan kasarnya begini :
- Bensin bolak balik : bensin 2 Liter => Rp. 15.000
- Makan : Rp.10.000
- Minum : Rp. 2500
======================================= +
Jumlah Rp. 27.500
Hitung-hitungan diatas adalah pengeluaran minimum karena belum termasuk rokok,
snack, es, fotocopy, belanja untuk anak dan yang lainnya. Itu sudah berapa ? bisa saja
penghabisannya Rp 50.000 atau lebih! itu baru satu hari, bagaimana dengan orang yang
mengurus dokumen selama tiga sampai lima tahun ?
Praktek Nepotisme
Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahkan sudah dianggap menjadi hal yang wajar
apabila ada kerabat yang bekerja di salah satu instansi, mengurus berbagai hal akan jauh
lebih mudah dan cepat, dan melupakan orang lain yang sudah lama mengantri. Itukah
yang dinamakan dengan keadilan ? itukah profesionalisme? Lagi-lagi kita dibodohi.
Pernahkah pemimpin kita memikirkan hal demikian ? mereka lupa pada rakyat yang
mengangkatnya !
Disaat kondisi masyarakat sudah seperti itu, Pemerintah hanya berdiam diri, berpangku
tangan padahal kantornya tidaklah jauh dari DISCAPIL, lalu bagaimana dengan kantor
yang berada jauh dari kantor Bupati? Mungkin saja lebih berantakan, tapi semoga saja
tidak.
Pemerintah tidak menyediakan ruang komunikasi, sehingga rakyat sulit untuk
memberikan kritik, masukan dan saran. Jadi jangan salahkan rakyat apabila mereka
melakukan aksi demonstrasi, jangan salahkan rakyat apabila mereka teriak-teriak
karena jalan ke desanya rusak, jangan salahkan rakyat apabila mereka menyampaikan
keluh kesahnya di sosial media. Ngeluh ke anggota dewan ? Iya kalau anda percaya :D.
Yupz, ada juga aplikasi untuk pengaduan (sepertinya dibuat oleh pemerintah pusat),
jangan terlalu berharap untuk bisa mendapatkan respon, dilihat pun tidak.

Perlu diingat ! Praktek seperti ini sudah berjalan dari dulu sebelum pemerintahan yang
sekarang. Kesimpulannya, apakah kita masih percaya pada elite politik saat ini ? Apa
keuntungan memilih Bupati LOTIM? Toh mereka sama saja. Tidak ada perubahan yang
signifikan. Siapapun Bupatinya, selama kita berusaha kita akan kaya, selama berjuang
kita pasti akan sukses.

Masih Percaya Janji Manis Para Calon? Belum kapok milih mereka?

Contoh kasus kebobrokan birokrasi pemerintah LOTIM tidak perlu melihat yang jauh-jauh. cukuplah yang
berjarak beberapa meter saja dari kantor Bupati.
Yang Pertama : Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil.
Sudah bukan rahasia lagi dan mungkin sudah dianggap wajar apabila berurusan dengan kantor ini
urusannya ribet, lama, ditambah dengan raut wajah petugas yang kecapean, tanpa senyum :) .

Masyarakat berkumpul didepan Kantor dari pagi hingga menjelang sore hanya untuk mengurus selembar
kertas ! itupun nasibnya belum tentu bisa jadi hari itu juga, setelah itu tunggu saja janji manis dari
pegawainya. oknum pegawai tak ubahnya seorang Pemberi Harapan Palsu (PHP), Untuk mengurus
lembaran kertas tak cukup hanya beberapa menit atau sehari ! butuh beberapa hari tanpa ada kepastian,
bahkan ada yang harus melakukan perekaman e-KTP hingga 3 kali, ada lagi yang harus menunggu 3
hingga lima tahun ! adakah pemerintah? Kemana Bupati yang kantornya hanya beberapa meter dari
DISCAPIL ? kita sebagai rakyat merasa dibodohi, dipecundangi oleh pemerintahnya sendiri.
Bayangkan saja berapa kerugian rakyat yang ditimbulkan oleh DISCAPIL ! ini baru satu dinas, belum
dinas yang lain. Misalkan anda berasal dari ujung timur pulau Lombok, untuk mengurus dokumen di
Selong butuh uang untuk transportasi, makan, fotocopy, belum lagi disuruh mondar mandir ke dinas A-B-
dst, sukur-sukur tidak disuruh kembali ke desa atau kecamatan. Itu sudah berapa uang ? hitung-hitungan
kasarnya begini :
- Bensin bolak balik : bensin 2 Liter => Rp. 15.000
- Makan : Rp.10.000
- Minum : Rp. 2500
======================================= +
Jumlah Rp. 27.500

Hitung-hitungan diatas adalah pengeluaran minimum karena belum termasuk rokok, snack, es, fotocopy,
belanja untuk anak dan yang lainnya. Itu sudah berapa ? bisa saja penghabisannya Rp 50.000 atau lebih!
itu baru satu hari, bagaimana dengan orang yang mengurus dokumen selama tiga sampai lima tahun ?
Belum lagi kerugian akibat absen masuk kerja,akibatnya gaji atau penghasilan berkurang.

Situasi di DISCAPIL sangat panas, Maka jangan heran, rata-rata mereka baik pegawai ataupun warga
mudah marah, andaikan ada pemantik mungkin mereka sudah baku hantam. mereka capek akibat sistem
yang amburadul !

Kelihatannya DISCAPIL tidak memiliki SOP, sistem yang baik, terkadang orang yang terlebih dahulu
mengurus dokumen malah paling lambat jadinya, ujung-ujungnya warga lebih memilih nyogok supaya
cepat.

Pernahkah pemimpin kita memikirkan hal demikian ? mereka lupa pada rakyat yang mengangkatnya !
Disaat kondisi masyarakat sudah seperti itu, Pemerintah hanya berdiam diri, berpangku tangan padahal
kantornya tidaklah jauh dari DISCAPIL, lalu bagaimana dengan kantor yang berada jauh dari kantor
Bupati? Mungkin saja lebih berantakan, tapi semoga saja tidak.

Pemerintah tidak menyediakan ruang komunikasi, sehingga rakyat sulit untuk memberikan kritik, masukan
dan saran. Jadi jangan salahkan rakyat apabila mereka melakukan aksi demonstrasi, jangan salahkan rakyat
apabila mereka teriak-teriak karena jalan ke desanya rusak, jangan salahkan rakyat apabila mereka
menyampaikan keluh kesahnya di sosial media. Ngeluh ke anggota dewan ? Iya kalau anda masih percaya
:D.

Yupz, ada juga aplikasi untuk pengaduan (sepertinya dibuat oleh pemerintah pusat), jangan terlalu
berharap untuk bisa mendapatkan respon, dilihat pun tidak.

Perlu diingat ! Praktek seperti ini sudah berjalan dari dulu sebelum pemerintahan yang sekarang.
Kesimpulannya, apakah kita masih percaya pada elite politik saat ini ? Apa keuntungan memilih Bupati
LOTIM? Toh mereka sama saja. Tidak ada perubahan yang signifikan. Siapapun Bupatinya, selama kita
berusaha kita akan kaya, selama berjuang kita pasti akan sukses.

To Be Continued....
2. Pendidikan
3. Ekonomi
4. Lapangan Kerja
5.

Anda mungkin juga menyukai