1995b) bakso daging adalah produk makanan berbentuk bulat atau lainnya yang diperoleh
dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia
dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Daging yang dapat
digunakan untuk membuat daging diantaranya daging sapi, daging babi, daging kelinci,
daging ayam, daging ikan, udang dan cumi (Diana, 2011).
Bakso yang populer dan digemari sebagai makanan jajanan di Indonesia adalah bakso
yang dibuat dari daging sapi. Kandungan gizi daging sapi yang tinggi protein dan kaya asam
amino esensial, asam lemak, vitamin dan mineral diharapkan menjadikan bakso sapi dapat
menjadi sumber gizi bagi masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Mineral yang banyak
terdapat dalam daging sapi antara lain kalsium, fosfor, besi, natrium, dan kalium, sedangkan
vitaminnya antara lain vitamin A, C, D, tiamin, riboflavin, piridoksin, sianokobalamin, niasin
dan asam pantotenat. Kandungan protein bakso menurut SNI minimal 9,0% b/b dan lemak
maksimal 2,0% b/b. Nilai gizi bakso ditentukan oleh kandungan dagingnya dibandingkan
dengan bahan pengisi (pati)nya. Semakin tinggi kadar dagingnya maka nilai gizinya semakin
baik. Bakso yang baik, kandungan patinya tidak boleh lebih dari 15% dari berat daging.
Kandungan pati akan mempengaruhi mutu dan harga bakso tersebut (Diana, 2011).
Cara paling mudah untuk menilai mutu bakso menurut adalah dengan menilai mutu
sensorisnya. Ada lima parameter utama yang perlu dinilai, yaitu penampakan, warna, bau,
rasa dan tekstur, seperti yang tercantum pada Tabel 1.
Parameter Kriteria
Penampakan Bentuk bulat halus, berukuran seragam, bersih, dan cemerlang, tidak kusam,
sedikitpun tidak berjamur dan atau berlendir
Warna Cokelat muda cerah atau sedikit kemerahan atau cokelat muda agak keputihan
atau abu – abu. Warna tersebut merata tanpa warna lainnya yang mengganggu
Bau Bau khas daging segar rebus dominan tanpa bau tengik, masam (basi) atau busuk.
Bau bumbu cukup tajam
Rasa Rasa lezat, enak, rasa daging dominan dan rasa bumbu cukup ,enonjol tetapi tidak
berlebihan. Tidak terdapat rasa asing yang mengganggu.
Tekstur Tekstur kompak, elastis, kenyal tetapi tidak liat atau membal, tidak ada serat
daging, tidak lembek, tidak basah berair dan tidak rapuh.
Bahan baku untuk pembuatan bakso terdiri dari bahan utama yaitu daging dan bahan
tambahan yaitu bahan pengisi ( tepung-tepungan), garam, es atau air es, bumbu -bumbu
seperti lada dan bahan penyedap.
1. Pembentukan Tim
Penggunaan produk bakso daging ini dapat dikonsumsi oleh golongan umur.
Diagram alir proses pembuatan bakso daging sapi secara garis besar dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
1. Pembelian
Daging sapi
2. Standarisasi
3. Penghancuran kasar
6. Analisa Bahaya
Beberapa titik kendali kritis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bakso sapi
sesuai dengan HACCP :
Identifikasi Bahaya Pada Proses Pembuatan Bakso Sapi Jenis bahaya:
1. Biologis (mikrobiologis) : Salmonella, Campylobacter, Clostridium perfringens,
Escherichia coli, Yersinia entercolitica, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus,
dan Staphilococcus aureus.
2. Kimia : Bahan Tambahan Pangan
3. Fisik : Benda asing seperti rambut, kerikil
Pembelian dan penerimaan bahan baku yang dibeli atau diterima harus dalam
kondisi segar dan bermutu bagus, biasanya pada bahan baku sering terjadi bahaya
fisik, bahaya kimia dan bahaya biologi.
Penggilingan Bahan baku yaitu daging sapi harus digiling dahulu dengan
menggunakan mesin mixer, jika tidak digiling adonan yang dihasilkan menjadi
kurang sempurna. Kemungkinan bahaya yang terjadi yaitu bahaya fisik dan
bahaya biologis.
Perebusan Bakso yang sudah dicetak direbus dalam air panas dengan suhu 70oC.
Api yang dipakai sebaiknya tidak terlalu besar. Perebusan hanya dilakukan
beberapa menit sesuai dengan ukuran bakso, bahaya yang mungkin terjadi dalam
proses perebusan ini adalah bahaya biologis (Rusyada at all: 2013).
Jenis Bahaya Contoh
Biologi Sel Vegetatif : Salmonella sp, Escherichia
coli Kapang : Aspergillus, Penicillium,
Fusarium Virus : Hepatitis A Parasit :
Cryptosporodium sp Spora bakteri :
Clostridium botulinum, Bacillus cereus
Kimia Toksin mikroba, bahan tambahan yang tidak
diizinkan, residu pestisida, logam berat,
bahan allergen
Fisik Pecahan kaca, potongan kaleng, ranting kayu,
batu atau kerikil, rambut, kuku, perhiasan
dipakai sendiri
- Observasi Visual
Dengan mengamati produk bakso tersebut dengan menggunakan indera mata/
penglihatan dari setiap proses
- Evaluasi Sensoris
Melakukan evaluasi meliputi karakeristik produk diantaranya adalah rasa, tekstur,
aroma, bentuk dan lain-lain
- Pengujian Fisik
Pengujian fisik dilakukan dengan menguji kondisi fisik dari produk bakso,
meliputi bentuk, tekstur, aroma, warna, rasa, dan daya simpan produk
- Pengujian Kimia
Pengujian kimia dilakukan untuk mengetahui bahan kimia yang terkandung
dalam produk, misal bahan cemaran, racun, dan lain-lain
- Pengujian Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi dilakukan dengan tujuan mengetahui bakteri/mikroba
yang mungkin terkandung dalam produk bakso
10. Penetapan Tindakan Koreksi
- Tindakan Segera
Tidakan koreksi yang termasuk dalam tindakan segera yaitu dengan selalu
mengontrol bagaimana proses pemasakan bakso yang tepat. Agar menghasilkan
kualitas bakso yang baik dan stabil. Misal dengan selalu mengontrol suhu
pemanasan, komposisi bahan, dan lain-lain.
- Tindakan Pencegahan
Agar menghasilkan produk bakso dengan kualitas yang baik dan stabil, maka
perlu dilakukan beberapa tindakan pencegahan terhadap bahaya. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan dimulai dari proses pemilihan
bahan makanan. Dengan memilih bahan makanan yang baik maka akan dapat
mempertahankan kualitas produk. Selain itu juga dapat dilakukan monitorig/
pengawasan secara berkala dari beberapa tahap proses, agar proses pembuatan
dapat terkontrol dengan baik.
a. Validasi HACCP
Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa Rencana HACCP telah benar
sebelum diimplementasikan. Hal tersebut dilakukan perusahaan dengan cara
antara lain :
Melakukan konfirmasi bahwa : (1). Semua bahaya telah diidentifikasi, (2).
Tindakan koreksi telah disiapkan untuk setiap bahaya, (3). Batas kritis telah
mencukupi untuk menghilangkan bahaya, dan (4). Semua prosedur monitoring
dan peralatan yang digunakan telah mencukupi dan terkalibrasi.
Melakukan pengawasan independen terhadap pemasok untuk menjmin bahwa
bahan baku yang dipasok telah memenuhi standar.
d. Audit
Audit terhadap semua elemen HACCP dalam HACCP Plan dilakukan baik
secara internal maupun eksternal dalam kurun waktu sekurang-kurangnya 2
kali setahun.
Audit ini dilakukan oleh auditor audit internal yang telah terlatih.