Anda di halaman 1dari 48

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN

TERHADAP PENINGKATAN PAJAK DAERAH DAN


PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP

PENINGKATAN PAJAK DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(PAD) KABUPATEN ???” Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa cara

penyampaian penulisan dan pembahasan ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena dalam penulisannya banyak menemui kesulitan, seperti keterbatasan bahan

bacaan dan keterbatasan lainnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan serta

memberikan manfaat bagi penulis.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapat gelar Sarjana Ekonomi (S-E) pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

(STIE) Muhammadiyah ???.

???, 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR GAM BAR ........................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori .......................................................................... 6

2.1.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah .............................. 6

2.1.2. Konsep Pendapatan Asli Daerah ................................... 9

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi peningkatan PAD ............. 9

2.1.4. Konsep Pajak Daerah .................................................... 12

2.1.5. Jenis Pajak Daerah ....................................................... 13

2.1.6. Konsep Retribusi Daerah .............................................. 16

2.1.7. Syarat Pemungutan Pajak ........................................... 18

2.1.8. Sistem Pemungutan Pajak ........................................... 19

2.1.9. Pajak Daerah ............................................................... 21

2.1.10. Jenis Pajak Daerah ...................................................... 22

ii
2.1.11. Pajak Restoran ............................................................ 27

2.1.12. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah

dan PAD Kabupaten ??? ............................................. 32

2.2. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 32

2.3. Kerangka Pemikiran .................................................................. 34

2.4. Hipotesis.................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 36

3.2. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 36

3.3. Jangka Waktu Penelitian ........................................................... 37

3.4. Metode Analisis Data ................................................................ 37

3.5. Operasional variabel.................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Penerimaan Pendapatan Asti Daerah Per Jenis Pendapatan

Kabupaten ??? Tahun 2010-2015 ..................................................... 3

Tabel 1.2. Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten ??? Tahun 2010-2015 ........ 4

Tabel 3.1. Klasifikasi Kriteria Kontribusi ......................................................... 38

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Kerangka Berfikir ........................................................................... 35

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka

pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang

lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merasa baik materiil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Demi

tercapainya pembangunan nasional, maka penyusunan program pembangunan

tersebut mengikuti suatu pola atau tatanan yang telah ditentukan di dalam

pemerintah negara Indonesia.

Dalam usaha mencapai tujuan pembangunan tersebut, pemerintah

menciptakan tahap-tahap pelaksanaannya, baik untuk jangka panjang maupun

jangka pendek yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan pengawasan

dan evaluasi dengan tidak mengecilkan arti peran dari pihak-pihak lainnya dalam

berpartisipasi mensukseskan pembangunan nasional.

Pembagian daerah Indonesia yang terdiri dari daerah besar dengan daerah

kecil dengan bentuk susunan pemerintahan ditetapkan dengan Undang-Undang,

maka berdasarkan hal tersebut dilaksanakanlah asas desentralisasi dan asas

dekonsentrasi. Realisasi dari kedua asas tersebut maka di negara kita ada

pemerintahan daerah yang bersifat administratif dan yang bersifat otonom,

selanjutnya disebut daerah adalah

1
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah).

Dalam menyelenggarakan kewajiban dan kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri faktor sumber pendapatan daerah sangat

menentukan terlaksananya pembangunan di daerah.

Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan

kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah,

diperlukan adanya penyediaan sumber-sumber pendapatan ash daerah (PAD) yang

hasilnya memadai. Pengelolaan dan pembangunan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

merupakan strategi dan kunci utama dalam mencapai kemandirian daerah.

semakin tinggi peranan PAD dalam pendapatan daerah merupakan cerminan

keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan

penyelenggaraan pemerintah dan pengembangan (Suhendi, 2007).

Pembiayaan dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan ash

daerah khususnya yang bersumber dari pajak daerah dapat ditingkatkan sehingga

kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintah didaerah

dapat terwujud. Upaya peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan, dan

penambahan jenis pajak, serta pemberian kebebasan bagi daerah untuk menggali

sumber-sumber penerimaan, khususnya dan sektor pajak daerah. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adapun sumber-sumber

2
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah.

Tabel 1.1 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Per Jenis Pendapatan


Kabupaten Bongo Tahun 2011-2016 (Ribu Rupiah)

Jenis
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pendapatan
Pajak Daerah 9.433.602 10.278.621 18.351.665 20.837.776 26.009.197 27.679.989
Retribusi
Daerah 3.519.624 3.917.109 5.360.407 11.002.009 4.628.572 3.796.149
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah yang
Dipisahkan 7.942.863 3.943.192 3.895.734 4.323.527 4.074.649 3.810.734
Lain-lain
Pendapatan
Asli Daerah 43.336.615 46.142.082 52.593.315 70.964.775 70.568.550 79.531.335
Jumlah 70.824.049.481,02 98.999.978.722,48 113.090.049.195,12 113.090.049.195,12 246.427.699.826,28 263.925.520.119,42

Sumber : BPS Propinsi ???, Kabupaten ??? dalam angka

Dengan melihat tabel 1.1 di atas dapat dijelaskan bahwa Pajak Daerah

menduduki urutan pertama dalam hal besarnya kontribusi terhadap Pendapatan

Asli Daerah. Oleh karena itu sumbangan pajak daerah sangat berperan penting

terhadap Pendapatan Asli Daerah. Salah satu jenis pajak daerah yang mempunyai

kontribusi yang cukup besar bagi PAD dan perlu di lakukan optimalisasi dalam

pemunggutannya adalah Pajak Restoran.

Pertumbuhan dan perkembangan Pajak Restoran di kabupaten dan kota di

Indonesia dapat kita amati dari perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997,

yakni pada awalnya pajak atas restoran disetarakan dengan pajak atas hotel

dengan nama pajak hotel dan restoran. Dengan dikeluarkannya Undang-undang

Nomor 34 Tahun 2000, pajak restoran dan pajak hotel dipisahkan menjadi jenis

pajak yang berdiri sendiri. Hal ini, mengindikasi besarnya kontribusi pajak

restoran dalam pembiayaan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan data dari

3
Badan Pusat Statistik Propinsi ??? penerimaan pajak restoran mengalami

peningkatan, hal ini dapat dilihat dalam tabel 1.2.

Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten ??? Tahun 2011-2016

Tahun Penerimaan (Rp)


2011 471.138
2012 635.639
2013 1.348.819
2014 1.686.870
2015 2.068.291
2016 1.639.661
Sumber : BPS Propinsi ???, Kabupaten ??? dalam angka

Tabel 1.2 di atas menunjukkan perolehan penerimaan dari pajak restoran

selalu mengalami kenaikan, meskipun mengalami peningkatan Pemerintah selalu

berusaha meningkatkan pajak restoran di masa mendatang seiring dengan otonomi

daerah khususnya di Kabupaten ???.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal sebagaimana yang telah diuraikan dalam alasan

pemilihan judul, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan Pajak Restoran dan PAD Kabupaten ????

2. Berapa besar Kontribusi Pajak Restoran terhadap peningkatan PAD

Kabupaten ????

1.3. Tujuan Penelitian

Sebagaimana permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang :

1. Untuk mengetahui perkembangan Pajak Restoran dan PAD Kabupaten ???

4
2. Untuk mengetahui besarnya Kontribusi Pajak Restoran terhadap peningkatan

PAD Kabupaten ???.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penulisan ini maka diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan penulis mengenai potensi dan kontribusi pajak hotel terhadap

PAD di Kabupaten ???.

b. Sebagai bahan acuan bagi penelitian yang sama yang mungkin dapat

mengembangkan variabel - variabel lain.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi STIE

Muhammadiyah ???. khususnya mahasiswa/mahasiswi Ekonomi

Pembangunan yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

b. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah sebagai alas Bantu

perencanaan (Planning Tool) menentukan kebijakan tentang keuangan

daerah.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah

Pengertian Pendapatan Asli Daerah menurut Undang - undang RI No. 25

Tahun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah

yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah.

Dalam rangka kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah

otonomi di tingkat kabupaten/kota agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai

kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja pembangunan juga

tergantung pada sumber Pendapatan Asli Daerah.

1. Sumber - sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-undang RI No. 25

Tahun 1999 yaitu:

a. Hasil Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang

ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan

hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah

daerah yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan pengeluaran umum

pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung diberikan, sedang

pelaksanaanya dapat dipaksakan.

6
b. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan yang telah secara sah menjadi

pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh

jasa pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha

atau milik pemerintah daerah yang bersangkutan. Retribusi daerah

mempunyai sifat-sifat pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan

langsung walaupun memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil,

tetapi tetap ada alternatif untuk mau tidak mau membayar, merupakan

pungutan yang pada umumnya bersifat budget airnya tidak menonjol,

dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan

tertentu, tetapi dalam banyak hal retribusi daerah tidak lebih dari

pengambilan biaya yang telah dikeluarkan oleh 'pemerintah daerah untuk

memenuhi permintaan anggota masyarakat.

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan.

Hasil Perusahaan Milik Daerah yang merupakan pendapatan daerah

adalah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana

pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang

disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan, sesuai

dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan daerah

adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambahkan penghasilan

daerah, memberi jasa, penyelenggaraan kemanfaatan umum, dan

memperkembangkan perekonomian daerah.

7
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang telah sah ialah pendapatan-

pendapatan lain yang tidak termasuk ke dalam jenis-jenis pajak daerah,

retribusi daerah dan pendapatan dinas-dinas.

Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat pembuka

kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan

yang untuk menunjang, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan

penerimaan daerah suatu bidang tertentu.

e. Dana perimbangan

Dana perimbangan diperoleh melalui bagian daerah dari penerimaan

Pajak Bumi dan Bangunan baik dari sektor pedesaan, perkotaan,

perkebunan, pertambangan dari sumber daya alam serta bea perolehan hak

atas tanah dan bangunan.

f. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber dari

pemerintah, lembaga komersial dan atau penerbitan obligasi daerah

dengan diberitahukan kepada pemerintah sebelum tidaknya usulan

pinjaman daerah diproses lebih lanjut. Sedangkan yang berwenang

mengadakan dan menanggung pinjaman daerah adalah kepala daerah yang

ditetapkan dengan keputusan-keputusan daerah atas persetujuan DPRD.

g. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah yang berasal

dari sumber lain misalnya: sumbangan dari pihak ketiga kepada daerah

8
tingkat I atau daerah II dan lain-lain yang dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan PAD

Menurut Mardiasmo (2002) banyak faktor yang mempengaruhi PAD bagi

daerah otonom, diantaranya meningkatkan kemampuan perpajakan, menggali

potensi penerimaan yang baru (keragaman sumber penerimaan), peningkatan

pendapatan penduduk, mengoptimalkan lembaga teknis operasional daerah

melalui alokasi anggaran, diantaranya dengan meningkatkan kualitas sumber daya

manusiannya dan memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya

PAD bagi pembangunan daerah.

Sedangkan menurut Harun (2003) secara lebih khusus mengemukakan

faktorfaktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah dari sektor pajak daerah

adalah sebagai berikut:

1. Potensi Wajib Pajak

2. Potensi besarnya pajak yang ditetapkan

3. Efektivitas pemungutan pajak

4. Tarif pajak dan Dasar pajak (tax base)

2.1.3. Definisi Pajak

Penerimaan pemerintah yang digunakan dalam membiayai pembangunan

berasal dari beberapa sumber yang dapat dibedakan antar penerimaan pajak dan

bukan pajak. Penerimaan bukan pajak salah satunya adalah penerimaan

9
pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman dalam negeri

maupun luar negeri dan penerimaan dari badan usaha milik pemerintah sedangkan

sumber penerimaan yang lainnya adalah berasal dan pajak (Suhendi, 2008).

Siti dalam bukunya berjudul “ Perpajakan: Teori Dan Kasus”, mengatakan

pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

berdasarkan atau dengan kekuatan undang - undang serta aturan pelaksanaanya,

dimana diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat suplus, dipergunakan untuk membiayai publics

investment. (Resmi, 2005).

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang

merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Soemitro, 2007).

Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang diungut oleh penguasa

bedasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barangbarang dan

jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Soemahamidjaja, 2005).

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terhutang kepada

penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya

kontaprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-

pengeluaran umum (Feldman, 2005).

Dan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang

penting terdapat pada pengertian pajak, yaitu:

1. Iuran yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang mau tidak mau hams dibayar

oleh rakyat yang dikenakan kewajiban membayar iuran tersebut. Kalau rakyat

10
atau badan hokum oleh pemerintah dikenakan kewajiban membayar iuran

tersebut (lazim disebut wajib pajak) tidak melaksanakan pembayaran tersebut

maka wajib bayar yang bersangkutan dapat dikenakan tindakan hokum oleh

pemerintah berdasarkan undang-undang atau dengan perkataan lain wajib

pajak tersebut dapat dipaksa oleh pemerintah untuk memenuhi kewajiban

perpajakannya dengan menggunakan surat paksa atau sita.

2. Tanpa jasa timbale/kontrak pestasi/imbalan langsung, yang dapat ditujukan

mengandung arti bahwa wajib pajak yang membayar iuran kepada Negara

tidak ditujukan secara langsung imbalan apa yang diperolehnya dari

pemerintah atas pembayaran iuran tersebut. Berbeda dengan pembayaran iuran

kebersihan, kita akan langsung ditunjukkan atau diberikan imbalan berupa

diangkutnya pada waktu-waktu tertentu sampah yang kita tempatkan pada

tempat sampah umum pada suatu komplek perumahan.

Dari berbagai definisi tersebut di atas, baik pengertian secara ekonomis

(pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau

pengertian yuridis (pajak ialah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik

kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain

sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih guna (sumber daya) dari sektor

swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor Negara (pemungutan

pajak/administrator pajak).

11
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin

maupun tidak rutin.

4. Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan individual oleh pemerintah terhadap

pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.

5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi ka Negara/anggaran

Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan

pemerintah. pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi

mengatur).

2.1.4. Tujuan dan Fungsi Pajak

Secara umum tujuan diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai kondisi

meningkatnya ekonomi suatu Negara (1) untuk membatasi konsumsi dan dengan

demikian mentransfer sumber dari konsumsi (2) untuk mendorong tabungan dan

menanam modal (3) untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan

pemerintah. sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah (4) untuk

memodifikasi pola investasi (5) untuk mengurangi ketimpangan ekonomi (6)

untuk memobilisasi surplus ekonomi (Muklis, 2010).

Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan

kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum aturan pajak tidak

semata-mata dibuat untuk memasok uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas

negara, akan tetapi harus memiliki sifat yang mengatur guna meningkatkan taraf

12
kehidupan masyarakat. Penerimaan atas uang untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat hams ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berdasarkan

aturan-aturan yang berlaku. Fungsi pajak menurut (Mardiasmo,2003) dalam

bukunya yang berjudul “ Perpajakan” adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Budgetair

Pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya

ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan oleh pemerintah untuk

membiayai pengeluaran negara baik untuk pengeluaran rutin dalam melaksanakan

mekanisme pemerintahan maupun pengeluaran untuk membiayai pembangunan.

2. Fungsi Mengatur

Pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak memberikan dorongan

kepada pengusaha untuk memperbesar produksinya, dapat juga memberikan

keringanan atau pembesaran pajak pada para penabung dengan maksud menarik

uang dari masyarakat dan menyalurkannya antara lain ke sektor produktif. Dengan

adanya industri baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih banyak,

sehingga pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat

terlaksana untuk mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.

2.1.5. Asas Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak baik dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak (Mardiasmo,2003)

yaitu:

13
1. Asas kebangsaan

Bahwa pajak pendapatan dipungut terhadap orang-orang bertempat

tinggal di Indonesia.

2. Asas tempat tinggal

Pajak pendapatan dipungut bagi orang-orang yang bertempat tinggal di

Indonesia di tentukan menurut keadaan.

3. Asas sumber penghasilan

Jika sumber penghasilan berada di Indonesia dengan

tidal(memperhatikan subjek tempat tinggal. Disamping asas-asas berpedoman

kepada hal tersebut di atas, ada asas-asas pemungutan pajak yang dilandasi

oleh falsafah hukum.

Ada beberapa teori pajak yang dilancarkan dari jaman ke jaman yaitu:

1. Asas Sumber Penghasilan

Negara mempunyai fungsi melindungi rakyat dengan segala

kepentingannya seperti keselamatan jiwa dan harta. Untuk kepentingan tugas-

tugas negara itu seperti halnya dengan perusahaan asuransi, maka rakyat harus

membayar premi yang berupa pajak.

2. Teori kepentingan

Teori ini memperhatikan memungut pembagian beban penduduk

seluruhnya supaya adil. Akan tetap karena teori ini membenarkan adanya hak

pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat dapat pula digolongkan dalam

teori yang memperkuat beban pajak didasarkan atas kepentingan masing-

14
masing orang dalam tugas pemerintah termasuk dalam perlindungan jiwa

orang-orang beserta harta bendanya.

3. Teori bukti

Menurut teori ini seseorang tidak dapat berdiri artinya tanpa adanya

persekutuan di mana persekutuan ini menjelma menjadi negara. Bahkan tiap-

tiap individu menyadari tugas social sebagai tanda bukti kebaktian kepada

negara dalam bentuk iuran atau pajak. Teori gaya pikul pemungutan pajak

didasarkan pada gaya pikul individu dalam masyarakat yaitu dalam tekanan

pajak tidak harus sama besarnya untuk tiap orang, jadi beban pajak harus

sesuai dengan pemikul beban. Ukuran kemampuan pikul antara lain

penghasilan, kekayaan, dan pengeluaran belanja seseorang.

Ada pula pemungutan pajak yang dikemukakan Adam Smith (dalam

Waluyo, 2005) didasarkan pada asas berikut:

1. Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan

kepada orang atau pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan

membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

2. Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,

wajib pajak hams mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak terutang,

kapan hams di bayar, serta batas waktu pembayaran.

15
3. Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar wajib pajak sebaiknya sesuai

dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.

4. Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian

pula beban yang dipikul wajib pajak.

2.1.6. Macam- macam Pajak

Pembagian pajak menurut (Suandy, 2005) dapat dilakukan berdasarkan

golongan, wewenang pemungut maupun sifatnya.

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung

Pajak langsung dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu

pengertian administrasi dan ekonomi. Dalam pengertian administrasi,

pajak adalah pajak yang dipungut secara periodik (terus-menerus) dalam

waktu tertentu menurut kohir (ketetapan pajak). Sedangkan dalam

pengertian ekonomis, pajak langsung adalah beban pajaknya tidak dapat

digeserkan kepada pihak lain, atau pajak yang harus dipikul sendiri oleh

wajib pajak.

b. Pajak tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah suatu pajak yang dapat dilumpuhkan

(digeserkan) kepada pihak lain, misalnya pajak pembangunan. Konsumen

16
(pihak ketiga) menjadi tujuan pajak, sedangkan pihak kedua adalah

pemilik rumah dan pemilik penginapan atau wakilnya.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif

Pajak Subjektif adalah pajak yang dipungut dengan memperlihatkan

keadaan wajib pajak menjadi ukuran terhadap besar kecilnya jumlah pajak

yang dibayar.

b. Pajak Objektif

Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berpangkal pada

keadaan objektifnya. Pajak ini dipungut karena keadaan, pembuatan dan

kejadian yang dilakukan atau terjadi dalam wilayah Negara dengan tidak

mengindahkan sifat subyeknya.

3. Menurut Pemungutannya

a. Pajak Pusat

Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang

peyelengaraan nya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya

digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah, Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bagunan.

b. Pajak Daerah

17
Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah

tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk membiayai

anggaran rumah tangga pemerintah daerah masing-masing.

2.1.7. Syarat Pemungutan Pajak

Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau

perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang - undang (syarat yuridis)

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk

memungut pajak dari rakyat, sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang

dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun

sisi ilmiah (Prakoso, Bambang.2005).

1. Teori Asuransi

Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh

masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Kelemahan teori ini,

jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari negara

kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar dan jasa yang

diberikan tidak ada hubungan langsung.

18
2. Teori Kepentingan

Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing-masing

orang. Teori ini dikenal sebagai Benefit Approach Theory.

3. Teori Daya Pikul

Kesamaan beban pajak untuk setia orang sesuai daya pikul masing-

masing orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan kekayaan

atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability to Pay Approach

Theory.

4. Teori Bakti

Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti seseorang kepada

negaranya.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar pemungutan pajak, pada kepentingan masyarakat bukan pada

individu atau negara. Keadilan dipandang sebagai efek dari pemungutan pajak.

2.1.8. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut wewenang pungut dan menetapkan

besarnya penetapan pajak (Resmi,2005).

1. Official Assessment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur

perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya

sesuai dengan ketentuan undang - undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem

ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya ditangan

19
aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan

pemungutan pajak banyak bergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan

ada pada aparatur perpajakan).

2. Self Assessment system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,

inisiatif dan kegiatan menghitung serta memungut pajak sepenuhnya di tangan

Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu

memahami peraturan perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran

yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Dengan

demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

bergantung pada Wajib Pajak sendiri (peranan dominan ada pada Wajib Pajak).

3. With Holding system

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang - undang perpajakan yang

berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan dengan undang-undang

perpajakan, keputusan presiden peraturan lainnya untuk memotong dan memungut

pajak, menyetorkan dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan

pemungutan pajak banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

20
2.1.9. Pajak Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun

2000 mendefinisikan pajak daerah sebagai berikut :

“iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasar

peraturan perundang-undangan membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah

dan pembangunan Daerah”.

Pengertian Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah (baik Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah

Kabupaten/kota) atau Dinas Pendapatan Daerah dan hasilnya dipergunakan untuk

membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBN)” (Suandy, 2005).

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat, yang

membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya, Pajak Pusat yang memungut

adalah Pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang memungut adalah

Pemerintah Daerah. Kriteria pajak daerah menurut (Bambang, 2003) terdiri dari 4

hal, yaitu:

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari

daerah sendiri.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi penetapan

tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah, dan

21
4. Pajak yang dipungut dan diadmistrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil

pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah merupakan pajak

yang ditetapkan dan atau dipungut di wilayah daerah dan dapat dipaksakan

berdasarkan perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2.1.10. Jenis Pajak Daerah

Dalam literature pajak, pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan,

wewenang pemungut dan sifatnya,. Pajak daerah termasuk klasifikasi pajak

menurut wewenang pemungutnya. Artinya, pihak yang berwenang dan berhak

memungut pajak daerah adalah pemerintah daerah. Selanjutnya, pajak daerah ini

dapat diklasifiksikan kembali menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya.

Menurut Undang-undang No.34 Tahun 2000. Pajak Daerah dibagi menjadi 2

bagian, yaitu:

1. Pajak propinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air

b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

Dari keempat kutipan jenis pajak propinsi tersebut dapat di uraikan

sebagai berikut:

22
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air adalah pajak

atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan

di atas air. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau

lebih berserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat,

dan digerakkan oleh peralatan teknis berupa motor atau peralatan lainnya

yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu

menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk

alat-alat berat dan alat besar yang bergerak.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

Bea balik nama kendaraan di atas air merupakan pajak yang

dikenakan terhadap penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air sebagai akibat perjanjian dua pihak atau sepihak atau

keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau

pemasukan ke badan usaha.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor merupakan pajak atas bahan

bakar yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan

bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas

air. Bahan bakar kendaraan bermotor dan/atau kendaraan di atas air adalah

bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan kendaraan bermotor

dan/atau kendaraan di atas air.

23
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan.

Pajak yang dikenakan terhadap pengambilan dan pemanfaatan air,

baik air bawah tanah maupun air permukaan untuk digunakan bagi orang

pribadi maupun badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan

pertanian rakyat. Air bawah tanah adalah air yang berada di perut bumi,

termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah.

Air permukaan adalah air yang berada di atas permukaan bumi, tidak

termasuk air laut.

2. Pajak kabupaten/kota; terdiri dari:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak penerangan jalan

f. Pajak pengambilan bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

Adapun maksud pengertian dari masing-masing pajak kabupaten/kota

tersebut menurut penjelasan Undang - undang No. 34 Tahun 2000 adalah

sebagai berikut:

a. Pajak Hotel

Adalah pajak atas pelayanan Hotel. Hotel adalah bangunan yang

khusus disediakan bagi orang-orang untuk dapat menginap atau istirahat,

24
memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lain dengan dipungut termasuk

bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki pihak yang sama,

kecuali untuk pertokoan do perkantoran.

b. Pajak Restoran

Adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat

menyantap makanan dan atau minimal yang disediakan dengan dipungut

bayaran, tidak termasuk jasa boga atau catering.

c. Pajak Hiburan

Adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua

jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan

nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang

dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk

berolahraga.

d. Pajak Reklame

Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,

alat perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya

untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk

mencari perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang

ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari suatu

tempat umum kecuali yang di perlukan oleh pemerintah.

25
e. Pajak penerangan jalan

Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan

bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang

rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

f. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

g. Pajak Parkir

Tempat parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan yang

disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan

dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,

termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi

kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Selain memungut pajak. Pemerintah daerah juga bisa memungut retribusi.

Adapun yang dimaksud retribusi menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah: Retribusi Daerah, yang

selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Seperti dengan pajak, retribusi juga ditetapkan dengan peraturan daerah.

Retribusi dipungut dengan menggunakan surat keterangan retribusi daerah atau

dokumen lain yang dipersamakan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka

seharusnya masyarakat menyadari bahwa tujuan pemungutan pajak dan retribusi

adalah untuk pembangunan daerah dan untuk lebih menegakkan kemandirian

26
dalam pembiayaan pembangunan daerah, sebab kemungkinan pada dasarnya akan

lebih menjamin ketahanan daerah khususnya ketahanan di bidang ekonomi.

Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran pajak akan

menjadikan pembangunan dapat lebih digiatkan lagi, sebaliknya apabila

masyarakat menyadari maka penerimaan atau pemasukan uang akan berkurang,

dengan sendirinya pembangunan kurang lancar. Demikian pula penerimaan

pendapatan yang dikelola oleh pemerintah terutama pajak daerah seluruhnya

untuk kepentingan daerah sendiri dan untuk melaksanakan pembangunan daerah.

2.1.11. Pajak Restoran

1. Pengertian Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan tang

disediakan restoran dengan pembayaran oleh orang pribadi atau badan.

Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten

atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang

berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten

atau kota untuk mengenakan tau tidak mengenakan suatu jenis pajak

kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah

kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan

peraturan daerah tentang pajak restoran. Peraturan ini akan menjadi landasan

hokum tradisional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak

restoran di daerah atau kabupaten atau kota yang bersangkutan.

27
2. Objek Pajak Restoran

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2011 ayat (1) pasal (11)

mengenai Objek Pajak Restoran, adalah pelayanan yang disediakan oleh

restoran. Pelayanan penjualan makanan dan/atauminuman yang dikonsumsi

oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain,

pelayanan usaha jasa boga atau catering. Objek Pajak Restoran Meliputi:

Restoran, Rumah makan, Bar, Café, Bakery, Pujasera, dan Sejenisnya.

Objek Pajak Restoran yang dikecualikan sebagaimana dimaksudkan

pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai

penjualannya tidak melebihi Rp. 1.500.000,- perbulan.

3. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran

Pada pajak restoran, menurut Peraturan Daerah No. 05 tahun 2011 yang

menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan

dan/atau minuman dari restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak

adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan

pengusaha orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran yang

menurut peraturan atau pemotongan pajak terhadap subjek pajak. Dengan

demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak restoran tidak sama.

Konsumen yang menikmati pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang

membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak

sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak Bari

konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban pajak lainnya.

28
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya wajib pajak dapat

diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan

peraturan daerah tentang pajak hotel. Wakil pajak bertanggungjawab secara

pribadi dan atau secara langsung tentang atas pembayaran pajak terutang.

Selain itu, wajib pajak dapat menunduk seorang kuasa dengan surat kuasa

khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran

Dasar pengenaan pajak rsetoran menurut Peraturan Daerah No. 05

Tahun 2011 tentang pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima

atau yang seharusnya diterima restoran. Jika pembayaran dipengaruhi

istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang

wajar pada saat pemakaian jasa restoran. Contoh hubungan istimewa adalah

orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa restoran dengan pengusaha

restoran, baik langsung atau tidak langsung berada di bawah pemilikan atau

penguasaan orang pribadi atau badan yang sama.

Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak

kepada wajib pajak untuk harga jumlah baik jumlah uang yang dibayarkan

maupun jumlah penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai

penukaran atau pemakaian jasa makanan dan minuman dan fasilitas penunjang

termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan berkaitan

dengan usaha restoran.

Tarif pajak ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan

ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.

29
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan, keleluasaan kepada pemerintah

kabupaten/kota untuk menetapkan tarif yang dipandag sesuai dengan kondisi

masing-masing daerah kabupaten/kota. Dengan demikian, setiap daerah

kabupaten/kota yang diberikan kewenangan untuk menetapkan tarif pajak

yang

mungkir bcrbecla dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak lebih dari

10% (sepuluh persen).

Besarnya pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak. Secara umum perhitungan pajak

restoran adalah sesuai dengan rumus berikut:

Pajak terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Omzet

5. Penetapan Pajak Restoran

Menurut Peraturan Daerah No 05 Tahun 2011 setiap pengusaha restoran

(yang menjadi wajib pajak) wajib menghitung, memperhitungkan, membayar,

dan melaporkan sendiri pajak restoran yang terutang dengan menggunakan

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Ketentuan ini menunjukkan

sistem pemungutan pajak restoran pada dasarnya merupakan sistem self

assessment, yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak

terutang.

Pada beberapa daerah, penetapan pajak tidak diserahkan sepenuhnya

kepada wajib pajak, tetapi ditetapkan oleh kepala daerah. terhadap wajib pajak

yang pajaknya ditetapkan oleh bupati/walikota, jumlah pajak yang terutang

30
ditetapkan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Wajib

pajak tetap memasukkan SPTPD, tetapi tanpa perhitungan pajak. SKPD oleh

wajib pajak paling lama 30 hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau

jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Apabila setelah

lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak

terutang dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa

kenaikan sebesar 10% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Menurut Soekresno (2000), dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian,

restoran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Restoran Formal, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang

dikelola dengan pelayanan eksklusif, contoh : member restoran, Garment,

Main dining room, Grilled Restoran, executive restoran dan sebagainya.

2. Restoran Informal, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman

yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih mengutamakan

kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih

berganti pelanggan. Contoh : cafe, cafeteria, fast and food restoran, coffee

shop, bistro, canteen, tavern, family restaurant, pub, service corner, burger

corner, snack bar.

3. Specialties restaurant, adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman

yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan

makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari sautu

Negara tersebut. Contoh: Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant,

Japanese food restaurant etc.

31
2.1.12. Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah dan PAD di

Kabupaten ???

Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan, sokongan atau dukungan

terhadap suatu kegiatan (Dany, 2006). Menurut (Yandianto, 2000) kontribusi

diartikan sebagai uang iuran pada perkumpulan sumbangan. Kontribusi

merupakan suatu ukuran untuk mengetahui seberapa besar sumbangan pajak

restoran dalam meningkatkan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah.

Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak restoran memberikan

sumbangan dalam penerimaan PD dan PAD. Dalam mengetahui kontribusi

dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak restoran periode tertentu

dengan penerimaan Pajak Daerah dan PAD tertentu pula. Untuk menghitung

kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli

Daerah menurut Syafri Daud (2004) digunakan rumus sebagai berikut:

𝑥
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 = × 100%
𝑦

Keterangan :

X : Realisasi Penerimaan Pajak Restoran

Y : Realisasi Penerimaan Pajak Daerah/Pendapatan Asli Daerah

2.2. Penelitian Sebelumnya

Menurut (Ngumar. 2016) dalam jurnalnya yang berjudul “ Kontribusi pajak

hotel dan restoran terhadap peningkatan pendapatan ash daerah (PAD) Kota

Surabaya disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi

pajak tahun 2010-2014 mengalami peningkatan sesuai dengan peraturan

32
pemerintah dalam pemungutan pajaknya. Tingkat efektivitas Pajak Hotel sangat

efektif tahun 20122014, peningkatan efektivitas tertinggi pada tahun 2012 sebesar

106,95%. Efektivitas Pajak Restoran tahun 2012 sebesar 108,21% menunjukkan

peningkatan yang sangat efektif juga terjadi. Meskipun realisasi penerimaan pajak

hotel dan restoran serta realisasi penerimaan PAD meningkai tetapi kontribusi dari

tahun 2010-2014 terus menurun, kontribusi Pajak Hotel dan Restoran yang

dicapai oleh DPPK Kota Surabaya tetap cukup signifikan dalam memberikan

sumbangan peningkatan penerimaan daerah serta pemerintah juga tetap berupaya

melakukan pembenahan dalam pemungutan pajaknya.

Menurut (tisman, 2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis kontribusi

dan pengaruh pajak hotel dan restoran terhadap peningkatan pendapatan asli

daerah (PAD) Kota Lhokseumawe “ hasil penelitian menunjukkan bahwa

besarnya pengaruh pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD Kota

Lhokseumawe menunjukkan koefisien sebesar 97.795 yang berarti bahwa apabila

variabel - variabel observasi konstan, maka peningkatan 1% pajak hotel dan pajak

restoran akan meningkatkan Pendapatan Asti Daerah (PAD) Kota Lhoksuemawe

sebesar 97.795%. koefisien variabel Pajak Hotel sebesar 2.328 yang berarti bahwa

apabila peningkatan Pajak Hotel ditingkatkan 1%, maka Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kota Lhoksuemaweakan meningkat sebesar 23,28%. Koefisien variabel

Pajak Restoran sebesar 12.123 yang berarti bahwa apabila peningkatan Pajak

Restoran ditingkatkan 1%, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

Lhoksuemawe akan meningkat sebesar 121,23%.

33
Menurut (Windy, 2016) dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis kontribusi

pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Minahasa Selatan tahun

2012-2014” dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas pemungutan pajak

restoran tahun 2012-2014 sangatlah efektif, dengan rata-rata tingkat efektifitasnya

adalah sebesar 157,58%. Presentase kontribusi terbesar berada di tahun 2013

sebesar 1,79% dan terendah tahun 2012 sebesar 1,62% dengan rata-rata kontribusi

1,21%. Kontribusi pelanggan tertinggi pada tahun 2014 yaitu Rp. 551,503,- dan

terendah Rp. 210,997, pada tahun 2012. Pemerintah Daerah di Kabupaten

Minahasa Selatan sebaiknya memaksimalkan perolehan penerimaan pajak

restoran karena pajak ini merupakan salah satu sumber penerimaan yang potensial

di Minahasa Selatan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah daerah adalah

menyerap dari sektor pajak. Hal demikian dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

??? melalui Dinas Pendapatan Daerah dilakukan usaha-usaha peningkatan pajak

restoran secara optimal untuk mengisi kas daerah yang membiayai pembangunan.

Potensi restoran di Kabupaten ??? Dipandang potensial, mengingat gairah

usaha yang semakin meningkat. Apabila pendapatan pajak restoran besar,

kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah besar. Apabila pendapatan pajak

restoran kecil, kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah juga kecil.

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

34
Penerimaan Pajak Restoran

Kontribusi Pajak Restoran

Pajak Daerah

Pendapatan Asli Daerah


(PAD)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan dan tujuan dari kerangka pemikiran di atas, maka

hipotesisnya adalah: Diduga kontribusi pajak restoran berpengaruh positif

terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli daerah Kabupaten ???.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data merupakan kumpulan jumlah fakta atau kenyataan yang dapat

dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan untuk menarik suatu

kesimpulan (Santoso, 2007). Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak

dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia hams disesuaikan

dengan kebutuhan dalam suatu penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder data

yang diambil dari catatan atau sumber lain yang telah ada yang sudah diolah oleh

pihak ketiga, secara berkala (lime series) untuk melihat perkembangan objek

penelitian selama periode tertentu. Dalam penelitian ini data sekunder yang

disimpulkan adalah data Pendapatan Asli Daerah (PAD), data Pajak Daerah, data

penerimaan pajak restoran, data jumlah penduduk, data Kondisi fisik Kabupaten

???, dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Konstan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari BPS Propinsi ???

dalam buku Kabupaten ??? Dalam Angka.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh

peneliti untuk memperoleh keterangan yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan. Adapun metode pengumpulan yang digunakan dalam

36
penelitian ini meliputi: Studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data dengan

membaca literature tentang pajak, jurnal-jurnal kontribusi pajak restoran terhadap

Pajak Daerah dan PAD, maupun sumber lain seperti dokumen BPS Propinsi yang

berkaitan dengan penelitian ini yaitu ??? dalam angka 2010-2016.

3.3. Jangka Waktu Penelitian

Jangka waktu penelitian salah satu metode atau cara yang dilakukan oleh

peneliti guna untuk memenuhi syarat dalam penelitian. Adapun jangka waktu

penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini Januari 2017- September 2017.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui perumusan masalah yang dituangkan dimuka dapat

dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Untuk menjawab permasalahan pertama tentang perhitungan perkembangan

Pajak Restoran, Pajak Daerah dan perkembangan PAD Kabupaten ???

digunakan rumus yang disampaikan Syafri Daud dalam (Halim, 2004) sebagai

berikut:

𝑋𝑡 − 𝑋(𝑡−1)
𝐷𝑥 = × 100%
𝑋(𝑡−1)

Keterangan :

Dx = Pertumbuhan

Xt = Penerimaan pada tahun tertentu

X(t-i) = Penerimaan pada tahun sebelumnya

37
2. Untuk menjawab permasalahan kedua tentang perhitungan kontribusi

penerimaan pajak Restoran terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli

Daerah menurut Syafri Daud dalam (Halim, 2004):

a. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛


𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 = × 100%
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

b. Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛


𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 = × 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

Semakin besar persentase kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah

dan Pendapatan Asli Daerah. maka semakin besar kontribusi Pajak Restoran

terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah.

Untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak

Daerah dan Pendapatan Asti Daerah disusun ukuran kriteria berdasarkan Tim

Litbang Depdagri UGM dalam (Handoko, 2013) inengkategorikan kriteria

kontribusi ke dalam enam tingkat kontribusi terlihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Klasifikasi Kriteria Kontribusi

Persentase Kriteria
0%- 10% Sangat Kurang
11%- 20% Kurang
21%- 30% Sedang
31%- 40% Cukup Sedang
41%- 50% Baik
Di atas 50% Sangat Baik
Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (dalam Handoko, 2013).

38
3.5 Operasional Variabel

Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, segala

peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif/kualitatif. Sedangkan definisi

operasional merupakan pengubahan konsep yang masih berupa abstrak dengan

kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diuji dan

ditentukan kebenarannya oleh ()rang lain berdasarkan variabel yang digunakan

(Nurmayasari, 2010). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kontribusi Pajak Hotel

Kontribusi merupakan suatu ukuran untuk mengetahui seberapa besar

sumbangan pajak restoran dalam meningkatkan Pajak Daerah dan Pendapatan

Asli Daerah. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak

Restoran memberikan sumbangan dalam penerimaan PD dan PAD. Dalam

mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak

restoran periode tertentu dengan penerimaan PD dan PAD tertentu pula.

2. 2. Pajak Daerah

Iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan

berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana hasilnya

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah Daerah dan

pembangunan Daerah.

39
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-

sumber dari wilayahnya sendiri dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anita Candrasari, Sutjipto Ngumar, 2016, Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran

terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya, Volume 5

Nomor 2 ISSN: 2460-0658, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi

Badan Pusat Statistik Kota ???.

Badan Pusat Statistik, 2009, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2010, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2011, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2012, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2013, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2014, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2015, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2016, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

_____, 2017, ??? Dalam Angka, BPS, Propinsi ???.

Dany H, 2006, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta.

Harun, Hamrolie, M.,Sc. 2003. Menghitung Potensi Pajak dan Retribusi Pajak

Daerah. BPFE.Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2004, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit: Salemba Empat

Jakarta.

_____, 2005, Analisis Investasi, Penerbit: Salemba Empat Jakarta.

Handoko, T.H, 2013, Manajemen, Yogyakarta: BPFE.

Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Yogyakarta: Andi.

_____, 2002, Perpajakan, Yogyakarta: Andi.

41
_____, 2003, Perpajakan, Yogyakarta: Andi.

Megasilvia Windy Mintahari, Linda Lambey, 2016, Analisis Kontribusi Pajak

Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Minahasa

Selatan Tahun 2012-2014, Volume 4 Nomor 2 ISSN 2303-1174, Jurnal

Ekonomi Bisnis dan Akuntansi.

Muklis, Imam, 2010, Peranan Pajak Daerah dalam meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah, Universitas Malang : Malang.

Nurmayasari, Dini, 2010, Analisis Penerimaan Pajak Reklame Kota Semarang,

Skripsi, FE Undip, Semarang.

Peraturan Daerah Kota ??? No.5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Peraturan.

Walikota ??? No.20 Tahun 2011 tentang Peraturan Pelaksanaan Pajak

Restoran.

Prakosa, Kesit Bambang, 2003, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Yogyakarta

: UII Press

_____, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Yogyakarta : UII Press.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Taihun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia.

_____, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah Re-publik Indonesia.

42

Anda mungkin juga menyukai