Bab I-Iii
Bab I-Iii
PENDAHULUAN
Sindrom Brugada pertama kali ditemukan pada tahun 1992, dan merupakan
bentuk baru dan berbeda dengan gambaran karakteristik elektrokardiogram (EKG)
dan berkaitan dengan risiko tinggi kematian jantung mendadak (KJM). 1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. EPIDEMIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Riwayat keluarga terjadi sekitar 50% pasien pada pasien sindrom Brugada,
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan genetik. Studi terbaru
mengkonfirmasi adanya hubungan genetik dengan mutasi pada gen SCN5A, sebuah
kode untuk Saluran natrium jantung manusia pada kromosom 3p21 yang dapat
menyebabkan sindrom Brugada. Dasar genetik ini membuktikan bahwa penyakit ini
adalah gangguan pada saluran natrium. Penelitian menunjukkan bahwa elevasi
segmen ST disebabkan oleh pergeseran keseimbangan arus ionik dan penciptaan
gradien tegangan dengan dominasi arus keluar transien (Ito) di epikardium pada
endokardium. 4
Selama fase 1 dari aksi potensial normal, arus ion Na+ masuk dan ion K
keluar menyebabkan terjadi lonjakan normal. Dengan adanya arus Na+ yang lemah,
tanpa keluarnya ion K menyebabkan aksentuasi potensial aksi di epikardium
ventrikel kanan, yang berimplikasi pada gelombang J dan elevasi segmen ST yang
terkait dengan pola Brugada. Seiring perubahan yang terjadi pada epikardium,
endokardium tidak mengalami perubahan sehingga terbentuk pola gradien tegangan
transmural.2
D. DIAGNOSIS
E. PENATALAKSANAAN
Golongan Anti Aritmia kelas 1A seperti Quinidine adalah obat yang paling
banyak digunakan pada pasien Sindrom Brugada. Mekanismenya adalah denga
memblok aksi potensial jantung. Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa
quinidine juga efektif untuk menormalkan elevasi segmen ST pada pasien Sindrom
Brugada. Penelitian baru-baru ini mendapatkan bahwa pada 50 pasien yang diterapi
dengan quinidine semuanya mengalami perbaikan gambaran EKG. Namun, quinidine
juga daoat menimbulkan efek samping seperti diare, trombositopenia dan hepatitis
yang tidak akan muncul apabila terapi dihentikan.1
BAB III
PENUTUP
Golongan Anti Aritmia kelas 1A seperti Quinide adalah obat yang paling
banyak digunakan pada pasien Sindrom Brugada. Mekanismenya adalah denga
memblok aksi potensial jantung. Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa
quinidine juga efektif untuk menormalkan elevasi segmen ST pada pasien Sindrom
Brugada. Penelitian baru-baru ini mendapatkan bahwa pada 50 pasien yang diterapi
dengan quinidine semuanya mengalami perbaikan gambaran EKG. Namun, quinidine
juga daoat menimbulkan efek samping seperti diare, trombositopenia dan hepatitis
yang tidak akan muncul apabila terapi dihentikan.