Dubowitz Score
Syahidatul Arifa
20120310272
I. PENGALAMAN
Bayi perempuan lahir dari ibu usia 24 tahun P1A0 usia kehamilan 38
minggu ditolong bidan, spontan, langsung menangis, nilai APGAR menit pertama
7/9, air ketuban jernih, berat badan lahir (BBL) 2335 gram, sikap bayi terlentang,
semifleksi pada ekstremitas namun ekstensi pada tungkai kanan, kult tampak tipis,
verniks kaseosa sedikit, tidak tampak sekret mata, nafas cuping hidung (-), mulut
sianosis -), vital sign dalam batas normal. Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas
normal.
Perkembangan susunan saraf pusat (SSP) meliputi dua aspek utama yaitu
struktural dan fungsional. Perkembangan struktural dimulai dari proses neuralisasi,
yaitu terbentuknya lempeng saraf berupa penebalan sel ektoderm pada aspek dorsal
embrio pada hari ke-16 yang kemudian menggulung membentuk tabung saraf pada
hari ke-28 pasca-konsepsi. Perkembangan fungsional ditandai dengan bergeraknya
janin pada usia 7-8 minggu pasca-konsepsi.
Pada bulan ke-5 pasca-konsepsi hingga akhir tahun ke-2 pasca-natal, selain
migrasi terjadi pula organisasi yang memperinci pengaturan sel-sel saraf sehingga
setiap sel saraf terletak di lokasi spesifik masing-masing struktur tadi. Pada bulan
ke-6 pasca-konsepsi, selain migrasi akhir dan organisasi, juga terjadi proses
mielinisasi yang berlangsung hingga usia dewasa.
Setelah janin lahir, sel saraf tidak bertambah banyak lagi, baik jumlah, ukuran,
maupun jenisnya. Proses yang terjadi setelah lahir adalah pematangan fungsi sel saraf
yaitu ramifikasi progresif serabut dendrit dan akson, pembentukan sinaps dan
neurofibril, penambahan riboneucleic acid (RNA) pada jaringan otak, dan lanjutan
proses mielinisasi. Ramifikasi maksimal terjadi pada tahun pertama, kemudian
menurun dan mencapai kepadatan seperti pada usia dewasa pada saat anak berusia
tujuh tahun.
Proses-proses yang terjadi pada trimester ketiga kehamilan tersebut menyebabkan
masa ini menjadi periode kritis perkembangan otak. Gangguan yang terjadi pada masa ini
tidak dapat digantikan dengan berbagai simulasi lingkungan ekstrauterin di kemudian hari.
Banyak faktor risiko yang memengaruhi luaran neurobehavioral BKB. Faktor risiko
tersebut dapat meliputi faktor prenatal, perinatal, dan pasca-natal. Faktor prenatal dapat
berupa paparan toksin, korioamnionitis, pertumbuhan janin terhambat. Faktor perinatal
diantaranya adalah trauma lahir, perdarahan intrakranial, dan ensefalopati hipoksik iskemik
(EHI). Faktor pasca-natal yang tersering adalah akibat morbiditas BKB dan intervensi
terhadapnya (jumlah dan tipe intervensi terhadap penyakit, lama rawat, kondisi saat
perawatan). Selain itu faktor sosiodemografi (status sosioekonomi, dukungan sosial, ras,
kesehatan fisik dan mental ibu saat kehamilan, pajanan lingkungan) juga berperan.
Mekanisme gangguan neurodevelopmental pada bayi prematur dapat disebabkan oleh:
(1) aspek maturitas; (2) terjadinya cedera SSP; (3) pengurangan volume otak.
Imaturitas, cedera SSP, pengurangan volume otak yang sudah dijelaskan sebelumnya
menyebabkan gangguan luaran neurobehavioral pada BKB. Luaran tersebut dapat berupa
gangguan neurologik, perilaku, dan tumbuh kembang. Kejadian paling sering adalah
gangguan motorik berupa distonia, yang selanjutnya berkembang menjadi palsi serebral
palsy.
Motorik/Neurologik
Bayi kurang bulan biasanya menunjukan postur ekstensi lebih banyak
dibandingkan dengan postur fleksi. Kejadian distonia juga banyak terjadi pada bayi
prematur. Hipertonisitas pada otot ekstensor tubuh dan kaki meningkatkan tonus
adduktor pinggang dan perlambatan kemampuan menopang tubuh, tetapi banyak
kasus membaik pada usia dua tahun. Distonia ditemukan paling banyak pada usia
koreksi 7 bulan (21%-36% kejadian).
Bayi kurang bulan yang menunjukkan kejadian spastik diplegia dapat diakibatkan
karena kerusakan pada kapsula interna. Kondisi iskemia dapat menyebabkan terjadinya
periventrikuler lukomalasia. Pada kerusakan otak yang lebih luas dapat memengaruhi
ekstremitas atas, yang mengakibatkan terjadinya kuadriparesis yang diikuti dengan defisit
kemampuan intelektual.
Kelainan motorik yang paling banyak terjadi adalah palsi serebral. Faktor yang
dikatakan banyak menyebabkan palsi serebral adalah kerusakan otak akibat PVL dan
perdarahan intrakranial. Manifestasi klinis palsi serebral akibat kelahiran kurang
bulan dapat berupa hemiplagi spastik (unilateral) atau kuadriplegia (bilateral).
Gangguan fungsi dapat bervariasi, dimulai dari kelainan tonus otot atau kurangnya
kekuatan, sampai dengan cacat berat yang mengganggu aktivitas seperti tidak bisa
berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Kemampuan Visuospasial
Fungsi visual-motor meliputi kontrol visualmotor, persepsi visual, integrasi
visuomotor, koordinasi tangan-mata, kemampuan motorik halus, dan kemampuan
kecepatan motorik.
Gangguan Perilaku/Orientasi
Gangguan perilaku pada BKB yang banyak dilaporkan berupa tremor, stratle
berlebihan, dan sulitnya bayi untuk ditenangkan. Sulitnya bayi untuk ditenangkan
berhubungan dengan meningkatnya risiko gangguan perilaku diusia sekolah yaitu
gangguan eksternalisasi (agresif, impulsif, sulit diatur), internalisasi (pemalu,
menyendiri, depresi, cemas), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH).32 Sebuah meta-analisis tahun 2002 menunjukkan meningkatnya angka
GPPH sebesar 2,6% pada anak yang lahir prematur dengan manifestasi berupa gejala
eksternalisasi. Kejadian GPPH berbanding terbalik dengan usia gestasi. Hal tersebut
diakibatkan karena gangguan neuromotor dan defisit fungsi kognitif yang merupakan
sekuele dari prematuritas. Kejadian GPPH juga meningkat pada anak dengan riwayat
perdarahan intrakranial.
Gangguan orientasi yang dinilai pada metode Dubowitz berupa orientasi
penglihatan dan pendengaran. Didapatkan bahwa bayi dengan gangguan orientasi
penglihatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya risiko penurunan kognitif pada
usia selanjutnya.
Penilaian neurobehavioral diperlukan untuk menilai pengaruh kelahiran
prematur dan faktor-faktor risikonya dengan perkembangan otak. Pemeriksaan
neurobehavioral pada neonatus dapat mendeteksi adanya lesi pada otak secara dini
dan efek dari lesi tersebut di kemudian hari.
POSTUR
TONUS
Tonus ekstremitas
Tonus aksial
REFLEKS
SIKAP ABNORMAL
DAFTAR PUSTAKA