Anda di halaman 1dari 19

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM METODE FARMAKOLOGI


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN I
“STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PENANGANAN
TIKUS/MENCIT”

DISUSUN OLEH :
MOHAMMAD SYAUQIE G 701 16 122
ALFIA G 701 16 044
ASMA SURI WULANDARI G 701 16 063
LINDA G 701 16 049
ANDINI MUH.NUR G 701 16 253

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)


HARI/TANGGAL : SELASA, 06 MARET 2018
ASISTEN : SYAFRI BARLIAN WARIS

JURUSAN FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tikus (Rattus norvegicus) merupakan hewan laboratorium yang
paling luas dan paling banyak digunakan untuk praktikum dan mudah
dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena
kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta
bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia
terbanyak kedua di dunia, setelah manusia. Tikus sangat mudah
menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat oleh manusia, bahkan
jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang
tinggal di perkotaan. Tikus percobaan (laboratorium) melalui proses seleksi.
Sekarang tikus juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan (Rahayu, L.
2006).
Menurut (Harmita & Radji, 2008) pemberian obat pada mencit dan tikus
ada 3 cara yaitu :
1. Oral, diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan
jarum/kanula berujung tumpul dan berbentuk bola.
2. Subkutan, pada tikus dan mencit, penyuntikan dilakukan dibawah
kulit pada daerah tengkuk.
3. Intraperitonial, untuk semua hewan percobaan, penyuntikan
dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah,jangan terlalu tinggi
agar tidak mengenai hati dan kandung kemih.
Aplikasi dalam bidang farmasi adalah seorang farmasis mengetahui
bagaimana cara pemberian obat yang benar terhadap hewan percobaan. Cara
pemberian obat ini banyak macamnya mulai dari cara pemberian oral, dan
ada juga pemberian obat lewat suntikan seperti Intravena, intramuskular,
subkutan, intraperitonial dan lain – lain. Akan tetapi yang dilakukan
sekarang adalah dengan cara pemberian obat secara oral, karena cara
pemberian obat ini adalah cara yang banyak dan biasa dilakukan pada
hewan percobaan.
I.2 Maksud Percobaan
Mahasiswa dapat mempelajari cara pemberian obat pada hewan
percobaan dengan baik dan benar dengan cara intramuskular,
intraperitoneal, subkutan dan per-oral.

I.3 Tujuan Percobaan


Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian obat pada hewan
percobaan dengan baik dan benar dengan cara intramuskular, intraperitoneal,
subkutan dan per-oral

I.4 Prinsip Percobaan


Penanganan hewan uji pada tikus putih (Rattus norvegicus L)
dilakukan dengan terlebih dahulu memegang hewan uji dengan dua jari
tangan kiri yaitu jari telunjuk dan jari tengah pada leher, sedangkan jari-jari
lainnya mencengkeram kaki hewan, lalu selipkan ekor tikus diantara jari
manis dan jari kelinking tangan kiri, atau juga hewan uji dapat dipegang
dengan cara menjepit kulit hewan uji pada tengkuknya, selanjutnya diberi
perlakuan dengan cara pemberian obat secara per-oral, intraperitoneal, dan
subkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang
sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna
mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pengamatan laboratoris. Tikus putih (Rattus norvegicus L)
banyak digunakan sebagai hewan percobaan pada berbagai penelitian. Tikus
putih tersertifikasi diharapkan lebih mempermudah para peneliti dalam
mendapatkan hewan percobaan yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan. Kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menentukan tikus
putih sebagai hewan percobaan, antara lain: kontrol (recording) pakan,
control (recording) kesehatan, recording perkawinan, jenis (strain), umur,
bobot badan, jenis kelamin, silsilah genetic (Rahayu,L, 2006).
Terdapat tiga galur tikus putih yang memiliki kekhususan untu
digunakan sebagai hewan percobaan antara lain Wistar, long evans dan
Sprague dawley (Harmita & Radji, 2008).
Tujuan dari dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memberikan
pembelajaran mengenai pemeliharaan dan pengembangbiakan tikus putih,
menghasilkan tikus putih yang tersertifikasi baik dari sisi
pakan, kesehatan dan perkawinan dan memenuhi permintaan hewan
laboratorium. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
mahasiswa dalam membuka usaha pengembang biakkan tikus putih yang
tersertifikasi dan dapat menyediakan kebutuhan akan tikus putih bagi para
peneliti, serta dapat melatih dan mengembangkan jiwa kewirausahaan.
Menyeleksi tikus secara ketat yang akan digunakan secara hewan coba
dan mengafkir yang tidak memenuhi standart sebagai hewan coba untuk
dijual sebagai pakan reptil. Serta membuat sarana dan prasanana peternakan
tikus yang akan dijual kepada peternak tikus. Dipokoes mempunyai mimpi
kedepan dapat memenuhi pasar luar daerah untuk itu perlu adanya sarana
untuk pengangkutan yang baik.
Menciptakan pakan khusus tikus putih untuk hewan percobaan. Hal
ini didasari dengan belum adanya pakan tikus, khususnya untuk tikus putih
yang digunakan khusus untuk hewan coba. Dengan demikian, juga dapat
meminimalkan biaya pakan.
II.2 Uraian bahan
1. Aquadest ( FI III, Hal 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau


tidak mempunyai rasa.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
II.3 Uraian Obat
1. NaCl Fisiologis
Farmakologi
- Golongan Obat : Obat Keras
- Indikasi : Pengganti cairan plasma isotonic yang hilang dan
pengganti cairan pada kondisi alkalosis hipokloremia
Dosis
Dosis bersifat individual. Dosis lazim 100ml/70 kgBB/hari
dengankecepatan infuse sampai dengan 7,7 ml/kgBB/jam
Farmakokinetik
Injeksi NaCl langsung masuk ke dalam pembuluh darah, setelah
diinjeksi, NaCl akan didistribusi cepat kedalam jaringan melalui
pembuluh darah, serta dieleminasi melalui urin
Efek Samping
Demam, abses, nekrosis, jaringan atau injeksi pada tempat suntikan
thrombosis vena atau hiporvolema.
Farmakodinamik
Mengatur distribusi cairan air serta keseimbangan elektrolit dengan
pengganti cairan.
Mekanisme Kerja
Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotic. Klorida merupakan anion utamaplasma
darahsehingga ketika masuk kedalam pembuluh darah akan
terdistribusi dengan cepat kedalam jaringan dengan menyeimbangkan
elektrolit tubuh yang hilang.
II.4 Klasifikasi Hewan Uji
1. Tikus Putih (Rattus norvegicus L) (Harmita, 2006)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus L
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Dispo
2. Sonde
3. Jarum suntik
III.1.2 Bahan
1. Nacl Fisiologis
2. Tikus (Rattus norvegicus)
3. Air Mineral
4. Tissue
5. Alkohol 70%
6. Masker
7. Handscoon
8. Kapas
III.2 Cara Kerja
1. Cara memegang hewan percobaan sehingga siap diberi sediaan uji
 Mengangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan.
 Meletakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (missal
rem kawat pada penutup kandang), sehingga bila ditarik mencit akan
mencengkeram.
 Lalu kulit pada bagian tengkuk mencit dijepit dengan telunjuk dan ibu
jari tangan kiri sedangkan ekornya tetap dipegang dengan tangan
kanan kemudian tubuh mencit dibalikkan sehingga permukaan perut
menghadap ke kita dan ekor dijepit di antara jari manis dan kelingking
tangan kiri.
2. Cara memberikan obat pada hewan percobaan
a. Per Oral (PO)
 Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang
ujungnya tumpul (sonde oral).
 Memegang mencit dengan menjepit bagian tengkuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis dan
kelingking.
 Memerhatikan posisi kepala mencit. Pastikan posisi kepala
menengadah atau posisi dagu sejajar dengan tubuh dan mulut terbuka
sedikit.
 Menempelkan sonde oral pada langit-langit mulut atas mencit
kemudian memasukkannya perlahan-lahan sampai ke esophagus
kemudian memasukkan cairan obat.
b. Secara Subkutan
 Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang
ujungnya runcing.
 Memegang mencit dengan mencubit bagian tekuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis dan
kelingking.
 Mencit yang akan disuntik tidak dalam keadaan terbalik (tetap
telungkup)
 Membersihkan bagian yang akan disuntikkan dengan alkohol 70 %.
 Menyuntikkan cairan obat dari arah depan pada bagian kulit tengkuk
belakang telinga mencit yang telah dicubit
 Usahakan penyuntikan dilakukan dengan cepat agar tidak terjadi
pendarahan.
c. Intraperitoneal
 Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik yang
ujungnya runcing.
 Memegang mencit dengan menjepit bagian tekuk menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk, dan ekornya dijepit diantara jari manis dan
kelingking.
 Memposisikan tubuh mencit dalam keadaan terbalik dengan kepala
lebih rendah dari abdomen
 Membersihkan bagian abdomen bagian agak tepi yang akan disuntik
dengan menggunakan alkohol 70 %.
 Menyuntikkan obat dengan kemiringan 10° berlawanan arah dengan
kepala (arah jarum ke bagiann perut) pada bagian abdomen agak
menepi dari garis tengah perut agar jarum suntik tidak terkena
kandung kemih dan tidak terlalu tinggi agar tidak penyuntikan pada
hati.
III.4 Skema Kerja
a. Oral

Pegang tikus pada tengkuk atau tarik


kulitnya

Balikkan badan tikus hingga


perutnya menghadap keatas

Suntikkan obat secara oral mulai dari


ujung mulut sampai ke esophagus

Suntikkan obat sebanyak 1 ml

b. Intraperitoneal

Pegang tikus pada tengkuk atau tarik


kulitnya

Balikkan badan tikus hingga


perutnya menghadap keatas

Suntikkan obat secara intraperitoneal


pada kaki sebelah kanan sejajar dengan
abdomen

Suntikkan obat sebanyak 1 ml


c. Subkutan

Pegang tikus pada tengkuk atau tarik


kulitnya

Tarik kulit mulai dari bawah leher


tikus ke atas tengkuk

Suntikkan obat secara subkutan dengan


cara menyuntikkannya diantara kulitd
bagian tengkuk

Suntikkan obat sebanyak 1 ml


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
No. Gambar Keterangan
1. Cara pemberian obat
secara oral dengan cara
diberikan dengan alat
suntik yang dilengkapi
dengan jarum/kanula
berujung tumpul dan
berbentuk bola

2 Cara pemberian secara


intraperitoneal,
penyuntikkan dilakukan
pada perut sebelah kanan
garis tengah

3. Cara penyuntikkan secara


subkutan, penyuntikkan
dilakukan dibawah kulit
pada daerah tengkuk.
IV.2 Pembahasan
Tikus putih (Rattus norvegicus) adalah hewan percobaan yang sering
dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai
bentuk percobaan. Relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus
putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani, tidak begitu bersifat
fotofobik seperti halnya mencit serta kecenderungan untuk berkumpul
sesamanya juga tidak begitu besar. Aktifitas tidak begitu terganggu dengan
adanya manusia di sekitarnya. Suhu tubuh normal : 37,50C. Laju respirasi
normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi
nutrisi, tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang (Tim
Dosen, 2017)
Mula-mula hewan coba dipegang ujung ekor dengan tangan kanan.
Kulit kepala dipegang sejajar dengan telinga hewan coba dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri. Lalu tikus diangkat dan
dibalik sehingga wajahnya menghadap kita. Sebelum memegang tikus, kita
harus membuat mereka nyaman dengan cara mengelus-elusnya sampai
mereka nyaman. Ekor dijepit dari pada jari kelingking kiri atau dengan
bantuan teman kelompok. Hewan coba siap untuk diberikan perlakuan. Hal
ini telah sesuai dengan literatur (Harmita, 2006) yang menyatakan bahwa
cara mengambil dan memegang tikus yaitu : buka kandang,angkat tikus
pada pangkal ekornya dengan tangan kanan, letakkan diatas permukaan
kasar/kawat. Letakkan tangan kiri dibelakang tubuh/punggung kearah
kepala. Selipkan kepala diantara jari telunjuk dan jari tengah, sedangkan ibu
jari, jari manis dan kelingking diselipkan disekitar perut sehingga kaki
depan kiri dan kanan terselip diantara jari-jari. Tikus juga dapat dipegang
dengan cara menjepit kulit pada tengkuknya.
Pada praktikum ini dilakukan 3 metode pemerian obat, yaitu
penyuntikkan obat secara oral (sonde oral), penyuntikkan intraperitoneal,
dan penyuntikkan subkutan. Penyuntikan obat secara oral dilakukan dengan
memegang tikus, mencengkeram badan tikus jangan terlalu kuat untuk
menghindari patahnya kaki tikus. Ekor dijepit dengan bantuan teman
kelompok. Kemudian masukkan obat dengan menggunakan sonde dimulai
dari ujung mulut tikus, ke atas lidah lalu pelan-pelan masukkan ke dalam
tenggorokkan secara hati-hati hingga esophagus. Setelah itu suntikkan obat
seanyak 1ml. Hal ini telah sesuai dengan literatur (Harmita, 2006) yang
menyatakan bahwa cara pemberian obat peroral diberikan dengan alat suntik
yang dilengkapi dengan jarum/kanila berujung tumpul dan berbentuk bola.
Jarum/kanula dimasukkan ke dalam mulut perlahan-lahan, diluncurkan
melalui langit-langit ke belakang sampai esophagus.
Kemudian penyuntikkan secara intraperitoneal, yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan jarum suntik sejajar dengan salah satu kaki
hewan uji apad daerah perut, kurang lebih 1 cm diatas kelamin. Kemudian
semprotkan senyawa uji. Hal ini telah sesuai dengan literature (Harmita,
2006) yang menyatakan bahwa untuk semua hewan percobaan,
penyuntikkan dilakukan pada perut sebelah kanan garis tengah; jangan
terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung kemih. Hewan dipegang
pada punggung supaya kulit abdomen menjadi tegang. Pada saat
penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Suntikan jarum
membentuk sudut 10o menembus kulit dan otot ke rongga peritoneal.
Setelah itu dilakukan penyuntikkan secara subkutan. Penyuntikan
dilakukan di bawah kulit tengkuk atau abdomen; dengan cara mengambil
kulit tikus mulai dari dibawah leher hingga ke atas tengkuk, lalu suntikkan
di bagian kuliy yang terangkat. Hal ini telah sesuai dengan literature
(Harmiati,2006) yang menyatakan bahwa pada tikus dan mencit
penyuntikkan dilakukan di bawah kulit daerah tengkuk, seluruh jarum
langsung ditusukan ke bawah kulit dan larutan obat didesak keluar dari alat
suntik.
Aplikasi dalam bidang farmasi adalah seorang farmasis mengetahui
bagaimana cara pemberian obat yang benar terhadap hewan percobaan. Cara
pemberian obat ini banyak macamnya mulai dari cara pemberian oral, dan
ada juga pemberian obat lewat suntikan seperti Intravena, intramuskular,
subkutan, intraperitonial dan lain – lain. Akan tetapi yang dilakukan
sekarang adalah dengan cara pemberian obat secara oral, karena cara
pemberian obat ini adalah cara yang banyak dan biasa dilakukan pada
hewan percobaan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun cara pemberian obat terhadap hewan uji dapat dilakukan
dengan 4 cara, yaitu:
 Cara oral yaitu memasukkan obat melalui mulut hingga mencapai
esophagus.
 Cara intramuscular yaitu menyuntikkan obat pada bagian posterior paha.
 Cara intraperitoneal yaitu menyuntikkan obat pada bagian abdomen.
 Cara subkutan yaitu menyuntikkan obat pada bagian bawah kulit pada
daerah tengkuk

V.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati pada saat melakukan
pemberian obat, baik itu melalui mulut, maupun melalui penyuntikkan
sehingga kegiatan praktikum tidak membahayakan bagi praktikan maupun
bagi hewan uji.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III .


Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Harmita, Maksum Radji.2006. Analisis Hayati. EGC. Jakarta.
Rahayu, L. 2006. Penanganan Hewan Percobaan. Laboratorium Farmakologi.
Jakarta.. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.
Suckow MA, Weisbroth SH, Franklin CL. 2006. The Laboratory Rat. San Diego:
Elsevier Academic Press.
Widiartini Wiwik, Eka Siswati, AnaSetiyawati, Ita Miftahur Rohmah, Eko
Prastyo.2013. PENGEMBANGAN USAHA PRODUKSI TIKUS PUTIH
(Rattus
norvegicus) TERSERTIFIKASI DALAM UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN
HEWAN LABORATORIUM. Yogyakarta. Universita Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai