BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi, dan
dapat di deteksi pada hari ketiga sampai 30 hari setelah prosedur operasi
dilakukan.
Pada tahun 1997-1999 INCISO infeksi luka operasi sebanyak 1.344 dari
38.973 pasien operasi dan 568 pasien meninggal. Data National Healthcare
infeksi terjadi 16.147 dari 849.659 prodsedur operatif yang berarti rate insiden
terjadinya infeksi luka operasi sebesar 1,9%. Selain itu di USA terjadi
300.000 kasus infeksi luka operasi tiap tahunnya, angka tersebut merupakan
17% dari kejadian infeksi nosocomial dan 75% pasien meninggal dengan
tahun 2003 didapatkan infeksi luka operasi sebanyak 7 orang dari 88 pasien
luka operasi atau rate insidennya 7,9% dan pada tahun 2011 terjadi 38
infeksi luka operasi dari 227 atau berkisar 16,9% dari infeksi nosocomial di
dari 116 pasien luka operasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
infeksi luka operasi adalah faktor penderita, faktor lingkungan kamar bedah,
serta biaya perawatan dan pengobatan meningkat. Rumah sakit akan merugi
karena pendapatan rumah sakit menurun, reputasi rumah sakit menjadi jelek
B. Rumusan Masalah
Infeksi luka operasi merupakan infeksi yang banyak terjadi dari infeksi
bagi rumah sakit itu sendiri. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi luka operasi pada kasus bedah elektif di RSU
Anutapura Palu ?
C. Pertanyaan Penelitian
operasi elektif ?
5. Apakah ada hubungan lama waktu operasi dengan kejadian infeksi luka
operasi elektif ?
4
D.Hipotesis
operasi elektif
operasi elektif
operasi elektif ?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
faktor di kamar bedah yang berhubungan kejadian infeksi luka operasi pada
2. Tujuan khusus
F. Manfaat Penelitian
1. Keilmuan
kesehatan.
Hasil penelitian ini akan menjadi masukan sebagai bahan untuk promosi
1) Penggunaan
dapat meningkat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1. Operasi/Pembedahan
a. Definisi
b. Jenis pembedahan
menurut luas atau tingkat resiko. Jika menurut fungsinya terbagi atas :
24-30 jam. 15
dilakukan. 15
1) Mayor : operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
2) Minor : operasi pada sebagian kecil dari tubuh dan mempunyai resiko
c. Klasifikasi operasi
saluran kemih, dan saluran cernah. Misalnya eksisi biopsi tumor dan
4) Operasi kotor: sudah terjadi infeksi pada daerah operasi, terdapat tanda
Menurut Potter & Perry pada tahun 2005 faktor resiko pembedahan
terbagi atas :
1) Usia
mempunyai resiko lebih besar. Hal ini disebabkan oleh cadangan fisiologis
pada usia tua sangat menurun dan pada usia bayi dan anak-anak
2) Nutrisi
air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, vitamin K, zat besi dan seng
dan mekanik. Sehingga defisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien
obes sering sulit dirawat karena tambahan berat badan, bernafas tidak
komplikasi pulmonari pasca operatif. Selain itu juga dapat terjadi distensi
3) Penyakit kronis
yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan.
Bahaya lain yang mengacam adalah asidosis dan glukosuria. Pasien yang
4) Merokok
Pada rokok banyak terkandung nikotin yang merupakan salah satu pemicu
a. Definisi
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi,
infeksinya dapat terjadi pada daerah luka, jaringan atau organ tempat
dilakukan prosedur operasi. Infeksi ini dapat di deteksi pada hari ketiga
1) Infeksi luka operasi superficial: Infeksi yang hanya melibatkan kulit dan
terdapatnya cairan purulen pada daerah insisi dengan atau tanpa ada
dan kelainan fungsi), atau dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang
merawat. Infeksi ini terjadi pada daerah insisi dalam waktu paling lama 30
2) Infeksi luka operasi profunda: Infeksi yang melibatkan lapisan otot dan
fasial. Infeksi ini ditandai dengan keluarnya cairan purulen dari daerah
insisi yang profunda, terdapat salah satu tanda (fever >38 o C, nyeri lokal,
tenderness), dan dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.
Infeksi ini terjadi pada daerah insisi dalam waktu paling lama 30 hari
setelah operasi jika tidak dipasang implan, tetapi jika dipasang implan
3) Infeksi luka operasi organ dalam: Infeksi yang melibatkan suatu bagian
anotomi tertentu (contoh, organ) pada tempat insisi yang dibuka atau
dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat. Infeksi ini terjadi
pada daerah insisi dalam waktu 30 hari setelah operasi jika tidak dipasang
implan, tetapi jika dipasang implan yang permanen dapat terjadi dalam
tertentu.4,16
Gambar 1. Classification of surgical site infections (SSIs) according to the Centers for
Disease Control National Nasocomial Infections Surveillance (CDC NNIS) system.
Reproduced with permission from Mangram et al.
14
1.344 pasien (3,4%) mengalami infeksi luka operasi dan 568 meninggal
operasi. Infeksi luka operasi profunda dan organ dalam yang paling banyak
849.659 prodsedur operatif, yang berarti insiden rate dari infeksi luka operasi
infeksi nosokomial di RSUD Semarang sebesar 227 pasien dari 825 prosedur
operasi dari 225 pasien operatif di rumah sakit Surabaya pada tahun 2012.20
bedah vaskuler dengan graft dan bedah penggantian katup jantung resiko
infeksinya 1-4%
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu
bakteri gram negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang
bakteri anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk
Staphylococcus.8
ORGANISME FREKUENSI
Staphylococcus aureus 20%
Staphylococcus koagulase (-) / 14%
S.epidermidis
Enterococci 12%
Escherichia coli 8%
Pseudomonas aeruginosa 8%
Enterobacter spp. 7%
Proteus mirabilis 3%
Klebsiella pneumonia 3%
Streptococci lainnya 3%
Candida albicans 3%
Strptococci group-D 2%
Gram positive aerob lainnya 2%
Bacteroides fragilis 2%
16
berada di dunia luar. Tindakan operasi akan membuka barier tersebut, yang
berakibat masuknya atau kontaminasi bakteri kedalam area steril dari tubuh.
hanya sedikit pasien yang secara klinis menimbulkan infeksi. Infeksi tidak
terpenting adalah :
a) Operating suite, yaitu tidak adanya batas yang jelas antara ruang untuk
operasi dan ruang untuk mempersiapkan pasien atau untuk pemulihan dan
sterilitasnya.8
c) Tim operasi, yaitu harus ada orang yang merawat pasien dari sebelum,
saat dan setelah operasi. Operator, asisten dan instrumen harus menjaga
Orang-orang yang tidak ikut sebagai tim operasi harus menjauhi daerah
lapang operasi dan menjauhi daerah alat karena mereka tidak steril dan
a) Adanya cairan yang keluar dari luka operasi, bisa berupa darah atau
c) Warna kemerahan (rubor) dan bengkak (tumor) pada daerah insisi luka
operasi.
d) Teraba hangat/panas (kalor) dan nyeri (dolor) pada daerah insisi luka
pasca operasi.
18
Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi perlu dilakukan
(c) Tekanan darah : tekanan sistolik < 90 mmHg atau penurunan tekanan
2) Pemeriksaan fisik :
(a) Inspeksi : pus atau nanah keluar dari luka operasi, warna kemerahan
(rubor), bengkak (tumor), dan eritema pada sekitar insisi luka operasi.
(b) Palpasi : hangat/panas (kalor) dan nyeri (dolor) pada daerah insisi luka.6
3) Pemeriksaan penunjang
cairan yang keluar dari luka operasi yang pernah dilakukan prosedur
pada medium terdapat bakteri yang tumbuh artinya terjadi infeksi. Untuk
dengan memberikan zat warna pada preparat dari cairan luka operasi
tersebut.
Pasien yang telah dioperasi akan diobservasi. Jika pasien demam dalam
48 jam pertama setelah operasi, maka hal ini belum tentu karena infeksi pada
luka operasi. Demamnya bisa karena penyakit sistemik atau bukan penyakit
sistemik. Jika Penyakit sistemik harus dilihat drainase pada luka, kemudian
dilakukan pemeriksaan gram. Jika ditemukan bakteri, luka harus dibuka dan
mulai pengobatan dengan antibiotik tetapi jika tidak ditemukan bakteri harus
di cari penyebab lainnya. Jika bukan karena penyakit sistemik berarti bukan
infeksi pada luka operasi dan harus dilakukan observasi lebih lanjut. 7
21
Jika pasien demam > 4 hari setelah operasi dan pemeriksaan pada luka
normal harus dicari sumber penyebab lainnya, tetapi jika ditemukan eritema
atau indurasi pada luka operasi, maka luka harus di buka. Jika hasil
pemeriksaan temperatur tubuh: < 38 oC, leukosit < 12.000 dan eritema < 5
antibiotik. Tetapi jika hasil pemeriksaan temperatur tubuh > 38 oC, leukosit
>12.000,, eritema > 5 cm dari insisi dengan indurasi atau sedikit nekrosis,
Komplikasi yang dapat terjadi karena infeksi luka operasi adalah Sepsis,
syok, dan disfungsi multi organ. Komplikasi ini menyebabkan outcome luka
b) Syok yang terjadi pada pasien pasca operasi biasanya berupa syok
secara klasik adalah pucat, kulit dingin dan basah, pernafasan cepat,
sianosis pada bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, dan lemah, penurunan
Prognosis akan baik, jika diterapi dengan cepat dan tepat. Tetapi jika
terapinya lambat, maka prognosis akan buruk karena dapat terjadi sepsis,
Kedua hal di atas dapat dilakukan pada tahap pra operatif, intra operatif,
adanya diabetes, obsesitas, adanya infeksi pada bagian tubuh yang lain,
prosedur operasi.
23
Pre operatif :
1) Persiapan pasien :
b) Kontrol tingkat glukosa darah serum secara adekuat pada semua pasien
d) Pasien diminta untuk mandi dengan obat antiseptic minimal satu malam
Intra operatif :
perhiasan tangan.
dengan tubuh (siku pada posisi fleksi) sehingga air bergerak dari ujung
jari menuju siku. Keringkan tangan dengan handuk steril dan pakai baju
e) Tim operasi harus menggunakan masker, sarung tangan, sepatu dan topi
f) Pakaian operasi harus dijaga agar tetap steril, dan sarung tangan dipakai
a) Alat yang digunakan harus diset sesuai jenis operasi lalu dibungkus
b) Kapas dan kasa yang digunakan pada operasi adalah yang tidak berada
didalam 1 toples.
c) Pembalut luka yang digunakan harus pembalut yang steril atau yang
Pascaoperatif
a. Sterilisasi
3) Setelah dibersihkan alat dan bahan tersebut di bilas dengan air bersih
5) Keringkan dengan memakain kain bersih lalu olesi dengan minyak untuk
6) Instrumen alat diset sesuai jenis operasi lalu dibungkus dengan kain
b. Kamar bedah
a) Ketika kotoran yang terlihat atau kontaminasi dengan darah atau cairan
berikutnya.
disinfektan.
26
3. Kamar Bedah/Operasi
Kamar Bedah adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan
b) Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari dua daun
pintu
c) Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup
e) Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
j) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
o) Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas ke bawah
perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
alat steril cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka/ ditutup
langit
r) Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang di
bawah lantai
B. Kerangka teori
Sosial
Ekonomi
Status gizi
Pengetahuan Life style HOST
Luka Oprasi :
Budaya Nutrisi 1. Jenis oprasi
2. Panjang insisi
Penyakit GI 3. Lokasi insisi
Kompotensi Kekebalan
Lama
operator operasi
Lingkungan Kausa
Pengendalian dan
pemeliharaan
29
C. Kerangka konsep
Kerangka konsep
Lama menginap
pre-operasi
+
Instrumen alat
operasi
Infeksi Luka
Panjang Operasi
insisi
Lamanya -
waktu
operasi Variabel terikat
Variabel bebas
D. Definisi operasional
1. Infeksi luka operasi pada penelitian ini adalah hanya infeksi luka operasi
yang superfisial yang hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada
suhu badan >38 0C, peningkatan nadi, adanya pus yang keluar dari
bekas insisi, bengkak, merah, hangat dan nyeri tekan pada daerah
bekan insisi)
30
suhu badan >38 0C, peningkatan nadi, adanya pus yang keluar dari
bekas insisi, bengkak, merah, hangat dan nyeri tekan pada daerah
bekan insisi).
operasi dilakukan.
d. Panjang insisi luka operasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah
e. Lama operasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah waktu dari
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
yang mengikuti subyek sampai timbulnya atau tidak timbul efek (infeksi).
Kemudian sampel dipisahkan menjadi kasus (yang timbul efek (infeksi) dan
Anutapura Palu.
1) Kriteria inklusi
2) Kriteria eksklusi
5. Besar sampel
Ket :
Zα : kesalahan tipe I : 5% =1,96
Zβ : kesalahan tipe II : 20% = 0,84
P1 : rata-rata infeksi : 0,9
P2 : 0,7
Q1 : 1 - P1 = 1 – 0,9 = 0,1
Q2 : 1 - P2 = 1 – 0,7 = 0,3
P = P1 + P2/2 = 0,9 + 0,7/2 = 0,8
Q = 1 – P = 1 – 0,8 = 0,2
= 44
7. Alur penelitian
Informed consent
Memenuhi inklusi
Subyek penelitian
Pre-Operatif
Pengisian daftar tilik Observasi
Operatif (TD,suhu,nadi,per
napasan) dan
+ Infeksi - pengisian case
report
Pasca Operatif
Pengumpulan data
Analisa data
Penulisan hasil
Penyajian hasil
35
8. Prosedur Penelitian
4) Jika tindakan operasi akan dilakukan kita melihat apakah pasien diberikan
anti profilaksis dan catat berapa lama pemberian anti profilaksis tersebut
5) Pada saat di ruangan bedah, kita mengobservasi alat dan bahan yang
6) Pada saat operasi berjalan kita memperhatikan luas insisi dan lamanya
waktu operasi.
8) Pada hari kedua sampai hari mengganti pembalut pertma kita melakukan
9) Pada saat mengganti pembalut pertama kita perhatikan pada daerah luka
operasi apakah ada tanda-tanda inflamasi seperti tumor, kalor, rubor, dolor
komparatif kategorik tidak berpasangan, yaitu Chi square. Analisa data ini
program SPSS.
11) Menulis hasil dalam bentuk skripsi dan menyajikan dalam bentuk
skripsi.
A. Pengolahan data
B. Analisa data
square
37
square
1) Semua subyek setuju atau disetujui oleh wali bagi yang belum dewasa
2) Tidak ada bahaya yang timbul pada semua subyek karena hanya
3) Semua subyek berhak untuk tidak ikut atau menjawab pertanyaan tanpa
4) Semua data disimpan dengan aman dan disajikan secara lisan maupun
BAB IV
A. HASIL
bulan Maret – Oktober 2014. Sample pada penelitian ini adalah semua
menggunakan kuisoner tentang instrumen alat operasi dan case report pada
pasien preoperasi bersih elektif sampai ganti perban pertama. Adapun data
alat operasi, lama operasi dan panjang luka operasi. Hasil analisa statistik
a. Karateristik sampel
operasi yang kurang dari 3 hari (100%). Hasil pada tabel juga menunjukan
instrumen alat operasi yang digunakan steril (100%). Waktu operasi <2,5 jam
(97,61%) lebih besar dibandingkan dari waktu operasi >2,5 jam (2,27%).
panjang insisi > 10 cm (59,02%). Dan tidak terdapat adanya infeksi luka
Variabel N %
a. Lama menginap sebelum operasi
- Lama (> 3 hari) 0
0
- Tidak lama (< 3 hari) 100.0
44
b. Instrumen alat operasi
- Steril 100.0
44
- Tidak steril 0
0
c. Waktu operasi
- Lama (> 2 jam) 1 2,27
- Tidak lama (< 2 jam) 43 97,61
d. Panjang insisi
26 59,02
- Panjang (> 10 cm)
18 40,86
- Tidak panjang (< 10 cm)
e. Infeksi luka operasi
0 0
- Infeksi +
44 44
- Infeksi -
40
kejadian infeksi luka operasi pada kasus bedah elektif. Tidak ditemukan
Infeksi
Variabel Infeksi (-) Infeksi (+) Nilai P
n (%) n (%)
Lama menginap sebelum operasi
1. Lama (> 3 hari) (0%) 0 (0%)
--
2. Tidak lama (< 3 hari) 44 (100%) 0 (0%)
infeksi (-) ditemukan lama menginap sebelum operasi yang sesuai dengan
prosedur sebanyak (100%) dan tidak didapatkan infeksi (+) pada sampel
Infeksi
Variabel Infeksi (-) Infeksi (+) Nilai P
n (%) n (%)
Instrumen alat operasi
1. steril 44 (100%) 0 (0%) -
2. Tidak steril 0 (0%) 0 (0%)
ditemukan instrumen alat operasi yang bersih sebanyak 100% dan tidak
3. Faktor panjang insisi dengan kejadian infeksi luka operasi pada kasus
bedah elektif
Tabel 10. Hubungan panjang insisi dengan kejadian infeksi luka operasi
Infeksi
Variabel Infeksi (-) Infeksi (+) Nilai P
n (%) n (%)
Panjang Insisi
1. Panjang (> 10 cm) 26 (100%) 0 (0%) -
2. Tidak panjang (< 10 cm) 18 (100%) 0 (0%)
42
Berdasarakan proporsi responden panjang insisi pada infeksi (-) dengan luas
<10 cm sebanyak (100%) dan panjang insisi >10 cm didapatkan nilai 100%
karena tidak didapatkan infeksi (+) pada sampel penelitian sehingga nilai p:
constants
4. Faktor Waktu Operasi dengan kejadian infeksi luka operasi pada kasus
bedah elektif
Tabel 11. Hubungan Waktu Operasi dengan kejadian infeksi luka operasi
Infeksi
Variabel Infeksi (-) Infeksi (+) Nilai P
n (%) n (%)
Waktu operasi
1. Lama (> 2 jam) 1 (100%) 0 (0%) -
2. Tidak lama (<2 jam) 43 (100%) 0 (0%)
Berdasarakan proporsi waktu operasi pada infeksi (-) dengan lama operasi
<2 jam sebanyak (100%) dan waktu operasi >2 jam didapatkan nilai 100%
karena tidak didapatkan infeksi (+) pada sampel penelitian sehingga niali p:
constant.
43
B. PEMBAHASAN
resiko infeksi luka operasi adalah lama menginap sebelum operasi, keadaan
instrumen alat operasi, panjang luka operasi dan waktu operasi menunjukkan
infeksi luka operasi karena nilai (P = constan), hal ini tidak sesuai dengan
Metro di Lampung, yang mendapatkan 82 pasien infeksi luka operasi dari 252
waktu rawat pasien sebelum operasi rata-rata 3-8 hari. RSU Anutapura palu
karena nilai (P = constant). Sampel yang ada di RSU Anutapura Palu panjang
insisi yang dilakukan rata-rata kurang atau sama dengan 10 cm, hal inilah
Luka operasi. Berdasarkan teori luka sectio caesaria tentang sectio caesaria
bahaya perdarahan dan semakin panjang luka operasi yang dilakukan derajat
Waktu operasi tidak berhubungan dengan infeksi luka operasi karena nilai
yang megakibatkan tidak ada hubungan waktu operasi dengan infeksi luka
operasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina haryanti
pada tahun 2009-2011 yang tidak mendapatkan infeksi luka operasi dalam
infeksi luka operasi dalam waktu 2 jam. (H, Lina. Dkk. 2011, Prevalens dan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
operasi di kamar bedah pada kasus bedah elektif di RSU Anutapura Palu
B. Saran-saran
1. Bagi masyarakat :
operasi dilakukan.
47
kesehatan)
peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
1. Awad, S., Palacio, C., Subramanian, A., Byers, P., Abraham, P., Lewis,
D., et al. 2009. Implementation of a methicillin-resistant staphylococcus
aureus (MRSA) prevention bundle results in decreased MRSA surgical
site infections. The American Journal of Surgery.
2. Brunicardi, FC, et al. 2007. Schwartz’s Principles of Surgery 8th edition.
The McGraw-Hill companies. Chapter 5.
3. Cruse, K., Foord, R. 2000. The epidemiology of wound infection: a ten
years prospective study of 62.939 wound. Surg Clin North.
4. Cuschieri, A. Et all. 2003. Clinical Surgery. Ed. 2. Australia: Blacwell
Science.
5. Darmadi. 2008. Infeksi nosocomial: Problematika dan Pengendaliannya.
jakarta. Salemba medika.
6. Dunn, D.L. 2003. Surgical site infection: Essential Pratice of Surgery:
Basic Science and Clinical Evidence. New york. Springer-verlag.
7. Dellinger, E.P. 2001. Post-Operative Wound Infections. In: Schlossberg
D, ed. Current therapy of infectious diseases. 2nd ed. Mosby Year Book:
Philadephia.
8. INCISO network study group. 1997-1999. Morbidity and Mortality
Associated with Surgical Site Infection: Result from the INCISO
Survailance. Available from:
URL:http://www.ncbi.nlm.gov/pubmed/11461127.
9. Kliment ,2006, Healthcare Fasilities ,American Hospital Associstion
Institute.
10. Madjid, B. Dan Massi, M.N. 2011. Penuntun dan Laporan Praktikum
Mikrobiologi Blok DDT. Palu. FK Unisa.
49
11. Mangram, A.J. et al. 1999. Guideline for Prevention of Surgical site
infection. Available from :
http://www.tmit1.org/SafePracticeArticles/guideline for prevention of
surgical site infection.pdf.
12. Mulholland, M.W, et al. 2006. Greenfield’s Surgery: scientific principles
and practice. 4th edition. Lippincott williams and wilkins.
13. Neuvert ,1999, Data Arsitek Jilid 2 Edisi 2, PT Erlangga
14. Ocampo Maria. 2008. Wound CNS. Sydney. St Vincents Private Hospital.
15. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
:Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 . Volume 2. Alih bahasa : Renata
Komalasari,dkk. Jakarta : EGC
16. Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site
Infections. Available from :
http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm
17. Smeltzer, S. C, Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.
Volume 2. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
18. Welsh A. 2008. Surgical site infection: prevention and treatment of
surgical site infection. London: RCOG press.
19. Fatimah S. 2011. Faktor-farktor yang berhubungan dengan terjadinya
infeksi nosokomial luka operasi di ruang bedah RSUP fatmawati.
Available from :
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1hukum/0910712023/ABSTRAK.pdf
20. Zuhrotul A. 2012. Survalensi infeksi daerah operasi menurut komponen
survalensi. Surabaya
50