Askep Sepsis Neotorum-1
Askep Sepsis Neotorum-1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep teori penyakit sepsis neonatus
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan sepsis neonatus
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau
sepsis pada neonatus yang perlu diketahui (Maryunani, 2009), yaitu:
1. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain
3. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO,
1996)
4. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic
Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic,
disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian.
2.1.2 Etiologi
2
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
sepsis pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
Faktor Neonatatal
1. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
2. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
(Maryunani, 2009) yaitu:
1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang
dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero
2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
3
2.1.4 Patofisiologi
4
Melalui Air Ketuban Bakteri Infeksi pada Ibu
Infeksi/Kuman menyebar
Gangguan Volume
Fungsi tidak Bayi akan sesak
Hipertermi cairan dan elektrolit
Optimal
Hiperbilirubin Gangguan
pertukaran gas
Jaundice (ikterif)
Ke otak
Enselopati
5
Kejang
Resiko Cidera
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut :
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas
cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(>
160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung.
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada
ubun-ubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena
6
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan
diare berdarah.
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
2.1.7 Penatalaksanaan
7
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel,
kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v
dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
2.1.8 Komplikasi
1. Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2. Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3. Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi
4. Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5. Perdarahan
6. Demam yang terjadi pada ibu
7. Infeksi pada uterus atau plasenta
8. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
9. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
10. Proses kelahiran yang lama dan sulit.
2.1.9 Pencegahan
8
1. Pada masa Antenatal :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2. Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3. Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan
dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.
9
/ persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput
ketuban yang lama (>18 jam), persalinan premature(<37 minggu.
f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat
dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang
tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi
menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis
neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan
lain-lain.
g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai
riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h. Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT /
DT atau TT dan kapan terakhir
3. Activity daily living
a. Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b. Eliminasi : BAB 1x/hari
c. Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
d. Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat
sakit berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum,
melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena
ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f. Psikososial : Bayi rewel
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang
a. Kesadaran: normal
b. Vital sign: TD :
c. Nadi : normal (110-120 x/menit)
d. Suhu : meningkat (36,5ºC– 37ºC)
e. Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-
60x/menit)b.
2. Kepala dan leher:
a. Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut
10
b. Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma
persalinan, adanya caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu
ubun-ubun besar cembung.
c. Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
d. Mata : Agak tertutup / tertutup,
e. Mulut : Mecucu seperti mulut ikan
f. Hidung : Pernafasan cuping hidung, sianosis
g. Telinga : Kebersihan
h. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe
i. Terdapat kaku kuduk pada leher
3. Dada
a. Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
b. Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
c. Perkusi : Jantung : Dullness
d. Paru : Sonor
e. Auskultasi : terdengar suara wheezing
4. Abdomen
a. Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali
pusat (jika infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan
jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
b. Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Terdengar bising usus
5. Kulit
a. Turgor kurang, pucat, kebiruan
6. Genetalia
a. Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia,
epispadia, testis BAK pertama kali.
7. Ekstremitas
b. Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan
bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga
bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
5. Pemeriksaan Spefisik
a. Apagar score
11
b. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
c. Sistem neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menghisap: kuat, lemah
f. Reflek menjejak: baik, buruk
g. koordinasi reflek menghisap dan menelan
6. Pemeriksaan laboatorium
a. sampel darah tali pusat
b. fenil ketonuria
c. hematocrit
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Hepertermi b.d proses penyakit(infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal,kejang,kulit terasa hangat
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perkusi
2.2.3 Intervensi
No Diagnose Noc Nic
keperawatan
1. Hepertermi b.d Keparahan infeksi:bayi Kontrol infeksi
proses baru lahir 1. Alokasikan
penyakit(infeksi) Setelah dilakukan kesesuaian
d.d suhu tubuh tindakan keperawatan luas ruang per
diatas nilai diharapkan: pasien,seperti
normal,kejang,kulit 1. Ketidakstabilan yang di
terasa hangat suhu(5) indikasikan
2. Wajah pucat(5) oleh pedoman
3. Sianosis(5) pusat
4. Kejang penggendalian
neonatus(5) dan
pencegahan
penyakit
2. Lakukan
tindakan-
12
tindakan
pencegahan
yang bersifat
universal
3. Berikan
imunisasi yang
sesuai
4. Berikan
antibiotic yang
sesuai
13
menggosok
telapak kaki
atau punggung
bayi
5. Auskultasi
untuk
memastikan
ventilasi yang
memadai
14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistematik dan terdapat bakteri dalam darah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan
yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.
3.2.Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah
penulis susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan
umumnya untuk lebih dalam asuhan keperawatan dalam kasus sepsis
neonatorum.
15
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm
Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta
16