Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan
dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian
besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama
ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping
morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special
Report reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian
bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus
neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality
rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum
dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum
masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena
neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh
berbagai faktor. (Surasmi, 2003)

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep teori penyakit sepsis neonatus?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan sepsis neonates?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep teori penyakit sepsis neonatus
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan sepsis neonatus

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep teori


2.1.1 Definisi
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan
gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan
syok septik. (Doenges, 1999)
Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus
dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24
sampai 48 jam. (Surasmi, 2003)

Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau
sepsis pada neonatus yang perlu diketahui (Maryunani, 2009), yaitu:
1. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan lain
3. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi
sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO,
1996)
4. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic
Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic,
disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian.

2.1.2 Etiologi

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,


virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh
bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp,
Escerichia Coli, Group B streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani,
2009)

2
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
sepsis pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
Faktor Neonatatal
1. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko
utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama
terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi
imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
2. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya
terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal
tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak
diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi
imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

2.1.3 Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
(Maryunani, 2009) yaitu:
1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang
dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero
2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
3
2.1.4 Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan


endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis
metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation
(DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui


beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi
darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus
plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza,
parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena
kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus
masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara
tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya
melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus.

4
Melalui Air Ketuban Bakteri Infeksi pada Ibu

Masuk kedalam tubuh Meningitis, oesteomelitis


janin

Terjadinya infeksi awal Resiko Infeksi

Infeksi/Kuman menyebar

Keseluruh tubuh janin

Hipotalamus Organ Hati Organ pernafasan Sistem Gastrointestinal

Berespon Eritrosit banyak Gangguan Muntah, Diare,


menghasilkan dialisis sirkulasi O2 dan Malas menghisap
panas tubuh CO2

Gangguan Volume
Fungsi tidak Bayi akan sesak
Hipertermi cairan dan elektrolit
Optimal

Hiperbilirubin Gangguan
pertukaran gas

Jaundice (ikterif)

Ke otak

Enselopati

5
Kejang

Resiko Cidera

2.1.5 Manifestasi klinis

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai
berikut :
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
3. Saluran nafas: apnoe, dispnue(< 30x/menit), takipnae(>60x/menit), retraksi, nafas
cuping hidung, merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi(>
160x/menit), bradikardi(< 100x/menit)
5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat
menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala
lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut
kembung.

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:
1. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari
pusar
2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada
ubun-ubun
3. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena

6
4. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan
dan sendi yang terkena teraba hangat
5. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan
diare berdarah.
2.1.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah air kemih,


jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analisis dan kultur
urin.
 Leukositosis (>34.000×109/L)
 Leukopenia (< 4.000x 109/L)
 Netrofil muda 10%
 Perbandingan netrofil immature(stab) dibanding total (stb+segmen)atau I/T
ratio >0,2
 Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
 CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal

Factor-faktor pada masalah hematology:


 Peningkatan kerentaan kapiler
 Peningkatan kecenderungan perdarahan(kadar protrombin plasma rendah)
 Perlambatan perkembangansel-sel darah merah
 Peningkatan hemolisis
 Kehilangan darah akibat uji laboratorium yang sering dilakukan.

2.1.7 Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24


jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur >
7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg
BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian ? sampai 1 jam pelan-pelan).

7
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel,
kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari
diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v
dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi
khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian
antibiotika minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi :
Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma,
trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.
2.1.8 Komplikasi
1. Kelainan bawaan jantung,paru,dan organ-organ yang lainnya
2. Sepsis berat : sepsis disertai hipotensi dan disfungsi organ tunggal
3. Syok sepsis : sepsis berat disertai hipotensi
4. Sindroma disfungsi multiorgan (MODS)
5. Perdarahan
6. Demam yang terjadi pada ibu
7. Infeksi pada uterus atau plasenta
8. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
9. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
10. Proses kelahiran yang lama dan sulit.

2.1.9 Pencegahan

8
1. Pada masa Antenatal :
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi
yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan
kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.
2. Pada masa Persalinan :
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
3. Pada masa pasca Persalinan :
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan
dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

2.2 Konsep keperawatan sepsis neonatorum


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata / identitas
Nama : Diisi sesuai nama pasien
Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi
nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali
menderita sepsis neonatal.
Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis .
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi,
kejang, tak mau menghisap, lemah
b. Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek
rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau
hipoksia.apgar score, jam lahir, kesadaran
c. Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau
kerusakan hepar karena obstruksi.
d. Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºc), riwayat sepsis GBS
pada bayi sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan
e. Riwayat prenatal: Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas
darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya,
kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil

9
/ persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput
ketuban yang lama (>18 jam), persalinan premature(<37 minggu.
f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat
dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang
tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi
menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis
neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan
lain-lain.
g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai
riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.
h. Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT /
DT atau TT dan kapan terakhir
3. Activity daily living
a. Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b. Eliminasi : BAB 1x/hari
c. Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
d. Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20 jam/hari, saat
sakit berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum,
melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena
ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
f. Psikososial : Bayi rewel
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang
a. Kesadaran: normal
b. Vital sign: TD :
c. Nadi : normal (110-120 x/menit)
d. Suhu : meningkat (36,5ºC– 37ºC)
e. Pernafasan : meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-
60x/menit)b.
2. Kepala dan leher:
a. Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut

10
b. Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma
persalinan, adanya caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu
ubun-ubun besar cembung.
c. Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
d. Mata : Agak tertutup / tertutup,
e. Mulut : Mecucu seperti mulut ikan
f. Hidung : Pernafasan cuping hidung, sianosis
g. Telinga : Kebersihan
h. Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe
i. Terdapat kaku kuduk pada leher
3. Dada
a. Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan
b. Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
c. Perkusi : Jantung : Dullness
d. Paru : Sonor
e. Auskultasi : terdengar suara wheezing
4. Abdomen
a. Inspeksi : Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali
pusat (jika infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan
jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena)
b. Palpasi : Teraba keras, kaku seperti papan
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi : Terdengar bising usus
5. Kulit
a. Turgor kurang, pucat, kebiruan
6. Genetalia
a. Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia,
epispadia, testis BAK pertama kali.
7. Ekstremitas
b. Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan
bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga
bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
5. Pemeriksaan Spefisik
a. Apagar score
11
b. Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi, normal
c. Sistem neurologis
d. Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e. Reflek menghisap: kuat, lemah
f. Reflek menjejak: baik, buruk
g. koordinasi reflek menghisap dan menelan
6. Pemeriksaan laboatorium
a. sampel darah tali pusat
b. fenil ketonuria
c. hematocrit
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Hepertermi b.d proses penyakit(infeksi) d.d suhu tubuh diatas nilai
normal,kejang,kulit terasa hangat
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidak seimbangan ventilasi perkusi

2.2.3 Intervensi
No Diagnose Noc Nic
keperawatan
1. Hepertermi b.d Keparahan infeksi:bayi Kontrol infeksi
proses baru lahir 1. Alokasikan
penyakit(infeksi) Setelah dilakukan kesesuaian
d.d suhu tubuh tindakan keperawatan luas ruang per
diatas nilai diharapkan: pasien,seperti
normal,kejang,kulit 1. Ketidakstabilan yang di
terasa hangat suhu(5) indikasikan
2. Wajah pucat(5) oleh pedoman
3. Sianosis(5) pusat
4. Kejang penggendalian
neonatus(5) dan
pencegahan
penyakit
2. Lakukan
tindakan-

12
tindakan
pencegahan
yang bersifat
universal
3. Berikan
imunisasi yang
sesuai
4. Berikan
antibiotic yang
sesuai

2. Gangguan Status Resusitasi:neonatus


pertukaran gas b.d pernafasan:pertukaran 1. Siapakan
ketidak seimbangan gas peralatan
ventilasi perkusi Setelah dilakukan resusitasi
tindakan keperawatan sebelum
diharapkan: kelahiran
1. Saturasi oksigen(5) 2. Tempatkan
2. Keseimbangan bayi baru lahir
ventilasi dan dibawah
perkusi(5) pancaran
3. Tekanan parsial panas yang
oksigen didalam hangat
darah arteri(5) 3. Posisikan bayi
4. Sianosis(5) pada
punggung
dengan leher
estensi untuk
membuka
jalan nafas
4. Berikan
stimulasi taktil
dengan

13
menggosok
telapak kaki
atau punggung
bayi
5. Auskultasi
untuk
memastikan
ventilasi yang
memadai

14
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistematik dan terdapat bakteri dalam darah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan
yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.

3.2.Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca
agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah
penulis susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan
umumnya untuk lebih dalam asuhan keperawatan dalam kasus sepsis
neonatorum.

15
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC
Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium
Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-
melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm
Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-1uyr3qilmiahpopular.doc
Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta
Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai