Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan .
Terjadinya kejang dapat disebabkan oleh malformasi otak congenital ,faktor
genetis atau adanya penyakit seperti meningitis ,ekselalitis serta demam yang tinggi
atau dapat dengan denga istilah kejang demam ,dangguan metabolisme trauma dan
lain sebagainya .apabila kejang bersifat kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang
terjadi secara kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara berulang –
ulang dengan sendirinya.
Kejang dan spasme merupakan keadaan emergensi atau tanda bahaya
yangsering terjadi pada BBL, karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak
yangcukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan
sekueledikemudian hari. Disamping itu kejang dapat merupakan tanda atau masalah
darisatu masalah atau lebih. Sekitar 70-80% BBL secara klinis tidak tampak
kejang,namun secara elektrografik masih mengalami kejang. Karena sulitnya
mengenal bangkitan kejang pada BBL, angka kejadian sesungguhnya tidak
diketahui.Meskipun demikian angka kejadian di Amerika Serikat berkisar antara0.8-
1.2 setiap 1000 BBL pertahun, sedang pada kepustakaan lain menyebutkan 1-5% bayi
pada bulan pertama mengalami kejang. Insidensi meningkat pada bayikurang bulan
sebesar 57.5-132 dibanding bayi cukup bulan sebesar 0.7-2.7 setiap1000 kelahiran
hidup. Pada kepustakaan lain menyebutkan bahwa insidensi 20% pada bayi kurang
bulan dan 1.4% pada bayi cukup bulan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kejang pada BBL?
2. Apa saja jenis-jenis kejang yang sering terjadi pada BBL?
3. Apa saja masalah yang timbul oleh kejang pada BBL?
4. Apa etiologi kejang pada BBL?
5. Bagaimana patofisiologi kejang pada BBL?
6. Bagaimana manifestasi klinik kejang pada BBL?
7. Bagaimana diagnosis kejang pada BBL?

1
8. Bagaimana diagnosis banding kejang pada BBL?
9. Bagaimana penatalaksanaan kejang pada BBL?
10. Bagaimana asuhan keperawatan kejang pada BBL?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kejang pada BBL
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kejang yang terjadi pada BBL.
3. Untuk mengetahui masalah yang dapat timbul oleh kejang pada BBL
4. Untuk mengetahui etiologi kejang pada BBL
5. Untuk mengetahui patofisiologi kejang pada BBL
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik kejang pada BBL
7. Untuk mengetahui diagnosis kejang pada BBL
8. Untuk mengetahui diagnosis banding kejang pada BBL
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan kejang pada BBL
10. Bagaimana asuhan keperawatan kejang pada BBL

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kejang pada BBL secara klinis adalah perubahan proksimal dari
fungsineurologik (misalnya perilaku, sensorik, motorik, dan fungsi autonom
sistemsyaraf yang terjadi pada bayi berumur sampai dengan 28 hari.
(Kosim,Soleh:2008)
Kejang dapat timbul sebagai gerakan involunter klonik atau tonik padasatu
atau lebih anggota gerak. (Lissauer,Tom:2006)
Kejang adalah suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan berelaksasi
secara cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas sementara dariaktivitas elektrik
di otak, yaitu terjadi loncatan – loncatan listrik karena bersinggungannya ion (+) dan
ion (-) di dalam sel otak.
Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan
dantungkai. Kejang yang terjadi pada bayi baru lahir adalah kejang yang terjadi
pada bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Kejang pada BBL merupakan
keadaandarurat karena kejang merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf
pusat(SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain. Kejang pada bayi baru lahir
seringtidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak dan dewasa. Hal
inidisebabkan karena ketidakmatangan organisasi korteks pada bayi baru lahir.Kejang
umum tonik – klonik jarang pada bayi baru lahir. Pada prinsipnya,setiap gerakan
yang tidak biasa apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik,harus dipikirkan
manifestasi kejang. Kejang yang berulang menyebabkan berkurangnya oksigenisasi,
ventilasi dan nutrisi otak.
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat
yangmenimbulkan demam dapat menimbulkan kejang demam. Penyakit yang
palingsering menimbulkan kejang demam antara lain: infeksi saluran pernapasan
atas,otitis media akut, pnemonia, gastroenteritis akut, exantema subitum,
bronchitis,dan infeksi saluran kemih.

3
2.2 Klasifikasi Kejang
Volve membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut :
1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak di insafi
sebagai kejang. Terbanyak di dapat pada neonatus berupa :
a. Deviasi horizontal bola mata
b. Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip)
c. Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah, mengecap, dan
menguap
d. Opnu berulang
e. Gerakan tonik tungkai
2. Kejang klonik multifokal (miogratory)
Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke yang lain secara
tidak teratur, kadang-kadang kejang yang satu dengan yang lain dapat
menyerupai kejang umum.
3. Kejang tonik
Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi kedua lengan menyerupai
dekortikasi
4. Kejang miokolik
Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus
5. Kejang umum
Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun
6. Kejang fokal
Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang dimulai dari salah satu kaki, tangan
atau muka (gerakan mata yang berputar-putar, menguap, mata berkedip-kedip,
nistagmus, tangis dengan nada tinggi).

2.3 Etiologi
1. Metabolik
a. Hipoglikemia
Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan
kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia
dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis,
minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi
kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia.

4
b. Hipokalsemia
· Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau
kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L
· Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua
serangan bayi dalam keadaan baik.
c. Hipomagnesemia
· Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat
bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain.
·Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat
sembuh dengan pengobatan yang adekuat.
d. Hiponatremia dan hipernatremia
Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya
adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l.
Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya
petekis dalam otak.
e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn
Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat
dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-
lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin
f. Asfiksia
Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir
etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke
janin.
2. Perdarahan intracranial
Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi
vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid,
intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia.
Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin
dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti kejang dan perbaikan
gangguan metabolism bila ada.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis
4. Genetik/kelainan bawaan

5
5. Penyebab lain
a. Polisikemia
Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse
dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar
hemoktrokit di atas 65%
b. Kejang idiopatik
Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya
berikan oksigen untuk sianosisnya
c. Toksin estrogen
Misalnya : hexachlorophene

2.4 Manifestasi kejang pada BBL


1. Tremor/gemetar
2. Hiperaktif
3. Kejang-kejang
4. Tiba-tiba menangis melengking
5. Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
6. Pergerakan tidak terkendali
7. Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal

2.5 Patofisiologi
Mekanisme dasar terjadinya kejang akibat loncatan muatan listrik yang berlebihan
dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang mengakibatkan gerakan yang
berulang. Terjadinya depolarisasi pada syaraf akibat masuknya Natrium dan
repolarisasi terjadi karena keluarnya Kalium melalui membran sel. Untuk
mempertahankan potensial membran memerlukan energi yang berasal dari ATP dan
tergantung pada mekanisme pompa yaitu keluarnya Natrium dan masuknya Kalium.
Perubahan fisiologis selama kejang berupa penurunan yang tajam kadar glukosa
otak dibanding kadar glukosa darah yang tetap normal atau meningkat disertai
peningkatan laktat. Keadaan ini mununjukan mekanisme transporatsi pada otak tidak
dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan yang ada. Kebutuhan oksigen dan aliran
darah otak juga meningkat untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan glukosa. Laktat
terakumulasi selam terjadi kejang dan pH arteri sangat menurun. Tekanan darah

6
sistemik meningkat dan aliran darah otak naik. Efek dramatis jangka pendek ini
diikuti oleh perubahan struktur sel dan hubungan sinaptik.

Pathway

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan gula darah, elektrolit (natrium, kalsium, magnesium), amonia dan
laktat
- Pemeriksaan darah rutin : hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit, hitung
jenis lekosit. Pemeriksaan darah rutin berkala penting untuk memantau
perdarahan intraventrikular.
- Analisa gas darah
- Analisa cairan serebrospinal
- Kadar bilirubin total/direk dan indirek

7
2. Elektro Ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG pada kejang dapat membantu diagnosis kejang. Pada EEG yang
normal atau latar belakang dengan gelombang paku atau gelombang tajam unifokal
dapat diramalkna bayi akan normal dikemudian hari. Bayi dengan EEG yang
menunjukkan latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal
atau dengan burts supression atau bentuk isoelektrik mempunyai prognosis yang
tidak baik.
3. Pencitraaan
Pemeriksaan pencitraan dilakukan berdasarkan indikasi :
ü USG kepala
Sonografi kepala dilakukan jika dicurigai adanya perdarahan intrakranial atau
untraventrikuler.
ü Skintigrafi kepala (CT-scan Cranium)
Pemeriksaan ini lebih sensitif dibanding sonografi untuk mengetahui kelainan
parenkim otak
ü MRI
Pemeriksaan paling sensitif untuk mengetahui malformasi subtle yang kadang
tidak terdeteksi dengan pemeriksaan CT-scan Cranium
4. Pemeriksaaan Lain
- Foto Radiologi kepala, perlu dikerjakan apaabila pengukuran terdapat lingkaran
ya g lebih kecil atau lebih besar dari ukuran standar.
- Uji tapis obat-obatan

2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksaan kejang pada bayi baru lahir meliputi stabilisasi keadaan umum
bayi, menghentikkan kejang dan identifikasi dan pengobatan faktor etiologi serta
suportif untuk mencegah kajang berulang.Pada beberapa neonatologis akan menterapi
jika bayi yang mengalami kejnag lebih dari tiga kali alam sati jam, atau kejang
tunggal yang berlangsung lebih dari 3 menit.

Manajemen Awal Kejang

- Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka, pemberian oksigen.


- Pasang jalur infus IV dan beri cairan dengan dosis rimatan

8
- Bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL, tangani hipoglikemianya sebelum
melanjutkan manajemen kejang seperti dibawah ini, untuk menyingkirakan
kemungknana hipoglikemia sebagai penyebab kejang.
- Bila bayi dalam keadaan kejang atau bayi kejang dalam beberapa jam terakhir,
beri injeksi fenobarbital 20 mg/kgBB secra IV, diberikan pelan-pelan dalam
waktu 5 menit.
- Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kgBB dosis
tunggal secara IM, atau dosis ditingkatkan 10-15 % dibanding dosis IV.
- Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit, beri ulangan fenobarbital 10
mg/kgBB secara IV atau IM. Dapat diulang sekali lagi 30 menit kemudian bila
perlu. Dosis maksimal 40mg/kgBB/hari.
 Paclac Manual and Guidelines menyarankan untuk manajemen kejang sebagai
berikut :
a. Terapi Suportif
- Pemantauan ketat : pasang monitor jantung dan pernapasan serta “pulse
oxymeter”
- Pasang jalur intravena, berikan infus dekstrose
- Beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila diperlukan
- Koreksi gangguan metabolik dengan tepat
b. Medikamentosa : pemberian antikonvulsan merupakan indikasi pada
manajemen awal
§ Fenobarbital
Obat fenobarbital adalah oabat yang paling efektif mengatasi kejang, dapat
mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi di otak
sehingga dapat melindungi sel yang rusak akibat asfiksia dan anoksia.
Fenobarbital terutama dapakai pada kejang yang lama dan hebat atau bila
waktu seranga terdapat gejala apne yang menyebabkan kerusakan sel akibat
anoksia.
- Dosis awal (loading dose) 20-40 mg/kgBB intravena diberikan mulai
dengan 20 mg/kgBB selam 5-10 menit.
- Pantau depresi pernapasan pernapasan dan tekanan darah
- Dosis rumatan: 3-5 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis.
- Kadar terapeutik dalam darah diukur 1 jam setelah pemberian intravena
atau 2-4 jam setelah pemberian per oral dengan kadar 15-45 ugm/mL.

9
§ Fenitoin (Dilantin) : biasanya diberikan hanya apabila bayi tidak memberi
respons yang adekuat terhadap pemberian fenobarbital.
- Dosis awal untuk status epileptikus 15-20 mg/kgBB intravena pelan-
pelan
- Karena efek alami obat yang iritatip maka beri pembilas larutan garam
fisiologis sebelum dan sesudah pemberian obat.
- Pengawaan terhadap gejala bradikardia, aritmia dan hipotensi selam
pemberian infus
- Dosis rumat hanya dengan jalur intravena (karena pemberian oral tidak
efektif) 5-8 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
- Kadar terapeutik dalam darah (Fenitoin bebas dan terikat) 12-20 mg/L
atau 1-2 mg/L (hanya untuk fenotoin bebas)
§ Lorazepam : biasanya diberikan pada bayi abru lahir yang tidak memberi
respons terhadap pemberian fenobarbital dan fenotoin secra berurutan
- Dosis efektif : 0,05-0,10 mg/kgBB diberikan intravena dimulai dengan
0,05 mg/kgBB pelan-pelan dalam beberapa menit
- Obat ini akan masuk ke dalam otak dengan cepat dan membentuk efek
antikonvulsan yang nyata dalam waktu beberapa menit
- Pengawasan terhadap depresi pernapsan dan hipotensi
Dalam keadaan darurat atau fasilitas laboratorium tidak memadai,
Lombroso menganjurkan pengobatan secara buta dengan pemberian
piridoksin 50-100 mg secara intravena (IV) pada awal pengobatan. Bila
dalam 2-3 menit tidak berhasil, diberikan larutan MgSO4 secra perlahan-
lahan, kemudian diberikan Ca glukonat. Bila dengan pengobatan tersebut
tidak menolong dapat diberikan larutan glukose. Alasan pemberian
piridoksin didahulukan adalah karena piridoksin tidak berbahaya dan
ketergantungan piridoksin paling jarang dibandingkan dengan gangguan
metabolik dan agar kelainan tersebut terlupakan. Sebaliknya cara
pengobatan buta ini dapat dimulai dengan penyebab yang paling sering
yaitu hipoglikemia. Pemberian awal adalah cairan glukose.
Anti Kejang Rumatan
Jika kejang telah teratasi maka dilanjutkan dengan pemberian anti kejang
rumatan, fenobarbital 5 mg/kg/hari adalah pilihan pertama. Lamanya pemberian dosis
rumatan pada kejang pada bayi baru lahir masih belum terdapat kesepakatan.

10
Beberapa penulis segra menghentikan dosis rumatan setelah tidak ada kelainan
neorologis, sedangkan yang lain menggunakan patokan gambaran klinis dan
gambaran EEG.

2.8 Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil
b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil
c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan
d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-
lain.
e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong
persalinan, asfiksia neontorum
f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional
h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata,
mulut, lidah, ekstremitas
i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut
j. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan
k. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal
l. Adanya faktor resiko infeksi
m. Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol
n. Riwayat perubahan warna kulit (kuning)
o. Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang
2. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologis, dilakukan
secra sistematik dan berurutan:
- Identifikasi manifestasi kejang yang terjadi, bila mungkin melihat sendiri
manifestasi kejang yang terjadi. Dengan mengetahui bentuk kejang,
kemungkinan penyebab kejang dapat dicurigai.
- Bayi baru lahir yang mengalami kejang biasanya letargi dan tampak sakit.
Kesadaran yang tiba-tiba menurun berlanjut dengan hipoventilasi dan

11
berhentinya pernapasan, kejang tonik, reaksi pupil terhadap cahaya negatif dan
terdapat kuadriparesis flaksid, dicurigai terjadinya iskemia otak.
- Pantau perubahan tanda vital (jantung dan pernapasan)
- Pemeriksaan kepala untuk mencari kelainan berupa fraktur, depresi atau
moulding yang berlebihan karena trauma. Ubun-ubun besar yang tegang dan
menonjol menunjukkan adanya peningkatan tekanan intrakranial yang
disebabkan oleh perdarahan subaraknoid atau subdural serta kemungkinan
meningitis.
- Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkkan kelainan perdarahan retina atau
subhialoid yang merupakan menifestasi patognomonik untuk hematoma subdural
- Pemeriksaa talipusat, apakah ada infeksi, berbau busuk, atau aplikasi dengan
bahan tidak steril pada kasus yang dicurigai spasme atau tetanus neonatorum.
3. Diagnosa Kepeawatan
1. Resiko injury berhubungan dengan aktivitas kejang
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan peningkatan sekresi ,kesukaran menelan
kerusakan otot faring

Intervensi
N Diagnosa NOC NIC
O Keperawatan
1. Resiko injury berhubungan Setelah dilakuakan - Pandu gerakan klien
dengan aktivitas kejang tindakan keperawatan untuk mencegah
selama ....x 24 jam klien teradinya cidera
mampu: - Monitor arah kepala
1. Pasien terbebas dan mata selama
dari cidera kejang
2. Menggunakan - Longgarkan pakaian
fasilitas kesehatan - Tetap disisi klien
yang ada selama kejang
3. Mampu - monitor tanda-tanda
mengenali vital

12
perubahan status
kesehatan
2 Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakuakan - buka jalan nafas dengan
jalan nafas berhubungan tindakan keperawatan teknik chin lift atau jaw
dengan peningkatan selama ....x 24 jam klien thrust, sebagaimana
produksi mukus mampu: mestinya
1. Frekuensi - posisikan pasien
pernapasan dalam semaksimal mungkin
batas normal (16- - identifikasi kebutuhan
20x/mnt) aktual/potensial pasien
2. Irama pernapasn untuk memasukkan
normal alatmembuka jalan
Kedalaman nafas
pernapasan - lakukan fisioterapi dada,
normal sebagaimana mestinya
3. Klien mampu
mengeluarkan
sputum secara
efektif
4. Tidak ada
akumulasi sputum

3 Resiko aspirasi Setelah dilakuakan - monitor status paru


berhubungan dengan tindakan keperawatan pelihara jalan nafas
peningkatan sekresi selama ....x 24 jam klien
- lakukan suction bila di
,kesukaran menelan mampu:
perlukan
kerusakan otot faring 1. Klien dapat
bernafas dengan - jauhkan manset trakea
mudah, tidak meningkat
irama, frekuensi
pernafasan normal - periksa penempatan

2. Pasien mampu tabung NG atau

menelan tanpa gastrotomy

13
terjadi aspirasi sebelummenyusui
3. Jalan nafas paten,
- periksa tabung NG atau
mudah bernafas,
gastrotomy sisa sebelum
tidak merasa
makan
tercekik dan tidak
ada suara nafas
abnormal

14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kejang adalah suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktifitas otak yg abnormal seta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan . Konflikasi pada saat
hamilan dan melahirkan
a. Ibu tidak imunisasi TT sehingga dapat menyebab infeksi
b. Perdarahan pada saat usia kehamilan kurang dari 28 minggu ,sehingga
menyebab hipoksia
c. Gawat janin pada massa kehamilan dan persalinan yg mengharuskan
dilakukannya induksi persalinan .kondisi dapat disebabkan asfiksia.
d. Alat –alat di gunakan untuk proses pertolongan persalinan tidak steril
sehingga dapat menyebabkan terjadinya infeksi .
e. Persalinan dengan tindakan (vacuum ekstraksi ,cunam dan forcep dapat di
sebabkan tauma susunan safat pusat .
f. .Trauma pada janin selama dalam kandungan atau selama persalinan dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial .
g. Ibu hamil menderi DM

b. Saran
Setiap bayi baru lahir beresiko mengalami kejam untuk itu diharapkan kepada
petugas kesehatan dan ibu hamil untuk mengetahui gejala dari kejang dan
pencegahannya. Menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi dan susuilah bayi sesering mungkin .

15
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita ,Vivian Nanny Lia Dewi –Jakarta : Salemba
Medika. 2010.
Manajemen Terpadu Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan
Asuhan Neonatus ,Bayi dan Balita ,Cv Trans Info Media 2011,Penulis Dwi Maryanti,
S.SIT, Sujianti ,SST, Tri Budiarti ,SST
Staf Pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Segi- Segi Praktis Ilmu Kesehatan
Anak Jakarta 1984 M.Rachman ,M.T.Dardjat

16

Anda mungkin juga menyukai