Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pandangan bahwa perempuan yang menderita penyakit ginjal sebaiknya menghindari
kehamilan, telah ada sejak abad lalu. Luaran bayi dipercaya akan kurang baik dan pasien yang
menderita penyakit ginjal disarankan melakukan terminasi kehamilan. Setelah tahun 1975
rasa pesimis itu berganti menjadi optimis sehubungan dengan banyaknya publikasi studi kasus
mengenai kehamilan dengan penyakit ginjal yang dikonfirmasi dengan biopsy ginjal,
sehingga kebanyakan perempuan dengan gangguan ginjal dapat melewati kehamilan tanpa
kelainan yang berarti. Selain itu, data-data mengenai perempuan hamil dengan transplantasi
ginjal sejak tahun 2000 telah memberikan hasil yang menggembirakan. Kesemuanya ini
memberikan pandangan bahwa sebagian besar perempuan yang mempunyai gangguan fungsi
ginjal minimal dapat hamil dengan kemungkinan kehamilannya berhasil mencapai 90%.
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan
saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan pemeriksaan
hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan
salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Untuk itu, diperlukan
asuhan yang tepat bagi ibu hamil dengan penyakit ginjal, dan dalam makalah ini akan dibahas
tentang penyakit ginjal dalam kehamilan dan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
penyakit ginjal
1.2 Rumusan masalah
1.Apa definisi dari gangguan ginjal pada ibu hamil
2.Bagaimana etiologi dari gangguan itu ?
3.Bagaimana pathway dari gangguan itu ?
4.Macam – macam gangguan ginjal pada ibu hamil?
5.Bagaimana manifestasi nya?
6.Bagaimana penataaksanaan nya dari gangguan itu ?
7.Bagaimana komplikasi nya ?
8.Bagaimana asuhan keperawatan ?

1
1.3 Tujuan masalah
1.Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari gangguan ginjal pada ibu hamil
2.Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari gangguan itu
3.Mahasiswa dapat mengetahui pathway dari gangguan itu
4.Mahasiswa dapat mengetahui Macam – macam gangguan ginjal pada ibu hamil
5.Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi nya
6.Mahasiswa dapat mengetahui penataaksanaan nya dari gangguan itu
7.Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi nya
8.Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan
saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan pemeriksaan
hasil laboraturium. Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan
salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin. Perubahan anatomic
terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan intertisiil pada ginjal. Dan juga ginjal
akan memanjang kira-kira 1 cm. Semuanya itu akan kembali normal setelah melahirkan.
Ureter, pielum dan kaliks mengalami pelebaran dalam kurun waktu yang pendek sesudah
kehamilan 3 bulan, dan terutama pada sisi sebelah kanan. Pelebaran yang tidak sama ini
mungkin karena perubahan uterus yang membesar dan mengalami dekstrorotasi atau karena
terjadinya penekanan pada vena ovarium kanan yang terletak di atas ureter, sedangkan pada
yang di sebelah kiri tidak terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Pelebaran juga
karena pengaruh progesterone, sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis fisiologis dalam
kehamilan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk, dan kadang berpindah letak ke
lateral, dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan. Semua hal di atas dapat
dilihat dengan pemeriksaan pielografi intravena (IVP=intravenosus pylography).
Selain itu juga terjadi hyperplasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan
berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Dilatasi ureter ini
memunginkan timbulnya refluks air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter. Akibat
pembesaran uterus, hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal, terjadi perubahan
pada kandung kemih yang dimulai pada kehamilan usia 4 bulan. Kandung kemih akan
berpindah ke lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan
membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh
hormone esterogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 Liter, kemungkinan
karena efek relaksasi dari hormone progesterone.

3
2.2 Etiologi
1. Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
2. Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
3. Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
4. Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
5. Menderita penyakit kanker (cancer)
6. Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu
sendiri (polycystic kidney disease)
7. Rusak nya sel penyaring pada ginjal baik akibat infeksi atau pun dampak dari
penyakit darah tinggi. Istilah kedokteran nya disebut sebagai glomerulonephritis.

2.3 WOC

4
2.4 Macam – macam gangguan ginjal

1. Infeksi saluran kemih


Infeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang
jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran
tengah (midstream) atau duambil dengan pungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang
jumlahnya lebih dari 103 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini
mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimtomatik, dan mungkin pula disertai
dengan gejala-gejala disebut bakteriuria simptomatik. Walaupun infeksi ini dapat terjadi
karena penyebaran kuman melalui pembuluh darahatau saluran limfe, akan tetapi yang
terbanyak atau tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam
kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas. Kuman yang tersering dan terbanyak
sebagai penyebab adalah Escheria coli (E.coli), di samping kemungkinan kumn-kuman lain
seperti Enterbacter aerogenes, Klebsiella, Psedomonas dan lain-lain.
2. Sistisis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas
saluran kemih. Sistitis ini cukup dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab
utama adalah E.coli, di samping dapat pula oleh kuman-kuman lain. Factor predisposisi
lain adalah uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang tertinggal, di
samping penggunaan kateter yang sering dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih
dalam pemeriksaan ginekologik atau persalinan. Penggunaan kateter ini akan mendorong
kuman-kuman yang ada di uretra distal untuk masuk ke dalam kandung kemih.
Dianjurkan untuk tidak menggunakan kateter bila tidak perlu betul.
Gejala-gejala sistitis khas sekali, yaitu disuria terutama pada akhir berkemih,
meningkatnya frekuensi bekemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas
simpisis, perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan,air kemih kadang-kadang
terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat, dan nyeri di daerah
suprasimpisis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemukan banyak leukosit dan
eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri. Kadang-kadang dijumpai hematuria
sedangkan proteinuria biasanya tidk ada.
3. Pielonefritis akuta
Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan, dan
frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir, dan permulaan masa
nifas.Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escheria coli, dan dapat pula oleh kuman-
kuman lain seperti Stafilokokus aereus, Basillus proteus, dan pseudomonas aeruginosa.

5
Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen, akan tetapi terbanyak berasal
dari kandung kemih. Predisposisinya antara lain yaitu penggunaan kateter untuk
mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab
perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, atau luka pada jalan lahir.
Diajurkan tidak menggunakan kateter untuk mengeluarkan air kemih, bila tidak
diperlukan betul. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomeroluneftitis
kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis
akuta ini.
Gejala-gejala penyakit biasanya timbul mendadak, wanita yang sebelumnya
merasa sakit sedikit pada kandung kemih, tiba-tiba menggigil, badan panas, dan rasa nyeri
di punggung (angulus kostovertebralis) terutama sebelah kanan. Nafsu makan berkurang,
mual, muntah-muntah, dan kadang diare, dan dapat pula jumlah urin sangat berkurang
(oligouria). Pada pemeriksaan air kemih ditemukan banyak sel leukosit dan sering
bergumpal-gumpal, silinder sel darah, dan kadang-kadang ditemukan bakteri E.coli.
pembiakan air kemih menunjukkan hasil positif. Perlu diperhatikan diagnosis banding lain
seperti appendicitis akuta, solusio plasenta, tumor putaran tungkai, dan infeksi nifas
Pengobatan pielonefritis akuta, penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan
diberikan cukup cairan dan antibioitika seperti ampicilin atau sulfonamide, sampai tes
kepekaan kuman ada, kemudian tes antibiotic disesuaikan dengan hasil tes kepekaan
tersebut. Biasanya pengobatan berhasil baik, walaupun kadang-kadang penyakit ini dapat
timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari, dan kemudian penderita
harus tetap diawasi akan kemungkinan berulangnya penyakit. Perlu diingat ada obat-obat
yang tidak boleh diberikan pada kehamilan walaupun mungkin baik untuk pengobatan
infeksi saluran kemih seperti tetrsiklin. Terminasi kehamilan segera biasanya tidak
diperlukan, kecuali apabila pengobatan tidak berhasil atau fungsi ginjal makin memburuk.
4. Pielonefritis kronika
Pielonefritis kronik biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkkan gejala-gejala
penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam
kehamilan. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit
yang lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasi glomerolus (GFR) dan pada
urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 gr per hari,
gumpalan sel-sel darah putih.
Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal.
Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk. Penderita
ini sebaiknya tidak hamil, karena risiko tinggi. Pengobatan penderita yang menderit
6
pielonefritis kronika ini tidak banyak yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk ke arah
pielonefritis akuta, terapi sperti yang telah diuraikan. Perlu dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.
5. Glomerulonefritis akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Peyakit ini dapat
timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang
menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. sering ditemukan
bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu sebelumnya menderita
infeksi jalan pernapasan, seperti tonsillitis, atau infeksi lain-lain oleh streptokokus, suatu
hal yang menyokong teori infeksi local.
Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, edema dan
hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah
dengan oligouria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus (retinitis albuminika).
Diagnosis menjadi sulit apabila timbul serangan kejang-kejang dengan atau tanpa koma
yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, atau oleh uremia, atau apabila timbul
edema paru-paru akut. Apabila penyakitnya diketahui dalam trimester III, maka
perbedann dengan preeklamsia dan eklampsia selalu harus dibuat. Pemeriksaan air
kencing menghasilkan sebagai berikut: sering proteinuria, ditemukan eritrosit dan silinder
hialin, silinder korel, dan silinder eritrosit.
Pengobatan sama di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat baring, diet
yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertensi serta keseimbangan cairan dan
elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penicillin, karena streptococcus peka
terhadap penicillin. Apabila ini tidak berhasil, maka harus dipakai antibiotika yang sesuai
dengan hasil tes kepekaan.Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi
ginjal yang tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan
apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Ada kalanya penyakit
menjadi menahun dengan segala akibatnya. Ada umumnya prognosis ibu cukup baik.
Kematian ibu sangat jarang, dan apabila terjadi biasanya itu diakibatkan oleh
dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler anuria, dan uremia.
Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya
glomerulonefritis akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasi konsepsi; terutama
yang disertai tekanan darah yang sangat tingggi dan insufisiensi ginjal, dapat
menyebabkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.

7
6. Glomerulonefritis kronika
Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita penyakit itu
beberapa tahun sebelumnya. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertama dapat
dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Diagnosis mudah dibuat
bila dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. Apabila gejala-
gejala penyakit penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau ditambah
dengan pengaruh kehamilan (superimposed preeclampsia), maka lebih sulit untuk
membedakannya dari preeklampsi murni.
Selain proteinuria, kelainan sedimen dan hipertensi, dapat pula dijumpai edema
(terutama di muka), dan anemia. Pemeriksaan kimiawi darah menunjukkan urea-nitrogen,
kadar asidum urikum, dan kadar kreatinin yang tinggi. Pengeluaran fenosufonftalein dan
kreatinin oleh ginjal lebih lambat.
7. Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan
Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang sangat
gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjalyang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.
Kelainan ini didasari oleh 2 jenis patologi.
1. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.
2. Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal ayng menderita.
Penderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sering dijumpai pada kehamilan
muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering
diakibatkan oleh abortus septic yang diakibatkan oleh bakteri Chlostridia welchii atau
streptococcus. Gambaran klinik lain yaitu berupa sepsis, dan adanya tanda-tanda
oligouria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah intravaskuler (DIC),
sehingga terjadi nekrosis tubular yg akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila
kerusakan tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Seringkali dilakukan
tindakan tindakan histerektomi untuk menagatasinya, akan tetapi ada peneliti yang
menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asalkan penderita
diberikan antibiotic yang adekuat dan intensif serta dilakukan dialysis terus menerus
sampai fungsi ginjal baik. Lain halnya dengan nekrosis kortikal yang bilateral,
biasanya dihubungkan dengan solusio plasenta, preeclampsia berat atau eklampsia,
kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban yang mnyebabkan
terjadinya DIC, reaksi transfuse darah atau pada perdarahan banyak yang dapat
menimbulkan iskemi.
8
8. Batu ginjal (nefrolitiasis) dan saluran kemih (urolitiasis)
Batu saluran kemih dalam kehamilan tidaklah biasa. Frekuensinya sangat sedikit
0.03-0,07%. Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urotiasis ini dapat
mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita
berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria. Perlu anamnesis
tentang riwayat penyakit sebelumnya, terutama mengenai penyakit saluran kencing, untuk
membantu membuat diagnosis urolitiasis. Diagnosis lebih tepat dengan melakukan
pemeriksaan intravenous pielografi; akan tetapi janin harus dilindungi dari efek
penyinaran. Dewasa ini dapat pula dengan USG dan MRI.
Bila diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, terapi pertama adalah
analgetika untuk menghilangkan sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat ke bawah,
karena hampir 80% batu akan dapat turun ke bawah, serta antibiotika. Pada penderita
yang membutuhkan tindakan operasi, sebaiknya operasi dilakukan setelah trimester
pertama atatu setelah post partum. Pada batu buli-buli, bila batu tersebut diperkirakan
menghalangi jalannya persalinan, kehamilan diakhiri dengan SC, dan batu diangkat post
partum dengan seksio alta atau lipotripsi.
9. Ginjal polikistik
Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter). Kehamilan umunya tidak
mempengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal, begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik, maka kehamilan akan memperberat atau
merusak fungsinya. Sebaliknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak
hamil karena kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi
2.5 Manifestasi klinis
1. Bengkakmata,
2. Kaki
3. Nyeripingganghebat (kolik),
4. Kencingsakit
5. Demam
6. Kencingsedikit, kencingmerah /darah, seringkencing.
7. Lemas
8. Tidakadatenaga,
9. Nafsumakan
10. Mual, muntah,
11. Bengkak
9
2.6 Penatalaksanaan
Penanganan Obstetri Penyebab kematian dan kesakitan bayi pada pasien dengan
kelainan ginjal adalah persalinan kurang bulan.Masih ada perdebatan tentang
melahirkan bayi secara elektif lebih cepat dari waktunya sekitar(34-36 minggu) pada
pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau yang sedang menjalani dialysis terutama
jika paru janin sudah matang.
2.7 Komplikasi
Komplikasi seperti hipertensi dan preeklamsi lebih sering pada perempuan dengan
penyekit ginjal polikistik .Kehamilan tampaknya tidak menyebabkan perburukan atau
akselerasi / percepatan perjalanan penyakit.

10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa,alamat
2. Keluhan utama : adanya nyeri kandung kemih, badan panas, menggigil,
dan rasa nyeri di punggung kanan. Ibu mengaku nafsu makannya
berkurang, mual, muntah-muntah, dan sering BAK tetapi air kencingnya
sedikit.
3. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama
4. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi saluran kemih
5. Riwayat seksual, termasuk riwayat infeksi saluran kemih, Gaya hidup,
penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakanobat
intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
B. Keadaan umum :
1. Tekanan Darah
Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan darah sementara
waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum.
Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan
adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.Namun hal ini
seperti itu jarang terjadi.
2. Suhu
Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38C.Pada hari ke 4 setelah persalinan
suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari aktivitas
payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
Adapun peningkatan suhu tubuh yang abnormal karena adannya infeksi
pada ginjal

11
3. Nadi
Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan
melambat sampai sekitar 60 x/menit yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu
pertama post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/mnt.Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila
disertai peningkatan suhu tubuh.
4. Pernafasan
ernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau
bahkan normal.Mengapa demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi cepat pospartum
(> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
a. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Keadaan umum kepala,ada tidaknya benjolan ,bersih tidaknya kulit sekitar
kepala, ada tidaknya odem dan ada tidaknya nyeri takan .
2. Mata
Kesimetrisan bentuk mata ,ada tidaknya nyeri tekan dan odem, ikterik atau
tidak, konjungtiva anemis atau tidak
3. Leher
Keadaan umum daerah leher, ada tidaknya benjolan,odem dan nyeri tekan
4. Dada
Keadaan umum dada,kesimetrisan area dada, ada tidaknya benjolan dan
odem ,ada tidaknya nyeri tekan pada area dada.
a. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran
kelenjar,dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol
atau tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak.
5. Perut
 Uterus
a. Pemeriksaan tinggi fundus
b. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak
c. Apakah konsistensinya lunak atau keras
d. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat
palpasi tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila
12
sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya
lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan
bekuan darah yang terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal
akan berkurang dan uterus menjadi keras
 Diastasis Rectie
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak
caranya yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk
dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita
masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai
berarti abnormal.Cara penanganan diastasis rectie adalah dengan
operasi ringan (tometock)

 Kandung kemih

Adanya nyeri pada kandung kemih, sering BAK jumlah urine yang
keluar.Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak
menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6
jam post partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan
bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila berbagai cara telah dilakukan
namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan
pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka
lakukan massase pada fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.

6. Ekstremitas bawah

Pada pemeriksaan kaki apakah ada:Varises,oedema,Reflek patella,nyeri


tekan atau panas pada beti.Adanya tanda Homan,caranya dengan
meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan ringan agar
lutut tetap lurus.Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan
tersebut,tanda Homan (+).

7. Genetalia

13
a. Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya

b. Hematom vulva (gumpalan darah)


c. Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi
vagina dan serviks dengan cermat
d. Lihat kebersihan pada genitalia ibu
e. Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada
maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
8. Perineum
Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua
tungkai dilebarkan.saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah:
 Jahitan laserasinya
Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu
bersihkan pada bagian jahitan laserasi dengan kasa yang dikasih
betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih jelas

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Control nyeri : Management nyeri :
dengan proses inflamasi 1. Menggunakan 1. Observasi adannya
tindakan pencegahan petunjuk nyeri
(5) nonverbal mengenai
2. Mengenali kapan ketidak nyamanan
terjadi nyeri (5) terutama pada yang
3. Menggunakan tidak dapat
tindakan pengurangan brerkomunikasi.
nyerin tanpa analgesik 2. Lakukan pengkajian
(5) nyeri secara

14
4. Mengenali apa yang komperhensif.
terkait dengan gejala 3. Gali faktor –faktor
nyeri (5) yang dapat
5. Menggunakan memperparah nyeri .
analgesic yang 4. Gunakan strategi
dianjurkan (5) terapiutik untuk
menggali pengalaman
nyeri.
5. Lakukan kolaborasi
dengan tim medis
lainnya untuk
prmberian terapi
farmakologi.

Hipertermi berhubungan Pengaturan suhu:


dengan proses penyakit Kriteria hasil :
1. Menunjukkan suhu 1. Observasi TTV
tubuh dalam batas 2. Memberikan kompres
normal. hangat.
2. Nadi dan RR dalam 3. Menganjurkan
rentang normal memakai pakaian
3. tidak adannya yang menyerap
dehidrasi / tanda – kringat dan tidak tebal
tanda dehidrasi 4. Pertahankan intake
4. menggunakan cairan yang adekuat.
antipiretik yang 5. Melakukan kolaborasi
dianjurkan. untuk pemberian
terapi farmakologi

15
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, penyakit yang menyertai kehamilan itu diantaranya adalah


penyakit ginjal. Semua penyakit ini memberikan dampak pada kehamilan sehingga
semua penyakit harus bias ditangani dengan baik sehingga dampak yang ada tidak besar
atau minimal atau bahkan tidak ada dampak yang ditimbul kanpa kehamilan baik itu
pada ibu maupun pada janin.

Selain itu, dalam penangan penyakit ini harus diperhatikan dalam pemberian
obat-obatan.Karena dengan pemberian obat-obatan yang salah dapat memberikan efek
terutama kepada sang janin. Sehingga kita harus mengetahui jenis obat-obatan yang
boleh diberikan kepada ibu hamil dan juga yang tidak boleh diberikan pada ibu
hamil.Jangan sampai kita bermaksud memberikan pengobatan untuk kesembuhan tapi
malah menyebabkan efek teratogenik pada janin.

4.2 Saran

Sebagai penolong persalinan kita harus bias mendeteksi secara dini penyakit-
penyakit yang menyertai kehamilan sehingga dapat meminimalkan atau menghilangkan
resiko cacatatan kematian janin. Kita harus bias megetahui penanganan yang tepat atau
pengobatan yang aman buat kehamilan ibu sehingga persalinan dapat berjalan secara
fisiologi.Selainitu, kesadaran dari ibu untuk memeriksakan diri selama hamil sehingga
tidak dapat terdeteksi secara dini.

16
DAFTAR PUSTAKA
Wiknyosastro, Hanifah. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Fadlun. 2012. AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :SalembaMedika

Nugraheny, Esti. 2010. AsuhanKebidananPathologi. Yogyakarta :PustakaRihama

PrawirohardjoSarwono. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta :Yayasan Bina


PustakaSarwonoPrawirohardjo.

17

Anda mungkin juga menyukai