Anda di halaman 1dari 26

PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

A. PENGKAJIAN UMUM / ANAMNESE..


1. Data Demografi.
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa
gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan
proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan
somatic harus selalu dibandingkan dengan usia dan gender, misalnya
berat badan dan tinggi badan. Tempat tinggal juga merupakan data yang
perlu dikaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak
dan juga tempat tinggal klien sekarang.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan yang berhubungan
secara langsung dengan gangguan hormonal seperti :
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetus mellitus
e. Infertilitas
Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat
menterjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang
sederhana dan dimengerti oleh klien dan keluarga.
3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien.
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar
gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin
sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore,
bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang, dan lain-lain.
Berat badan yamg tidak sesuaai dengan usia, misalnya terlalu kurus
meskipun banyak makan dan lain – lain.
Ganggun psikologis seperti mudah marah, sensitive sulit bergaul dan
tidak mampu berkonsentrasi dan lain – lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya,
bila klien dirawat beberapaa kali, urutkan sesuai dengan waktu
kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan disaat
sekarang dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan yang diperoleh secara
bebas, jenis obat-obatan yang mengandung hormone atau yang dapat
merangsang aktivitas hormonal seperti hidrokortison, levo thyroxine,
kontrasepsi oral, dan obat-obatan anti hipertensi.
4. Riwayat Diit.
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
saja mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi factor penyebab, oleh karena itu kondisi
berikut ini perlu dikaji :
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Pola makan dan minum sehari – hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik
terhadap kelenjar tiroid.
5. Status Sosial Ekonomi
Karena status social ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi
banyak orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondis ini
perawat melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan
pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan
lebih difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarganya
memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan
pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan
kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan
keadaan social ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-sama
merupakan upaya untuk mengurangi kasalahan penafsiran.
6. Masalah kesehatan Sekarang.
Atau disebut juga keluhan utama, Perawat memfokuskan pertanyaan pada
hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang dirasakan klien.
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perolehan dan sejak kapan dirasakan.
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine.
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
Hal – hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum;
1) Tingkat Energi.
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Perawat
mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan
bantuan atau sama sekali klien tidak berdaya melakukannya tau
bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang sangat
penting. Kaji juga bagaimana asupan makanan klien, apakah berlebih
atau kurang.
2) Pola Eliminasi dan Keseimbangan Cairan.
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin,
secara langsung oleh ADH, Aklosteron dan kortisol. Perawat
menanyakan tentang pola berkemih dan jumlah volume urine. Dan
apakah klien sering terbangun malam hari untuk berkemih, nyatakan
volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi klien.
Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan
air elektrolit tubuh. Bila dari hasil anamneses ada hal yang
mengindikasikan volume urine berlebih. Pertanyaan kita diarahkan
lebih jauh ke kemingkinan klien kekurangaan cairan, kaji apakah klien
mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien mengatasinya.
Tanyakan seberapa besar volume cairan yang dikonsumsi setiap hari,
kaji pola sebelim sakit untuk membandingkan dengan pola yang ada
sekarang.
3) Pertumbuhan dan Perkembangan.
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada dibawah
pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dapat saja terjadi semenjak di dalam
kandungan bila hormone yang mempengaruhi tumbang fetus kurang
seperti hipertiroid pada ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi
lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau
mungkin gonad dan kelenjar tiroid :
a. Kaji apakah terjadi semenjak bayi dilahirkan dengan tubuh yang
kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhan dan bahkan tidak
dapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
b. Kaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya
misalnya bagaiaman tingkat intelegensia, kemampuan
berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab.
c. Kaji apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan
klien.
4) Seksualitas dan reproduksi.
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk dikaji baik klien
wanita maupun pria. Pada klien wanita kaji siklus menstruasinya
mencakup lama, volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk
sensasi nyeri aau kram abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.
Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang digunakan, kaji
pula pada umur berapa klien pertama kali menstruasi.
Bila klien sudah bersuami kaji ;
a. Apakah pernah hamil
b. Apakah pernah abortus
c. Apakah pernah melahirkan
d. Jumlah anak yang pernah dilahirkan
e. Apakah klien menggunakan cara tertentu untuk membatasi
kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan.
Pada klien pria yang perlu dikaji :
a. Apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana perasaan
klien setelah melakukannya.
b. Adakah perasaan puas dan menyenangkan.
c. Adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.
Mengkaji hal – hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali
menjadi hal yang tabu untuk diperbincangkan padahal seharusnya itu
tidaak perlu terjadi, jika perbincangan tentang seks ini dilakukan
dalam konteks therapy maka tidak perlu malu. Perawat perlu mawas
diri dengan perasaanya, bersikap dewasa, dan berwibawa sehingga
perasaan segan dan malu dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.
7. Pengkajiaan Psikososial.
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan
handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit,
sejumlah gangguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien
terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang dialami
menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-lain
yang akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga
dalam member perawatan dirumah termasuk penggunaan obat-obatan
yang biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.
B. PEMERIKSAAN FISIK.
Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat digambarkan
yaitu :
1) Kondisi kelenjar endokrin ; testis dan tiroid
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin.
Pemeriksaan fisik terhadaap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis). Secara umum tehnik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam meperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah :
1. Inspeksi.
Disfungsi system endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesimbangan
cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi, metabolism dan energy.
Berbagai perubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan endokrin, oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik,
perawat tetap berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan
penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap
jaringan sasran adan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan
pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan pendekatan
system kedua-duanya dapat digunakan dengan pertama-tama :
a. Amatilah penampilan umum klie apakah tampak kelemahan berat,
sedang dan ringan.
b. Amati bentuk dan proporsi tubuh klien.
c. Pemeriksaan wajah fokuskan pada abnormalitas struktur,bentuk dan
ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.
d. Pemeriksaan mata amati adanya edem periorbita dan exopthalmus
serta apakah ekpresi wajah datar atau tumpul.
e. Amatilah lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan,
f. Ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. (kondisi ini
biasanya terjadi pada gangguan tiroid)
g. Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan
untuk menyakinkannya perlu dilakukan palpasi. Distensi atau
bendungan pada vena jugularis dapat mengidentifikasikan kelebihan
cairan atau kegagaalaan jantung. Amati warna kulit (hiperfigmentasi
dan hipofigmentasi) pada leher, apakah merata dan cacat lokasinya
dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan
memeriksa lokasi yang lain ditubuh sekaligus, infeksi jamur,
penyembuhan luka yang lama, bersisik dan petechie lebih sering
dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortial.
h. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien dengan
hiperfungsi kelenjar adrenal. Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit
tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi
melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi
pada wajah, leher dan ekstremitas.
i. Adanya penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian
belakang yang biasa disebut Buffalow neck atau leher/punuk kerbau
dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak seperti
bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortial, amati bentuk
dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.
j. Amati keadaan rambut axial dan dada,Pertumbuhan rambut yang
berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hairsutisme.
k. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya,
pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau
abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortal. Bentuk
abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumpai
pada hiperfungsi adrenokortial,
l. Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum dan penis juga
klitoris serta labia terhadap adanya kalianan bentuk.
2. Palpasi.
Kelenjar tiroid dan testis, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui
rabaan. Pada kondisi normal kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus
dapat diraba dengan menengadahkan kepada klien. Lakukan palpasi
kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul tunggal atau multiple.
Apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi. Pada saat melakukan
pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja namun untuk
menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk. Untuk hasil yang
lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang klien
dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher klien dan
keempat jari-jari lain berada diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testis dilakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut dengan ibu jari dan
dua jari lain. Bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran
besarnya, simetris tidanya nodul. Normalnya testis teraba lembut, peka
terhadap sinar dan sinyal seperti karet.
3. Auskultasi.
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada
daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”. “Bruit”
adalah bunyi yang dihasilkan oleh akrena turbelensi pada pembuluh darah
tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid
sebagai dampak peningkatan aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengindentifikasi perubahan pada
pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung
yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan,
perangsangan katekolamin dan perubahan metabolisme tubuh.
C. PENGKAJIAN DIAGNOSTIK SISTEM ENDOKRIN.
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KELENJAR HIPOFISE.
a. Foto Tengkorak ( Kranium ).
Dilakukan untuk melihat seila tursika, untuk mengetahui apakah
terjadi tumor atau atropi. Tidak dibutuhkan persiapaan fisik secara
khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur
sangatlah penting.
b. Foto Tulang ( Osteo ).
Untuk mengetahui kondisi tulang
- Pada gigankisme – pertambahan ukuran dan panjang tulang.
- Pada akromegali – pertambahan kesamping tulang-tulang perifer.
c. CT Scan Otak.
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise
atau hipotalamus memalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik
secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien diam bergerak
selama prosedur.
d. Pemeriksaan Darah dan Urine.
- Kader Growt hoemone (GH) : Nilai normal 10 pg/ml, meningkat
pada bulan-bulan pertama kelahiran, specimen darah vena 5 cc,
tanpa persiapan fisik khusus.
- Kadar Thyroid stimulatine hormone (TSH) : Nilai normal 6-10
pg/ml, untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer
atau sekunder, Spesimen darah vena 5 cc, tanpa persiapan khusus.
- Kadar adrenocotricotropine hormone (ACTH) : Pengukuran
dilakukan dengan tes supresi deksametason, Spesimen darah vena
± 5 cc dan urine 24 jam.
Persiapan :
1) Tidak ada pembatasan makanan dan minuman
2) Bila klien menggunakan obat-obatan kortisol atau
antagonisnya dihentikan dulu 24 jam sebelumnya.
3) Bila obat harus diberikan lampirkan jenis obat dan dosisnya
pada lembar pengiriman specimen.
4) Cegah stress fisik dan psikologis.
Pelaksanaan :
1) Klien diberikan deksametason 4x0.5 ml/hr selama 2 hari.
2) Besok paginya darah vena diambil ± 5 cc
3) Urine ditampung selama 24 jam
4) Spesimen dikirim ke laboratorium.
Hasil :
Normal bila :
1) Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari
5 mg/dl.
2) 17-hydroxy-cortico-streroid (17-OHCS) dalam urine kurang
dari 2,5 mg.
2. PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID.
a. Uptake Radioaktif ( Ray)
Tujuan : mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
yodiom / iodide.
Persiapan :
1) Klien puasa 6 – 8 jam
2) Jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan :
1) Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral.
2) Dengan alat pengukur (ditaruh diatas kelenjar tiroid) diukur
radioaktif yang bertahan.
3) Dapat pula diukur clearance yodium melalui ginjal dengan
mengumpulkan urine selam 24 jam dan diukur kadar radioaktif
yodium.
Hasil :
Banyak yodium yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam
presentase
1) Nilai Normal : 10 – 35%
2) Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme)
3) Meningkat : > 35% ( pada tirotoksis,pengobatan jangka panjang
hipertiroidisme).
b. T3 dan T4 Serum.
- Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada specimen darah vena
5 – 10 cc
- Nilai normal pada dewasa : yodium bebas 0,1 – 0,6 mg/dl T3 0,2 –
0,3 mg/dl T4 6 – 12 mg/dl
- Pada anak T3 180 – 240 mg/dl.
c. Uptake T3 Resin.
Tujuan : mengukur jumlah hormone tiroid (T3) atau thyrcid binding
globulin (TBG) tak jenuh. TBG meningkat pada hipertiroidisme,
menurun pada hipotiroidisme. Spesimen darah vena 5 cc.
Persiapan :
- Puasa 6 – 8 jam
Nilai normal :
- Dewasa : 25 – 35 % uptake oleh resin
- Anak : umurnya tidak ada.
d. Protein Boun Iondine (PBI).
Tujuan : Mengukur yodium yang terikat dengan protein plasma.
Nilai normal 4 – 8 mg% dalam 100 ml darah, Spesimen darah vena
5 – 10 cc, Klien dipuasakan 6 – 8 jam sebelum pemeriksaan.
e. Basal Metabolic Rate (BMR).
Tujuan : Pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan :
1) Klien puasa 12 jam
2) Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
3) Klien harus tidur sedikitnya 8 jam
4) Tidak mengkonsumsi analgetik dan sedative
5) Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.
6) Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan
dilakukan.
Penatalaksanaan :
Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator
Nilai normal :
- Pria 53 kalori perjam
- Wanita 60 kalori perjam.
Metide Harris Benedict untuk mengukur BMR
Pria : BMR = 66 + (13,7 x BB(kg)) + ( 5 x TB(cm)) + (6,8 x U(thn))
Wanita :BMR = 665+(9,6 x BB(kg)) + (1,8 x TB(cm)) + (4,7 x U(thn)

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJAR PARATIROID.


a. Percobaan Sulkowitch.
Dilakukan untuk memeriksakan perubahan jumlah kalsium dalam
urine menggunakan reagen sulkowitch.
Persiapan :
1) Urine 24 jam ditampung
2) Diet rendah kalsium 2 hari berturut – turut
Penatalaksanaan.
1) Masukkan urine 3 ml ke dalam tabung (2 tabung)
2) Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua
haanya sebagai control.
Pembacaan secara kuantitatif
- Negatif (-) jika tidak terjadi keruhan
- Positif (+) terjadi keruhan yang halus
- Positif (++) kekeruhan sedang
- Positif (+++) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik
- Positif (++++) kekeruhan hebat, terjadi seketika.
b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada dieresis fosfat yang dipengaruhi oleh
parathormon. Pada hipoparatiroid, dieresis fasfor mencapai 5 -6x nilai
normal, pada hiperparatiroid dieresis tidak banyak berubah.
Cara Pemeriksaannya;
1) Klien disuntikkan parathormon intravena
2) Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor dieresis berkurang.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSA KELENJAR PANKREAS
a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa).
Tujuan: untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam
Nilai normal :
1) Dewasa : 70 – 110 mg/dl
2) Anak-anak : 60 – 100 mg/dl
3) Bayi : 50 – 80 mg/dl
Persiapan :
1) Klien dipuasakan 8 – 10 jam sebelum pemeriksaan
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
Pelaksanaan :
1) Spesimen adalah darah vena ± 5 cc
2) Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan
3) Pengobatan insulin atau oral hipoglikemia sementara dihentikan
4) Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta
obat sesuai program.
b. Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik pada system endokrin mungkin dapat dilakukan
hanya sebagian dari keseluruhan pengkajian atau mungkin sebagian
sudah dapat diatasi sendiri oleh klien dengan pengetahuan dan
kecurigaan terhadap masalah fungsi endokrin.
Persiapan:
Satu-satunya organ endokrin yang dapat dipalpasi adalah kelenjar
tiroid. Bagaimanapun pengkajian lainnya dapat memperlihatkan
informasi mengenai masalah endokrin termasuk insfeksi pada kulit,
rambut dan kuku, raut muka, reflex dan system musculoskeletal.
Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti tanda-tanda
vital yang juga memeprlihatkan petunjuk terhadap ketidakmampuan
fungsi system endokrin.
Klien mungkin duduk setelah melakukan latihan. Refleks hammer
digunakan untuk tes reflex tendon bagian dalam. Utamakan latihan,
perawat mengumpulkan peralatan penting dan menjelaskan tehnik
kepada klien untuk mengurangi cemas. Penambahan tehnik untuk
mengkaji hipokalsemia, tetanus. Komplikasi terhadap kekacauan
endokrin termasuk urutan latihan.
Tehnik Pemeriksaan :
Kelaianan yang mungkin ditemukan di kulit
a) Kulit.
Inspeksi warna kulit
1) Hiperpigmentasi ditemukan pada klien Addison desease atau
cushing syndrome
2) Hipopigmentasi terlihat pada klien diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipotiroidisme.
Palpasi (tekstur, kelembaban, dan adanya lesi)
Kulit kasar, kering ditemukan pada klien dengan hipotiroidisme.
Dimana kelembutan dan bilasan kulit bias menjadi tanda pada
klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah
mengindikasikan Diabetus Melitus.
b) Kuku dan Rambut.
Peningkatan pigmentasi pada kuku diperlihatkan oleh klien
dengan penyakit Addison desease, kering, tebal dan rapuh terdapat
pada penyakit hipotiroidisme, rambut lembut hipertiroidisme,
Hirsutisme terdapat pada penyakit cushing syndrome.
c) Muka (inspeksi bentuk dan kesimetrisan wajah),inspeksi posisi
mata.
Variasi dan bentuk dan struktur muka mungkin dapat
diindikasikan dengan penyakit akromegali mata.
d) Kelenjar Tyroid.
Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran dan konsistensinya. Tidak
membesar pada klien dengan penyakit graves atau goiter. Minta
klien untuk miringkan kepala kekanan, minta klien untuk menelan,
Setelah klien menelan pindahkan pada sebelah kiri, selama palpasi
pada dada kiri bawah metabolic. Seperti yang ditujukkan hanya
pada nodul yang bisa diindikasi bisul, tumor malidna dan benigna.
e) Fungsi Motorik
1) Mengkaji tendon dalam-tendon reflex
2) Refleks tendon dalam disesuaikan dengan tahap
perkembangan biceps,brachioradialis, triceps, patellar,
Achilles. Peningkatan reflex dapat terlihat pada penyakit
hipertiroidisme, penurunan reflex dapat terlihat pada penyakit
hipotiroidisme.
f) Fungsi Sensorik.
1) Mengkaji fungsi sensorik
2) Tes sensitivitas klien terhadap nyeri, temperature, vibrasi,
sentuhan lembut Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan area
pada kedua sisi dan tubuh dan bandingkan bagian distal dan
proksimal dan ekstremitas, minta klien untuk menutup mata,
untuk mengetes nyeri gunakan jarum yang tajam dan tumpul.
3) Untuk tes temperature gunakan botol yang berisi air hangat
dan dingin.
4) Untuk mengetes rasa getar gunakan penala garpu tala.
5) Untuk mengetes stereognosis tempatkan objek (bola kapas,
pembalut karet) pada tangan klien, kemudian minta klien
mengidentifikasi okjek tersebut.
6) Neuropati peripheral dan parastesia dapat terjadi pada
diabetes, hipotiroidisme dan akromegali.
g) Struktur Muskuloskeletal Inspeksi ukuran dan proporsional
struktur tubuh klien orang jangkung, yang disebabkan karena
insufisiensi growt hormone, Tulang yang sangat besar bias
merupakan indikasi akromegali.
c. Pengkajian Tanda Trousseaus dan Tanda Chvoteks.
1) Peningkatan kadar kalsium, tangan dan jari-jari klien kontraksi
(spasme karpal)
d. Pengkajian Untuk Lanjut Usia.
Efek dan usia pada system endokrin sedikit lebih sulit untuk
mendeteksi dengan organ tubuh lain walaupun demikian gangguan
endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produkdi
hormone meningkat disbanding dengan menopause. Dari pria dan
wanita output anterior pituitary mengalami penurunan. Umur relative
terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin
adalah sebagai berikut :
1) Kelenjar tiroid mengalami derajat yang sama dengan atrofi,
fibrosis and nodularity.
2) Hormon tyroid mengalami level penurunan dan
hipoparatiroidisme biasanya sering pada orang dewasa.
3) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi
makin buruk, fibrotic.
4) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan
ukuran dan menjadi mati/fibrotic.
5) Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan yang tidak,
dapat menjadi bingung dengan penemuan abnormal pada endokrin
adalah sebagai berikut :
 Pikun, beberapa kecil coklat, flat mucula dapat dilihat pada
lengan dan dorsal pada tangan.
 Seboroik, keratosis, penebalan pada area pigmentasi, dapat
dilihat pada wajah dan tangan.
 Pertumbuhan rambut yang lambat.
 Kuku semakin tebal, brittle dan kuning
 Kulit wajah menjadi longgar dan tulang menjadi lebih
menonjol, penurunan terhadap sensasi perabaan.
 Penurunan reflex tendon
 Penurunan tinggi badan.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA KELENJAR ADRENAL.
a) Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
- Pria Dewasa : 45 – 54 %
- Wanita Dewasa : 37 - 47 %
- Anak-anak : 30 – 40 %
- Neonatal : 44 – 62 %.
Tidak ada persiapan secara khusus, specimen darah dapat
diperoleh dari perifer seperti ujung jari atau melalui fungsi
intravena, Bubuhi antikoagulan kedalam darah untuk mencegah
pembekuan.
b) Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, Cl) dengan nilai normal :
Natrium : 310 – 335 mg ( 13,6 – 14 meq / liter )
Kalium : 14 – 20 mg% (3,5 – 5.0 meq / liter)
Chlorida : 350 – 375 mg% ( 100-106 meq / liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia.
Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.
c) Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine, dibutuhkan urine
24 jam dengan nilai normal 1 – 5 mg, tidak ada persiapan khusus.
SYSTEM ENDOKRIN PADA MANUSIA

CARA PALPASI THYROID


CARA INSPEKSI THYROID

HIPO/HIPERFUNCTION THYROID
HYPOACTIVITY PARATHYROID
OVERACTIVITY OF ADRENAL CORTEX

CUSHING SYNDROME
ADDISON’S DISEASE
OVERACTIVITY OF GH

UNDERACTIVITY OF GH
CT Scan Uptake
Foto Otak Radioaktif T3 & T4
Foto (RAI) Serum
Tulang
Tengkora Darah &
k
Riwayat Kes & Kelenjar Urine Uptake T3
Kelenjar
Kep Klien Riwayat Hipofise
Tiroid Resin
Riwayat
Kes.Keluarga
Deit Protein
Bound
Data Iodine
Demografi (PBI)
Status PENGKAJIAN Basal
Sosial UMUM Metabolis
Ekonom PENGKAJIAN Rate
i PENGKAJIAN GANGGUAN DIAGNOTIK SISTEM (BMR)
SISTEM ENDOKRIN ENDOKRIN Percobaan
Masalah Sulkowitch
Pengkajian
Kes.Sekarang
Psikososial Kelenjar
Kelenjar
Adrenal Ellwort-
Paratiroid
Howard
Kelenjar
PEMERIKSAAN Percobaan
Pankreas
FISIK
Kalsium
Elektromiog
Intravena
ram (EMG)
Gula
Darah
Inspeksi Palpasi Auskultasi
Puasa Setelah
Puasa
MAKALAH
PENGKAJIAN UMUM GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Suhardi 6. Noor Asiah


2. H. Syahrial Hidayat 7. Mariati
3. Rusli 8. Nurmaya Sari
4. Reja Ahyar Pahlevi 9. Pur Handayani
5. Rika Arianti 10. Yayuk Etik
Sulistyowati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai