Anda di halaman 1dari 31

ACARA : ANALISIS MORFOLOFI BUTIR PASIR

I. Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan identifikasi aspek-
aspek morfologi butiran pasir yang meliputi bentuk (form), derajat kebolaan
(spherecity) dan derajat kebundaran (roundness).
Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
proses- proses geologi yang berperanan terhadap mekanisme transportasi dan
deposisi sedimen tersebut berdasarkan morfologi butir pasir.

II. Dasar Teori


Bentuk Butir
Bentuk butir (form atau shape) merupakan keseluruhan kenampakan
partikel secara tiga dimensi yang berkaitan dengan perbandingan antara ukuran
panjang sumbu panjang, menengah dan pendeknya. Ada berbagai cara untuk
mendefinisikan bentuk butir. Cara yang paling sederhana dikenalkan oleh Zingg
(1935) dengan cara menggunakan perbandingan b/a dan c/b untuk mengelaskan
butir dalam empat bentuk yaitu oblate, prolate, bladed clan equant. Dalam hal
ini, a : panjang (sumbu terpanjang), b : lebar (sumbu menengah) dan c :
tebal/tinggi (sumbu terpendek). Sejauh ini penamaan butir dalam bahasa
Indonesia belum dibakukan sehingga seringkali penggunaan istilah asal tersebut
masih dikekalkan. Pengkelasan bentuk butir ini biasanya diperuntukkan pada
butiran yang berukuran kerakal sampai berangkal (pebble) karena kisaran
ukuran tersebut memungkinkan untuk dilakukan pengukuran secara tiga
dimensi karena keterbatasan alat dan cara yang harus dilakukan, terutama pada
bongkah dengan diameter yang mencapai puluhan sampai ratusan centimeter.
Pada butir pasir yang bisa diamati secara tiga dimensi, pendekatan secara
kualitatif (misalnya dengan metode visual comparison) bisa juga dilakukan untuk
mendefinisikan bentuk butir meskipun tingkat akurasinya rendah.

1
Gambar Klasifikasi butiran berdasarkan perbandingan antar sumbu (Zingg, 1935,
diambil dari Pettijohn, 1975 dengan modifikasi)

Tabel Klasifikasi bentuk butir menurut Zingg (1935)


No. Kelas b/a c/b Kelas
I >2/3 < 2/3 Oblate (discoidal)
II > 2/3 > 2/3 Equant (Equiaxial/spherical)
III < 2/3 < 2/3 Bladed (Triaxial)
IV < 2/3 > 2/3 Prolate (Rod-shaped)

Sphericity
Sphericity (ψ) didefinisikan secara sederhana sebagai ukuran
bagaimana suatu butiran mendekati bentuk bola. Dengan demikian,
semakin butiran berbentuk menyerupai bola maka mempunyai nilai
sphericity yang semakin tinggi. Wadell (1932) mendefinisikan sphericity yang
sebenarnya (true sphericity) sebagai luas permukaan butir dibagi dengan luas
permukaan sebuah bola yang keduanya mempunyai volume sama. Namun
demikian, Lewis & McConchie (1994) mengatakan bahwa rumusan ini sangat
sulit untuk dipraktekkan. sebagai pendekatan, perbandingan luas permukaan
tersebut dianggap sebanding dengan perbandingan volume, sehingga rumus
sphericity menurut Wadell (1932) adalah

2
Dimana Vp: volume butiran yang diukur dan Vcs: volume terkecil suatu
bola yang melingkupi partikel tersebut (circumscribing sphere).
Krumbein (1941) kemudian menyempurnakan persamaan tersebut dengan
memberikan nilai volume bola dengan π/6D3, dimana D adalah diameter bola.
Dengan menggunakan asumsi bahwa butiran secara tiga dimensi dapat diukur
panjang sumbu-sumbunya, maka diameter butiran dijabarkan dalam bentuk DL,
DI, dan DS, dimana L, I, S menunjukkan sumbu panjang, menengah, dan pendek.
Setelah memasukkan niali pada perhitungan Wadell, maka sphericity dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Rumus yang diajukan Krumbein (1941) ini disebut dengan intercept


sphericity (ψ1) yang dapat dihitung dengan mengukur sumbu-sumbu panjang,
menengah dan pendek suatu partikel dan memasukkan pada rumus tersebut. Sneed
& Folk (1958) menganggap bahwa intercept sphericity tidak dapat secara tepat
menggambarkan perilaku butiran ketika diendapkan. Butiran yang dapat
diproyeksikan secara maksimum mestinya diendapkan lebih cepat, misalnya
bentuk prolate seharusnya lebih cepat mengendap dibandingkan oblate, tetapi
dengan rumus W, justru didapatkan nilai yang terbalik. Untuk itu mereka
mengusulkan rumusan tersendiri pada sphericity yang dikenal dengan maximum
projection sphericity (Vp) atau sphericity proyeksi maksimum. Secara matematis
Wp dirumuskan sebagai perbandingan antara area proyeksi maksimum bola
dengan proyeksi maksimum partikel yang mempunyai volume sama, atau secara
ringkas dapat ditulis dengan:

Dalam hal ini L, I dan S adalah sumbu-sumbu panjang, menengah clan


pendek sebagaimana dalam rumus Krumbein (1941). Menurut Boggs (1987), pada
prinsipnya rumus yang diajukan oleh Sneed & Folk (1958) ini tidak lebih valid
3
dibandingkan dengan intercept sphericity, terutama kalau diaplikasikan pada
sedimen yang diendapkan oleh aliran gravitasi dan es.
Dengan tanpa mempertimbangkan bagaimana sphericity dihitung, Boggs
(1987) menyatakan bahwa hasil perhitungan sphericity yang sama terkadang dapat
diperoleh pada semua bentuk butir. Partikel dengan bentuk yang berbeda bisa
mempunyai nilai sphericity yang sama. Untuk mendefinisikan sphericity dari
hitungan matematis, Folk (1968) mengelaskan sphericity dalam 7 kelas
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel.
Bentuk butir ukuran pasir atau yang lebih besar dipengaruhi oleh bentuk
asalnya dari batuan sumber, namun demikian butiran dengan ukuran ini akan lebih
banyak mengalami perubahan bentuk karena abrasi dan pemecahan selama
transportasi dibandingkan dengan butiran yang berukuran pasir. Untuk butiran
sedimen yang berukuran pasir atau lebih kecil, bentuk butir juga lebih banyak
dipengaruhi oleh bentuk asal mineralnya. Pada prakteknya, analisis bentuk butir
pada sedimen yang berukuran pasir biasanya dilakukan pada mineral kuarsa. Hal
ini disebabkan sifat mineral kuarsa yang keras, tahan terhadap pelapukan, clan
jumlahnya yang melimpah pada batuan sedimen. Namun demikian, untuk
membuat perbandingan bentuk butiran setelah mengalami transportasi,
pengamatan bentuk butir pada mineral lain maupun fragmen batuan (Litik) boleh
juga dilakukan.
Tabel Klasifikasi sphericity menurut Folk (1968)
Hitungan Matematis Kelas
<0.75 Very Elongate
0.60-0.63 Elongate
0.63-0.66 Subelongate
0.66-0.69 Intermediete Shape
0.69-0.72 Subequent
0.72-0.75 Equent
>0.75 Very Equent

Bentuk butir akan berpengaruh pada kecepatan pengendapan (settling


velocity). Secara umum batuan yang bentuknya tidak spheris (tidak menyerupai
bola) mempunyai kecepatan pengendapan yang lebih rendah. Dengan demikian
bentuk butir akan mempengaruhi tingkat transportasinya pada sistem suspensi
4
(Boggs, 1987). Butiran yang tidak spheris cenderung tertahan iebih lama pada
media suspensi dibandingkan yang spheris. Bentuk juga berpengaruh pada
transportasi sedimen secara bedload (traksi). Secara umum butiran yang spheris
clan prolate lebih mudah tertransport dibandingkan bentuk blade clan disc
(oblate). Lebih jauh analisis sedimen berdasarkan butiran saja sulit untuk
dilakukan. Sebagai contoh, Boggs (1987) menyatakan bahwa dari pengamatan
bentuk butir saja tidak aapat digunakan untuk menafsirkan suatu lingkungan
pengendapan.

Roundness
Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan ketajaman
pinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara matematis, Wadell (1932)
mendefinisikan roundness Sebagai rata-rata aritmetik roundness masing-masing
sudut butiran pada bidang pengukuran. Roundness masing-masing sudut diukur
dengan membandingkan jari-jari iengkungan sudut tersebut dengan jari-jari
lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan pada butiran tersebut.

Gambar Ilustrasi pengukuran jari-jari lingkaran maksimum pada butiran


(Boggs, 1987 dengan modifikasi)

Menurut Folk (1968) pengukuran sudut-sudut tersebut hampir tidak


mungkin bisa dipraktekkan, sedangkan Boggs (1987) menegaskan banwa cara
tersebut memerlukan waktu yang banyak untuk kerja di laboratorium dengan
harus dibantu slat circular protractor atau electronic particle-size analyzer. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka penentuan roundness butiran adalah dengan
membandingkan kenampakan (visual comparison) antara kerakal atau butir pasir

5
dengan tabel visual secara sketsa (Krumbein, 1941) dan/atau tabel visual foto
(Powers, 1953).

Gambar Tabel visual roundness secara sketsa. (Krumbein, 1941 dengan modifikasi)

Gambar Tabel visual foto roundness butiran. (Power, 1953)

6
Tabel Hubungan antara roundness Wadell (1932) dan kolerasinya pada visual
roundness Power (1953).
Interval kelas Visual kelas
(Wadell, 1932) (Power, 1953)
0.12 – 0.17 Very angular
0.17 – 0.25 Angular
0.25 – 0.35 Subangular
0.35 – 0.49 Subrounded
0.49 – 0.70 Rounded
0.70 – 1.00 Well rounded

Roundness butiran pada endapan sedimen ditentukan oleh komposisi


butiran, ukuran butir, proses transportasi clan jarak transportnya (Boggs, 1987).
Butiran dengan sifat fisik keras clan resisten seperti kuarsa clan zircon lebih sulit
membulat selama proses transport dibandingkan butiran yang kurang keras seperti
feldspar dar piroksen. Butiran dengan ukuran kerikil sampai berangkal biasanya
lebih mudah membulat dibandingkan butiran pasir. Sementara itu mineral yang
resisten dengan ukuran butir lebih kecil 0.05-0.1 mm tidak menunjukkan
perubahan roundness oleh semua jenis transport sedimen (Boggs, 1987).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diperhatikan untuk melakukan pengamatan
roundness pada batuan atau mineral yang sama clan kisaran butir yang sama
besar.

III. Alat dan Bahan


1. Sampel mineral berat dan ringan yang telah dipisahkan
2. Kamera
3. Jarum pentul
4. Plastik sampel kecil
5. Kertas HVS
6. Pensil
7. Penggaris
8. Penghapus
9. Kalkulator

7
IV. Langkah Kerja

Untuk tiap-tiap sampel, ambil butiran kuarsa, feldspar, litik dan


mineral berat masing-masing sebanyak 25 butir

Amati aspek bentuk, roundness, dan spherecity dari tiap mineral


dengan menggunakan mikroskop

Menentukan bentuk butir pasir dengan membandingkan visual


kelas bentuk butir menurut T. Zingg (1935)

Menentukan sphericity butir pasir dengan membandingkan dengan


visual pembanding Rittenhouse (1943)

Menentukan roundness dengan membandingkan secara visual


dengan klasifikasi visual Powers (1953)

Catat hasil pengamatan pada tabel yang dibutuhkan kemudian


masukkan butiran-butiran pasir pada plastik sample.

Ulangi langkag-langkah diatas pada dua LP lainnya

Analisa data dari hasil pencatatan pada tabel.

8
V. Analisis Data
Analisis Bentuk Butir
LP 1
Bentuk Mineral
Kuarsa Feldspar Lithik Piroksen
f fk f fk f fk f fk
Oblate 10 10 11 11 11 11 13 13
Prolate 6 16 3 14 3 14 4 17
Bladed 6 22 6 20 4 18 2 19
Equant 3 25 5 25 7 25 6 25
Jumlah 25 25 25 25

Kurva Frekuensi Komulatif Bentuk Butir LP 1


30

25

20
Kuarsa
Frekuensi

15 Feldspar
Lithic
10 Mineral Berat

0
Oblate Equant Bladed Prolate

9
LP 2

Mineral
Bentuk Kuarsa Feldspar Lithik Piroksen
f fk f fk f fk f fk
Oblate 11 11 11 11 13 13 12 12
Prolate 4 15 4 15 3 16 7 19
Bladed 5 20 4 19 5 21 4 23
Equant 5 25 6 25 4 25 2 25
Jumlah 25 25 25 25

Kurva Frekuensi Komulatif Bentuk Butir LP 2


30

25

20
Kuarsa
Frekuensi

15 Feldspar
Lithic
10 Mineral Berat

0
Oblate Prolate Bladed Equant

10
LP 3

Bentuk Mineral
Kuarsa Feldspar Lithik Piroksen
f fk f fk f fk f fk
Oblate 9 9 10 10 9 9 11 11
Prolate 3 12 5 15 8 17 7 18
Bladed 6 18 3 18 2 19 3 21
Equant 7 25 7 25 6 25 4 25
Jumlah 25 25 25 25

Kurva Frekuensi Komulatif Bentuk Butir LP 3


30

25

20
Kuarsa

15 Feldspar
Lithik
10 Mineral Berat

0
Oblate Prolate Bladed Equant

11
Analisis Sphericity
LP 1
Kuarsa Feldspar Lithic Mineral Berat
Sphericity a 2 *
f f fk af f f2 fk a*f f 2
f fk af*
f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 0,51 1 1 1 0,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,53 2 4 3 1,06 0 0 0 0 2 4 2 1,06 1 1 1 0,53
0,55 2 4 5 1,1 2 4 2 1,1 2 4 4 1,1 0 0 1 0
0,57 0 0 5 0 3 9 5 1,71 1 1 5 0,57 0 0 1 0
0,59 5 25 10 2,95 1 1 6 0,59 0 0 5 0 2 4 3 1,18
Elongate 0,61 0 0 10 0 0 0 6 0 2 4 7 1,22 0 0 3 0
0,63 2 4 12 1,26 2 4 8 1,26 1 1 8 0,63 0 0 3 0
Subelongate
0,65 0 0 12 0 4 16 12 2,6 0 0 8 0 1 1 4 0,65
Intermediate 0,67 2 4 14 1,34 1 1 13 0,67 3 9 11 2,01 3 9 7 2,01
Shape 0,69 1 1 15 0,69 0 0 13 0 0 0 11 0 0 0 7 0
Subequant 0,71 0 0 15 0 0 0 13 0 2 4 13 1,42 0 0 7 0
0,73 0 0 15 0 0 0 13 0 0 0 13 0 0 0 7 0
Equant
0,75 1 1 16 0,75 2 4 15 1,5 2 4 15 1,5 4 16 11 3
0,77 1 1 17 0,77 2 4 17 1,54 0 0 15 0 3 9 14 2,31
0,79 1 1 18 0,79 2 4 19 1,58 1 1 16 0,79 2 4 16 1,58
0,81 0 0 18 0 2 4 21 1,62 3 9 19 2,43 3 9 19 2,43
0,83 0 0 18 0 0 0 21 0 1 1 20 0,83 0 0 19 0
0,85 3 9 21 2,55 0 0 21 0 1 1 21 0,85 2 4 21 1,7
Very Equant 0,87 2 4 23 1,74 0 0 21 0 0 0 21 0 1 1 22 0,87
0,89 1 1 24 0,89 1 1 22 0,89 1 1 22 0,89 1 1 23 0,89
0,91 1 1 25 0,91 1 1 23 0,91 2 4 24 1,82 2 4 25 1,82
0,93 0 0 25 0 1 1 24 0,93 1 1 25 0,93 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 24 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 1 1 25 0,97 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 61 372 17,3 25 55 344 17,9 25 49 335 18,1 25 63 289 19
Mean 0,6924 0,7148 0,722 0,7588
Ralat 0,05 0,04 0,04 0,05

Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP1


30
25
Kuarsa
20
15 Feldspar
10 Litik
5
Piroksen
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

12
LP 2
Kuarsa Feldspar Lithic Mineral Berat
Sphericity a 2 * 2 * 2 *
f f fk af f f fk af f f fk af f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 2 0,98
Very 0,51 2 4 2 1,02 0 0 0 0 1 1 1 0,51 2 4 4 1,02
Elongate 0,53 1 1 3 0,53 0 0 0 0 0 0 1 0 2 4 6 1,06
0,55 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 0
0,57 0 0 3 0 1 1 1 0,57 1 1 2 0,57 0 0 6 0
0,59 1 1 4 0,59 1 1 2 0,59 1 1 3 0,59 3 9 9 1,77
Elongate 0,61 0 0 4 0 1 1 3 0,61 0 0 3 0 0 0 9 0
0,63 1 1 5 0,63 0 0 3 0 1 1 4 0,63 2 4 11 1,26
Subelongate
0,65 3 9 8 1,95 2 4 5 1,3 1 1 5 0,65 0 0 11 0
Intermediate 0,67 4 16 12 2,68 4 16 9 2,68 3 9 8 2,01 0 0 11 0
Shape 0,69 1 1 13 0,69 1 1 10 0,69 2 4 10 1,38 0 0 11 0
Subequant 0,71 1 1 14 0,71 3 9 13 2,13 0 0 10 0 2 4 13 1,42
0,73 0 0 14 0 2 4 15 1,46 2 4 12 1,46 0 0 13 0
Equant
0,75 2 4 16 1,5 3 9 18 2,25 1 1 13 0,75 0 0 13 0
0,77 3 9 19 2,31 1 1 19 0,77 4 16 17 3,08 4 16 17 3,08
0,79 2 4 21 1,58 2 4 21 1,58 3 9 20 2,37 3 9 20 2,37
0,81 1 1 22 0,81 1 1 22 0,81 0 0 20 0 0 0 20 0
0,83 0 0 22 0 0 0 22 0 1 1 21 0,83 0 0 20 0
0,85 0 0 22 0 0 0 22 0 2 4 23 1,7 0 0 20 0
Very
0,87 0 0 22 0 1 1 23 0,87 2 4 25 1,74 3 9 23 2,61
Equant
0,89 2 4 24 1,78 2 4 25 1,78 0 0 25 0 2 4 25 1,78
0,91 0 0 24 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,93 1 1 25 0,93 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 57 352 17,71 25 57 333 18,09 25 57 324 18,27 25 67 370 17,35
Mean 0,7084 0,7236 0,7308 0,694
Ralat 0,047140452 0,047140452 0,047140452 0,054006172

Curva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP2


30
25
20 Kuarsa

15 Feldspar
10 Litik
5 Piroksen
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

13
LP 3

Kuarsa Feldspar Lithic Mineral Berat


Sphericity a 2 * 2 * 2 *
f f fk af f f fk af f f fk af f f2 fk a*f
0,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Very 0,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Elongate 0,53 1 1 1 0,53 0 0 0 0 3 9 3 1,59 2 4 2 1,06
0,55 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 2 0
0,57 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 2 0
0,59 0 0 1 0 2 4 2 1,18 1 1 4 0,59 1 1 3 0,59
Elongate 0,61 0 0 1 0 0 0 2 0 2 4 6 1,22 0 0 3 0
0,63 2 4 3 1,26 0 0 2 0 0 0 6 0 0 0 3 0
Subelongate
0,65 0 0 3 0 2 4 4 1,3 0 0 6 0 0 0 3 0
Intermediate 0,67 2 4 5 1,34 2 4 6 1,34 3 9 9 2,01 4 16 7 2,68
Shape 0,69 0 0 5 0 1 1 7 0,69 2 4 11 1,38 0 0 7 0
Subequant 0,71 1 1 6 0,71 1 1 8 0,71 1 1 12 0,71 0 0 7 0
0,73 2 4 8 1,46 0 0 8 0 0 0 12 0 2 4 9 1,46
Equant
0,75 0 0 8 0 1 1 9 0,75 0 0 12 0 0 0 9 0
0,77 4 16 12 3,08 1 1 10 0,77 2 4 14 1,54 6 36 15 4,62
0,79 0 0 12 0 3 9 13 2,37 1 1 15 0,79 0 0 15 0
0,81 0 0 12 0 0 0 13 0 0 0 15 0 0 0 15 0
0,83 5 25 17 4,15 3 9 16 2,49 2 4 17 1,66 5 25 20 4,15
0,85 1 1 18 0,85 4 16 20 3,4 0 0 17 0 0 0 20 0
Very
0,87 2 4 20 1,74 1 1 21 0,87 3 9 20 2,61 1 1 21 0,87
Equant
0,89 2 4 22 1,78 0 0 21 0 3 9 23 2,67 2 4 23 1,78
0,91 3 9 25 2,73 2 4 23 1,82 0 0 23 0 2 4 25 1,82
0,93 0 0 25 0 2 4 25 1,86 2 4 25 1,86 0 0 25 0
0,95 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
0,97 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0 0 0 25 0
Jumlah 25 73 256 19,63 25 59 260 19,55 25 59 306 18,63 25 95 286 19,03
Mean 0,7852 0,782 0,7452 0,7612
Ralat 0,057735027 0,048591266 0,048591266 0,069721669

Kurva Frekuensi Kumulatif Sphericity LP3


30
25
20 Kuarsa

15 Feldspar

10 Litik

5 Piroksen

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

14
Analisis Roundness
LP 1
Mineral Berat
Roundness Kuarsa Feldspar Litik
Column1
a f f2 fk a *f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 6 36 6 0,9 6 36 6 0,9 4 16 4 0,6 1 1 1 0,9
Angular 0,2 3 9 9 0,6 5 25 11 1 5 25 9 1 5 25 6 1
Subangular 0,3 7 49 16 2,1 6 36 17 1,8 7 49 16 2,1 6 36 12 2,1
Subrounded 0,4 5 25 21 2 5 25 22 2 8 64 24 3,2 10 100 22 2
Rounded 0,6 3 9 24 1,8 2 4 24 1,2 1 1 25 0,6 3 9 25 1,8
Very
0,85 1 1 25 0,85 1 1 25 0,85 0 0 25 0 0 0,85
Rounded
Jumlah 25 129 101 8,25 25 127 105 7,75 25 155 103 7,5 25 171 66 8,65
Mean 0,33 0,31 0,3 0,346
Ralat 0,08 0,08 0,095 0,1

Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP1


30

25

20 Kuarsa

15 Feldspar
Litik
10
Mineral Berat
5

0
1 2 3 4 5 6

15
LP 2
Mineral Berat
Roundness Kuarsa Feldspar Litik
a f f2 fk a *f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 6 36 6 0,9 3 9 3 4,5 4 16 4 0,6 2 4 2 0,3
Angular 0,2 3 9 9 0,6 3 9 6 0,6 5 25 9 1 6 12 8 1,2
Subangular 0,3 4 16 13 1,2 2 4 8 1,2 3 9 12 0,9 6 12 14 1,8
Subrounded 0,4 6 25 19 2,4 7 49 15 2,4 6 36 18 2,4 7 49 21 2,8
Rounded 0,6 5 9 24 3 5 25 20 3 3 9 21 1,8 3 9 24 1,8
Very
Rounded 0,85 1 1 25 0,85 5 25 25 0,85 4 16 25 3,4 1 1 25 0,85
Jumlah 25 96 96 8,95 25 121 77 12,55 25 111 89 10,1 25 87 94 8,75
Mean 0,358 0,502 0,404 0,35
Ralat 0,07 0,08 0,0773 0,0656

Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP2


30

25

20
Kuarsa

15 Feldspar
Litik
10
Mineral Berat
5

0
1 2 3 4 5 6

16
LP 3

Mineral Berat
Roundness Kuarsa Feldspar Litik
a f f2 fk a *f f f2 fk a*f f f2 fk a*f f f2 fk a*f
Very Angular 0,15 2 4 2 0,3 2 4 2 0,3 2 4 2 0,3 2 4 2 0,3
Angular 0,2 2 4 4 0,4 2 4 4 0,4 3 9 5 0,6 3 9 5 0,6
Subangular 0,3 3 9 7 0,9 3 9 7 0,9 1 1 6 0,3 2 4 7 0,6
Subrounded 0,4 7 49 14 2,8 6 36 13 2,4 6 36 12 2,4 6 36 13 2,4
Rounded 0,6 5 25 19 3 5 25 18 3 4 16 16 2,4 7 49 20 4,2
Very
Rounded 0,85 6 36 25 5,1 7 48 25 5,95 9 81 25 7,65 5 25 25 4,25
Jumlah 25 127 71 12,5 25 127 69 12,95 25 147 66 13,65 25 127 72 12,35
Mean 0,5 0,502 0,546 0,494
Ralat 0,084 0,087 0,09 0,08

Kurva Frekuensi Kumulatif Roundness LP3


30

25

20
Kuarsa

15 Feldspar
Litik
10
Mineral Berat

0
1 2 3 4 5 6

17
VI. Perhitungan Mean dan Ralat
Perhitungan mean roundness dan sphericity
1. Sphericity
LP 1
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 17,31
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,6924
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 17,87
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7148
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 18,05
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,722
𝑁 25

LP 2
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 17,71
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7084
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 18,09
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7236
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 18,27
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7308
𝑁 25

LP 3
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 19,63
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7852
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 19,55
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,782
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 18,63
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,7452
𝑁 25

18
2. Roundness
LP 1
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 8,25
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,33
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 7,75
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,31
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 7,5
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,3
𝑁 25

LP 2
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 8,95
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,358
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 12,55
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,502
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 10,1
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,404
𝑁 25

LP 3
-Kuarsa
∑(𝑎 . 𝑓) 12,5
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,5
𝑁 25
-Feldspar
∑(𝑎 . 𝑓) 12,95
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,502
𝑁 25
-Litik
∑(𝑎 . 𝑓) 13,65
𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 0,546
𝑁 25

19
Perhitungan ralat roundness dan sphericity
1. Sphericity
LP 1
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .61 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,05
𝑁−1 25 − 1
-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .55 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,045
𝑁−1 25 − 1
-Litik

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .49 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,040
𝑁−1 25 − 1

LP 2
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .57 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,047
𝑁−1 25 − 1

-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .57 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,047
𝑁−1 25 − 1

-Litik

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .57 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,047
𝑁−1 25 − 1

LP 3
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .73 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,05
𝑁−1 25 − 1
20
-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .59 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,04
𝑁−1 25 − 1

-Litik

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .59 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,04
𝑁−1 25 − 1

2. Roundness
LP 1
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .129 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08
𝑁−1 25 − 1
-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .127 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08
𝑁−1 25 − 1
-Litik

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .155 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,0,095
𝑁−1 25 − 1

LP 2
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .96 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,07
𝑁−1 25 − 1
-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .121 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,08
𝑁−1 25 − 1
-Litik

21
2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .111 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,0773
𝑁−1 25 − 1

LP 3
-Kuarsa

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .127 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,084
𝑁−1 25 − 1
-Feldspar

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .127 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,087
𝑁−1 25 − 1
-Litik

2
1/𝑁√𝑁 . ∑ 𝑓 − (∑ 𝑓)2 1/25√25 .147 − 625
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = = = 0,09
𝑁−1 25 − 1

22
VII. Pembahasan dan Interpretasi
A. Pembahasan
Lokasi pengamatan STA 5 berada di Sungai Progo, termasuk dalam
Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY. Terdapat 3 analisa yang dilakukan
terhadap sampel kerakal, meliputi bentuk butir, sphericity, dan roundness.
- Analisa Bentuk Butir
Tabel Frekuensi Bentuk Butir 3 LP
LP 1 LP 2 LP 3
Bentuk Butir
K F L MB K F L MB K F L MB
Oblate 10 11 11 13 11 11 13 12 9 10 9 11
Equant 6 3 3 4 4 4 3 7 3 3 8 7
Bladed 6 6 4 2 5 4 5 4 6 5 2 3
Prolate 3 5 7 6 5 6 4 2 7 7 6 4
TOTAL 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Histogram Frekuensi Bentuk Butir


50
45
40
35 Oblate
Frekuensi

30
Equant
25
Dapat dilihat berdasarkan hasil data penentuan bentuk butir didominasi
20 Bladed
olehOblate.
15 Prolate
10
5
0
LP 1 LP 2 LP 3

Dari hasil perhitungan matematis melalui pendekatan yang


dikemukakan oleh Zing, diperoleh bentuk butir yang sangat bervariasi, yakni
mulai dari oblate hingga prolate. Pendekatan yang dikembangkan oleh Zing
ini dengan cara membandingkan panjang sumbu b/a dan panjang sumbu c/b
dimana sumbu a adalah sumbu terpanjang sedangkan b dan c berturut-
turut adalah sumbu menengah dan sumbu terpendek.
Dari hasil perhitungan penentuan bentuk butir, 25 buah pasir
yang diteliti memiliki beragam bentuk, dan dapat ditentukan bentuk butir
didominasi oleh oblate.
23
- Analisa Sphericity
Tabel Frekuensi Sphericity 3 LP
LP 1 LP 2 LP 3
Sphericity K F L MB K F L MB K F L MB
Very elongate 5 6 5 3 4 2 3 9 1 2 4 3
Elongate 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0
Subelongate 2 6 1 1 4 2 2 2 2 2 0 8
Intermediate shape 3 1 3 3 5 5 5 0 2 3 5 4
Subequant 0 0 2 0 1 3 0 2 1 1 1 0
Equant 1 2 2 4 2 5 3 0 2 1 0 4
Very equant 9 10 10 14 9 7 12 12 17 16 13 16
TOTAL 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Histogram Frekuensi Sphericity


60

50
Very Elongate

40 Elongate
Frekuensi

Subelongate
30 Intermediet
Subequent
20
Equant
10 Very equant

0
LP 1 LP 2 LP 3

Derajat kebolaan atau yang sering disebut sphericity juga mempunyai nilai
yang sangat bervariasi. Perhitungan derajat kebolaan butir pasir dilakukan dengan cara
membandingkan dengan tabel visual Rittenhuse (1943). Dari data yang dianalisis, maka
sphericity yang paling banyak adalah very equent.

24
- Analisa Roundness
Roundness dapat langsung didapatkan dengan menggunakan kalsifikasi
Wadell (1932) dan Powers (1953), dibandingkan kenampakannya dengan
visualisasi nilai kelas dari rumus Wadell, diperoleh data:
LP 1 LP 2 LP 3
Roundness K F L MB K F L MB K F L MB
Very Angular 6 6 4 1 6 3 4 2 2 2 2 2
Angular 3 5 5 5 3 3 5 6 2 2 3 3
Subangular 7 6 7 6 4 2 3 6 3 3 1 2
Subrounded 5 5 8 10 6 7 6 7 7 6 6 6
Rounded 3 2 1 3 5 5 3 3 5 5 4 7
Very Rounded 1 1 0 0 1 5 4 1 6 7 9 5
TOTAL 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25

Histogram Frekuensi Roundness 3 LP


30

25
Very angular
20 Angular
Frekuensi

Subangular
15
Subrounded
10 Rounded
Very rounded
5

0
LP 1 LP 2 LP 3

Roundness pada STA 5 mempunyai nilai yang sangat bervariasi. Namun dari data
yang dianalisis, dapat diinterpretasikan bahwa nilai roundness yang mendominasi adalah
kisaran subrounded.

25
Tabel Foto Butiran Mineral
Mineral Foto
Kuarsa
Equant

Oblate

Rounded

Lithic Fragmen

Rounded

Oblate

Equant

Feldspar Sub equent

Sub rounded

Oblate

Mineral Berat
(Piroksen) Sub angular

Very equant

Oblate

26
B. Interpretasi
TABEL REKAPITULASI STA 5
1. BENTUK BUTIR
Kuarsa Feldspar Lithic Mineral berat
LP 1 Oblate Oblate Oblate Oblate
LP 2 Oblate Oblate Oblate Oblate
LP 3 Oblate Oblate Oblate Oblate

2. SPERICITY
Kuarsa Feldspar Lithic Mineral berat
LP 1 Intermediate Subequent Subequent Very equent
shape
LP 2 Subequent Subequent Equent Intermediate
shape
LP 3 Very equent Very equent Equent Very equent

3. ROUNDNESS
Kuarsa Feldspar Lithic Mineral berat
LP 1 Sub angular Sub angular Sub angular Sub angular
LP 2 Sub rounded Sub rounded Sub rounded Sub angular
LP 3 Rounded Rounded Rounded Rounded

Berdasarkan pembahasan hasil data, maka dapat diinterpretasikan berdasarkan


poin-poin sebagai berikut :
Proses Transportasi
Proses transportasi dapat diinterpretasikan dari tiga parameter yaitu, bentuk
butir, roundness dan sphericity. Pada sampel yang didapat, bentuk butir yang dominan
adalah oblate, dengan roundness berada di kisaran sub angular – rounded, sedangkan
sphericity berada pada intermediet shape - very equant.
Dari nilai-nilai diatas, dapat diinterpretasikan bahwa butir pasir tersebut telah
mengalami proses transportasi yang intens. Tingkat abrasi yang cukup intensif mampu
membentuk butir pasir relatif spheris (membulat) yang juga relatif sebanding dengan
proses deposisinya.
27
Proses transportasi butir yang mungkin berlangsung adalah bedload,
diinterpretasikan dari bentuknya yang oblate.
Jarak Transportasi
Material sedimen sampel dominan merupakan produk vulkanik, dengan roundness
berada pada kisaran sub angular-rounded dan sphericity yang cukup equant, hal ini
menginterpretasikan bahwa material telah mengalami proses transportasi yang cukup
jauh dari asalnya.
Kecepatan Pengendapan
Berdasarkan bentuk yang oblate dapat diinterpretasikan kecepatan pengendapannya.
Secara umum butiran yang spheris(equant) dan prolate lebih mudah tertransportasi
dibandingan dengan bentuk bladed dan oblate. Sehingga bentuk yang oblate
memungkinkan butiran tertahan lebih lama pada media suspensi namun tertransport jauh
dari sumber serta pengerosinya cukup tinggi.
Batuan Asal
Erupsi Gunung Merapi menjadi sumber utama material berupa produk
vulkanik dengan butir-butir angular, sehingga kita mendapatkan korelasi bahwa sampel
berasal dari Gunung Merapi. Dari nilai bentuk butir, roundness dan sphericity, maka
dapat diinterpretasikan bahwa material sedimen pada sampel memiliki jarak transportasi
yang cukup jauh.
Lingkungan Pengendapan
Melalui data diketahui bahwa sampel berada pada lingkungan pengendapan
fluviatil, dapat kita katakan bahwa hasil roundness yang beragam, merupakan hasil dari
produk proses fluviatil dan lingkungan pengendapan fluvial.
Ralat
Nilai ralat yang cukup tinggi berkisar 0,04 sampai 0,1 kemungkinan merupakan
hasil dari kesalahan dalam pengukuran yang dilakukan dengan cara pendekatan secara
kualitatif (visual commparison) terlebih dalam pendekatannya hanya dilakukan dalam 2
dimensi melalui foto. Selain itu untuk mendefinisikan butir pasir memiliki akurasi yang
rendah sebab kemampuan visual manusia(human error), kesalahan dalam alat
(mikroskop) juga dapat terjadi. Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah pengambilan
sampel yang kurang acak.

28
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, berdasarkan aspek
morfologi butir maka dapat disimpulkan bahwa :
- Bentuk butir didominasi oleh bentuk butir oblate
- Sphericity berada pada tingkat intermediet shape - very equant
- Serta roundness berada pada tingkatan sub angular – rounded.
- Menandakan bahwa proses transportasi terjadi secara bedload (mekanisme
sliding atau rolling), jarak transportasinya yang jauh, batuan asalnya
diperkirakan dari erupsi gunung api, lingkungan pengendapannya berupa
lingkungan fluvial, kecepatan pengendapannya cukup lambat.
- Nilai ralat cukup tinggi dimungkinkan akibat beberapa faktor, diantaranya
kesalahan manusia (human error).

29
Daftar Pustaka

Boggs Jr., Sam. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy, 4th ed. USA:

Pearson Prentice Hall

Pettijohn, F. J. 1975. Sedimentary Rocks 3rd ed. New York: Harper & Row,

Publishers

Surjono, Sugeng S., Amijaya, D. Hendra, Winardi, Sarju. 2010. Analisis

Sedimentologi. Yogyakarta: Pustaka Geo

Tucker, M. E. 2001. Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of

Sedimentary Rocks 3rd ed. USA: Blackwell Science Ltd.

30
LAMPIRAN

31

Anda mungkin juga menyukai