Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rumah Sehat


A. Definisi Rumah Sehat
Menurut WHO, “rumah” adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta
keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. Arti kata “sehat”
menurut WHO yang lebih terperinci sebagai keadaan kesehatan jasmani, rohani,
dan sosial yang baik dan lengkap, bukan hanya terhindar dari penyakit atau
kelemahan.6,7
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.3 Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia. Rumah
menjadi tempat berlindung dari cuaca dan lingkungan sekitar, menyatukan sebuah
keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan setiap manusia, dan menjadi
bagian dari gaya hidup manusia.8
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani, maupun sosial. Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya
dan cukup luas bagi seluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktifitas
setiap penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan rumah juga
sebaiknya terhindar dari faktor-faktor yang merugikan kesehatan.8

1. Persyaratan Rumah Sehat


Persyaratan rumah sehat yang tercantum dalam Residental Environment dari
WHO antara lain :6
a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai
tempat istirahat.

5
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi dan mencuci,
kakus, dan kamar mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.

B. Kriteria Rumah Sehat


Rumah sehat harus memiliki kriteria tertentu. Berikut merupakan beberapa
kriteria rumah sehat yang dikutip dari Winslow antara lain :9
a. Harus dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
b. Harus dapat memenuhi kebutuhan psikologis
c. Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan
Hal ini sejalan dengan kriteria rumah sehat menurut American Public
Health Asociation (APHA), yaitu :10
a. Memenuhi kebutuhan dasar fisik
Sebuah rumah harus dapat memenuhi kebutuhan dasar fisik seperti :
1) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperature lingkungan yang penting
untuk mencegah bertambahnya panas atau kehilangan panas secara
berebihan.
2) Rumah tersebut harus terjamin pencahayaanya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala
api lainnya (penerangan buatan).
3) Rumah tersebut memiliki ventilasi. Luas lubang ventilasi atap
minimum 10% dari luas lantai ruangan.
4) Rumah tersebut harus melindungi penghuni dari bising yang
berlebihan.
5) Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktifitas
anak-anak bermain.

6
b. Memenuhi kebutuhan psikologis
a. Cukup aman dan nyaman bagi penghuni.
b. Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan
keluarga.
c. Sebaiknya di sekitar tetangga yang memiliki tingkat ekonomi yang
relatif sama.
d. Dalam meletakkan kursi dan meja di ruangan jangan sampai
menghalangi lalu lintas ruangan.
e. WC (water closet) dan kamar mandi harus ada dalam satu rumah
dan terpelihara kebersihannya.
c. Melindungi dari penyakit
d. Melindungi dari kemungkinan kecelakaan

II.2 Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sehat


Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, lingkup penilaian
rumah sehat dilakukan terhadap kelompok komponen rumah, sarana sanitasi, dan
perilaku penghuni.10
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, saluran pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah.
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela kamar tidur,
membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada
tempat sampah.
Parameter penilaian rumah sehat dapat menggunakan kuesioner formulir
pendataan rumah sehat yang terdiri dari kuesioner komponen rumah, kuesioner
sarana sanitasi dan kuesioner perilaku penghuni sebagai berikut:

7
Tabel 2.1 Kuesioner Komponen Rumah
No Komponen Kriteria Nilai
Rumah (Bobot 31)
1 Langit – langit a. Tidak ada 0
b. Ada, kotor, sulit dibersihkan dan 1
rawan kecelakaan
c. Ada, bersih dan tidak rawan 2
kecelakaan
2 Dinding a. Bukan tembok (terbuat dari 0
anyaman bambu/ilalang
b. Semi permanen/ setengah 1
tembok/ pasangan bata atau batu
yang tidak di plester/ papan
kedap air
c. Permanen (tembok/pasangan 2
batu bata yang diplester) papan
kedap air
3 Lantai a. Tanah 0
b. Papan/anyaman bambu dekat 1
dengan tanah/plesteran yang
retak dan berdebu
c. Diplester/ubin/keramik/papan 2
(rumah panggung)
4 Jendela kamar a. Tidak ada 0
b. Ada 1
5 Jendela ruang a. Tidak ada 0
keluarga b. Ada 1
6 Ventilasi a. Tidak ada 0
b. Ada, lubang ventilasi< 10% dari 1
luas lantai

8
c. Ada, lubang ventilasi > 10% dari 2
luas lantai
7 Lubang asap a. Tidak ada 0
dapur b. Ada, lubang ventilasi dapur < 1
10% dari luas lantai dapur
c. Ada, lubang ventilasi dapur > 2
10% dari luas lantai dapur (asap
keluar dengan sempurna) atau
ada exhaustfan atau ada peralatan
lain yang sejenis
8 Pencahayaan a. Tidak terang, tidak dapat 0
dipergunakan untuk membaca
b. Kurang terang, sehingga kurang 1
jelas untuk membaca dengan
normal
c. Terang dan tidak silau sehingga 2
dapat digunakan untuk membaca
dengan normal

Tabel 2.2 Kuesioner Sarana Sanitasi


No Sarana Sanitasi Kriteria Nilai
(Bobot 25)
1 Sarana air bersih a. Tidak ada 0
(SGL/SPT/PP/KU/PAH) b. Ada, bukan milik 1
sendiri dan tidak
memenuhi syarat
kesehatan
c. Ada, milik sendiri 2
dan tidak memenuhi

9
syarat kesehatan
d. Ada, bukan milik 3
sendiri dan
memenuhi syarat
kesehatan
e. Ada, milik sendiri 4
dan memenuhi
syarat kesehatan
2 Jamban (sarana a. Tidak ada 0
pembuangan kotoran) b. Ada, bukan leher 1
angsa, tidak ada
tutup, disalurkan ke
sungai/kolam
c. Ada, bukan leher 2
angsa, ada tutup
disalurkan ke
sungai/kolam
d. Ada, bukan leher 3
angsa, ada tutup,
septictank
e. Ada, leher angsa, 4
septiktank
3 Sarana Pembuangan Air a. Tidak ada, sehingga 0
Limbah (SPAL) tergenang tidak
teratur di halaman
b. Ada, diresapkan 1
tetapi mencemari
sumber air (jarak
dengan sumber air <
10 m)

10
c. Ada dialirkan ke 2
selokan terbuka
d. Ada, diresapkan dan 3
tidak mencemari
sumber air (jarak
dengan sumber air >
10 m)
e. Ada, dialirkan ke 4
selokan tertutup
(saluran kota) untuk
diolah lebih lanjut
4 Sarana Pembuangan a. Tidak ada 0
b. Ada, tetapi tidak 1
kedap air dan tidak
ada tutup
c. Ada, kedap air dan 2
tidak tertutup
d. Ada, kedap air dan 3
bertutup

Tabel 2.3 Kuesioner Perilaku Penghuni


NO Perilaku Penghuni Kriteria Nilai
(Bobot 44)
1 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0
kamar tidur b. Kadang – kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
2 Membuka jendela a. Tidak pernah dibuka 0
ruang keluarga b. Kadang – kadang 1
c. Setiap hari dibuka 2
3 Membersihkan a. Tidak pernah 0

11
rumah dan halaman b. Kadang – kadang 1
c. Setiap hari 2
4 Membuang tinja a. Dibuang ke 0
sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang – kadang ke 1
jamban
c. Setiap hari dibuang ke 2
jamban
5 Membuang sampah a. Dibuang ke 0
pada temaptnya sungai/kebun/kolam
sembarangan
b. Kadang – kadang 1
dibuang ke tempat
sampah
c. Setiap hari dibuang ke 2
tempat sampah

Cara menghitung: Hasil penilaian x Bobot


Penilaian : Rumah sehat: 1068 – 1200
Rumah tidak sehat: < 1068

II.3 Variabel Penelitian


A. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu apa yang terjadisetelah orang
melakukan terhadap sesuatu atau objek. Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan
mempunyai enam tingkatan, antara lain:11
a. Tahu (know)

12
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (sinthesis)
f. Evaluasi (evaluation)

Kuesioner terdiri atas 10 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan


responden tentang rumah sehat. Untuk setiap pertanyaan memiliki jawaban
yang memiliki bobot nilai 1 sampai 3. Nilai jawaban responden
dijumlahkan lalu dipersentasekan untu mengetahui seberapa besar
tingkatan pengetahuan responden.

 Tingkat pengetahuan baik bila skor: 81% - 100%

 Tingkat pengetahuan cukup bila skor: 65% - 80%

 Tingkat pengetahuan kurang bila skor: < 65%

B. Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu keinginan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan.Perilaku dan gejala yang tampak pada
organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor keturunan dan
lingkungan.Secara umum dapat dikatakan faktor keturunan dan lingkungan
merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk dari
manusia.Faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya.Sedangkan
faktorlingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan cara wawancara dan angket.11
C. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap adalah penilaian (berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek (masalah kesehatan, termasuk
penyakit), setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses
selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek
kesehatan.11

13
Kuesioner terdiri atas 10 pertanyaan untuk mengukur sikap responden
tentang rumah sehat. Untuk setiap pertanyaan memiliki jawaban “setuju”,
“Kurang setuju”, dan “tidak setuju” yang memiliki bobot nilai 1 sampai 3.
Nilai jawaban responden dijumlahkan lalu dipersentasekan untu mengetahui
seberapa besar tingkatan Sikap responden.
 Tingkat sikap baik bila skor: 81% - 100%
 Tingkat Sikap cukup bila skor: 65% - 80%
 Tingkat sikap kurang bila skor: < 65%
II.4 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
A. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan yang diharapkan dengan
keadaan yang dihasilkan yang menimbulkan rasa tidak puas. Urutan
pemecahan masalah, yaitu:12
1) Identifikasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja.
Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau
mengukur hasil pencapaian. selanjutnya membandingkan antara keadaan
nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau
indikator tertentu yang sudah ditetapkan.
2) Penentuan penyebab masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan
menyimpang dari masalah tersebut.
3) Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka
dapat langsung pada alternatif pemecahan masalah.
4) Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif

14
maka digunakan metode Matriks untuk menentukan/memilih pemecahan
terbaik.
5) Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk Plan of
Action atau Rencana Kegiatan (POA).
6) Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.

Identifikasi masalah

Penentuan penyebab
Monitoring dan
masalah paling
Evaluasi
mungkin

Penyusunan rencana Menentukan alternatif


penerapan pemecahan masalah

Penetapan pemecahan
masalah terpilih

Gambar 2. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

II.5 Analisis Penyebab Masalah


Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada
kerangka pendekatan sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :13

15
INPUT

MAN
MONEY
METHODE

MACHINE MATERIAL
MASALAH

P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES

Gambar 3. Diagram fish bone

II.6 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu
menyusun alternatif pemecahan masalah. Penentuan pemecahan masalah dengan
kriteria matriks mengunakan rumus MxIxV/C. Setelah menemukan alternatif
pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukanpenentuan prioritas alternatif
pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini
proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks :13
a. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah
yang dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang
dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
b. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting
cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin
efektif.
c. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin
sensitif bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.

16
d. Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-
5.

II.7 Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan untuk
menentukan perncanaan kegiatan.13

17

Anda mungkin juga menyukai