LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 7
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan kekuatan, petunjuk dan
kesabaran kepada para penulis, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa wahyu Allah SWT dalam segala fenomena dan nomena
alam ini sangatlah luas dan tidak dapat dijangkau oleh kekuatan akal sehat, maupun
logika manusia. Oleh karena itu pula, dalam penulisan laporan praktikum produksi
ternak unggas yang berjudul “Anatomi dan Morfologi Ternak Unggas” ini kami
sadar masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu demi memperbaiki kesalahan yang
ada sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi memperbaiki
pengantar, isi maupun penutupnya dalam pembahasan laporan akhir praktikum ini,
penyampaian dari isi laporan praktikum ini yang tidak pada tempatnya, semoga
laporan praktikum ini dapat berguna bagi kami sebagai penulis khususnya dan bagi
khalayak umumnya.
Penyusun.
iii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
PENDAHULUAN
keuntungan ekonomis bagi yang memeliharanya, salah satu jenis unggas yang
memberikan keuntungan yaitu ayam. Banyak hal yang perlu diperhatikan mengenai
ternak ayam terkait dengan tujuan produksi. Semakin optimum sistem organ pada
tubuh ayam bekerja maka akan menimbulkan perfoma yang baik terutama pada
organ eksteriornya.
Banyaknya jenis ayam di dunia adalah salah satu alasan mengapa kita harus
mempelajari anatomi dan morfologi ayam. Fisik ayam banyak sekali jenisnya,
dilihat dari jenggernya saja ada beberapa jenis ayam, misalnya yang jenggernya
satu dan ada juga yang sepasang. Sedangkan tipenya biasanya dibagi menjadi tiga
tipe yaitu tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna. Mengetahui tipe ayam kita
akan tahu pakan apa yang harus diberikan pada ayam tersebut, karena setiap tipe
Secara umum, organ tubuh ayam yang telah terserang suatu penyakit akan
mengalami perubahan secara fisik (baik bentuk, warna, ukuran maupun tekstur) jika
anatomi dan morfologi eksterior ayam serta fungsi dari setiap bagiannya.
2
Padjadjaran
3
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Garnida (2003) menyatakan bahwa tubuh ayam bagian luar terdiri dari daerah
kepala, badan, ekor dan kaki yang ditutupi oleh bulu dan kulit serta derivat-
ayam petelur terletak pada panjang atau pendeknya kaki (kg) serta bentuk tubuh
ayam broiler dan petelur itu sendiri. Ayam broiler mempunyai kaki yang lebih
pendek dibandingkan dengan ayam petelur, karena untuk menopang dari berat
1. Paruh (Rostrum) yang terdiri dari maxilla dan mandibulla yang berguna
bagian atas.
3. Cera, yaitu tonjolan kulit yang lunak terletak pada bagian atas rostrum.
Mata (organon visus) dikelilingi oleh kulit yang berbulu, terdapat iris yang
1. Single 5. Walnut
2. Rose 6. Strawbery
3. Pea 7. V-Shape
bandingkan dengan bentuk jengger lainnya, karena untuk memudahkan dalam hal
2.1.2. Kulit
Kulit ayam sangat tipis, berwarna kuning atau putih atau terdapat bercak
hitam tergantung pigmen yang mendominasi dan ransum yang diberikan, juga kulit
tidak memiliki kelenjar kecuali pada bagian ekor (kelenjar minyak, glandula
“membalut” bulu dengan suatu lapisan pelindung melalui cara yang disebut
2.1.3. Bulu
dan warna bulu diperlukan untuk menentukan bangsa (breed, spesies, varietas) dan
5
jenis kelamin. Warna bulu disebabkan oleh pigmen, struktur fisik atau kombinasi
keduanya. Warna karena struktur fisik diperlihatkan oleh perubahan warna, karena
jatuhnya cahaya pada bulu dan mata kita. Pigmen yang terdapat pada bulu yaitu,
lipochrom dan melanin. Bulu disusun oleh tipe protein yang disebut keratin dan
mempunyai berat 4-7 % dari berat hidup, tergantung daripada jenis kelamin dan
umur ayam. Bulu selain disusun oleh keratin juga mengandung asam amino esensial
seperti metionin dan cystein. Kekurangan salah satu atau kedua asam amino tersebut
menyebabkan pertumbuhan bulu terhambat bahkan bias sampai rontok atau luruh
dimana lubang ini ke arah rachis menjadi sulcus. Waktu bulu masih muda,
kedua umbilicus tadi vexillum dibentuk oleh barbae, adalah suatu cabang
2. Plumulae, terdiri dari calamus, rachis, barbae dan barbulae tidak membentuk
vexillum.
barbae.
5. Alaspuria adalah bulu-bulu kecil yang melekat pada jari ke-11 dari extremitas
2.1.4. Ekor
Berbentuk pendek dan biasa dikenal dengan uropygium, selain itu, cauda
ini di tutupi bulu yang disebut retrices, pada bagian uropygium bagian dorsal
terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula uropygialis. (Indira et al, 2004).
Extremitas Caudalis Inferius, kaki bagian bawah yang ditutup oleh sisik-sisik.
III
3.1. Alat
3.2. Bahan
2. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat
IV
1. Rangka Keterangan:
a. incisive
b. mandible
c. quadrate
d. nasal
e. lacrimal
f. occipital
g. atlas
h. epistropheus
i. humerus
j. radius
k. ulna
l. metacarpus
m. phalanges
n. scapula
o. illium
p. pygostyle
q. ischium
r. pubis
s. femur
10
t. fiula
u. tibia
v. metatarsus
w. corucoid
x. clavicle
1. Seluruh Tubuh
Keterangan:
2. Kepala
11
Keterangan:
3. Bulu
Keterangan:
4. Kaki
Keterangan:
12
1. Seluruh Tubuh
Keterangan:
2. Kepala
Keterangan:
13
3. Bulu
Keterangan:
4. Kaki
Keterangan:
14
4.2. Pembahasan
Unggas adalah hewan bipedal, yaitu berdiri pada kedua kakinya. Namun
1. Unggas memiliki sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut coracoid.
seperti huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher
ini berbeda jumlahnya untuk setiap jenis unggas. Ayam berjumlah 13-14 ruas,
itik 15 ruas, dan angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian ini berfungsi
sebagai pegas yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh
terhadap kepala pada saat unggas mendarat setelah terbang. Selain itu, susunan
tulang leher yang demikian ini juga memudahkan bagi unggas untuk
(thorasic column) pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu.
Konformasi punggung yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot
4. Terdapat satu lunas yang besar, serta tulang panggul yang kuat, dan kokoh pada
ileum. Tulang velvic tidak menyatu, sedikit terbuka atau tertutup tidak rapat,
pengeluaran telur pada saat oviposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat
Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas depan pada
mamalia. Demikian pula dengan kaki, terdiri dari tulang seperti pada mamalia.
Akan tetapi, tulang pada metatarsus -umum dijumpai pada mamalia- pada unggas
meringankan berat tubuh saat terbang. Tulang tersebut adalah tulang tengkorak,
sayap, lunas, selangka, dan beberapa tulang belakang (lumbar vertebrae dan sacral
masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu bagian dari tulang ini terbuka, misalnya
tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones,
sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Produksi tulang yang baik dapat diukur
dengan jarak antara tulang pubis yaitu sekitar 2-3 jari orang dewasa. Selain itu juga
dapat diukur dari jarak tulang pubis dengan tulang sternum yaitu sekitar 3-4 jari
orang dewasa. Tulang pipa ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang
halus yang saling terjalin dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan
kalsium. Kalsium ini dapat dimobilisai saat pakan kekurangan kalsium, terutama
pada saat produksi telur. Ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini.
Tulang rusuk, 30%-nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini
tidak ditemukan pada ayam jantan atau betina yang sedang bertelur. Akan tetapi,
tulang ini dapat dibentuk dengan menambahkan hormon esterogen. Ayam dara
16
mulai membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur
pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat menyediakan
untuk beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium tulang ini akan habis setelah
Secara keseluruhan tubuh ayam broiler terdiri dari kepala, badan, kaki, dan
ekor yang ditutupi oleh bulu (tecrices) dan kulit. Kepalanya terdiri dari jengger,
paruh, dan telinga. Badannya terdiri dari dada, perut, sayap. Ekornya terdiri dari
bulu-bulu (rectrices). Sayapnya terdapat bulu remiges yang terdiri dari bulu primer
(pertama kali muncul), bulu sekunder (yang sudah sempurna), dan bulu axial (bulu
antara).
putih, bentuk tubuh besar, dan pertumbuhannya cepat. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Mountney (1983), ayam yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh
dengan warna bulu putih. Ayam broiler yang diamati juga sangat tenang, karena
memang sifat tersebut sudah sesuai dengan tujuan produksinya yaitu menghasilkan
daging. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna, et al. (2005) bahwa
daging. Kemudian ayam ini memiliki jengger lebih kecil dari ayam layer, inilah
yang menyebabkan perbedaan antara ayam broiler dan ayam layer. Ayam yang
diamati jengger berwarna merah agak pucat, padahal harusnya berwarna merah
cerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas ayam broiler yang diamati
sudah mulai menurun. Ayam broiler juga memiliki shank yang pendek dan kuat
badan 1,15. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa broiler
mampu menghasilkan bobot badan 1,5-1,9 kg/ekor pada usia 5-6 minggu. Panjang
tubuh ayam broiler tidak jauh berbeda dengan ayam layer namun dada ayam broiler
lebih lebar dibanding dengan ayam layer karena terdapat banyak daging di
dalamnya. Sedangkan panjang paha bawah dan panjang kaki broiler lebih pendek
dibanding dengan ayam layer dan ayam kampung guna untuk menopang tubuhnya
yang besar.
Ayam layer atau yang lebih akrab disebut dengan ayam petelur memiliki
jengger yang bertipe single untuk mendapatkan angka fertilitas yang tinggi ketika
dikawinkan. Kebanyakan ayam sekarang memiliki comb tipe single. Hal ini karena
tipe ini memiliki angka fertilitas yang paling tinggi dibandingkan tipe jengger yang
lain, ayam masa sekarang sudah mengalami banyak pemuliaan baik di bidang
jengger ataupun sifat sifat yang lain. Jengger ayam layer bisa menjadi suatu cara
untuk melihat tingkatan produktivitas ayam tersebut. Jika jengger ayam itu
berwarna merah terang maka ayam itu lagi dalam masa produktivitas yang baik dan
sebaliknya jika warna jenggernya merah pucat maka ayam itu sedang tidak dalam
masa produktivitas maksimalnya. Bagian badan bulu yang menyelimuti ayam ini
adalah tipe contur, pada bagian kepala sebagian kecil bertipe filoplumulae
plumulae. Bulu pada ayam ini tidak terpaut dengan jenis kelamin. Bagian kaki ayam
tipe layer ini memiiki kaki yang lebih panjang dari ayam broiler namun tidaak lebih
panjang dari ayam kampung. Bagian kaki atau shank dapat pula diukur tingkat
18
produktivitasnya. Jika shank itu berwarna kuning pucat maka ayam ini dalam
tingkat produktivitas yang bagus, dan sebaliknya jika shank berwarna kuning terang
maka ayam ini sedang dalam tingkat produktivitas yang tidak maksimal. Dalam
shank ini terdapat dua pigmen yaitu lipocrom dan melanin. Lipocrom sendiri adalah
pigmen yang menghasilkan warna kuning dan melanin adalah pigmen yang
menghasilkan warna hitam. Jika shank berwarna pucat maka sebagian besar
sedang dalam kondisi produktif. Betina memiliki taji yang tidak berkembang dan
pada jantan memiliki taji yang berkembang. Ayam tipe layer ini memiliki sifat yang
lebih sensitif dibandingkan ayam broiler, jadi jika ingin memiliki peternakan ayam
layer kita harus memikirkan faktor lingkungan apa saja yang dapat mengganggu
ayam dan dapat mempengaruhi produktivitasnya. Ada pula cara untuk mengetahui
produktivitas dengan menghitung jarak tulang pubis kiri dan kanan dan jarak antara
tulang sternum ke anus. Jika jarak antar tulang pubis adalah tiga jari atau lebih maka
ayam ini produktivitasnya tinggi, dan jika jarak dari tulang sternum ke anus adalah
Ayam kampung atau ayam lokal ini memiliki sifat yang agresif dan sangat
lincah dibanding ayam broiler dan ayam layer. Ayam ini memiliki tubuh yang
relatif besar dan terlihat gagah. Bagian kepala ayam ini memiliki aksesoris yang
lengkap yaitu jengger dan pial yang besar. Bentuk dari jengger ayam ini adalah tipe
single. Jenger dan pial dari ayam kampung jantan ini lebih besar dan tebal
dibandingkan ayam broiler dan ayam layer. Tujuan dari pemotongan ayam ini
adalah selain dari efisiensi ransum adalah dari sifatnya yang agresif dan ini
19
dilakukan untuk mencegah ayam ini mematuki ayam yang lain atau kanibalisme.
Paruh pada ayam ini pun biasanya dipotong atau de beaking. Bagian badan, bulu
tipe contur lebih panjang dibandingkan ayam kampung betina. Pemotongan paruh
ini umumnya dilakukan hanya pada ayam kampung jantan dan tipe ayam broiler
tidak akan melakukan pemotongan ini. Hal ini dikarenakan jika ayam broiler
melakukan de beaking ini menjadi kegiatan yang tidak efisien karena masa
badan, bulu contur yang panjang juga berada di bagian ekor. Bagian bawah sayap
bulunya sudah tidak ada tipe plumulae. Ayam ini pun warna bulu tidak terpaut
dengan jenis kelamin. Bagian kaki ayam kampung jantan memiliki kaki yang besar
dan tinggi, ini selaras dengan sifatnya yang agresif. Ayam kampung jantan ini taji
pun berkembang baik dan memiliki ukuran yang besar. Ayam ini pun jika sudah
menjadi olahan memilki rasa yang unik dan memilki penikmatnya tersendiri.
Ayam betina dara, jengger berwarna merah cerah dan berukuran relatif lebih
kecil jika dibandingkan dengan ayam yang sudah bertelur. Sedangkan ayam yang
sudah bertelur jenggernya berukuran relatif lebih besar namun jengger berwarna
pucat. Warna jengger ini dapat menjadi indikator produktivitas ayam petelur. Jika
jengger berwarna merah pucat maka produksi telur semakin banyak begitu pula
dengan semakin bertambahnya usia maka ukuran jengger semakin besar namun
warna jengger akan semakin pucat hingga akhirnya jika ayam tersebut afkir dapat
Bulu ayam dara biasanya tersusun rapi, sementara ayam yang sudah bertelur
bulunya akan lebih barantakan dan tidak rapi. Ayam mengalami masa-masa
20
perontokan bulu yang disebut molting. Saat molting maka produksi telur akan
terhenti dan akan berproduksi kembali setelah bulu kembali tumbuh. Bulu
sayap), retrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu yang menutupi badan), parapterium
(bulu antara baan dan sayap) dan alaspuria (bulu pada jari-jari kaki) ini sesuai
dengan pernyataan Radiopoetro (1991). Bulu pada sayap ayam dibagi atas 3 bagian,
yaitu bulu primer, bulu sekunder dan bulu axial. Bulu primer berada dibagian depan
sayap dan bulu sekunder berada di bagian belakang sayap sementara bulu axial
berada diantara bulu primer dan sekunder. Ciri yang menonjol dari bulu axial yaitu
berukuran lebih pendek dibandingkan dengan bulu promer dan bulu sekunder.
Selain itu warna sisik kaki (shank) menunjukan tingkat produktivitas pada
ayam petelur. Warna shank yang pudar menandakan bahwa produktivitas telur yang
tinggi. hal ini karena pigmen lipochrom pada epidermis berasal dari karotenoid
pembentukan warna yolk apabila pigmen dari ransum kurang maka pigmen pigmen
dari shank akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Semakin pudar warna
shank maka semakin tinggi produksi telur. Hal ini juga terlihat pada warna shank
antara ayam dara dan ayam yang telah bertelur. Ayam dara warna shank jauh lebih
cerah dibandingkan ayam yang telah bertelur sesuai dengan pernyataan Neshiem et
al. (1979).
21
dan kaki tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas pada
cepat, sangat tenang, jengger kecil, paha bawah dan kaki broiler lebih
3. Ayam layer memiliki sifat sensitif, bertubuh besar, kaki yang panjang dan
4. Ayam kampung jantan memiliki sifat yang agresif dan sangat lincah, tubuh
yang relatif besar dan terlihat gagah, kaki yang besar dan tinggi, dan taji
berkembang baik
jantan dengan jengger yang kecil dan taji yang berukuran kecil
22
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broile, Ed ke-1. Bogor: Lembaga Satu Gunung
Budi.
Jakarta.
Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah:
Pustaka: Jakarta.
UNPAD: Jatinangor.
Jatinangor.
Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed.
Nesheim MC, Austic RE, Card LE. 1979. Poultry Production. Ed ke-12.
North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.
Swadaya: Jakarta.
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging, cet. ke-26. Penebar Swadaya: Jakarta
Jakata.
Siregar, A.P., M. Sabrani dan S. P Ramu. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-2. Gadjah Mada
Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di
Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di