Anda di halaman 1dari 18

BAHASA INDONESIA.

PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN PENGGUNAAN


TANDA BACA

OLEH :

KELOMPOK II (DUA)

 AGUSTINA
 YULIANTI AHMAD
 SELPIANA
 EVA ARIANI
 ANDI FITRATUL RAMADANI
 ANDI AMRAN
 YOSEPH MBUSA

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN (STITEK)BALIK DIWA


MAKASSAR 2014/2015
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi


sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayahNya yang tiada
Sterkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul PENULISAN UNSUR SERAPAN DAN PENGGUNAAN
TANDA BACA.

Makalah ini dibuat dengan mengumpulkan berbagai observasi yang


diperoleh baik dari buku maupun dari internet yang membantu dalam
menyelesaikan tantangan dan hambatan pada saat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun bagi penulis untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 10 September 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, dalam pelajaran bahasa indonesia, sering


dijumpai hal-hal yang berkenaan dengan aturan dalam penulisan kata
serta penggunaanya dan unsur kata serapan yang pada awalnya berasal
dari bahasa asing. Oleh karena itu, kita selaku pelajar atau mahasiswa
dituntut untuk mengetahui dan mendalami hal-hal yang sudah disebutkan
di atas. Untuk memahami serta memperdalam pengetahuan khususnya
pada materi pembelajaran aturan penulisan suatu kata yang sesuai
dengan EYD sangat diperlukan suatu pedoman dan panduan.
Kita dapat melihat suatu keadaan yang telah meluas dalam dunia
pendidikan sekarang ini, aturan yang telah ditetapkan pemerintah lewat
EYD sudah dipandang sebelah mata. Artinya saat ini penggunaan EYD
dianggap tidak terlalu penting karena mungkin banyak orang berfikir
bahwa bahasa Indonesia terlalu gampang karena merupakan bahasa kita
sehari-hari, namun pada hakikatnya penggunaan EYD itu sangat penting
untuk menyempurnakan suatu kata atau kalimat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan unsur serapan?
2. Bagaimana penggunaan tanda baca yang benar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui cara penulisan unsur serapan dan penggunaan
tanda baca yang benar.
2. Untuk menambah pengetahuan kepada pembaca khususnya
mahasiswa tentang penggunaan unsur serapan dan tanda baca.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENULISAN UNSUR SERAPAN


1.Pengertian Unsur Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa
daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya
disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk hubungan
dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan,
konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya masyarakat itu.
Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru. Salah satu cara memenuhi
keperluan itu--yang sering dianggap lebih mudah--adalah mengambil kata
yang digunakan oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal baru untuk
memperkaya kosa kata.
Unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan long, march.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapkan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-
unsur serapan. Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c didepan huruf
vokal a, u, o, dan konsonan menjadi k (cubic menjadi kubik, construction
menjadi konstruksi), q menjadi k (aquarium menjadi akuarium, frequency
menjadi frekuensi), f tetap f (fanatic menjadi fanatik, factor menjadi faktor),
ph menjadi f (phas menjadi fase, physiology menjadi fisiologi). Dilihat dari
taraf penyerapannya ada tiga macam unsur serapan yaitu :
1. Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam Indonesia. Kata-
kata ini sudah lazim dieja dengan menggunakan bahasa Indonesia,
sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata
serapan. Misalnya pada kata kabar, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan,
waktu dan kamar.
2. Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks bahasa
Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih terpengaruh dengan
bahasa asing. Misalnya shuttle cock, knock out, time out, check in,
door to door. Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang masih
mempertahankan sifat bahasa keasingannya karena masih sifat
keinternasionalannya.
3. Kata-kata asing yang digunakan sebagai kata istilah, ucapan dan
ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dan
hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa
aslinya. Misalnya aki (accu), komisi (comission), psikologi
(psychology) dan fase (phase).
Dan hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa
aslinya. Misalnya aki (accu), komisi (comission), psikologi (psychology),
dan fase (phase).

2.Penyerapan istilah asing

Demi kemudahan pengalihan antarbahasa dan keperluan masa depan,


pemasukan istilah asing, yang bersifat internasional, melalui proses penyerapan
dapat dipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dipenuhi.

a.Istilah serapan yang di pilih lebih cocok karena konotasinya.


b.Istilah serapan yang di pilih lebih singkat jika dibandingkan dengan
terjemahan Indonesianya.
c. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya
kesepakatan jika istilah Indonesia trlalu banyak sinonimnya.
Proses penyerapan itu dapat dilakukan dengan atau tanpa
pengubahan yang berupa penyesuaian ejaan dan lafal.

Istilah Asing Istilah Indonesia Istilah Indonesia yang


yang di anjurkan dijauhkan

a. Urine Anus Lubang pantat


Faeces Feses Tahi
Urine Urine kencing

b. Amputation Amputasi Pemotongan


(pembuangan) anggota
Decibel Decibel badan
Satu ukuran kekerasan
Lip rounding Labialisasi suara
Marathon Marathon
Oxygen Oksigen Pembundaran bibir
Chemistry Kimia Lari jarak jauh
Zata asam
Ilmu urai
c. Dysenter Disentri Sakit murus, berak darah,
Energy energi mejan
Horizon Horizon Daya; gaya; tenaga;
Narcotic Narkotik kekuatan
Kaki langit; ufuk cakrawala
Madat; obat bius; candu;
opium; dadah; ganja
3. Macam dan sumber bentuk serapan

Istilah yang diambil dari bahasa asing dapat berupa bentuk dasar
atau bentuk turunan. Pada prisipnya dipilih bentuk tunggal, kecuali kalau
konteksnya condong pada bentuk jamak pemilihan bentuk tersebut
dilakukan dengan pertimbangan

1. Konteks situasi dan ikatan kalimat

2. Kemudahan belajar bahasa

3. Kepraktisan.

Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah


inggris yang pemakaiannya sudah internasional, yakni yang dilazimkan
oleh para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah itu sedapat-dapatnya
dilakukan dengan mengutamakan ejaannya dalam bahasa sumber tanpa
mengabaikan segala lafal.

Misalnya:

Bound morpheme morfem terikat

Clay colloid koloid lempung

Clearance volume ruang bakar

Subdivision subbagian
B. PENGGUNAAN TANDA BACA
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahas
tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis
seperti yang kita maksudkan. Tanda baca yang lazim digunakan adalah:
Lambang Nama
. Titik
: Titik dua
; Titik koma
, Koma
- Tanda hubung
_ Tanda pisah
… Tanda ellipsis
? Tanda Tanya
! Tanda seru
() Tanda kurung
) Tanda kurung tutup
<> Tanda kurung siku
“…” Tanda petik (kutip)
‘…’ Tanda petik tunggal
/ Tanda garis miring
, Tanda penyingkat atau
tanda koma
2 Tanda ulang

Aturan penggunaan tanda baca itu adalah:


1.Tanda Titik :
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang, misalnya:
1) W.S. Rendra
2) Abdul Hadi W.M.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan,
misalnya:
1) Dr. (doctor)
2) Kol. (colonel)
3) Ny. (nyonya)
c.Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
umum, yang ditulis dengan huruf kecil, misalnya:
1) s.d. (sampai dengan)
2) a.n. (atas nama)
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk
memisahkan ribuan, jutaan dan seterusnya, misalnya:

1) Tebal buku itu 1.150 halaman.


2) Dono membeli minyak sebanyak 1.000 liter
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf
awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata
(akronim), misalnya:
1) DPR
2) ABRI
f. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan lambing kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambing kuprum
2) Dia mambeli 10 kg emas
g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala
karangan dan kepala ilustarasi tabel, misalnya:
1) Azab dan Sengsara
2) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamt pengirim dan tanggal
surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat, misalnya:
1). Jalan Harapan III/AB 19
2). Jakarta, 10 Agustus 1998
2. Tanda koma
Tanda koma digunakan:
a. di antara unsur-unsur dalam suatu pembilangan, contoh:
1) Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) Satu, dua, tiga,…empat!
b. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang
dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan
seperti tetapi dan sedangkan, contoh:
1) Saya ingin pergi, tetapi tidak punya uang.
c. Untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:
1) Kalau dia datang, saya akan datang.
2) Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
d. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang
terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan
tetapi, meskipun begitu.
Contoh:
1) Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
2) Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
e. Di balakang kata-kata seru, sperti O, ya, wah, aduh, yang terdapat
pada awal kalimat, contoh:
1) Wah, bukan main.
2) Aduh, mengapa jadi begitu?
f. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat,
contoh:
1) Kata ibu, “saya senang sekali”
2) “saya akan pergi sekarang juga,” kata adik kepada ibu.
g. Di muka angka persepuluh, dan di antara rupiah dengan sen, contoh:
1) 12,25 cm
2) Rp 125,50
h. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk
membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga, contoh:
1) Moh. Bakri, S.H.
2) Ny. Suhartina, S.P.
i. Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi, contoh:
1) Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
2) Di daerah kami, umpamanya, masih sering terjadi pencurian.
j. Di antara: (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat
dan tanggal, dan (4) nama dan tempat wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan, contoh:
- Sdr. Munadi, Jalan Pemuda 26, Jakarta Timur
- Jakarta, 9 Agustus 1999
- Kuala Lumpur, Malaysia
k. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunanya dalam Daftar
Pustaka, contoh:
- Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka,1954
l. Di antara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahu penerbitan,
dalam suatu Daftar Pustaka, contoh:
- Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta,
Balai Pustaka, 1976.
3. Tanda Hubung
Tanda hubung digunakan:
a. untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang,
contoh:
Sia-sia
Baik-baik
Berjalan-jalan
b. tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke dengan angka, (3)
angka dengan-an, dan (4) singkatan huruf kapital dengan imbuhan kata,
contoh:
1) Besok akan diadakan lomba menari se-Jawa Tengah.
2) Ke-15 orang itu berasal dari Indonesia
3) Paman mempunyai sepeda tahun 70-an
4) Warga Palembang yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP
Palembang.
5) Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI.

4. Tanda Titik Dua


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian, contoh:
- Fakultas syariah mempunyai tiga jurusan: Perbankan, Muamalah, dan
Ekonomi Islam.
- Tanda titik dua tidak dipakai kalu rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, Contoh:
- Fakultas Syariah mempunyai Perbankan, Muamalah, dan Ekonomi
Islam.
5. Tanda Titik Koma
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
- Para pemikir mengatur startegi dan langkah yang harus ditempuh;para
pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya;para penyandang dana
menyediakan biaya yang diperlukan.
6. Tanda Pisah
Digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang
memberi penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya, contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
- Bus Kramatjati jurusan Banjar-Jakarta.
7. Tanda seru
Digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah, contoh:
- Alangkah besarnya mobil itu!
- Berangkatlah sekarang juga!
- Merdeka!
8. Tanda Petik
Digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah
yang mempunyai arti khusus, contoh:
- Ia memakai celana “cubrai”
9. Tanda Petik Tunggal
Digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing, contoh:
- Lailatul Qadar ‘malam seribu bulan’
10.Tanda Tanya (?)
Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya. Tanda
tanya yang dipakai dan diletakan di dalam tanda kurung menyatakan
bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya, contoh :
o Siapa Presiden Indonesia saat ini?

11.Tanda Kurung ((...))

1.Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh: Bagian


Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)


membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan
adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam


teks dapat dihilangkan.
Contoh:

 Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)


 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-
turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:

 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai


Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang
pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

12. Tanda Kurung Siku ([...])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang


sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

13. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Contoh:

 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)


 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
 7/8 atau 7⁄8
 xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda
aritmetika dasar dalam prosa.Gunakan tanda bagi ÷.
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.

Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat dipakai.

Contoh: .

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah yang kami buat, maka kami dapat
mengambil kesimpulan bahwa, kata serapan adalah kata yang berasal
dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan,
ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat
Indonesia untuk hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat
mungkin muncul gagasan, konsep, atau barang baru yang datang dari luar
budaya masyarakat itu. Dengan sendirinya juga diperlukan kata baru.
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahas tulis agar
kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang
kita maksudkan seperti tanda titik, seru, koma dan lain-lain.
B. Saran
Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat memahami
bagaimana cara penulisan unsur serapan dan penggunaan tanda baca
yang sesuai ejaan yang disempurnakan dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.

Atmazaki, 2007. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP


press.

Anda mungkin juga menyukai