Anda di halaman 1dari 12

VISI DAN MISI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

VISI

MENJADIKAN FAKULTAS EKONOMI SEBAGAI LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI YANG


MENGHASILKAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG EKONOMI YANG UNGGUL,

MANDIRI, DAN BERBUDAYA DI ASIA TENGGARA PADA TAHUN 2020.

MISI

UNTUK MEWUJUDKAN VISI TERSEBUT, SELANJUTNYA DIRUMUSKAN MISI FAKULTAS

SEBAGAI BERIKUT :

1. MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN YANG BERMUTU SESUAI DENGAN TUNTUTAN

MASYARAKAT.

2. MENGEMBANGKAN DAN MENINNGKATKAN PENELITIAN, BAIK SECARA KUANTITAS

MAUPUN KUALITAS YANG DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN MASYARAKAT.

3. MENGEMBANGKAN DAN MENINGKATKAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, BAIK

SECARA KUANTITAS MAUPUN KUALITAS YANG DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN

MASYARAKAT.

4. MENGEMBANGKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI BERLANDASAN IPTEK DAN

KEARIFAN LOKAL.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi selain bergerak untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat Indonesia, juga untuk

membebaskan diri dari penindasan dan pemerasan serta untuk memupuk persatuan di kalangan rakyat

Indonesia. Setelah Bangsa kita memperoleh kemerdekaannya dengan jalan perebutan dari penjajah,

Koperasi selain bergerak untuk mempersatukan kaum yang ekonominya lemah dan berusaha untuk

meningkatkan taraf kehidupannya, juga merupakan alat perjuangan dalam menyukseskan

pembangunan Indonesia, khususnya pembangunan masyarakat desa.

Koperasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha

bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas.

Dalamrangka usaha untuk memajukan kedudukan rakyat yang memiliki

kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan

Koperasi. Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi, karena

Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di

Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara

efektif dan kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan

struktural dalam penguasaan faktor produksi khususnya permodalan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pembangunan Koperasi dan perundang-undangan ?

2. Apakah tantangan, kendala, dan peluang dalam pembangunan Koperasi?

3. Bagaimanakah arahan, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan Koperasi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui apa Pembangunan Koperasi dan perundang-undangan

2. Mengetahui apa tantangan, kendala, dan peluang dalam pembangunan Koperasi

2
3. Mengetahui arahan, sasaran, dan kebijaksanaan pembangunan Koperasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan Koperasi dan perundang-undangan

Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah menunjukkan


berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota
koperasi, maupun nilai usaha koperasi. Koperasi juga telah terlihat berperan aktif dalam kegiatan
ekonomi rakyat dan sekaligus mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keadaan
tersebut tercermin, antara lain dari peningkatan jumlah dan ragam koperasi, jumlah dan ragam
dalam bidang koperasi, jumlah simpanan anggota, jumlah modal usaha, serta jumlah nilai usaha
koperasi. Kemajuan pembangunan koperasi ini cukup menggembirakan karena telah menunjukkan
bahwa koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat dan badan usaha semakin berperan aktif dan
terlibat lebih luas dalam berbagai kegiatan ekonomi serta sekaligus telah meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya yang pada umumnya masih terbatas kemampuan ekonominya.
Keadaan ini, antara lain merupakan hasil dari berbagai kebijaksanaan perkoperasian, kebijaksanaan
makro dan sekaligus peran tersebut ditempuh melalui program pembinaan kelembagaan koperasi
dan pelatihan magang, penyuluhan dan penerangan, pembinaan dan konsultasi, serta ditunjang pula
dengan berbagai kegiatan penelitian perkoperasian serta kebijaksanaan makro, baik di bidang fiskal-
moneter maupun sektor riil, berupa perkreditan, substitusi, atau proteksi. Sesuai dengan tahapan
pembangunan nasional dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama, peranan pemerintah dalam
pembangunan koperasi pada masa itu masih besar, terutama ada kegiatan yang bersifat perintis dan
kegiatan perekonomian lainnya yang belum sepenuhnya mampu dilaksanakan sendiri oleh gerakan
koperasi. Kebijaksanaan pembinaan usaha koperasi sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun
Pertama, yang diprioritaskan untuk mendukung keberhasilan program pengadaan pangan nasional
melalui Koperasi Unit Desa, didukung dengan pemberian kredit pengadaan pangan beserta
penyediaan jaminan kreditnya yang kemudian telah memberikan sumbangan besar bagi tercapainya
swasembada beras sejak tahun 1984. Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional yang
ditandai oleh kemajuan yang pesat di berbagai sektor di luar sektor pertanian, bidang usaha koperasi
juga turut berkembang. Dewasa ini, lingkup bidang usaha koperasi mencakup baik usaha pertanian
maupun usaha non-pertanian, seperti industri pangan, penyaluran pupuk, pemasaran kopra,
pemasaran cengkeh, pemasaran susu, pemasaran hasil perikanan, petemakan, pertambangan
rakyat, kerajinan rakyat, penyaluran BBM, penyaluran semen, usaha pakaian jadi, usaha industri
logam dan tambang rakyat, pemasaran jasa telekomunikasi, pemasaran jasa kelistrikan pedesaan,
penyaluran kredit candak kulak (KCK), penyaluran kredit tebu rakyat intensifikasi (TRI) dan lain
sebagainya. Sumbangan koperasi secara nasional dalam pengadaan maupun penyaluran beberapa
komoditas penting cukup besar. Kemudian, gerakan koperasi Indonesia telah memiliki organisasi
tunggal, yaitu Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) yang berfungsi sebagai wadah perjuangan dan
pembawaan aspirasi bagi kepentingan gerakan koperasi. Selain itu, selama PJP I juga telah terbentuk
prasarana penunjang bagi PJP II. Prasarana penunjang tersebut di antaranya adalah Institut
Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) dan Akademi Koperasi (Akop) sebagai lembaga pendidikan

3
pencetak sarjana dan kader pembangunan koperasi yang ahli di bidang manajemen koperasi. Pada
saat itu, telah berdiri pula Koperasi Jasa Audit (KJA) yang tersebar di dua puluh provinsi dan
berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa audit, jasa bimbingan dan manajemen, serta jasa pelatihan.
Di bidang asuransi, gerakan Koperasi juga telah memiliki Koperasi Asuransi Indonesia (KAI). Di bidang
keuangan, telah dibentuk Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) yang
merupakan penyempurnaan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) dan berfungsi
memberikan jaminan atas kredit kepada koperasi yang diberikan oleh bank. Selain itu, telah pula
dibentuk Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) dan lembaga keuangan lainnya, seperti
Koperasi Pembiayaan Indonesia (KPI), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat (KBPR), dan Koperasi
Simpan Pinjam (KSP). Modal penting lainnya dalam pengembangan koperasi pada Pembangunan
Jangka Panjang Kedua adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang
memberikan landasan hukum yang kuat bagi pembangunan koperasi yang selaras dengan
pembangunan di sektor-sektor lainnya dalam upaya membangun koperasi yang maju dan mandiri.
Pada prinsipnya, undang-undang perkoperasian yarig baru memberikan keleluasaan yang lebih besar
kepada gerakan koperasi untuk menentukan arah pengembangan usaha agar makin sesuai dengan
kcbutuhan dan kepentingan para anggota. Di samping itu, pemerintah tetap memberikan bimbingan,
kemudahan, dan perlindungan dalam rangka memandirikan koperasi.

2.2 Tantangan, Kendala, Dan Peluang Dalam Pembangunan Koperasi

Tantangan dalam Pembangunan Koperasi

Meskipun banyak hasil yang telah dicapai dalam pembangunan koperasi selama
Pembangunan Jangka Panjang Pertama, masih banyak pula masalah yang belum
terselesaikan, yang harus dilanjutkan dan ditingkatkan penanganannya dalam Pembangunan
Jangka Panjang Kedua, sebagai tantangan untuk mewujudkan cita-cita perkoperasian seperti
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hingga saat ini, karena berbagai
alasan ekonomi dan nonekonomi, koperasi pada umumnya belum dapat melaksanakan
sepenuhnya prinsip koperasi sebagaimana yang telah dicitacitakan, sehingga koperasi
sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat belum dapat mengembangkan
sepenuhnya potensi dan kemampuannya dalam memajukan perekonomian nasional dan
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Di samping itu, berbagai kondisi struktural dan
sistem yang ada masih menghambat koperasi untuk sepenuhnya dapat menerapkan kaidah
ekonomi guna meraih dan memanfaatkan berbagai kesempatan ekonomi secara optimal.
Sementara itu, terbukanya perekonomian nasional terhadap perkembangan perekonomian
dunia diperkirakan akan menghadirkan perubahanperubahan besar dalam tatanan
kehidupan ekonomi nasional. Persaingan usaha akan makin ketat, peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi meningkat, tuntutan akan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk mengantisipasi dan merencanakan masa depan meningkat pula.
Kedudukan dan keberadaan koperasi makin terintegrasi dan berperan menentukan ke dalam
perekonomian nasional. Oleh karena itu, tantangan dalam pembangunan koperasi adalah
mengembangkan koperasi menjadi badan usaha yang sehat, kuat, maju, mandiri, dan
memiliki daya saing sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang
4
berujung pada meningkatnya perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan
koperasi, baik sebagai soko guru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral
dari tatanan perekonomian nasional, peran koperasi sangat penting dalam menumbuhkan
dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Dalam hal ini, koperasi sebenarnya memiliki
ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas, terutama dalam hal yang menyangkut
kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Namun dalam kenyataannya, koperasi masih
menghadapi beberapa hambatan struktural dan sistem untuk dapat berfungsi dan berperan
sebagaimana yang diharapkan, antara lain dalam memperkukuh perekonomian rakyat
sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. Dengan demikian, yang
menjadi tantangan adalah mewujudkan koperasi, baik sebagai badan usaha maupun sebagai
gerakan ekonomi rakyat agar mampu berperan secara nyata dalam kegiatan ekonomi rakyat.
Inti kekuatan koperasi terletak pada anggota yang berpartisipasi aktif dalam organisasi
koperasi dan kesadaran masyarakat untuk bergabung dalam wadah koperasi. Sebenarnya,
kepercayaan masyarakat terhadap koperasi sudah semakin meningkat, tetapi belum cukup
memadai, antara lain disebabkan oleh adanya berbagai hambatan untuk meningkatkan
manfaat koperasi bagi anggotanya. Hal ini telah menyebabkan lambatnya koperasi
mengakar dalam masyarakat. Sebagai gerakan ekonomi rakyat, koperasi masih harus
meningkatkan kemampuannya dalam menggerakkan dan menampung peran serta
masyarakat secara luas. Oleh karena itu, mewujudkan koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berakar dalam masyarakat juga merupakan tantangan dalam pembangunan
koperasi di Indonesia.

Kendala dalam Pembangunan Koperasi

Pengalaman pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama


telah memberikan petunjuk bahwa untuk menjawab berbagai tantangan dalam
Pembangunan Jangka Panjang Kedua, masih terdapat beberapa kendala yang membutuhkan
perhatian dalam rangka menggariskan kebijaksanaan dan menyusun program untuk
mencapai sasaran yang dikehendaki.

Adapun kendala-kendala yang dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut


a. Tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia koperasi yang pada
umumnya belum memadai.
b. Lemahnya struktur permodalan koperasi dan terbatasnya akses koperasi ke sumber
permodalan dari luar.
c. Terbatasnya penyebaran dan penyediaan teknologi secara nasional bagi koperasi, yang
berpengaruh pada rendahnya kemampuan koperasi untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas usahanya sehingga menyebabkan pula terbatasnya daya saing koperasi.
d. Mekanisme kelembagaan dan sistem koperasi yang belum berjalan dengan baik.
e. Masih kurangnya kepercayaan dalam bekerja sama bagi terwujudnya jaringan usaha
antara koperasi dengan pelaku ekonomi lainnya.
f. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang tersedia di wilayah tertentu, terutama
kelembagaan keuangan baik bank maupun bukan bank, produksi dan pemasaran,
khususnya di daerah tertinggal.

5
g. Kurang efektifnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pelaksanaan program pembinaan
koperasi antarsektor dan antardaerah.
h. Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang koperasi, serta kurangnya
kepedulian dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, yang tercermin pada masih
rendahnya peran serta dan dukungan masyarakat dalam pembangunan koperasi.
i. Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi. Itulah penyebab-penyebab kenapa
perkembangan Koperasi di Indonesia belum maksimal.

Peluang dalam Pembangunan Koperasi

Selaras dengan perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan


ekonomi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, terbuka berbagai peluang
usaha yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan koperasi. Pembangunan nasional
dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua khususnya Rencana Pembangunan Lima Tahun
Keenam yang mendahulukan aspek pemerataan akan membuka peluang yang lebih besar
bagi pembangunan koperasi. Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
sebagai landasan hukum baru, juga memberikan peluang yang diharapkan akan mampu
mendorong koperasi agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri.
Koperasi primer yang berskala kecil diharapkan berhimpun dalam koperasi sekunder secara
lebih mantap, sehingga lebih terkonsolidasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar dan
tangguh serta mampu memanfaatkan peluang keterbukaan perekonomian Indonesia
terhadap perekonomian dunia. Selain itu, terdapat juga berbagai peluang lainnya dalam
pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam, di antaranya
adalah kemauan politik yang kuat dari pemerintah dan berkembangnya tuntutan masyarakat
untuk lebih banyak membangun koperasi dalam rangka mewujudkan perekonomian yang
sehat yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi sebagai hasil pembangunan yang berkelanjutan akan menciptakan
peluang bagi berkembangnya usaha koperasi di masa depan. Sementara itu, makin
terbukanya perekonomian dunia turut pula menciptakan berbagai peluang baru bagi
koperasi, diantaranya adalah makin terbukanya pasar internasional bagi hasil produksi
koperasi Indonesia serta makin terbukanya kesempatan kerja sama internasional
antargerakan koperasi di berbagai bidang. Perubahan struktur perekonomian nasional
menciptakan peluang untuk lebih berkembangnya koperasi pedesaan atau Koperasi Unit
Desa (KUD) yang berusaha di bidang agrobisnis, agroindustri, dan industri pedesaan lainnya.
Sementara undangundang tentang sistem budidaya tanaman akan mendorong diversifikasi
usaha koperasi sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat. Dalam Pembangunan
Jangka Panjang Kedua, tuntutan terhadap perlindungan dan jaminan kesejahteraan ekonomi
dan sosial bagi tenaga kerja, yang telah mulai dirasakan saat ini, diperkirakan akan semakin
meningkat. Di samping itu, akan diperkirakan pula terjadi pertumbuhan yang pesat di sektor
industri yang akan meningkatkan jumlah dan jenis perusahaan. Keadaan ini menciptakan
peluang bagi tumbuhnya peluang kerja bagi calon karyawan baru.

Peluang koperasi di Indonesia masih sangat minim apalabila tidak diatasi dengan
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh koperasi itu sendiri meskipun berdirinya Kementrian
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, ditambah dengan banyaknya pakar koperasi dan bahkan

6
adanya perguruan tinggi koperasi dan bahkan adanya perguruan tinggi koperasi (pencetak calon
pengurus koperasi) ternyata belum mampu membuat koperasi bangkit dari keterpurukannya. Koperasi
masih saja terkesan sebagai proyek ekonomi pinggiran. Koperasi dibentuk karena dibutuhkan oleh para
anggotanya dan bukan sebaliknya koperasi dibutuhkan oleh para anggotanya. Kalau hal terakhir itu
yang terjadi, maka koperasi akan tumbuh dengan pola top-down dan akhirnya akan mengalami
kegagalan seperti yang sudah banyak terjadi di Indonesia hingga saat ini.

2.3 Arahan, Sasaran, Dan Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi

Arahan Pembangunan Koperasi


Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien serta menjadi gerakan rakyat yang
tangguh dan berakar dalam masyarakat agar mampu memajukan kesejahteraan ekonomi
anggotanya. Pembangunan koperasi juga diarahkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
didukung oleh jiwa dan semangat yang tinggi dalam mewujudkan demokrasi ekonomi
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan hal tersebut,
koperasi di pedesaan, khususnya, perlu dikembangkan mutu dan kemampuannya serta
ditingkatkan peranannya dalam kehidupan ekonomi di pedesaan. Pelaksanaan fungsi dan
peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan semangat kebersamaan dan
manajemen yang lebih profesional. Selain itu, peran aktif masyarakat dalam
menumbuhkembangkan koperasi juga perlu terus ditingkatkan dengan meningkatkan
kesadaran, kegairahan, dan kemampuan berkoperasi di seluruh lapisan masyarakat melalui
upaya penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan. Fungsi dan peran koperasi juga menjadi tanggung
jawab lembaga gerakan koperasi sebagai wadah perjuangan kepentingan dan pembawa aspirasi
gerakan koperasi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai pembina dan pelindungnya.
Pengembangan koperasi didukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas-luasnya
di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan
menciptakan iklim usaha yang mendukung kemudahan memperoleh permodalan. Untuk
mengembangkan dan melindungi usaha rakyat yang diselenggarakan dalam wadah koperasi
demi kepentingan rakyat, dapat ditetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh
diusahakan oleh koperasi. Kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil diusahakan
koperasi diupayakan agar tidak dimasuki oleh badan usaha lainnya dengan memperhatikan
kesadaran dan kepentingan ekonomi nasional dalam rangka pemerataan kesempatan usaha dan
kesempatan kerja. Kerja sama antar koperasi, antara koperasi dengan usaha negara dan usaha
swasta sebagai mitra usaha dikembangkan secara lebih nyata untuk mewujudkan semangat dan
asas kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha dan kesetiakawanan, serta saling mendukung
dan saling menguntungkan. Potensi koperasi untuk tumbuh menjadi usaha skala besar terus
ditingkatkan, antara lain melalui perluasan jaringan usaha koperasi, pemilikan saham, serta
keterkaitan usaha dengan usaha hulu dan usaha hilir, baik dalam usaha negara maupun usaha
swasta.

Sasaran Pembangunan Koperasi

7
Garis-garis Besar Haluan Negara 1993 menetapkan bahwa sasaran koperasi dalam
Pembangunan Jangka Panjang Kedua adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang sehat, tangguh, kuat dan mandiri serta
sebagai soko guru perekonomian nasional yang merupakan wadah untuk menggalang
kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian nasional, sehingga mampu
berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Sasaran
pembangunan di bidang ekonomi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam di
antaranya adalah tertata serta mantapnya kelembagaan dan sistem koperasi agar koperasi
makin efisien serta berperan utama dala m perekonomian rakyat dan berakar dalam
masyarakat. Sesuai dengan sasaran tersebut di atas, maka pemerintah kemudian
menetapkan sasaran operasional pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Makin meningkatnya kualitas sumber daya manusia koperasi yang berdampak pada makin
meningkatnya kemampuan organisasi dan manajemen koperasi.
b. Makin meningkatnya pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan teknologi tepat guna.
c. Makin kukuhnya struktur permodalan dan jaringan usaha koperasi secara horizontal dan
vertikal.
d. Makin berfungsi dan berperannya lembaga gerakan koperasi. Dengan demikian, diharapkan
daya saing koperasi dan kesejahteraan anggota koperasi makin meningkat.

Selain sasaran operasional yang bersifat umum tersebut, ditetapkan juga sasaran
pengembangan koperasi di pedesaan dan perkotaan. Sasaran pengembangan koperasi di
pedesaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Makin berkembangnya koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit Desa yang mampu
memberikan kesempatan dan menumbuhkan prakarsa masyarakat pedesaan untuk
meningkatkan usaha yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan sekaligus mampu
memberikan pelayanan yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan mereka.
b. Makin menyebarnya Koperasi Unit Desa yang mandiri di seluruh pelosok tanah air.
c. Makin meningkatnya kualitas Koperasi Unit Desa mandiri yang ada.
d. Makin meningkatnya kemampuan usaha dan peran koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit
Desa untuk mendorong berkembangnya agribisnis, agroindustri, industri pedesaan, jasa
keuangan, dan jasa lainnya termasuk penyediaan kebuluhan pokok.
e. Makin berkembangnya koperasi sekunder yang menangani komoditas tertentu, terutama
yang mempunyai nilai komersial tinggi untuk pasar dalam dan luar negeri sesuai dengan
potensi masyarakat setempat.
f. Makin meningkatnya kualitas pelayanan usaha koperasi di pedesaan atau Koperasi Unit Desa
kepada para anggotanya dan masyarakat di daerah tertinggal, terisolasi, terpencil di
perbatasan dan permukiman transmigrasi.
g. Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha dengan
badan usaha lainnya. Secara kuantitatif, berdasarkan pemaparan di atas, sasaran
pembangunan koperasi di pedesaan adalah terwujudnya 2.700 Koperasi Unit Desa mandiri
baru dalam rangka terwujudnya minimal satu buah Koperasi Unit Desa mandiri pada setiap
kecamatan; makin mantapnya 5.000 Koperasi Unit Desa mandiri yang berfungsi sebagai

8
pusat perekonomian di pedesaan sehingga mampu menggerakkan, mengelola, dan
memanfaatkan potensi sumber daya yang ada secara optimal dalam rangka meningkatkan
pendapatan, kesempatan usaha, dan lapangan kerja di pedesaan; serta terwujudnya minimal
satu buah Koperasi Unit Desa mandiri inti yangmampu mengelola komoditas andalan di
setiap kabupaten dan berperan sebagai pusat pengembangan koperasi lain di sekitarnya.

Selanjutnya, yang menjadi sasaran pengembangan koperasi di perkotaan, diantaranya


adalah sebagai berikut.
a. Makin berkembangnya koperasi berbasis konsumen yang mampu melayani kebutuhan
pokok para anggota dan masyarakat di daerah permukiman rakyat.
b. Makin berkembangnya koperasi karyawan, koperasi pegawai negeri, dan koperasi di
lingkungan TNI atau Polri.
c. Makin berkembangnya koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam koperasi dan
koperasi jasa keuangan lainnya.
d. Makin berkembangnya koperasi jasa di berbagai bidang.
e. Makin meningkatnya kualitas pelayanan koperasi kepada anggota dan masyarakat di daerah
perkotaan yang tertinggal.
f. Makin luas dan kukuhnya jaringan kerja sama antar koperasi dan kemitraan usaha dengan
badan usaha lainnya.

Kebijaksanaan Pembangunan Koperasi

Secara umum, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam Rencana


Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah meningkatnya prakarsa, kemampuan, dan peran
gerakan koperasi melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan,
pengembangan, serta penguasaan ilmu pcngetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan dan memantapkan kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk
mewujudkan peran utamanya di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Secara khusus,
kebijaksanaan pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam
adalah meningkatkan akses dan pangsa pasar yang dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya
adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan keterkaitan usaha, kesempatan usaha dan kepastian usaha, memperluas


akses terhadap informasi usaha, mengadakan pencadangan usaha, membantu penyediaan
sarana dan prasarana usaha yang memadai, serta menyederhanakan perizinan. Upaya ini
ditunjang dengan menyusun berbagai peraturan perundang-undangan yang mendukung
pengembangan koperasi dan menghapus peraturan perundang-undangan yarg menghambat
perkembangan koperasi serta mengembangkan sistem pelayanan informasi pasar, harga,
produksi, dan distribusi yang memadai.
b. Memperluas akses terhadap sumber permodalan, memperkukuh struktur permodalan dan
meningkatkan kemampuan pemanfaatan modal koperasi, antara lain dengan meningkatkan
jumlah pagu dan jenis pinjaman untuk koperasi, mendorong pemupukan dana internal
koperasi, menciptakan berbagai kemudahan untuk memperoleh pembiayaan dan jaminan
pembiayaan, mengembangkan sistem perkreditan yang mendukung dan sesuai dengan

9
kepentingan koperasi pada khususnya dan perekonomian rakyat pada umumnya,
mengembangkan sistem pembiayaan termasuk lembaga pengelola yang sesuai untuk itu,
dalam rangka menyebarkan dan mendayagunakan sumber dana yang tersedia bagi koperasi
dan gerakan koperasi, yaitu antara lain yang berasal dari penyisihan laba bersih Badan Usaha
Milik Negara, penyertaan modal pemerintah, imbalan jasa (fee) yang diterima Koperasi Unit
Desa dari pelaksanaan program pemerinlah, serta dana lainnya yang berasal dari gerakan
koperasi, serta mengembangkan berbagai lembaga keuangan yang mendukung gerakan
koperasi, antara lain Perum PKK, lembaga asuransi usaha koperasi, lembaga pembiayaan
koperasi dan lembaga modal ventura, agar makin mampu melayani kebutuhan keuangan
untuk pengembangan usaha anggota koperasi. Kebijaksanaan ini mencakup upaya
pendayagunann lembaga-lembaga keuangan lainnya yang sudah ada.
c. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, antara lain dengan meningkatkan
kemampuan kewirausahaan dan profesionalisme para anggota, pengurus, pengawas dan
karyawan koperasi.
d. Mendorong koperasi agar benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha
ekonomi, mendorong proses pengembangan karier karyawan koperasi, mendorong
terwujudnya tertib organisasi dan tata hubungan kerja yang efektif, mendorong
berfungsinya perangkat organisasi koperasi, meningkatkan partisipasi anggota, mendorong
terwujudnya keterkaitan antar koperasi, baik secara vertikal maupun horizontal dalam
bidang informasi, usaha dan manajemen.
e. Meningkatkan kemampuan memperjuangkan kepentingan dan membawa aspirasi koperasi
dan meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai dan semangat koperasi melalui
peningkatan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian, baik bagi anggota
koperasi, pengelola koperasi maupun masyarakat.
f. Meningkatkan akses terhadap teknologi dan lainnya dengan meningkatkan kegiatan
penelitian dan pengembangan, pemanfaatan hasil penelitian atau pengkajian lembaga lain,
meningkatkan kegiatan alih teknologi, memberikan kemudahan untuk modernisasi
peralatan, serta mengembangkan dan melindungi teknologi yang telah dikuasai oleh
anggota koperasi secara turun-temurun.
g. Mengembangkan kemitraan, antara lain dengan mengembangkan kerja sama antar koperasi,
baik secara horizontal, vertikal maupun kerja sama internasional.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pembangunan koperasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah menunjukkan
berbagai keberhasilan yang sangat berarti, baik ditinjau dari jumlah koperasi, jumlah anggota
koperasi, maupun nilai usaha koperasi. Koperasi juga telah terlihat berperan aktif dalam kegiatan
ekonomi rakyat dan sekaligus mulai dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Modal
penting lainnya dalam pengembangan koperasi pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua adalah
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang memberikan landasan hukum
yang kuat bagi pembangunan koperasi yang selaras dengan pembangunan di sektor-sektor lainnya
dalam upaya membangun koperasi yang maju dan mandiri.

Tantangan dalam Pembangunan Koperasi karena berbagai alasan ekonomi dan nonekonomi
dan berbagai kondisi struktural dan sistem yang ada masih menghambat koperasi. Selaras dengan
perkembangan pembangunan yang dinamis dan pertumbuhan ekonomi dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keenam, terbuka berbagai peluang usaha yang dapat dimanfaatkan
dalam pengembangan koperasi. Sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam Rencana
Pembangunan Lima Tahun Keenam di antaranya adalah tertata serta mantapnya kelembagaan dan
sistem koperasi agar koperasi makin efisien serta berperan utama dala m perekonomian rakyat dan
berakar dalam masyarakat.

Pembangunan koperasi sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin
memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien serta menjadi gerakan rakyat yang tangguh
dan berakar dalam masyarakat agar mampu memajukan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Garis-
garis Besar Haluan Negara 1993 menetapkan bahwa sasaran koperasi dalam Pembangunan Jangka
Panjang adalah terwujudnya koperasi sebagai badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang sehat, tangguh, kuat dan mandiri serta sebagai soko guru perekonomian nasional yang
merupakan wadah untuk menggalang kemampuan ekonomi rakyat di semua kegiatan perekonomian
nasional, sehingga mampu berperan utama dalam meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan
rakyat. Secara umum, kebijaksanaan umum pembangunan koperasi dalam Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keenam adalah meningkatnya prakarsa, kemampuan, dan peran gerakan koperasi
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan, pengembangan, serta
penguasaan ilmu pcngetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan dan memantapkan
kelembagaan, usaha, dan sistem koperasi untuk mewujudkan peran utamanya di segala bidang
kehidupan ekonomi rakyat.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/kebijaksanaan-pemerintah-dalam-
pembangunan-koperasi-di-indonesia.html (Diaksestanggal 9 Maret 2018)

http://ammeliapratiwi.blogspot.co.id/2017/11/makalah-masalah-peluang-dan-
tantangan.html (Diakses tanggal 9 Maret 2018)

http://kittingblogger.blogspot.co.id/2014/10/kendala-koperasi-di-indonesia.html (Diakses tanggal 9


Maret 2018)

12

Anda mungkin juga menyukai