Karsinoma Sel Basal 1
Karsinoma Sel Basal 1
PENDAHULUAN
Karsinoma sel basal (KSB) adalah tumor ganas yang berasal dari sel
pluripotensial pada lapisan basal epidermis, yaitu sel non-keratinosit. Umumnya
timbul di bagian tubuh yang terpajan sinar matahari seperti kepala dan leher,
namun dapat juga terjadi pada bagian tubuh lainnya. 1,2 Bentuk lesi berupa ulserasi,
telangiektasis, translusensi dan rolled border. Penyebab karsinoma sel basal
belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa faktor yang memiliki
hubungan dengan timbulnya karsinoma sel basal antara lain radiasi sinar
ultraviolet, penggunaan fotokemoterapi (PUVA) dan fototerapi UVB, riwayat
terpajan X-ray, infeksi Human papilloma virus (HPV), pajanan bahan yang
bersifat karsinogenik seperti arsenik, serta riwayat kanker dalam keluarga.1,2,3
Karsinoma sel basal temasuk dalam salah satu jenis kanker kulit non-
melanoma. Kanker kulit non-melanoma sendiri merupakan kanker kulit yang
paling sering terjadi pada manusia. Sekitar 75% sampai 80% dari kanker kulit
non-melanoma adalah karsinoma sel basal, sedangkan sisanya 25% adalah
karsinoma sel skuamosa.1,2,4 Karsinoma sel basal banyak diderita oleh kelompok
kulit putih terutama yang tinggal di daerah panas dan dataran tinggi.2,3 Penyakit ini
lebih sering terjadi pada usia lebih dari 60 tahun namun frekuensinya meningkat
pada usia kurang dari 50 tahun dengan penderita laki-laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sekitar 57%
penderita karsinoma sel basal adalah laki-laki.1,4
Penyakit ini sangat jarang bermetastasis dan menyebabkan kematian,
namun memiliki kecenderungan untuk berinvasi dan merusak jaringan sekitarnya
sehingga tingkat morbiditasnya dapat meningkat bila terjadi kesalahan diagnosis
2
ataupun terapi yang tidak tepat.1,2,3 Kesalahan diagnosis dan terapi yang tidak tepat
tersebut sering terjadi karena sulitnya membedakan gambaran klinis karsinoma sel
basal dengan karsinoma atau kelainan kulit lain, khususnya karsinoma sel
skuamosa dan melanoma maligna. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui
bagaimana kriteria diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat bagi karsinoma sel
basal.
DEFINISI
Karsinoma sel basal (KSB) adalah kanker kulit non melanositik yang
berasal dari sel basal stratum basalis epidermis. Ukuran tumor bervariasi dari
beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Tumor dapat menginvasi dermis
tapi jarang menginvasi bagian tubuh lainnya. KSB memiliki distribusi yang khas
tubuh yaitu 70% pada kepala (paling sering pada wajah ), 25% pada batang tubuh,
dan 5% pada penis, vulva, atau kulit perianal. 2,5
ETIOLOGI
KSB disebabkan seringnya terpapar sinar UVL yang umumnya spektrum
ultraviolet. Pasien yang terpapar arsenik, pasien dengan imunosupresif kronis,
xeroderma pigmentosum, sindrom nevus sel basal, dan sindrom Bazex merupakan
predisposisi untuk terjadinya KSB. Jenis kulit albinisme juga cenderung terkena
KSB. Sinar UV menyebabkan mutasi pada gen supresor tumor p53 dan Patched
Tumor-Supressor Homologue (PTCH) sehingga mensimulasi penghantaran sinyal
terus menerus untuk pembentukan sel. 3,6
PATOGENESIS
Radiasi UV, terutama UVB dengan spektrum 290-320 nm diduga sebagai
faktor utama KSB. Sinar ultraviolet menginduksi mutasi pada gen supresor tumor
p53 yang terletak pada kromosom 17p. Fungsi gen p53 adalah mengontrol siklus
sel dan menyebabkan apoptosis. Mutasi pada tumor supressor gen p53
menyebabkan inaktifasi gen tersebut dan perkembangan resisitensi tumor terhadap
apoptosis.1,6
3
Selain mutasi pada gen supressor tumor p53, pada KSB juga terjadi mutasi
gen penyandi Patched Tumor-Supressor Homologue (PTCH) yang terletak pada
kromosom 9q22. Gen PTCH mengkode reseptor yang bekerja pada jalur
penghambatan proliferasi sel ( jalur Hedgehog). Terdapat dua gen utama pada
jalur Hedgehog, yaitu PTCH dan Smoothed G-protein-coupled receptor (SMO).
Mutasi pada gen PTCH mencegah PTCH terikat dengan SMO dan menstimulasi
kehadiran Sonic Hedhoge (SHH). Ketika SHH hadir, ia mengikat PTCH, dan
kemudian melepaskan dan mengaktifkan SMO. Sinyal SMO disampaikan ke inti
melalui Glioma (GLI). Gen SMO dan GLI yang aktif menstimulasi penghantaran
sinyal terus menerus untuk pembentukan sel. Gen SMO memungkinkan
penghantaran sinyal tanpa hambatan yang menyebabkan pertumbuhan tumor tidak
terkendali. Kehilangan penghambatan jalur ini dikaitkan dengan keganasan
termasuk karsinoma sel basal.6,7
KLASIFIKASI
4
Subtipe Nodular
KSB tipe nodular adalah tipe KSB paling umum. KSB tipe nodular paling
sering terjadi pada kepala, leher, dan punggung atas. KSB tipe nodular mungkin
memiliki beberapa ciri, yaitu papula dengan cekungan di sentral, warna seperti
mutiara, terdapat erosi atau ulserasi, pendarahan spontan, pengerasan kulit, batas
tidak tegas, translusen, telangiektasis dan riwayat perdarahan dengan trauma
minor. Khasnya tipe nodular adalah lesi luas dengan bagian tengah terdapat
nekrosis (ulkus rodent).1
Subtipe Pigmentasi
Karsinoma sel basal berpigmen adalah subtipe dari KSB nodular yang
menunjukkan peningkatan melanisasi. Karsinoma sel basal berpigmen muncul
sebagai papul hiperpigmentasi, berwarna coklat atau homogen (hitam merata).1
5
Subtipe Superfisial
Tipe superfisial muncul biasanya pada batang tubuh dan bahu. Lesi berupa
patch eritema yang menyerupai eksema, sering multipel, berwarna merah jambu
atau merah, tumbuh perlahan dalam beberapa bulan atau tahun , mudah berdarah
dan dapat membentuk ulkus. Eksema yang tidak ada perbaikan dengan
pengobatan harus dicurigai sebagai KSB subtipe superfisial. 1,2
Subtipe Morpheaform
6
Subtipe Fibroepithelioma
Subtipe fibroepitelioma atau fibroepithelioma of pinkus memiliki
gambaran berupa satu atau beberapa nodul yang keras, permukaannya halus dan
berwarna sedikit kemerahan (pink), biasa terdapat pada pundak bagian bawah.1,2
DIAGNOSIS BANDING
Gambaran klinis KSB secara umum menyerupai gambaran klinis
karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna. Bedanya, KSB seringkali
meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatis pada permukaannya, sedangkan
karsinoma sel skuamosa dan melanoma maligna berupa nodul menebal, bersisik,
berulserasi dan kadang-kadang berdarah. Khusus pada melanoma maligna lesinya
asimetri, tepi tidak beraturan, warna yang berbeda-beda, dan diameter yang lebih
besar dari 6 mm.2,6,8
Diagnosa banding untuk KSB subtipe nodular adalah nevus melanosit,
molluscum contagiosum, dan hiperplasia kelenjar sebasea senile. Subtipe nodular
7
biasanya nampak jelas ketika diameternya lebih dari beberapa milimeter. Pada lesi
awal, mungkin sulit dibedakan dari beberapa diagnosis tersebut. Nevus dapat
dikenali jika rambut tumbuh dari permukaan, dan pada molluscum contagiosum
atau hiperplasia kelenjar sebasea terdapat central keratin. Krusta di permukaan
dapat menyebabkan KSB sulit dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa dan
molluscum contagiosum. Pada semua kasus KSB, debris atau skuamanya sangat
mudah dilepaskan.2,8
Subtipe pigmentasi dan ulserasi kadang-kadang sulit dibedakan dengan
melanoma maligna. Bentuk KSB biasanya bulat, terdapat telangiektasis dan
multinoduler serta tidak ada halo berpigmentasi. Warnanya cenderung coklat tua,
kontras dengan warna coklat keabu-abuan pada melanoma maligna.2
Subtipe superfisial merupakan KSB yang paling sulit dibedakan dengan
penyakit lain. Inspeksi mungkin menunjukkan adanya patches of eczema,
psoriasis atau suatu Bowen’s disease. Diagnosisnya bisa disingkirkan dengan
melepaskan krusta dan meregangkannya kemudian diinspeksi secara teliti.
Inspeksi hanya dapat menyingkirkan eczema atau psoriasis sedangkan untuk
menyingkirkan Bowen’s disease diperlukan pemeriksaan biopsi.2,8
DIAGNOSIS
Kanker kulit non melanoma, khususnya KSB membutuhkan suatu deteksi
dini dan ketepatan diagnosis. Hal ini berguna untuk menentukan modalitas terapi,
baik berdasarkan temuan secara klinis maupun patologi, serta bagaimana
pendekatan dan upaya pencegahan terhadap pasien dengan faktor resiko spesifik.
Deteksi dini KSB sangat bergantung pada pengenalan faktor resiko dan
karakteristik perkembangan tumor pada masing-masing kelompok resiko tersebut.
Deteksi dini KSB dapat ditentukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
sedangkan untuk diagnosis pasti ditentukan dengan pemeriksaan histopatologi.2,3,4
Anamnesis
8
Pemeriksaan fisik
Lesi yang tampak pada KSB antara lain tidak berambut, warnanya mulai
dari hipopigmentasi hingga hiperpigmentasi, pada tipe tertentu warna khas seperti
mutiara (translusen). Penyebaran warna tidak homogen.
Permukaan lesi KSB biasanya tak rata, cekung ditengah dengan pinggir
agak menonjol (linear atau papular), kadang disertai skuamasi halus atau krusta
yang melekat, bila diangkat mudah timbul perdarahan. Perabaan berbeda-beda
sesuai dengan keadaan, dapat keras, kenyal, terasa nyeri, dan dalam taraf
permulaan mudah digerakkan dari dasarnya.
Pada KSB sering timbul tunas yang bersifat seperti tumor induknya.
Diameter terpanjang tumor membentuk sudut dengan garis RSTL (Rest Skin
Tension Line) dan telangiektasis kadang-kadang ditemukan mulai dari pinggir ke
arah sentralnya.2,4
9
Gambar 6. Gambaran klinis Karsinoma Sel Basal (A) tipe nodular dengan
telangiektasis (panah); (B) tipe nodulo-ulseratif : lebar; (C) plak eritem
superfisial disertai ulserasi yang terdapat pada tipe superficial; (D) patch
sklerotik (panah) di hidung yang terdapat pada tipe morphea; (E) nodul gelap
(panah) pada tipe pigmentasi4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat menunjang penegakkan diagnosis KSB antara
lain lampu wood dan biopsi kulit. Pemeriksaan lampu wood dilakukan dengan
cara menyinari lesi dengan lampu. Lesi akan tampak seperti gambaran mutiara.
Sedangkan biopsi kulit dilakukan dengan mengambil jaringan di seluruh area lesi.
Pisau yang digunakan adalah scalpel no. 15. Biopsi yang mencakup area pokok
dilakukan pada KSB subtipe morpheaform atau KSB yang berulang pada lesi
yang sudah menjadi scar.9
10
A B
C D
Gambar 7. (A) potongan melintang kulit : tampak lapisan jaringan epidermis, dermis dan subkutan
serta daerah invasi tumor di bagian atasnya; (B) tampak nukleus hiperkromatik dan sel palisade
pada KSB; (C) gambaran histopatologi KSB subtipe fibroepitelioma; (D) sel basal yang tipis dan
irreguler pada KSB subtipe morphea4
PENATALAKSANAAN
Dalam hampir semua kasus, modalitas pengobatan yang dianjurkan untuk
KSB adalah operasi. Beberapa pengobatan topikal ada untuk beberapa bentuk
KSB, meskipun secara umum dengan tingkat kesembuhan kurang dibandingkan
modalitas bedah. Perawatan bervariasi menurut ukuran, kedalaman, dan lokasi
kanker. Idealnya, pilihan perawatan harus dievaluasi bersama-sama dengan dokter
bedah, dermatolog, dan radiotherapist dan harus didasarkan pada diagnosis
histologis.
11
Penatalaksanaan Umum10
Penatalaksanaan umum yang dapat dianjurkan untuk penderita KSB antara
lain : (a) lindungi kulit dari cahaya matahari dengan menggunakan topi, kemeja
lengan panjang, celana panjang atau rok panjang; (b) sebaiknya hindari sinar
matahari pada tengah hari karena sinar matahari yang paling kuat adalah pada
tengah hari; (c) gunakan tabir surya berkualitas tinggi setengah jam sebelum
berpergian minimal dengan SPF 15, yang menghambat sinar UVA dan UVB; (d)
periksa kulit secara teratur untuk mengetahui adanya berbagai perubahan yang
mengarah kepada keganasan (pertumbuhan baru di kulit yang membentuk tukak,
mudah berdarah, sukar sembuh, berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri,
meradang atau gatal).
Penatalaksanaan Khusus
Penatalaksanaan khusus untuk penderita KSB terdiri dari penatalaksanaan bedah
dan non-bedah. Berikut penjelasan mengenai kedua modalitas penatalaksanaan
tersebut :
1. Non-bedah (terapi dengan Obat-obatan ) antara lain : 11, 12,13
a. 5-fluorourasil 5% (Efudex) topikal
5-fluorourasil (5-FU) dipakai dua kali sehari selama 2-12 minggu bisa
efektif dalam mengobati KSB superfisial, dengan angka kesembuhan
dilaporkan setinggi 93%. Penggunaan 5-fluorourasil untuk jenis KSB lain
pada umumnya tidak direkomendasikan karena tidak cukup menembus ke
dalam lapisan kulit untuk memberantas semua sel tumor. Iritasi dan
pengerasan kulit umum terjadi bila menggunakan obat ini. Tingkat
kekambuhan sangat tinggi. Efek samping 5-fluorourasil antara lain
pengerasan kulit, kemerahan, nyeri, peradangan, atau iritasi kulit. Efek
samping yang berat dapat berupa ruam, gatal-gatal, sulit bernapas, sesak
nafas, pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau lidah, BAB berdarah,
perubahan warna kulit, menggigil, demam, parut atau luka di daerah yang
dirawat , kulit terbakar terus-menerus, pengerasan kulit, kemerahan, nyeri
terus menerus, peradangan berat, atau iritasi kulit yang luas, dan muntah.
12
e. Radioterapi
Radioterapi baik dilakukan pada KSB karena bersifat radiosensitif.
Radioterapi digunakan untuk pasien yang memiliki kontraindikasi untuk
dilakukan operasi, misalnya, kondisi genetik predisposisi untuk kanker
kulit xeroderma pigmentosum, alergi terhadap obat bius, radiodermatitis,
kanker rekuren, sedang mendapat terapi antikoagulan, kecenderungan
untuk membentuk keloid, dan tumor terletak pada wajah. Meskipun
radioterapi digunakan secara luas di masa lalu karena angka kesembuhan
tinggi (95%), sekarang jarang digunakan karena menghabiskan banyak
waktu dan biaya. Radioterapi kurang efektif untuk tumor di luar muka.
Metode pengobatan dengan sinar dilakukan dengan cara pemberian sinar
luar (radiasi eksterna) dan sinar dalam (brakhiterapi) yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil yang
optimal seringkali kedua metode diberikan secara kombinasi. Sesuai
dengan istilahnya maka sinar dalam diberikan dengan cara langsung pada
jaringan kankernya, bisa dengan menancapkan sumber radiasi (berupa
jarum) langsung ke jaringan kanker seperti pada kanker lidah atau prostat,
atau dengan menempatkannya pada struktur anatomis seperti pada kanker
rahim. Dengan cara demikian hanya jaringan kanker saja yang
memperoleh dosis sinar, sedangkan jaringan normal sekitarnya praktis
tidak memperolehnya.
2. Bedah 2,15,16,17,18
Ada beberapa macam modalitas penatalaksanaan KSB melalui
prosedur bedah, yaitu bedah listrik dan bedah scalpel. Bedah listrik terdiri
dari electrodesiccation dan kuretase (tanpa electrodesiccation). Sedangkan
bedah scalpel terdiri dari bedah eksisi, bedah plastik, Mohs Mikrografi,
cryosurgery dan bedah laser. Bedah Mohs Mikrografi merupakan salah
satu prosedur bedah yang dapat dilakukan oleh seorang spesialis kulit.
Mohs operasi dilakukan dalam empat langkah, yaitu pengangkatan
jaringan tumor; pemetaan potongan jaringan, pembekuan dan pemotongan
jaringan antara 5 mm dan 10 mm menggunakan cryostat , dan pewarnaan
15
KESIMPULAN
KSB adalah tumor ganas yang berasal dari sel pluripotensial pada lapisan
basal epidermis, yaitu sel non-keratinosit. Insiden penderita KSB meliputi 75 %
dari seluruh kanker kulit non melanositik.
KSB disebabkan seringnya terpapar sinar ultraviolet. Pasien yang terpapar
arsenik, pasien dengan imunosupresif kronis, sindrom nevus sel basal, dan
sindrom Bazex merupakan predisposisi untuk terjadinya KSB. UV-menyebabkan
mutasi pada gen supresor tumor p53 dan PTCH sehingga menstimulasi
penghantaran sinyal terus menerus untuk pembentukan sel. Umumnya, KSB
16
didiagnosa bila ada lesi yang berdarah dalam waktu yang singkat kemudian
sembuh sempurna.
KSB terjadi pada bagian tubuh yang terekspos sinar matahari, terutama
mengenai kepala dan leher, tapi dapat juga mengenai bagian tubuh yang lain.
Diagnosa KSB ditegakkan dari hasil biopsi kulit. KSB terbagi menjadi beberapa
subtipe antara lain KSB subtipe nodular, KSB subtipe pigmentasi, KSB subtipe
superfisial, KSB subtipe morpheafom, dan KSB subtipe fibroepitelioma.
Pengobatan antara lain terapi menggunakan obat-obatan dan terapi melalui
tindakan bedah. Obat-obatan yang digunakan pada terapi KSB antara lain 5-FU,
interferon, imiquimod, dan GDC-0449. Metode bedah yang paling umum adalah
electrodesiccation dan kuretase (tanpa electrodesiccation), eksisi, operasi Mohs
Mikrografi, cryosurgery, operasi plastik, dan bedah laser. Operasi Mohs memiliki
angka kesembuhannya tertinggi dibandingkan modalitas pengobatan lainnya (99%
untuk karsinoma basal sel primer, 90-95% untuk KSB berulang) dan merupakan
terapi pilihan pada hampir semua subtipe KSB (KSB infiltrasi, KSB
mikronodular, KSB morpheaform, dan KSB berulang).
17
DAFTAR PUSTAKA
1. John A, David J. Basal Cell Carcinoma. In: Wolff, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilcherst BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th ed. United states of America: McGraw-Hills
Companies, Inc; 2012:p.1294-1302
2. Mackel, Quinn. Non-Melanoma Skin Cancer and Other Epidermal Skin
Tumours. In: Burns, Stephen, Neil, Christopher, editors. Rooks Text Book
of Dermatology. 7th ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd; 2004:p.1803-
1826
3. James WD, Berger TG, Elston DM. Basal Cell Carcinoma. Andrew’s
Diseases of The Skin Cinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier
Inc; 2006:p.646-650
4. Bhawan, Jag. Premalignant and Malignant Epithelial Neoplasms. In:
Grant-Kels, Jane M, editors. Color Atlas of Dermatopathology. New York:
Informa Healthcare USA, Inc; 2007:p.191-208
5. Erba P, Farhadi J, Wettstein R, Arnold A, Harr T, Pierer G. Morphoeic
Basal Cell Carcinoma of The Face. Scand J Plast Reconstr Surg Hand
Surg. 2007;41(4):184-8
6. Samarasinghe V, Madan V, Lear J. Focus on Basal Cell Carcinoma.
Journal of Skin Cancer. 2010;2011:1-5
7. Tang J, So P, Epstein E. Novel Hedgehog pathway targets against Basal
Cell Carcinoma. NIH Public Access. Toxicol Appl Pharmacol.
2007;224(3):257-264
8. Fresini A, Rossiello L, Severino BU, Del Prete M, Satriano RA. Giant
Basal Cell Carcinoma. Skinmed. 2007;6(4):204-5
9. Klein RD, Dykas DJ, Bale AE. Clinical Testing for The Nevoid Basal Cell
Carcinoma Syndrome in a DNA Diagnostic Laboratory. Genet Med.
2005;7(9):611-9
10. Wicking C, McGlinn E. The Role of Hedgehog Signalling in
Tumorigenesis. Cancer Lett. 2001;173(1):1-7
18
11. Griffin JR, Cohen PR, Tschen JA, et al. Basal Cell Carcinoma in
Childhood: Case Report and Literature Review. J Am Acad Dermatol.
2007:S99-7
12. Miller BH, Shavin JS, Cognetta A, et al. Nonsurgical Treatment of Basal
Cell Carcinomas with Intralesional 5-Fluorouracil/Epinephrine Injectable
Gel. J Am Acad Dermatol. 1997;36(1):72-7
13. Geisse JK, Rich P, Pandya A, Gross K, Andres K, Ginkel A. Imiquimod
5% cream for the treatment of superficial basal cell carcinoma: a double-
blind, randomized, vehicle-controlled study. J Am Acad Dermatol. 2002;
47(3):390-8
14. Von Hoff DD, et al. "Efficacy data of GDC-0449, a systemic Hedgehog
pathway antagonist, in a first-in-human, first-in-class phase I study with
locally advanced, multifocal, or metastatic basal cell carcinoma
patients". AACR Meeting. 2008
15. Lewis JE. Keloidal basal cell carcinoma. Am J Dermatopathol. 2007;
29(5):485
16. Kempf RA. Systemic therapy of skin carcinoma. Cancer Treat Res. 1995;
78:137-62
17. Mukamal KJ. Alcohol consumption and self-reported sunburn: a cross-
sectional, population-based survey. J Am Acad Dermatol. 2006; 55(4):584-
9
18. Barlow JO, Zalla MJ, Kyle A, DiCaudo DJ, Lim KK, Yiannias
JA. Treatment of basal cell carcinoma with curettage alone. J Am Acad
Dermatol. 2006;54(6):1039-45
19
TUGAS
Rumus ABCDE untuk diagnosis kanker kulit
(American Academy of Dermatology, AAD 2009)
A – Asymmetry (asimetris): Apakah lesi simetris atau tidak. Pada kanker kulit,
jika digambarkan sebuah garis di tengah lesi, tampak area lesi tak sama pada
kedua sisinya.
B – Border (batas): Lesi kanker kulit biasanya memiliki batas yang tidak jelas
C – Color (warna): Lesi yang lebih dari satu memerlukan evaluasi dari dokter.
Lesi yang normal biasanya memiliki satu warna, termasuk perubahannya semakin
terang atau semakin gelap.
D – Diameter (diameter): Lesi dapat dicurigai suatu kanker jika diameternya
lebih dari 1/4 inch atau 6mm.
E - Elevation/Evolving (penonjolan): Bagaimana perubahan penonjolan lesi di
atas permukaan kulit dan bagaimana permukaan lesi itu sendiri.