Kata Pengantar
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga
menjadi protoplas (sel yang kehilangandinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan
listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman
sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan
DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel
tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel
yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel
yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk
tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman
dapat diamati.
Contoh-contoh
Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia dibawah ini:
JENIS TANAMAN
1.Tanaman Kentang, Jagung, Kapas. sifat yang di modifikasi ialah: Tahan (Resisten)
terhadap Hama
4. Tanaman Tembakau. Sifat yang di modifikasi ialah: tahan terhadap cuaca dingin
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat
unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.
Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal
dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini
adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto,
salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual
benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu,
tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara,
termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah
diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek
"Flavr Savr".Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum
matang kemudian disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna
merah. Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan tomat
transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan
buah selamatransportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan. Namun, penjualan Flavr
Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan penjualannya
mengalami kerugian. Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari
tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.
Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari organisasi
non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace danFriends of the Earth Internasional. Dari segi
kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi)
baru bagi manusia. Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum
suatu tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian
potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk
dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak
akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah
kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila
dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan yang
berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh
sehingga tidak akan ada gen aktif. Untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam
memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara
Eropa, telah melakukan pemberian label terhadap produk transgenik. Pelabelan tersebut juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil
tanaman transgenik.
PENGARUH PADA LINGKUNGAN (EKOLOGIS)
Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa
rekayasa atau manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati
penciptaan Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap
sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena mengubah makhluk yang telah diciptakan-
Nya. Pemikiran teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik
merupakan suatu kemungkinan yang disediakan oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada
manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan. Dalam sudut pandang agamatersebut, modifikasi
genetika tanaman tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga
harus diperhatikan karena merupakan tanggung jawab manusia. Dalam menanggapi isu tentang
tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di
Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah
dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umatIslam. Untuk tanaman yang
disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh,
yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya. Sertifikasi
makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi,
dan pemerintah Malaysia.
Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu
makhluk hidup ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan biasa terjadi di alam sejak
pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga berargumen bahwa persilangan berbagai
jenis padi yang dilakukan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para
petani sejak dahulu. Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-
gen yang ada di tanaman tersebut. Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen
tersebut secara sengaja dan sistematis.
Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang besar dan
umumnya dilakukan oleh perusahaan perusahaan swasta maupun pemerintah di negara
maju.Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil
investasinya, tanaman transgenik yang telah diproduksi akan dipatenkan. Di dalam salah satu
laporan kerja Komisi Eropa, disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik
dapat mengakibatkan petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan
harus membeli pada produsen dari negara maju. Ketergantungan para petani terhadap
produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".Sebagian
tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam
satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak). Hal ini
akan menyebabkan terjadinya arus modal dari negara berkembang ke negara maju untuk
pembelian bibit transgenik setiap kali akan melakukan penanaman Para petani di negara-
negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal karena pemberlakuan paten
dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dilakukan oleh produsen benih. Jika petani tersebut
tidak mampu membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara negara penghasil
tanaman transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar. Salah
satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dilakukan oleh Yayasan
Rockefeller. Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik
dengan harga yang lebih murah kepada negara-negara miskin.
Di beberapa negara bagian Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah mengakibatkan
terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut. Mereka takut
akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara
pengekspor serealia lainnya.
TANAMAN TRANSGENIK DI INDONESIA
Strip untuk mendeteksi jagung transgenik. Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).
1. Tanaman transgenik adalah tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen
tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman.
3. Dampak tanaman transgenik terhadap lingkungan, dapat memunculkan strain virus yang lebih
ganas, gulma super yang tahan herbisida.
4. Kekhawatiran terhadap tanaman transgenik yang dapat menimbulkan keracunan, alergi, dan
bakteri pada tubuh manusia akan tahan terhadap antibiotik.
5. Perlu dilakukan pengujian secara lanjut terhadap produk tanaman transgenik yang beredar
dipasaran agar tidak berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1626834-amankah-mengkonsumsi-tanaman-
transgenik/
http://makalahbiologiku.blogspot.com/2010/04/tanaman-transgenik.html
Muladno, MSA. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor. Pustaka
Wirausaha Muda.