Anda di halaman 1dari 13

Bawang Merah dan Bawang Putih

Anggota :
 Amelia Putri F. sebagai
 Ananda Rizkia sebagai
 Anastasya Nabila C. sebagai
 Anggun Nurhasanah sebagai
 Aprilia Sagita D. sebagai
 Audy Adilla H. sebagai
 Bakuh Maulana F. sebagai
 Chika Tunjung K. sebagai
 Elang Sakhi S. sebagai
Jaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama “Desa
Bumbu” tinggalah sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keluarga tersebut adalah Ayah Bawang, Ibu Bawang Daun, dan
Bawang Putih.
Ayah Bawang : “Nak , Ayah pamit kerja ya. Hati – hati di rumah.”

Bawang Daun : “ Iya Yah hati-hati di jalan. Nanti Bawang Putih


mengantarkan makan siang untukmu ke pasar”

Bawang Putih : “Semoga jualan Ayah laku ya.”

Ayah Bawang pun pergi ke pasar untuk berjualan di toko


besarnya.
Bawang Putih: “Bu, Bawang Putih pergi ke sungai dulu ya Bu.
Asalamualaikum.”

Ibu Bawang Daun: “Ya hati-hati ya Nak. Walaikumsalam.”

Bawang Putih pergi ke sungai untuk menyuci. Di balik pohon


Bawang Merah dan Ibunya tersenyum jahat.

awang Merah : ”Ini saatnya kita menjalankan rencana.”


ng Merah : “Ya benar Bu ! Ayo cepat mumpung Ibu Bawang Daun lagi
sendiri tuh!”
awang Merah : “Selamat pagi Jeng. Sendirian aja nih? “
awang Daun : “Eh ibu iya nih. Kenapa Jeng?”
ng Merah : “Ini Bi, kami bawakan nasi kuning yang sangat enak!”
awang Merah : “Iya Jeng. Habiskan ya, saya khusus membuatkannya untuk
Jeng Bawang Daun.”
awang Daun : “Wah..... Sepertinya enak sekali. Terima kasih ya. Saya pasti
menghabiskannya. Ayo makan bersama.”
ng Merah : “Ah Bi, kami sudah makan. Lebih baik Bibi saja.”
awang Merah : “Kita pulang dulu ya. Asalamualaikum.”
awang Daun : “Walaikumsalam. Terima kasih ya.”
Ibu Bawang Daun memakan nasi kuning itu.

awang Merah : “Hahahahaha .....rasain kamu ! Sebentar lagi suamimu akan


menikahkanku ! Dan seluruh hartanya akan menjadi milikku!”
ng Merah : “Rasain! Dan ini kesempatanku untuk menyikasa Bawang
Putih!”

Pada saat itu juga Ibu Bawang Daun tewas di tempat.

Bawang Putih : “Bu !!!! Ibu !!! Ibuuuuuuuuuuuuuuu!!!


Bangun!!!”
Ayah Bawang : “Istriku !!! Istriku !!! Bangguuun !!!”

Setelah Ibu Bawang Daun meninggal Ayah Bawang menikahi


Ibu Bawang Merah.

h Bawang : “Saya terima nikahnya ibu bawang merah dengan mas kawin
seperangkat bumbu dapur di bayar tunai.”
hulu : “Bagaimana saksi ? Sah??”
i : “Saaaaaah.......alhamdulilah.”
Beberapa hari kemudian..

Bawang Merah : “Hey kau Bawang Merah, sapu sapu dong yang rajin kayak
Bawang Putih. Sapu sampai bersih. “
ang Merah : “Ya! “
ang Putih : “Biar aku bantu ya..”
ang Merah : “Tidak usah! “
Bawang Merah : “Sudah sudah, Bawang Putih sini nak. Kamu duduk bersama
ibu dan ayah.”
h Bawang : “Ah....aku harus pergi ke pasar.”
Bawang Merah : “Ah...minum teh dulu.”
ang Merah : “Udah! Ayo cepet kita ke sungai!”
ang Putih : “Untuk apa ?”
ang Merah : “Udah ayo antar aku !!”

Bawang Putih dan Bawang Merah pun pergi ke sungai lalu


Ayah Bawang meminum teh itu dan mati di tempat.

awang Merah : “Rasain kau !! Sekarang semuanya menjadi miliku ! Haha. “


ng Putih : “Ayaaaaaaaaaaah !!! Ayah bangun – bangun !!”
: “Lihat saja. Kelak akan ada bencana yang menghampiri
Bawang Merah dan Ibunya. Karna semua yang mereka perbuat akan
mendapat balasan yang setimpal.” Triiiiiiiing.

Setelah Ayah Bawang Putih meninggal, Bawang Putih selalu


di jadikan pembantu di rumahnya sendiri.

Bawang Merah : “Heh heh ! Tuh masih ada yang kotor ! Yang bener doong !!!!”
ang Merah : “Kalo nyapuu itu harus sampai bersih.” (sambil terus
menjatuhkan tisu tisu di lantai)
ang Putih : “Bawang Merah, hentikan. Lantai tak akan bersih jika kau
terus mengotorinya seperti ini.”
Bawang Merah : “Berani kau !! Diam ! Kerjakan yang benar!!”
ang Merah : “Dan jangan lupa cucikan semua bajuku ! Nih !”

Ibu Bawang dan Bawang Merah hanya bersantai – santai


saja di rumah sedangkan Bawang Putih di belakang rumah harus
membereskan pekerjaan rumah.

g Ajaib : “Bawang Putih - Bawang Putih kau tak kenapa – kenapa ? “


ng Putih : “Aku baik - baik saja. Hay kucing baik, ada apa datang kemari
?“
g Ajaib : “Ini aku mengantarkan undangan pesta panen dari pangeran.
Pangeran mengundang semua warga di desa bumbu ini. Kau jangan
lupa datang ya. Kalau bisa kau jangan beritahu Bawang Merah dan
Ibu Bawang ! Biar mereka tau rasa.”

Tiba – tiba Bawang Merah dan Ibunya muncul.

ng Merah : “Bawang Putih, apa yang sedang kamu bawa ?? Berikan


undangan itu padaku !!”
awang Merah : “Hey bocah ingusan ! Berani-beraninya kau !! Pergi sana !! “
g Ajaib : “Mereka memang benar -benar jahat.”

Bawang putih pergi ke sungai dan Kucing Ajaib


mengikutinya.

awang Merah : “Hanya kita berdua saja yang boleh datang ke pesta panen ini.
Dan biarkan Bawang Putih sendirian disini !”

Setelah bawang putih datang di sungai, dia mencuci baju


milik Ibu Bawang Merah. Tidak sengaja, tiba-tiba baju itu
hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih mengejar baju yang
hanyut itu tapi sayangnya baju itu sudah menghilang entah
hanyut kemana.
ng Putih : “Aduh, bagaimana ini. Tidak mungkin aku akan terus mencari
baju itu, hari sudah semakin gelap.”

Akhirnya Bawang Putih pulang ke rumah dan menceritakan


kepada Ibunya tentang baju yang hanyut itu.

bu Bawang Merah : “Dasar anak ceroboh !!”


Bawang Putih : “Maafkan saya bu !”
Bawang Merah : “Maaf maaf ! Cari baju itu sampai ketemu !!”
Ibu Bawang Merah : “Heh ! Jangan pulang sampai baju itu
ditemukan !!”

Dengan sedih Bawang Putih terus mencari baju itu sampai


larut malam.

ang Putih : “Bagaimana ini, sudah larut malah tapi baju itu belum di
temukan.”
: “Tenanglah Nak, aku akan membantumu.”
ang Putih : “Suara siapa itu ? Siapa kau?”
: “Bawang Putih. Aku adalah Peri, aku akan membantumu
untuk menemukan baju Ibu Tirimu. Bawang pergilah ke sebuah
istana. Disanalah kau akan menemukan baju itu.”
Bawang Putih : “Istana Pangeran yang akan mengadakan pesta
panen itu ? “
Peri : “Iya.”
Bawang Putih : “Terima kasih Peri.”

Bawang putih pun segera pergi ke istana. Di lain tempat Ibu


Bawang Merah dan Bawang Merah sedang bersiap-siap untuk
pergi ke pesta panen.

Ibu Bawang Merah : “Pasti anak itu sedang pusing mencari baju
itu. Haha...”
Bawang Merah : “Iya, emangnya enak di bohongin.“

Bawang Merah dan Ibunya pergi ke pesta panen yang


diadakan oleh Pangeran.

ang Putih : “Peri, disinikah ? Tapi bagaimana bisa ? Aku dekil, pasti tidak
di boleh kan untuk masuk. “
: “Cobalah masuk.”
awal : “Heh ! Mana undangannya ? Jika kau punya maka kau boleh
masuk.”
ang Putih : “Undangan apa ? Aku tak punya undangan yang kalian maksut
!”
awal : “Dasar gembel ! Pergi kau !!”
ang Putih : “Peri bagaimana ini ? Aku harus menemukan baju itu dimana?
: “Kemarilah.....pegang tanganku. Aku akan membuat pengawal
– pengawal itu mengijinkan mu masuk. 1.2.3 “
Bawang Putih : “Bolehkah aku masuk?”
Pengawal : “Tentu saja, silahkan.”

Bawang Putih masuk ke istana.

: “Bawang Putih, pergilah ke belakang istana tempat dimana air


sungai mengalir, disana akan ada baju orangtuamu.”

Bawang Putih pergi ke belakang istana.

ang Merah : “Halo pangeran. Apa kabar ? “


eran : “Baik.... Terimakasih atas kedatangan kalian.”
Bawang Merah : “Wah wah. Kau sangat tampan malam ini. Begitu pula dengan
putriku yang cantik.”
eran : “Terimakasih. Kudengar kau mempunyai sudara bernama
Bawang Putih. Dimana dia ?”
ang Merah : “Apa ??? Bawang Putih ?? Dia bukan saudaraku lagi !!”
eran : “Benarkah? Apa kau tak membohongiku??”
ang Merah : “Sungguh ! Aku tak membohongimu.

Di belakang istana, akhirnya Bawang Putih bisa


mendapatkan baju yang hanyut itu.

Bawang Putih : “Terima kasih Peri. Kau sangat baik.”


: “Ini sudah menjadi tugasku. Ini aku punya beberapa perhiasan
untukmu. Pakailah. Jika ada oranglain yang memakainya, maka orang
itu akan mendapatkan bahaya. “
ang Putih : “Terima kasih Peri.”

Bawang Putih berjalan menuju gerbang istana untuk


pulang. Pangeran melihat Bawang Putih yang berjalan terburu-
buru menuju gerbang.

era : “Kau !! Kau !! Kau bawang putih ??”


ang Putih : “Pangeran?”
Pangeran : “Tunggu! Apa yang sedang kau lakukan ?”
ang Putih : “Maaf pangeran. Tadi aku mengambil baju Ibu Tiriku yang
hanyut di aliran sungai belakang istana ini.”
Bawang Merah : “Bawang Putih? Kenapa kau ada di sini ? Seharusnya kau
membersihkan rumah!”
ang Merah : “Dasar kau ! Malah keluyuran !”
ang Putih : “Maafkan aku. Aku akan segera pulang Bu.”
eran : “Oh jadi benar Bawang Putih adalah saudara kalian. Kenapa
kalian memperlakukannya seperti itu?”
ang Merah : “Tidak pangeran! Sungguh dia hanyalah pesuruh, Lihatlah
pengaran! Bawang Putih mencuri kotak perhiasanku, berikan!!”
ang Putih : “Jangan Bawang Merah , jangan !”
Bawang Merah : “Dasar kau ! Anak tak punya malu !!”
ang Merah : “Lihat pangeran, perhiasan ini lebih cocok dipakai olehku dan
Ibu ku. “

Bawang Merah Dan Ibu Bawang Merah memakai perhiasan


itu.

ng Merah : “Ah tidak ! Kenapa kulitku gatal gatal begini perih !! Ada apa
ini.”
awang Merah : “Kulitku gatal sekali !!”
ran : “Kalian pasti selalu jahat pada Bawang Putih. Dan itu ganjaran
untuk kalian. Sekarang cepat minta maaf pada bawang putih !!”
: “Apa yang kalian lakukan pada Bawang Putih selama ini
sungguh sangat jahat. Dan sekarang kalian telah mendapatkan balasan
yang setimpal. Cepat minta maaf pada Bawang Putih, jika tidak
keadaan kalian akan terus seperti ini.”
ran : “Sungguh aku tak menyangka, kalian akan sejahat itu pada
Bawang Putih.”
ng Merah : “Bawang Putih ! Aku mohon maafkan aku. Maaf karna
sikapku selalu jahat padamu. Sungguh aku minta maaf.”
awang Merah : “Maafkan Ibu Nak, ibu sudah berperilaku kasar padamu.
Maafkan ibu.”
ng Putih : “Sudahlah. Aku sudah memaafkan kalian. Aku yakin kalian
bisa berubah.”
awang : “Terimakasih Bawang Putih. Kau memang sangat baik.”
ran : “Sekarang, maukah kalian menjadi sahabatku? Ibu Bawang
Merah, Bawang Merah, dan Bawang Putih. Tinggalah di istanaku ini.
Aku ingin kalian menjadi bagian dari keluargaku.”

Akhirnya Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah


bertaubat, dan Pangeran mengajak Bawang Putih dan
keluarganya untuk tinggal di istananya yang megah. Kini
Bawang Putih hidup rukun dengan Bawang Merah dan hidup
bahagia.

Anda mungkin juga menyukai