Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
IKATAN KIMIA
IKATAN KIMIA
FARIDATUN SHOLEHAH
H311 14 030
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya ikatan yang kuat antara dua atau lebih atom disebut juga sebagai ikatan
kimia. Ikatan kimia menghasilkan formasi stabil dari suatu senyawa dengan sifatnya
sendiri. Ikatan ini permanen sampai akhirnya diketahui bahwa ada faktor eksternal
yang mempengaruhinya yaitu bahan kimia, suhu, energi dan lain sebagainya. Seperti
yang diketahui, molekul dibangun atas dua atau lebih atom yang memiliki
(Balasubramanian, 2007).
disebut ikatan kovalen. Dengan adanya ikatan kimia tersebut maka baik sifat kimia
maupun sifat fisika dari senyawa, seperti dapat menghantarkan listrik, kepolaran,
kereaktifan, bentuk molekul, warna dan sifat magnet titik didih yang tinggi dapat
dijelaskan melalui berbagai teori ikatan kimia tersebut. Salah satu teori ikatan kimia
adalah ikatan molekul. Dengan adanya ikatan molekul tersebut maka dapat dijelaskan
sifat fisika maupun kimia dari suatu senyawa atau ion kompleks yang terbentuk dari
ikatan
ikatan yang
kimia,ada dalam
seperti kimia. Dari
perbedaan titikikatan
didih ion sampai
suatu kovalen
senyawa. Olehdan juga itu,
karena kompleks atau
praktikum
tidaknya suatuagar
ini dilakukan ikatan.
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perbedaan dari jenis-jenis
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui bahwa senyawa yang
mempunyai ikatan ion dan ikatan kovalen dapat dibedakan melalui penampakannya
ketika dilarutkan dalam pelarutnya. Begitupun dengan senyawa kompleks dan bukan
kompleks.
Prinsip dari percobaan ini adalah membedakan senyawa ion dan kovalen
dengan cara dilarutkan dalam larutan AgNO3 setiap sampel dan kemudian dibuktikan
dengan terbentuk atau tidaknya endapan, membedakan reaksi senyawa kompleks dan
bukan kompleks dengam cara ditetesi larutan KCNS pada setiap sampel, serta
mendeteksi kekuatan ikatan sampel berdasarkan tingkat keasaman dengan cara ditetesi
TINJAUAN PUSTAKA
menyelidiki bagaimana cara-cara atom dari jenis yang satu bergabung dengan jenis
yang lain membentuk senyawa dengan ikatan kimia. Ikatan kimia adalah gaya Tarik
dan terkombinasi dalam senyawaan (Elida, 1992). Ikatan kimia juga bisa
diumpamakan sebagai jembatan para atom (Temel, 2016). Ikatan kimia terbentuk
(Suja, 2014). Studi ikatan kimia dalam padatan telah mengalami perkembangan
selama satu dekade terakhir. Situasi benar-benar berubah sejak ketika di tahun 1988,
Roald Hoffman secara provokatif mengamati bahwa banyak kimiawan padatan yang
mengisolasi diri mereka dari kimia organik dan juga anorganik dengan memilih untuk
Umumnya, ikatan kimia dapat dinyatakan sebagai salah satu dari tiga ikatan
yaitu ikatan kovalen, ikatan koordinat dan ikatan logam-logam, tetapi senyawa baru
yang disintesis satu demi satu tidak selalu dapat diklasifikasikan dengan ikatan
boron hidrida, ikatan koordinat dalam senyawa kompleks logam transisi, ikatan
logam-logam dalam senyawa kluster, dll. konsep-konsep baru ikatan telah dikenalkan
dalam teori ikatan untuk menjelaskan jenis-jenis ikatan kimia baru ini. Sebagaimana
telah dikenal ikatan lemah yang disebut interaksi van der Waals telah dikenali ada di
atom atau senyawa molekular netral. Potensial interaksi ini berbanding terbalik dengan
jarak antar atom pangkat 6. Jarak terdekat namun nonikatan antar atom diperkirakan
dengan menjumlahkan jari-jari van der Waals yang diberikan untuk masing-masing
Ketika atom berinteraksi untuk membentuk ikatan kimia, hanya bagian terluar
dari atom yang berinteraksi. Untuk alasan itu, ketika kita belajar tentang ikatan kimia,
kita akan khawatir mengenai electron valensi dari sebuah atom. Untuk tetap melacak
elektron valensi di dalam reaksi kimia dan untuk meyakinkan bahwa jumlah nomor
elektron tidak berubah atau tetap. Kimiawan menggunakan sistem dots yang dibuat
dari Lewis yang dikenal dengan nama Simbol Dot Lewis. Simbol dot Lewis terdiri
dari simbol elemen dan satu dot untuk setiap elektron valensi di dalam elemen atom
(Chang, 2010).
abad ke-20 kimiawan mulai mengerti kenapa dan mengapa molekul terbentuk. Orang
pertama yang mengemukakan tentang hal itu ialah Gilbert Lewis yang memberikan
saran bahwa ikatan kimia melibatkan pembagian elektron oleh atom. Lewis
electron dibagi oleh dua atom. Senyawa kovalen adalah senyawa yang mengandung
hanya sebaris. Dengan demikian, ikatan kovalen dalam molekul hydrogen bisa ditulis
bersama tertarik ke inti dari kedua atom. Daya Tarik ini menahan dua atom dalam H2
bersama dan bertanggung jawab untuk pembentukan ikatan kovalen pada molekul
(Chang, 2010).
Pada dasarnya, kita mengenal beberapa jenis ikatan kovalen yaitu ikatan
kovalen murni (ikatan kovalen polar dan nonpolar dengan ikatan kovalen koordinat).
Ikatan kovalen nonpolar terjadi karena persekutuan elektron yang dibentuk oleh atom-
atom yang memiliki elektronegativitas sama atau hampir sama sehingga kedua atom
menerapkan tarikan-tarikan yang sama atau hampir sama terhadap elektron ikatan.
Karena perbedaan elektronegativitas tiap atom adalah nol atau sangat kecil, ikatan
kovalen jenis ini disebut sebagai ikatan kovalen nonpolar (Sumardjo, 2006).
Pada ikatan kovalen polar, pasangan elektron yang berasal dari masing-masing
atom ditarik lebih kuat oleh salah satu atom yang berikatan. Ikatan dengan distribusi
elektron yang tidak merata ini dimiliki oleh suatu senyawa dengan atom-atom
penyusun yang memiliki elektronegativitas kecil. Dalam sebuah molekul yang terdiri
atas atom-atom tidak sejenis yang terikat secara kovalen, atom yang lebih
pasangan elektron akan lebih lama berada di dekat atom yang lebih elektronegatif
daripada yang kurang elektronegatif. Oleh karena itu, atom yang lebih elektronegatif
tadi akan bersifat lebih negatif daripada pasangannya Terbentuknya dua kutub atau
dipol inilah yang menyebabkan ikatan kovalen dalam molekul tersebut disebut ikatan
sisipan kovalen) merupakan ikatan kovalen khusus. Dalam ikatan ini, elektron yang
dimiliki bersama berasal dari satu atom saja (jadi, bukan berasal dari dua atom seperti
pada ikatan kovalen murni). Atom yang memiliki sepasang elektron yang akan
diberikan disebut atom donor (ligan) sedangkan atom yang kekurangan sepasang
electron disebut atom akseptor. Namun, setelah terbentuk ikatan, pasangan elektron
ini dimiliki bersama. Suatu ikatan koordinat dapat digambarkan sebagai sebuah anak
besar, misalnya Na dan F. pembentukan ion positif dan ion negatif melalui
perpindahan elektron di antara atom-atom digambarkan dengan sistem dot Lewis atau
diagram titik Lewis. Ion bermuatan berlawanan distabilkan oleh gaya Tarik Coulomb
menghitung energi potensial Coulomb antara ion-ion. Energi stabilisasi yang sangat
besar dapat dicapai bila sejumlah besar ion disusun sedemikian rupa sehingga ia
dikelilingi oleh muatan yang berlawanan. Ikatan ionik menghasilkan kristal yang
sangat besar dalam keadaan padat. Ikatan ionik murni diamati sebagai molekul bebas
pada keadaan gas hanya pada suhu yang sangat tinggi (Oxtoby, 2001).
Ikatan ion adalah logam-logam alkali dan alkali tanah, sedangkan yang
membentuk anion adalah golongan halogen dan unsur oksigen. Sehingga, kebanyakan
elektrostatis yang mengikat dua ion bersama membentuk sebuah senyawa ionik.
Sebagai contohnya, sebuah reaksi antara litium dan fluorin untuk membentuk Litium
Florida adalah 1s2 2s2 2p5. Ketika litium dan fluorin saling kontak, elektron valensi 2s1
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung paling tidak satu ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat (central metal cation) berupa
logam transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau
molekul netral yang disebut ligan (ligands). Agar senyawa kompleks dapat bermuatan
netral, maka ion kompleks dari senyawa tersebut, akan bergabung dengan ion lain
yang disebut counter ion. Jika ion kompleks bermuatan positif, maka counter ion pasti
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah NaCl (Natrium Khlorida),
AgNO3 (Perak Nitrat), CHCl3 (Kloroform), Ch3COOH (Asam Asetat), KCNS (Kalium
(Amonia), FeCl3 (Besi(III) Khlorida), tissue roll dan sabun cuci (Sunlight).
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak
3.3.1 Percobaan A
AgNO3. Tabung (1) ditetesi dengan NaCl, tabung (2) dengan CCl4/Alkohol dan tabung
(3) dengan CHCl3, masing-masing sebanyak 3-5 tetes. Diperhatikan dan dicatat
3.3.2 Percobaan B
Disiapkan 3 buah tabung reaksi. Tabung (1) diisi dengan HCl, tabung (2)
dengan CH3COOH dan tabung (3) dengan C2H5OH, masing-masing sebanyak 2,5 mL.
Selanjutnya, setiap tabung reaksi ditetesi dengan indikator Metil Orange (MO).
3.3.3 Percobaan C
Diperhatiakn dan dicatat perubahan yang terjadi.
Pada percobaan ini, ada dua perlakuan yang diberikan, perlakuan yang pertama,
disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4. Masing-masing tabung
ditetesi dengan larutan amonia sampai tidak terjadi endapan. Tabung reaksi (1)
ditmbah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-masing 2-3 tetes.
Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi. Untuk perrlakuan yang kedua,
disiapkan 2 buah tabung reaksi yang diisi dengan 1 mL CuSO4. Tabung reaksi (1)
ditmbah dengan larutan BaCl2, tabung (2) dengan K4Fe(CN)6 masing-masing 2-3 tetes.
3.3.4 Percobaan D
Disiapkan 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan FeCl3 dan tabung
(2) dengan K3Fe(CN)6 masing-masing 1 mL. Setiap tabung ditambahkan 2-3 tetes
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Pengendapan garam nitrat.
4.3 Pembahasan
sebagai penguji larutan NaCl, CCl4 dan CHCl3 dimana hal ini dimaksudkan untuk
melihat apakah larutan yang diujikan merupakan larutan yang berikatan ion atau
kovalen. Hal tersebut dapat terlihat dari ada tidaknya endapan yang terjadi. Dari hasil
yang kami dapatkan NaCl merupakan ikatan ion karena terjadi endapan berwarna putih
di dasar larutan saat ditetesi AgNO3, sedangkan CCl4 dan CHCl3 merupakan larutan
yang berikatan kovalen karena saat bereaksi dengan AgNO3 larutan tidak
memperlihatkan adanya suatu endapan, hal inilah yang mendasari kami mengatakan
Pada percobaan kedua atau reaksi dengan indikator Metil Orange (MO)
digunakan tiga sampel dengan indikator MO sebagai penguji larutan. Percobaan kedua
ini bertujuan untuk mengetahui pH suatu larutan. Saat sampel pertama, HCl
direaksikan dengan indikator MO, terjadi perubahan warna dimana larutan berubah
menjadi merah yang menandakan larutan bersifat asam. Dan saat CH3COOH diuji
cobakan larutan pun kembali memberikan perubahan yang sama yaitu larutan
Berbeda dengan C2H5OH yang memberikan perubahan warna yang berbeda dari kedua
memperlihatkan perubahan warna menjad jingga ketika ditetesi indikator MO. Hal ini
Dengan pereaksi yaitu BaCl2 dan K4Fe(CN)6. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui apakah larutan yang digunakan merupakan senyawa kompleks atau tidak.
Ketika CuSO4 + NH4OH direaksikan dengan BaCl2 didapatkan endapan berwarna biru
merah bata, hal ini menunjukan bahwa larutan CuSO4 yang ditambahkan ammonia
BaCl2 menghasilkan larutan berwarna biru dengan endapan putih dan saat direaksikan
dengan K4Fe(CN)6 dihasilkan larutan dan endapan merah bata, hal ini menunjukan
digunakan dua larutan yang akan diuji dengan ditambahkan KCNS di masing-masing
sampel. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu larutan merupakan
senyawa kompleks atau tidak. Ketika FeCl3 direaksikan dengan KCNS, larutan FeCl3
berubah warna menjadi merah bata yang artinya larutan FeCl3 merupakan senyawa
kompleks. Pada sampel kedua yaitu K3Fe(CN)6 ketika direaksikan dengan KCNS tidak
terjadi perubahan warna dimana larutan tetap seperti warna semula yaitu kuning, hal
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ikatatan ion dibentuk oleh daya tarik elektrostatik antara ion-ion. Ikatan ion
dihasilkan dari perpindahan elektron-elektron dari atom satu ke atom lainnya atau
dengan kata lain ikatan ion terjadi karena danya serah terima elektron. Sedangkan
Ikatan kovalen adalah ikatan berupa pasangan elektron yang saling terbagi atau
yang dikelilingi oleh molekul atau anion yang biasanya disebut ligan atau agen
pengompleks.
5.2 Saran
tanpa perlu menunggu praktikan dari kelompok lain selesai menggunakan bahan.
Saran untuk asisten yaitu agar selalu mengajarkan hal-hal yang belum
Gatti, C., 2005, Chemical Bonding in Crystals: New Directions, CNR-ISTM Istituto
di Scienze e Tecnologie Molecolari, Italy, 220(19): 399-457.
Oxtoby, Gillis, dan Nachtrieb., 2001, Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat
Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Sumardjo, D., 2006, Pengantar Kimia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Temel, S., dan Ozcan, O., 2016, Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education: The Analysis of Prospective Chemistry Teacher’
Cognitive Structure: The Subject of Covalent and Ionic Bonding, Hacettepe
University, Turkey, 12(8): 1953-1969.
Lampiran 2. Foto Percobaan
5. Seluruh percobaan
AgNO3 1 mL
- Menyiapkan 3 buah tabung reaksi.
M.O
Hasil
CuSO4
- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.
endapan.
Hasil
2. Tanpa Amonia.
CuSO4
- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi.
Hasil
Hasil