Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perlindungan hak kekayaan intelektual sangat penting bagi pembangunan


yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang
dilindungi di Indonesia bisa saja berupa merek, lisensi, hak cipta, paten maupun
desain industri. Sedangkan Paten adalah hak khusus yang diberikan Negara
kepada penemu atas hasil temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut untuk memberikan
persetujuannya kepada orang lain untuk melakukannya(UU No. 6 tahun 1989).

Di Indonesia, Undang-undang yang melindungi karya cipta adalah Undang-


undang nomor 6 tahun 1982 tentang hak cipta, dan telah melalui beberapa
perubahan dan telah diundangkan Undang-Undang yang terbaru yaitu Undang-
Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku 12 (dua belas)
bulan sejak diundangkan. Tidak hanya karya cipta, invensi di bidang teknologi
(hak paten) dan kreasi tentang penggabungan antara unsur bentuk, warna, garis
(desain produk industri) serta tanda yang digunakan untuk kegiatan perdagangan
dan jasa (merek) juga perlu diakui dan dilindungi dibawah perlindungan hukum.
Dengan kata lain Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) perlu didokumentasikan
agar kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat
dihindari atau dicegah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)?

2. Bagaimana perbedaan antara Hak Paten dengan Hak Merek?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

2. Untuk mengetahui perbedaan antara hak paten dengan hak merek.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)

1. Pengertian HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)

Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya
ciptanya.

Menurut UU yang telah disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 21 Maret


1997, HAKI adalah hak-hak secara hukum yang berhubungan dengan
permasalahan hasil penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang
berhubungan dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial
(commercial reputation) dan tindakan / jasa dalam bidang komersial (goodwill).

Dengan begitu obyek utama dari HaKI adalah karya, ciptaan, hasil buah
pikiran, atau intelektualita manusia. Kata “intelektual” tercermin bahwa obyek
kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3). Setiap
manusia memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil cipta, rasa dan karsa
setiap individu maupun kelompok.

Kita perlu memahami HAKI untuk menimbulkan kesadaran akan


pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu
diraih oleh setiap manusia, siapa saja yang ingin maju sebagai faktor pembentuk
kemampuan daya saing dalam penciptaan Inovasi-inovasi yang kreatif.

a. Ruang Lingkup Haki

1. Menurut anglo-saxon : haki meliputi : hak cipta/copy right dan hak


milik perindustrian/individual properti right

2. Menurut WIPO : hak milik perindustrian dibagi menjadi : hak


paten, model rancang dan bangun, desain indutri, merek
dagang, nama dagang, dan sumber tanda/sebutan asal.

3. Menurut Eddy Damiam HAKI dibedakan menjadi 2 kelompok :

4. Kekayaan industri adalah kekayaan dibidang :

a.
3
Penemuan-penemuan

b. Merek

c. Desain industry.

d. Indikasi geografis

2.1.1.1.5 Hak cipta dan hak-hak yg berkaitan adalah : kekayaan dibidang tulisan-tulisan,
ciptaan musik, ciptaan drama….rekaman.

2.2 Hak Paten

2.2.1 Pengertian Hak Paten

2.2.1.1 Menurut octroiwet 1910 : hak khusus yg diberikan kepada seseorang atas
permohonannya kepada orang itu yg menciptakan sebuah produk baru, cara kerja
baru atau perbaikan baru dari produk atau cara kerja.

2.2.1.2 Menurut Andrian Sutedi ( 2009:64 – 65 ) : keadilan dan kelayakan jerih payah
sehingga patut memperoleh hak paten.[1]

2.2.1.3 Berdasarkan PP Nomor 34 tahun 1991 TANGGAL 11 Juni 1991, sebagai


penjabaran undang-undang paten, ada 4 pengertian yang perlu diketahui dalam
kaitannya dengan paten yaitu:

2.2.1.4 Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis mengenai cara
melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh seseorang yang
ahli dibidang penemuan tersebut.

2.2.1.5 Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang merupakan
ringkasan dari pokok-pokok penjelasan deskripsi, klaim ataupun gambar.

2.2.1.6 Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian-bagian
tertentu dari suatu penemuan yang dimintakan perlindungan hukum dalam bentuk
paten.

2.2.1.7 Gambar adalah gambar teknik suatu penemuan yang memuat tanda-tanda,
symbol-simbol, angka, bagan, atau diagram yang menjelaskan bagian-bagian dari
penemuan.

2.2.1.8

4
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, Hak Paten adalah
hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil
penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu dalam
melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau dengan membuat persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.[2]

2.2.2 Sejarah Hak Paten

2.2.2.1 Berkembang sejak abad 14 dan 15 di italia dan inggris , tujuan untuk menarik
para ahli negara lain supaya menetap dan mengembangkan keahlianya.

2.2.2.2 Tahun 1470 di venice, italia untuk pertama kalinya diatur hak patent : caxton,
galileo dan guttenberg tercatat sebagai penemu dan mempunyai hak monopoli atas
temuannya.

2.2.2.3 Abad 16 di venesia, inggris, belanda, jerman dan australia ada peraturan yg
memberi hak paten terhadap hasil temuan (uitvinding).

2.2.2.4 Dinggris pertama kali muncul statuta of monopolies tahun 1623 dan amerika
mempunyai UU paten tahun 1791.

2.2.2.5 Tahun 1883 ada upaya harmonisasi bidang HAKI dgn lahirnya paris convention
untuk masalah paten, merk dagang, dan desain. Tahun1886 masalah copy
right/hak cipta.

2.2.2.6 Tujuan convensi ini untuk standarisasi, pembahasan masalah, tukar informasi,
perlindungan minuman dan prosedur mendapatkan hak. Konvensi ini cikal bakal
dari WIPO (word intellectual property organization).

2.2.2.7 Di indonesia semasa penjajahan belanda masalah paten diatur dalam octroiwet
1910, setelah merdeka dibuat UU No.6 tahun 1989 yg telah diperbarui UU No. 13
tahun 1997 dan terakhir UU No.14 tahun 2001.[3]

2.2.3 Subjek dan Lingkup Paten

2.2.3.1 Subjek paten adalah : inventor yg menerima lebih lanjut hak inventor yg
bersangkutan.

2.2.3.2

5
Jika invensi dihasilkan beberapa inventor maka hak atas invensi dimiliki secara
bersama-sama.
2.2.3.3 Apabila paten diperoleh dari hubungan kerja pihak yg memberi kerja yg disebut
inventor.

Penemuan atas paten dapat dibagi atas 2 lingkup pengaturan, yaitu :


penemuan yang dapat diberikan paten dan penemuan yang tidak dapat diberikan
paten.

Penemuan yang dapat diberikan paten menurut undang-undang paten


menganut prinsip bahwa semua penemuan di bidang teknologi dapat diberi paten
apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, yaitu:

2.2.3.1 Penemu itu harus baru/novelity.

2.2.3.2 Penemuan itu harus merupakan pemecahan maslah tertentu di bidang teknologi.

2.2.3.3 Penemu itu harus dapat dilaksanakan di bidang industry.

2.2.3.4 Dalam hak paten dikenal istilah invensi : ide inventor yg dituangkan dlm
kegiatan masalah yg spesifik dibidang teknologi yg dapat berupa produk, proses,
penyempurnaan. ( Andrian suhendi ( 2009 : 67 ) )

Penemuan yang tidak dapat diberikan paten dalam Undang-Undang paten


pasal 7 yaitu penemuan tentang:

2.2.3.1 Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaanya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, ketertiban umum dan kesusilaan.

2.2.3.2 Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan atau pembedahan yang diterapkan


terhadap manusia dan hewan.

2.2.3.3 Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika.

2.2.3.4 a. Semua makhluk hidup kecuali jasad renik

b. Proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses non-biologis atau proses mikrobiologi.[4]

2.2.4

6
Jenis-jenis paten
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kaidah-kaidah internasional juga UU
Paten membagi paten ke dalam dua bagian yaitu paten proses dan paten
produk dalam hal pelaksanaan paten. Tetapi dari bentuk penemuan yang
dipatenkan, paten dapat dibagi sebagai berikut:

2.2.4.1 Paten Sederhana (Pasal 6, Pasal 9, dan Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 UU
Paten.

2.2.4.2 Paten Biasa yang sesungguhnya adalah paten yang sedang dibicarakan.Maka
sesuai kaidah-kaidah internasional dan UU Paten dikenal atau ditulis paten saja.
[5]

Paten sederhana muncul karena mengingat banyaknya penemuan atau


teknologi yang mempunyai nilai kegunaan paraktis, baik dalam produk, alat
penemuan maupun dalam hal pelaksanaanya setelah menjadi suatu produk.

Paten diberikan terhadap karya atau ide penemuan (invensi) dibidang


teknologi, yang berupa produk ataupun proses, kemudian bila didayagunakan
akan mendapatkan manfaat ekonomi. Inilah yang dasar bahwa paten mendapatkan
perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang diberikanpun tidak secara
otomatis, harus ada permohonan sebelumnya.

Ciri khas Invensi yang dapat dipatenkan adalah adanya kandungan


pengetahuan yang sitematis, yang dapat dikomunikasikan, dan dapat diterapkan
untuk menyelesaikan masalah atau kebutuhan manusia yang timbul dalam
industri, pertanian atau perdagangan. Berarti pengertian teknologi disini adalah
pengetahuan yang sistematis, artinya terorganisasi dan dapat memberikan
penyelesaian masalah.[6]

Pengetahuan itu harus dalam bentuk tulisan atau dalam pemikiran dan
harus diungkapkan atau dapat diungkapkan sehingga dapat di ketahui dan
dimengerti oleh orang lain. Serta pengetahuan itu dapat memberikan manfaat
pada industri, pertanian atau perdagangan. Pengatahuan tidak hanya berupa
menciptakan suatu produk belaka, tetapi bisa saja proses tetapi proses yang
berkaitan dengan teknologi, artinya penemuannya dapat dipatenkan tidak harus
merupakan hasil produk namun dapat berupa proses.

7
Hak paten bersifat khusus, karena hanya diberikan kepada penemu untuk

melaksanakan sendiri penemuannya atau untuk memberikan persetujuan kepada


orang lain untuk melaksanakan penemuannya. Ini berarti orang lain hanya
mungkin menggunakan penemuan tersebut kalau ada persetujuan atau ijin dari
penemu selaku pemilik hak. Dengan perkataan lain, kekhususan tersebut terletak
pada sifatnya yang mengecualikan orang selain penemu selaku pemilik hak dari
kemungkinan untuk menggunakan atau melaksanakan penemuan tersebut, sifat
seperti itulah dikatakan eksklusif.

2.2.5 Prinsip Dasar Paten

Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam perolehan paten Adapun prinsip-


prinsip dasar paten dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.2.5.1 Paten merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil
temuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu untuk melaksanakan
sendiri temuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain
untuk melaksanakannya (UU No.6 Tahun 1989). Karena hak khusus ini pula pada
awalnya paten, seperti halnya hak cipta, sering dianggap sebagai bagian dari
paham individualisme.[7]

2.2.5.2 Paten diberikan negara berdasarkan permohonan Permintaan paten diajukan


oleh penemu atau calon pemegang paten berupa permintaan pendaftaran ke kantor
paten. Bila tidak ada permintaan maka tidak ada paten. Hanya penemu atau yang
menerima lebih lanjut hak penemu yang berhak memperoleh paten

2.2.5.3 Paten diberikan untuk satu penemuan; Setiap permintaan paten hanya untuk
satu penemuan atau tepatnya satu penemuan tidak dapat dimintakan lebih dari satu
paten.

2.2.5.4

8
Penemuan harus baru, langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industri. Penemuan tersebut dapat berupa proses maupun produk yang
dipatenkan.

2.2.5.5 Paten dapat dialihkan; seperti halnya hak cipta dan hak milik perseorangan
lainnya paten juga dapat dialihkan kepada orang atau pihak lain, yang menurut
Pasal 66 UU Paten paten dapat beralih untuk selruhnya ataupun sebagian.

2.2.5.6 Paten dapat dibatalkan dan dapat batal demi hukum; Paten yang telah diberikan
terhadap suatu penemuan dapat dibatalkan berdasarkan pengajuan gugatan, baik
oleh pihak-pihak tertentu lain melalui Pengadilan Niaga maupun oleh pihak-pihak
tertentu karena hal-hal tertentu, seperti yang diatur dalam Pasal 91 UU
Paten. Selain itu paten dapat dinyatakan batal demi hukum oleh kantor paten
apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajibannya membayar biaya-biaya
tahunan dalam jayat waktu yang telah ditentukan Pasal 88 UU Paten.

2.2.5.7 Paten berkaitan dengan kepentingan umum.

2.2.5.8 Paten berkaitan dengan kepentingan nasional

Paten sangat berkaitan erat dengan bidang teknologi, yang menjadi salah satu
faktor penting dalam menentukan masa depan bangsa dan negara. Untuk itu
negara mempunyai peran yang luas dan penting untuk mengatur paten.

salah satu satunya melalui peraturan perundang-undangan. Pasal 17 UU


Paten mengenai hak pemegang paten untuk melaksanakan paten
sesungguhnya dapat dilihat dari dua sudut kepentingan, yaitu hak pemegang
paten itu sendiri dan kepentingan nasional atau pemerintah sebagai pembuat
peraturan. Pasal 71 UU Paten memuat ketentuan mengenai
pelarangan pencantuman atau pemuatan dalam suatu perjanjian paten hal-hal
yang dapat merugikan kepenrtingan nasional atau membatasi
kemampuan Indonesia untuk menguasai teknologi.

2.2.6

9
Sistem Pendaftaran

2.2.6.1 Sistem kondusif (first to file system) yaitu hak intelektual seseorang hanya
diakui dan dilindungi oleh UU apabila didaftarkan (UU No. 15 tahun 2001 ttg
merek).

2.2.6.2 Sistem deklaratif (first to use system) Yaitu : perlindungan hukum kepada
pemegang/pemakai pertama harus membuktikan bahwa dialah sebagai
pemegang/pemakai pertama (UU No. 19 tahun 2002 ttg hak cipta)[8]

2.2.7 Permohonan Paten

2.2.7.1 Permohonan diajukan dengan mengisi formulir .

2.2.7.2 Pemohon wajib melampirkan :

a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.


b. Alamat lengkap dan alamat jenis pemohon

c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor

d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa.

f. Pernyataan permohonan untuk diberi paten;

g. Judul invensi;

h. Klaim yang terkandung dalam invensi;

i. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksanakan inveni.

j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas


invensi.

k. Abstrak invensi.

Selanjutnya atas setiap permohonan paten akan diumumkan oleh


pemerintah yang dilakukan dengan menempatkannya dalam berita resmi paten
yang diterbitkan secara berkala oleh Ditjen HAKI dan menempatkannya pada
sarana khusus yang disediakan sehingga mudah serta jelas dapat dilihat oleh
masyarakat. Maka setiap pihak dapat mengajukan secara tertulis pandangan atau
keberatannya atas permohonan yang bersangkutan dengan mencantumkan
alasannya.

10
Atas permohonan yang diajukan, Ditjen HAKI akan memberikan keputusan untuk
menyetujui atau menolak permohonan. Untuk paten dikeluarkan keputusan paling
lama 36 bulan.

Terhadap permohonan paten yang ditolak dapat diajukan permohonan


banding ke komisi banding paten paling lama 3 bulan terhitung sejak tanggal
pengiriman surat pemberitahuan penolakan permohonan.

2.2.8 Pembatalan Paten

Undang-undang paten menegaskan bahwa ada 3 macam pembatalan paten


yaitu:
2.2.8.1 Batal demi hukum artinya apabila pemegang paten tidak memenuhi kewajiban
membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh undang-
undang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Ditjen HAKI kepada
pemegang paten serta penerima lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal
pemberitahuan tersebut.

2.2.8.2 Batal atas permohonan pemegang paten artinya tidak dapat dilakukan apabila
penerima lisensi tidak memberikan persetujuan secara tertulis yang dilampirkan
pada permohonan pembatalan tersebut.

2.2.8.3

11
Batal karena adanya gugatan artinya terjadi karena adanya gugatan yang diajukan
oleh pihak ketiga kepada pemegang paten melalui pengadilan niaga dalam hal
paten tersebut sama dengan paten lain yang telah diberikan kepada pihak lain
untuk invensi yang sama berdasarkan undang-undang.[9]

2.2.9 Fungsi Hak Paten

2.2.9.1 Memberikan Perlindungan Hukum atas setiap karya intelektual di bidang


teknologi, sehingga terjamin hak kepemilikan pemegang paten.

2.2.9.2 Mewujudkan iklim yang lebih baik bagi kegiatan invensi di bidang teknologi,
sebab teknologi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan
nasional secara umum dan khususnya di sektor industry.

2.2.9.3 Memberikan insentif bagi para inventor dalam melakukan inovasi baru melalui
hak eksklusif atas invensi yang dihasilkannya.

2.2.9.4 Sarana pengungkapan terbuka mengenai informasi teknologi terkini yang


dipatenkan, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannya untuk penyempurnaan
dan pengembangan teknologi lebih lanjut.[10]

2.3 Hak Merek

2.3.1 Pengertian Merek

Pemerekan (bahasa Inggris: branding) adalah proses penciptaan atau


peninggalan tanda jejak tertentu di benak dan hati konsumen melalui berbagai
macam cara dan strategi komunikasi sehingga tercipta makna dan perasaan khusus
yang memberikan dampak bagi kehidupan konsumen (Wijaya, 2011; 2012; 2013).
Aktivitas pemerekan atau brandingmerupakan implementasi dari strategi
komunikasi merek dan merupakan bagian dari proses pengembangan (nilai)
merek.

Pemerekan berasal dari kata dasar merek (brand). American Marketing


Association (AMA) mendefinisikan merek sebagai “a name, term, sign, symbol,
or design, or a combination of them, intended to identify the goods and services of
one seller or group of sellers and to differentiate them from those of competitors”
(Kottler, 2000: 404).

12
Hal ini senada dengan yang dikatakan Aaker bahwa merek adalah nama dan/ atau
simbol yang sifatnya membedakan (berupa logo atau simbol, cap atau kemasan)
untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
penjual (Aaker, 1996).

Merek merupakan frontliner sebuah produk, suatu tampilan awal yang


memudahkan konsumen mengenali produk tersebut. Pada prinsipnya merek
merupakan janji penjual atau produsen yang secara kontinyu membawa
serangkaian kesatuan tampilan (performance), manfaat (benefit) dan layanan
(service) kepada pembeli.

Dalam perspektif komunikasi merek, Wijaya (2011; 2012; 2013)


mendefinisikan merek sebagai tanda jejak yang tertinggal pada pikiran dan hati
konsumen, yang menciptakan makna dan perasaan tertentu (brand is a mark left
on the minds and hearts of consumers, which creates a specific sense of meaning
and feeling).

Dengan demikian, merek lebih dari sekadar logo, nama, simbol, merek
dagang, atau sebutan yang melekat pada sebuah produk. Merek adalah sebuah
janji (Morel, 2003). Sebuah merek adalah jumlah dari suatu entitas, sebuah
koneksi psikis yang menciptakan sebuah ikatan kesetiaan dengan seorang
pembeli/ calon pembeli, dan hal tersebut meliputi nilai tambah yang
dipersepsikan. Nilson (1998) menyebutkan sejumlah kriteria untuk menyebut
merek bukan sekadar sebuah nama, di antaranya: merek tersebut harus memiliki
nilai-nilai yang jelas, dapat diidentifikasi perbedaannya dengan merek lain,
menarik, serta memiliki identitas yang menonjol.

Tingkatan ini disebut Hierarchy of Branding (Wijaya, 2011; 2012; 2013),


mulai dari brand awareness (kesadaran terhadap merek), brand knowledge
(pengetahuan tentang merek), brand image (citra merek), brand experience
(pengalaman terkait merek), brand loyalty (kesetiaan terhadap merek) hingga
brand spirituality (dimensi spiritualitas terkait merek).[11]
1.

13
Di indonesia hak merek pertama kali berlaku reglement industriele eigendom
kolonien 1912 ketentuan ini berlaku sampai tahun 1961 (UUNo.21 ttg merek
perusahaan dan perniagaan).

2. Tahun 1992 baru ada UU No. 19 dan di ubah dengan UU No,15 tahun 2001

Menurut UU No.15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 hak merek adalah tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
kegiatan perdagangan barang atau jasa.[12]

2.3.2 Jenis-jenis Merek

2.3.2.1 Merek Dagang

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

2.3.2.2 Merek jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

2.3.2.3 Merek kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan
karakteristik yang sama, yang diperdagangngkan oleh seseorang atau beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang
dan atau jasa sejenis lainnya.

2.3.2.4

14
Merek sertifikasi
Merek sertifikasi adalah Merek yang digunakan untuk membedakan barang dan
jasa yang mengikuti serangkaian standar-standar dan telah disahkan oleh otoritas
yang memberikan sertifikat.

2.3.2.5 Merek terkenal

Merek terkenal adalah merek yang sudah dikenal dalam periode yang cukup lama
dan dianggap terkenal oleh pemegang otoritas yang berkompeten dari sebuah
negara yang dimintakan perlindungan untuk merek tersebut.

2.3.3 Unsur-Unsur Merek

2.3.3.1 Merek mempunyai unsur-unsur

2.3.3.2 Memiliki daya pembeda

2.3.3.3 Bukan milik umum

2.3.3.4 Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum.

2.3.4 Subyek Merek

2.3.4.1 Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama (kolektif)

2.3.4.2 Sebuah badan hukum atau beberapa badan hukum secara bersama-sama
(kolektif)

2.3.5 Jangka Waktu

Jangka waktu perlindungan hukum merek diberikan selama 10 tahun sejak


tanggal penerimaan dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.
Permohonan perpanjangan diajukan secara tertulis kepada Dirjen HKI dalam
jangka waktu 12 bulan sebelum berakhirnya perlindungan hukum bagi merek
(tahun ke-9).[13]

2.3.6
15
Menciptakan Identitas Merek

Langkah-langkah dalam menciptakan identitas merek :

2.3.6.1 Menentukan tujuan dari merek.

Tujuan ini adalah untuk mempengaruhi masyarakat agar bersedia mendukung


organisasi, ambil bagian dalam program, memanfaatkan jasa atau bertindak sesuai
dengan hukum dan aturan.

2.3.6.2 Mengidentifikasi audiens sasaran untuk merek tersebut

Meskipun pada kenyataannya banyak masyarakat publik terekspos oleh merek


milik kita, merek tersebut harus didesain untuk kelompok tertentu dalam
masyarakat,yang paling ingin dipengaruhi.

2.3.6.3 Mengartikulasikan identitas merek yang di inginkan

Diharapkan audiens sasaran berpikir dan merasakan seperti apa ketika mereka
diekspos terhadap merek kita, Pada perasaanlah kita didorong untuk menuliskan
gambar,kata dan perasaan yang menurut dalam benak kita terhadap berbagaai
institusi,kota dan bangsa.

2.3.6.4 Manfaat yang ingin digaris bawahi untuk audiens sasaran

Memfokuskan pada manfaat bagi audiens sasaran, bukan bagi instansi.

2.3.6.5 Menentukan posisi merek terhadap pesaing

Apa yang membuat merek kita patut untuk dipilih dibandingkan dari merek
pesaing ? Dengan mengidentifikasi pesaing secara langsung maupun tidak
langsung.

2.3.6.6 Memilih elemen merek

Nama,slogan dan warna apa yang akan di asosiasikan dengan merek ? Apakah
terdapat penggunaan karakter atau kemasan yang konsisten yang akan menjadi
elemen inti dari merek. Dalam memilih elemen merek, pendekatan penilaian akan
sangat berguna, yang akan menunjang keputusan yang telah dibuat mengenai
tujuan merek, audiens sasaran,identitas merek,janji merek dam “positioning
merek”.
2.3.7

16
Mempertahankan Citra Merek

Meluncurkan dan mengelola identitas dan memastikannya menghasilkan


keluaran (output) yang diinginkan dan harus memiliki gairah terhadap merek
supaya mendorong menggunakannya dan mempertahankannya.

2.3.7.1 Menyusun Panduan Penggunaan Elemen Merek

Menyusun standar penggunaan elemen merek bagi semua aspek dari


penggambaran hingga positioning logo produsen untuk tampilan publik. Panduan
itu juga meliputi detail warna yang disepakati, menyebutkan nomor spesifik
dalam pantone matching system (PMS); positioning logo and tagline, termasuk
tipe dan ukuran huruf yang digunakan.

2.3.7.2 Audit dan Manajerial Titik Kontak Merek

Pembuatan merek internal karena merek tidak dibangun hanya dengan promosi.
Pelanggan datang untuk mengetahui merek melalui rentang kontak dan titk
sentuhan : Interaksi dengan personel institusi dan rekan, pengalaman selama
online,telepon atau melakukan transaksi pada fasilitas yang disediakan, observasi
dan asosiasi personal ketika memanfaatkan program dan jasa.

2.3.7.3 Memastiakan Memiliki Visibilitas yang Cukup

Ketika meluncurkan merek baru atau menghidupkan kembali merek, paparan akan
elemen merek yang memadai akan menjadi penentu keberhasilan merek tersebut
dalam menempati posisi yang diinginkan pikiran pelanggan.

2.3.7.4 Melacak dan Mengawasi Posisi Merek

Pengawasan akan meliputi riset yang secara ideal mengukur citra merek pada saat
pra peluncuran dan membandingkannya dengan hasil setelah peluncuran.

2.3.7.5 Tetap Menggunakan Merek Tersebut

Apabila menelusuri sejarah merek-merek besar, Akan menemukan benang


merahnya bukanlah kreatifitas atau gagasan brilian. Benang merahnya adalah
bahwa organisasi tersebut tetap berpegang pada sesuatu yang sudah berjalan
seiring berjalannya waktu. Merek tersebut tetap dirawat dan elemen mereknya
dilindungi selama masa-masa sulit dan dipoles kembali ketika termakan usia.[14]

2.3.8

17
Merek yang tidak Dapat Didaftar dan yang Ditolak.

Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu merek tidak dapat didaftarkan,
yaitu apabila:

2.3.8.1 Bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,


kesusilaan atau ketertiban umum.

2.3.8.2 Tidak memiliki daya pembeda

2.3.8.3 Telah menjadi milik umum. Misalnya tanda tengkorak diatas dua tulang yang
bersilang yang secara umum telah diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda ini telah
menjadi milik umum.

2.3.8.4 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya. Misalnya merek kopi atau gambar kopi untuk jenis
berbagai produk kopi .

Selain itu terdapat juga beberapa hal yang menyebabkan sesuatu


permohonan merek akan ditolak, yaitu apabila:

2.3.8.1 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek


milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan jasa yang
sejenis.

2.3.8.2 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek


yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenisnya.

2.3.8.3 Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-


geografis yang sudah dikenal.

2.3.8.4 Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas peretujuan tertulis dari yang berhak.

2.3.8.5

18
Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang
atau symbol atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.

2.3.8.6 Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintahan, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang.[15]

2.3.9 Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek

2.3.9.1 Permohonan

Permohonan pendaftaran merek harus diajukan secara tertulis dalam bahasa


Indonesia kepada Direktur Jenderal HAKI, oleh pemohon atau kuasa, dengan
melampirkan bukti pembayaran biaya pendaftaran merek. Dalam surat
permohonan harus dicantumkan:

a. Tanggal, bulan dan tahun.

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon.

c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan mengajukan merek melalui
kuasa.

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan


unsur warna.

e. Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas. Hak prioritas adalah hak pemohon
untuk mengajukan permohonan yang berasal dari Negara yang tergabung dalam
organisasi tertentu untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan
dinegara asal merupakan tanggal prioritas di Negara tujuan yang juga anggota
salah satu dari kedua perjanjian itu, selama perjanjian itu dilakukan dalam waktu
yang telah di tentukan.

2.3.9.2

19
Pemeriksaan

Pemeriksaan terhadap kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran


akan dilakukan oleh Direktur Jendral. Jika terdapat kekurangan, maka akan
dimnta untuk melengkapinya. Sebaliknya jika permohonan dianggap lengkap,
oleh Direktur Jendral akan diberikan tanggal penerimaan pada surat permohonan.

Selanjutnya, dalam jangka waktu paling lam 30 hari sejak tanggal


penerimaan, Direktur Jenderal akan menyerahkan permohonan kepada pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan substantif (pemeriksaan yang menyangkut apakah
permohonan pendaftaran merek tersebut termasuk merek yang tidak dapat didaftar
dan termasuk permohonan yang harus ditolak).

Jika tanggapan dan keberatan pemohon atau kuasanya diterima,


pengumuman merek akan dilakukan, sebaliknya jika tidak diterima, atas
persetujuan Direktur Jenderal akan ditetapkan surat keputusan tentang penolakan
permohonan pendaftaran.

2.3.9.3 Pengumuman

Setelah dilakukan pemeriksaan substansif, dan pemeriksa melaporkan


bahwa permohonan pendaftaran merek tersebut di setujui untuk didaftar, atas
persetujuan Direktur Jenderal, permohonan akan segera diumumkan dalam Berita
Resmi Merek. Pengumuman harus berlangsung selama 3 bulan.[16]

2.3.10

20
Penghapusan Merek

Merek yang telah terdaftar pada dasarnya dapat dihapuskan atas prakarsa
Ditjen HAKI atau berdasarkan permohonan pemilik merek. Penghapusan ini
dilakukan jika:

2.3.10.1 Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam perrdagangan barang
atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir.

2.3.10.2 Merek digunakan untuk jenis barang atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis
barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. Termasuk pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan merek yang didaftar.[17]

2.3.11 Perlindungan Hukum bagi Pemegang Merk Terkenal

Menurut Sudikno Mertokusumo memberikan gambaran terhadap pengertian


Perlindungan hukum , yaitu segala upaya yang dilakukan untuk menjamin adanya
kepastian hukum yang didasarkan pada keseluruhan peraturan atau kaidah-kaidah
yang ada dalam suatu kehidupan bersama. Keseluruhan peraturan itu dapat dilihat
baik dari Undang-Undang maupun Ratifikasi Konvensi Internasional.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis beranggapan bahwa perlindungan


hak kekayaan intelektual khususnya terhadap Merk Terkenal bersifat preventif dan
repressif.

2.3.11.1 Perlindungan secara preventif dititk beratkan pada upaya untuk mencegah agar
merk terkenal tidak dapat dipakai oleh orang lain secara salah. Upaya itu dapat
berupa :

a. Penolakan pendaftaran oleh kantor Merk.

b. Pembatalan Merk terdaftar yang melanggar hak merk orang lain. Akibat
kesalahan pendaftaran yang dilakukan oleh petugas kantor merk, suatu merk yang
seharusnya tidak dapat didaftar tetapi akhirnya didaftar dalam daftar umum
merk(DUM) yang mengesahkan merk tersebut. Padahal merk tersebut jelas-jelas
melanggar merk orang lain, karena berbagai hal antara lain mirip atau sama
dengan merk lain yang telah terdaftar sebelumnya.

2.3.11.2

21
Perlindungan secara Represif dititikberatkan pada pemberian hukuman kepada
barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran merk sebagaimana
diatur dalam pasal 90, 91, 94 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk.
[18]

2.3.12 Fungsi Merek

Menurut Endang Purwaningsih, suatu merek digunakan oleh produsen


atau pemilik merek untuk melindungi produknya, baik berupa jasa atau barang
dagang lainnya, menurut beliau suatu merek memiliki fungsi sebagai berikut:

2.3.12.1 Fungsi pembeda, yakni membedakan produk yang satu dengan produk
perusahaan lain.

2.3.12.2 Fungsi jaminan reputasi, yakni selain sebagai tanda asal usul produk, juga
secara pribadi menghubungkan reputasi produk bermerek tersebut dengan
produsennya, sekaligus memberikan jaminan kualitas akan produk tersebut.
2.3.12.3 Fungsi promosi, yakni merek juga digunakan sebagai sarana memperkenalkan
dan mempertahankan reputasi produk lama yang diperdagangkan, sekaligus untuk
menguasai pasar.

2.3.12.4 Fungsi rangsangan investasi dan pertumbuhan industri, yakni merek dapat
menunjang pertumbuhan industri melalui penanaman modal, baik asing maupun
dalam negeri dalam menghadapi mekanisme pasar bebas.

2.3.12.5 Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen. Dari
segi produsen merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya
mengenai kualitas, kemudian pemakaiannya. Pihak pedagang, merek digunakan
untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasaran,
dari pihak konsumen, merek digunakan untuk mengadakan pilihan barang yang
akan dibeli.

22
Sedangkan, Menurut Imam Sjahputra, fungsi merek adalah sebagai berikut:

2.3.12.1 Sebagai tanda pembeda (pengenal).

2.3.12.2 Melindungi masyarakat konsumen.

2.3.12.3 Menjaga dan mengamankan kepentingan produsen.

2.3.12.4 Memberi gengsi karena reputasi.

2.3.12.5 Jaminan kualitas.[19]


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap karya-karya yang lahir dari buah pikir yang cemerlang yang berguna
bagi manusia perlu di akui dan dilindungi. Untuk itu sistem HAKI diperlukan
sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya.

Disamping itu sistem HAKI menunjang diadakannya sistem dokumentasi


yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga kemungkinan
dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat dihindari atau
dicegah.

Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut, diharapkan masyarakat


dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk keperluan hidupnya atau
mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah yang lebih
tinggi lagi. Kini masyarakat dalam melakukan pengajuan permohonan sudah tidak
mengalami kesulitan karena Pemerintah melalui DITJEN HAKI telah banyak
melakukan sosialisasi baik lewat media maupun forum-forum yang yang telah
dibentuk. Sehingga akhirnya bagi pemilik hak tersebut tidak usah khawatir akan
adanya kerugian yang diakibatkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab yang
ingin memanfaatkan kepopuleran merek suatu produk tertentu.

3.2 Saran

Semoga dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca


dan apabila terdapat kekurangan dalam penulisan atau penyusunan mohon kritik
dan sarannya agar penyusunan kedepannya lebih lengkap sehingga lebih
menambah pemahaman bagi pembaca.
23

DAFTAR PUSTAKA

Asyhadie, Zaeni. 2008. Hukum Bisnis. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Djumhana, Muhamad dan R Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual (sejarah, Teori
dan Prakteknya di Indonesia). Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

http://adityasiswantara.blogspot.co.id/2014/06/tugas-aspek-hukum-dalam-ekonomi-ke-
3.htmlv

http://www. paganinita27.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-hak-cipta-hak-paten-hak-
merek.html

https://www.academia.edu/10534672/Makalah_tentang_Merk.html . diakses pada


tanggal 9 Januari 2017

https://www.academia.edu/11158738/ASPEK_HUKUM_DAN_INFORMASI?
auto=download

https://www.academia.edu/11775259/Menciptakan_dan_Mempertahankan_Merek.html
. diakses pada tanggal 9 Januari 2017

https://www.academia.edu/6717980/BRAND_Merek.html diakses pada tanggal 9


Januari 2017

Margono, Suyud dan Amir Angkasa. 2003. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek
Hukum Bisnis. Jakarta : Grasindo.

Pakpahan, Normin S. et all, edt. 2000. Kamus Hukum Ekonomi ELIPS. Jakarta: Proyek
ELIPS.

24
Simatupang,Richard Burton. 2003. Aspek Hukum dalam Bisnis. Jakarta:
PT.Rineka Cipta
[1]https://www.academia.edu/11158738/ASPEK_HUKUM_DAN_INFORMASI?
auto=download

[2] Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2003),hlm.77

[3] https://www.academia.edu/11158738/ASPEK_HUKUM_DAN_INFORMASI?
auto=download

[4] Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2003), hlm.79-80.

[5] Muhamad Djumhana dan R Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah,


Teori dan Prakteknya di Indonesia), (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003),
hal.122.

[6] Suyud Margono dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek
Hukum Bisnis, (Jakarta : Grasindo, 2003), hal 24.

[7] Normin S. Pakpahan, et all, edt., Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, (Jakarta:
Proyek ELIPS, 2000), hal.126.

[8]https://www.academia.edu/11158738/ASPEK_HUKUM_DAN_INFORMASI?
auto=download

[9] Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm.80

[10] http://adityasiswantara.blogspot.co.id/2014/06/tugas-aspek-hukum-dalam-
ekonomi-ke-3.htmlv

[11] https://www.academia.edu/11775259/Menciptakan_dan_Mempertahankan_M
erek.html . diakses pada tanggal 9 Januari 2017

[12] https://www.academia.edu/11158738/ASPEK_HUKUM_DAN_INFORMAS
I?auto=download
[13] https://www.academia.edu/6717980/BRAND_Merek.html diakses pada
tanggal 9 Januari 2017

[14] https://www.academia.edu/11775259/Menciptakan_dan_Mempertahankan_
Merek.html . diakses pada tanggal 9 Januari 2017

[15] Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2003), hlm.88

[16] Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm.91-95

[17]Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis (Jakarta: PT.Rineka


Cipta, 2003), hlm.91

[18] https://www.academia.edu/10534672/Makalah_tentang_Merk.html . diakses


pada tanggal 9 Januari 2017

[19] http://www. paganinita27.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-hak-cipta-hak-


paten-hak-merek.html

Anda mungkin juga menyukai