Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Obo Emilian Ray
410016053
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Oleh :
410016053
Disahkan Oleh :
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Laporan resmi praktikum kimia analis ini disusun sebagai salah satu
bentuk pertanggungjawaban penyusun terhadap kegiatan praktikum kimia analitik
di laboratorium Program Studi Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
Penulis sadari bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak sempurna. Untuk
itu penulis selaku penyusun sangat menerima kritik dan saran yang membangun,
sehingga laporan yang akan datang akan lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak manapun yang memerlukan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
2.5.4 Laporan Analisis Kation ............................................... ....... 28
2.6 Pengenceran dengan Labu Ukur ................................................. ....... 32
2.6.1 Dasar Teori ................................................................... ....... 32
2.6.2 Alat dan Bahan ............................................................. ....... 32
2.6.3 Cara Kerja ..................................................................... ....... 32
2.6.4 Laporan Pengenceran dengan Labu Ukur .................... ....... 32
2.1 Analisis Kuantitatif ..................................................................... ....... 35
2.7.1 Dasar Teori ................................................................... ....... 35
2.7.2 Alat dan Bahan ............................................................. ....... 37
2.7.3 Cara Kerja ..................................................................... ....... 37
2.7.4 Laporan Analisis Kuantitatif ........................................ ....... 38
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... ....... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ....... 51
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Maksud dari pembuatan Laporan Resmi Praktikum Kimia Analit ini adalah :
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Laporan Resmi Praktikum Kimia Analit ini adalah :
1. Untuk melengkapi tugas akhir dari praktikum kimia analit dan sebagi
bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan praktikum kimia analit.
2. Untuk memperkenalkan berbagai alat dan bahan yang digunakan di
laboratorium kimia
3. Untuk menjelaskan mengenai percobaan analisa kualitatif
4. Untuk menjelaskan mengenai percobaan analisa kuantitatif.
5. Untuk bisa mendapatkan nilai akhir praktikum
1
BAB II
PERCOBAAN
1. Tabung Reaksi
2
Tabung reaksi tersedia dalam berbagai ukuran panjang dan diameter,
umumnya dari diameter 10 sampai 20 mm dan panjang 50 sampai 200 mm.
Bagian atasnya seringkali dilengkapi dengan bibir yang melebar untuk membantu
menuang isinya; beberapa sumber mempertimbangkan bahwa adanya bibir
tersebut membedakan tabung reaksi dari tabung biasa. Tabung reaksi ada yang
memiliki dasar rata, bulat, atau mengerucut. Beberapa tabung reaksi dibuat agar
dapat dipasangi sumbat kaca atau tutup berulir. Ada pula yang dilengkapi dengan
kaca kasar (ground glass) atau area berglazuur di bagian atas agar mudah diberi
tanda menggunakan pensil.
3
2. Penjepit tabung reaksi
Adalah alat untuk menjepit tabung reaksi saat tabung dipanaskan. Dapat
terbuat dari kayu atau besi.
3. Pengaduk Gelas
Adalah alat untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat-zat kimia
pada waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Digunakan pula untuk
membantu pada proses menuangkan endapan yang ada dalam larutan pada
waktu penyaringan.
4
4. Corong
Terbuat dari gelas, adalah alat untuk memasukkan cairan kedalam botol,
labu ukur atau buret (tempat yang mulutnya sempit)
Gambar 4 Corong
5. Pipa bengkok
Adalah alat kimia yang terbuat dari gelas, digunakan untuk mengalirkan
gas ke dalam suatu tempat tertutup atau kedalam larutan
6. Gelas arloji
Terbuat dari gelas, digunakan sebagai tempat menimbang zat yang
berbentuk kristal
Gambar 8 Erlenmeyer
7
Gambar 9 Labu ukur
11. Pipet
a) Pipet Gondok
Pipet jenis ini mempunyai bentuk bagian tengah yang membesar (gondok)
dan ujungnya runcing. Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volumme tertentu dan tepat. Alat ini lebi tepat dari pada gelas ukur.
Mempunyai bermacam – macam ukuran.
8
b) Pipet Ukur
Berbeda dengan pipet gondok, pipet ini semua bagiannya sama.
Digunakan untuk mengamil larutan dengan volume tertentu dan
mempunyai ukuran bermacam – macam.
9
12. Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dan kran. Digunakan untuk melakukan
titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi ditempatkan dalam buret, dan
dkeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume yang dipakai dapat
dilhat pada skala pada buret.
Gambar 13 Buret
10
Proses filtrasi sederhana (tanpa tekanan) adalah proses penyaringan
dengan media filter kertas saring. Hal ini dilakukan dengan cara kertas saring
dipotong melingkar, kemudian lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali.
Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga melekat pada corong
pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahakan, sedikit demio
sedikit. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut
dengan filtrat.
11
2.2.4 Laporan Penyaringan Endapan
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
12
2.3 Pembuatan dan Pengenalan bau Gas NH3 dan Kertas Lakmus
- Pembentukan gas
- Pembentukan Endapan
- Perubahan Warna
- Perubahan suhu
13
- Praktikkan cara membau gas dengan cara mengipas – ngipaskan
tangan di atas mulut tabung ke arah hidung kita yang berjarak relatif
jauh untuk membau yang keluar
- Dekatkan kertas lakmus merah ke mulut tabung, lihat apa yang terjadi
pada kertas lakmus merah tersebut dan simpulkan
14
2 Pemanasan Warna larutan Pemanasan
NaCl + NH3 + setelah dipanaskan Larutan
H2O menjadi lebih menghasilkan gas
bening dengan NH3
asap / gas yang
berbaru
menyengat
15
2.4 ANALISA ANION
Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa adanya ion
dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui jenis
unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel.Jadi, analisa anion secara
kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk mengetahui adanya anion serta
jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu sampel.
Cara identifikasi anion tidak begitu sistematik seperti pada identifikasi
kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan
kelarutan garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu
ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel.
Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam
bariumnya, warna, kalarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath
menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan
garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada
proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dan identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan.
Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi
yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan
anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan H2SO4 pekat. Demikian
pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan dibagi dua yaitu anion
yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat
asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil
analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang ada,
dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada dalam
larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation yang
ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl2 larut dalam
air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut dalam air dingin.
16
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan reaksi basah untuk zat
dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan digunakan untuk analisis
semimikro dengan hanya modifikasi kecil.
Metode untuk mendeteksi anion memang tidak sesistematik seperti yang
digunakan untuk kation. Namun skema klasifikasi pada anion bukanlah skema
yang kaku karena beberapa anion termaksud dalam lebih dari satu golongan.
Pemisahan anion dapat dipisahkan kedalam golongan utama, bergantung pada
kelarutan garam perak, garam kalsi.
Pada hakekatnya, proses-proses yang dipakai dapat dibagikedalam :
- Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudahmenguap,
yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam.
- Proses yang bergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan.
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa
terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat
secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Untuk anion dikelompokkan kedalam beberapa kelas diantaranya :
- Anion sederhana seperti : O2-, F-, atau CN- .
- Anion okso diskret seperti : NO3-, atau SO42-.
Anion polimer okso seperti silikat, borat, atau fosfat terkondensasi Anion
kompleks halida seperti TaF6 dan kompleks anion yangberbasis bangat seperti
oksalat .Reaksi dalam anion ini akan lebih dipelajari secara sistematis untuk
memudahkan reaksi dari asam-asam organik tertentu dikelompokkan bersama-
sama.
Hal ini meliputi asetat, formiat, oksalat, sitrat,salisilat dan benzoat.
Atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan negatif yang
menangkap satu atau lebih electron disebut anion, karena dia tertarik
anoda.Untuk mengetahui atau mengidentifikasi kebenaran dari anion dengan
menggunakan reagensia yang ada.
17
2.4.2 ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN
19
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
20
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
21
ke larutan BaCO3 CaCO3 + CO2 + ketika gas
melalui pipa H2O dialirkan melalui
bengkok Ca(HCO3)2 pipa bengkok
mengakibatkan
larutan BaCO3
menjadi keruh
22
2.5 ANALISA KATION
24
3) . Stibium V (Sb+5)
4) . Timah II (Sn+2)
5) . Timah V (Sn+5).
Apabila telah mengendap dapat dibedakan dengan reaksi amonium polisulfida di
mana golongan II A melarut dan golongan II B mengendap.
c. Golongan III : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam
klorida (HCl) encer ataupun dengan hidrogen sulfida (H2S) dalam
suasana asam mineral encer, melainkan membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau sedikit basah.
Kation-kation golongan ini adalah:
o kobalt II (Co+2),
o nikel II (Ni+2),
o besi II (Fe+2),
o besi III (Fe+3),
o aluminium (Al),
o seng II (Zn+2),
o mangan II (Mn+2).
d. IV : Kation-kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II dan III. Kation-kation ini membentuk endapan karbonat
dengan amonium karbonat (NH4)2CO3 dengan adanya amonium
klorida (NH4Cl) dalam suasana netral atau sedikit asam.
Kation-kation golongan ini adalah :
o kalsium II (Ca+2),
o Golongan strontium II (Sr+2)
o dan barium II (Ba+2).
e. Golongan V : Kation-kation golongan ini disebut sebagai kation
golongan sisa karena tidak membentuk endapan dengan reagensia
sebelumnya seperti halnya reagensia-reagensia yang digunakan untuk
memisahkan kation-kation golongan I sampai IV. Kation-kation
golongan ini adalah magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (Ka),
litium (Li), dan hidrogen (H). (Vogel,1990).
25
Reagen yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan kation dalam
larutan sampel yang telah disediakan adalah HCl, H2SO4, KSCN, KI, NaOH,
K4Fe(CN)6 dan HgCl2. semua reagen tersebut merupakan pereaksi yang dibuat
dalam konsentrasi dan komposisi tertentu agar dapat berreaksi meninggalkan
endapan ataupun perubahan warna yang menunjukkan adanya kandungan kation-
kation tersebut di dalam larutan sampel yang digunakan.
Kation yang diidentifikasi keberadaannya dalam setiap sampel adalah
kation Ag+, Fe3+, Bi3+, Pb2+, dan Sn2+. Reaksi berlangsung setelah
penambahan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau
endapan berwarna yang merupakan karakteristik untuk ion-ion yang diidentifikasi
dalam setiap sampel. Adapun percobaan yang telah dilakukan dalam uji kation ini
adalah dengan penambahan larutan HCl 2 M untuk menguji kation Ag+,
penambahan larutan K2CrO4 dan H2SO4 untuk menguji kation Pb2+, reagen KI
dan NaOH pada uji kation Bi3+, uji kation Fe3+ menggunakan reagen KSCN
dan K4Fe(CN)6 serta penambahan larutan HgCl2 untuk menguji kation Sn2+.
Dari kelima jenis kation yang diidentifikasi tersebut, tidak semuanya berreaksi
dengan reagennya masing – masing membentuk endapan. Pada proses uji kation
Ag+, Pb2+, Fe3+ dan Sn2+ tidak menunjukkan perubahan baik secara fisik
maupun kimia setelah penambahan reagennya masing – masing. Sebab larutan
tidak mengalami perubahan warna dan juga tidak membentuk endapan. Ini
menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut memang tidak terdapat jenis kation –
kation yang dapat berreaksi dengan reagen. Dengan kata lain, sampel yang
dianalisis tersebut tidak mengandung ion Ag+, Pb2+, Fe3+ maupun Sn2+.
Satu – satunya reaksi yang timbul dalam pengidenitifikasian kation –
kation ini adalah ketika larutan sampel direaksikan dengan NaOH dalam
identifikasi kation Bi3+. Pada pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan
perubahan yang sangat mencolok dari larutan yang berreaksi dimana larutan
sampel yang semula bening, setelah penambahan NaOH larutan berubah menjadi
keruh dan terdapat endapan pada dasar tabung. Hal ini menunjukkan bahwa
larutan sampel tersebut dapat berreaksi sempurna dengan reagen yang
26
ditambahkan sebab dalam larutan sampel tersebut ada kandungan Bi3+ yang
spesifik terhadap reagen NaOH.
28
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
29
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALIS
putih putih
30
3.a MgCl2 + Larutan berwarna MgCl2 + Na2CO3 Terbentuk
bening dengan MgCO3 + endapan MgCO3
Na2CO3
endapan warna 2NaCl berwarna putih
putih dengan volume
besar
31
2.6 Pengenceran dengan Labu Ukur
32
PRAKTIKUM KIMIA
LAPORAN KE : 8
Rombongan :VB
Cara Kerja :
- Siapkan alat dan bahan
- Hitung berapa banyak HCl 0,2 N yang dibutuhkan untuk membuat
HCl 0,1 N sebanyak 100 ml dan berapa banyak air yang digunakan
dengan rumus V1.N1 = V2.N2
- Ambil HCl dan H2O sesuai perhitungan dengan gelas ukur, lalu
masukkan dalam labu ukur dan campurkan
- Test tingkatan reaksinya dengan batuan karbonat
Perhitungan :
- Diketahui :
Reaksi : HCl + H2O H3O+ + Cl-
N1 : 0,2 N
V2 : 100 ml
N2 : 0,1 N
- Ditanya :
V1 = .... ml
- Jawab :
33
V1.N1 = V2.N2
V1 . 0,2 N = 100 ml . 0,1 N
0,2V1 = 10
V1 = 10/0,2 = 50 ml
Kesimpulan :
34
BAB III
ANALISIKUANTITATIF
35
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang disebut
sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai
kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda
ntuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat
dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri,
kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995).
Teknik Volumetri dan Gravimetri menjadi alternatif metoda analisis yang
mempunyai ketertelusuran tertinggi, karena metoda tersebut mempunyai
ketertelusuran yang terdekat ke standar nasional maupun standar internasional.
Untuk dapat melakukan analisis secara volumetri dan gravimetri yang baikdan
benar diperlukan pengetahuan yang cukup, karena metoda ini dapat menjadi
metoda acuan untk metoda pengukuran lainnya.
Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi
(titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang
diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan asam-basanya.
Jadi apabila larutan tersebut merupakan larutan asam maka harus diberikan basa
sebagai larutan ujinya, begitu pula sebaliknya. Pemilihan metode ini dipakai
karena merupakan metode yang sederhana dan sudah banyak digunakan dalam
laboratorium maupun industri (riset dan pengembangan). Pada pengukuran
konsentrasi larutan dengan menggunakan metode titrasi asam-basa, biasanya cara
umum yang sering dilakukan adalah dengan menetesi larutan yang diuji, yang
sebelumnya telah diberi larutan indikator, dengan larutan uji. Ditetesi hingga
terjadi perubahan warna dari larutan indikator, apabila terjadi perubahan warna
yang disebut titik akhir maka penetesan larutan uji dihentikan.
Kemudian nilai konsentrasi larutan yang diuji dihitung berdasarkan cara
yang telah ditetapkan dalam metode titrasi. Pada metode ini mata manusia
memegang peranan penting dalam pengamatan terjadinya perubahan warna, juga
dalam pengendalian proses yang berlangsung,dan penentuan nilai konsentrasi
larutan, perhitungannya dilakukan secara manual. Dengan menggunakan cara ini
terdapat beberapa kelemahan antara lain kesalahan paralaksi dan memerlukan
36
waktu yang relatif lama untuk perhitungan atau penentuan nilai konsentrasi
larutan. Karena setiap individu dengan individu yang lainnya relatif berbeda,
dalam pengamatan dan penghitungannya tergantung pada ketelitian masing-
masing individu.
37
3.1.4.1 Laporan Titrasi Asam Klorida dengan Natrium Hidroksida
LAPORAN ANALISA
Cara Kerja :
Pengamatan :
- Pembacaan buret sample ............. ml
- Bacaan Awal I 20 ml Bacaan Akhir 46,7 ml
- Terpakai 16 ml
20 . N1 = 30 . 0,1 V2 = 46,7ml N1 = ⋯ N
3
= N1
2o
0,15 = N1
38
Kesimpulan : Pada titik ekivalen konsentrasi HCl dan NaOH sudah tidak
bereaksi ditandai dengan indikator pp berubah warna dari tanpa
warna ke merah muda
39
3.1.1.2 Standarisasi Larutan Asam Basa
Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan asam dengan
larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga reaksi penetralan
asam basa tergantung pada larutan yang direaksikan. Larutan yang direaksikan ini
salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku adalah larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder.
Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku
primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat). Asam oksalat adalah zat padat ,
halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada
titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. .berat ekivalen asam oksalat
adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus
ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali
ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekundere adalah NaOH. Larutan
NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium
hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
40
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara
bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan.
NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam
kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam
dietil eter dan pelarut non polar lainnya.
41
- Titrasikan hingga warna merah jambu hilang. Catat volume yang
dipakai
- Ulangi langkah diatas (2x percobaan)
LAPORAN ANALISA
Cara Kerja :
42
Pengamatan :
- Pembacaan buret sample ............. ml
- Bacaan Awal I 0 ml Bacaan Akhir 0 ml
- Bacaan Awal II 10,4 ml Bacaan Akhir II 10,3 ml
- Rata-rata volume (10,35 ml) Terpakai ml
630.2.100 10,4+10,3
Perhitungan : Nk = = 3,87 N V= = 10,35ml
10,35.126.25 2
3,87.0,35
Ny = = 1,6 N
25
43
3.1.1.3 Penghitungan Kadar Asam Asetat
Larutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan
mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif.
Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur
dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.
Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar.
Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui
normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua
larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung
gram ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2.
Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat
lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen
sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999).\
44
- Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni
dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh
volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar
primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
- Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara
menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh
volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar
primer, disebut larutan standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan dibawah ini :
- Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang
diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai
0,02 %
- Harus stabil
- Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak
menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan
(Sukmariah, 1990).
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila
memenuhi persyaratan berikut :
- Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
- Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga
didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.
- Reaksi harus berlangsung secara sempurna.
- Mempunyai massa ekuivalen yang besar
Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu
erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi
selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna
Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena
penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan
45
warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi
seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya
selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai
sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari
zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat
sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa,
titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau
basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi
daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih
rendah.
46
3.1.4.3 Laporan Penghitungan Kadar Asam Asetat
LAPORAN ANALISA
Indikator PP
Cara Kerja :
Pengamatan :
- Pembacaan buret sample ............. ml
- Bacaan Awal I 0 ml Bacaan Akhir 21,3 ml
- Rata-rata volume (......) Terpakai 21,3 ml
47
100 250
Perhitungan := . . 0,1 . 21,3 . 60
10 40
= 7987,5 mg → 7,9875 gr
Kesimpulan : Jadi kadar asam cuka yang ditemukan melalui proses titrasi
menggunakan larutan NaOH adalah 7,9875 gr dan terjadi perubahan warna dari
bening menjadi merah muda
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
50
DAFTAR PUSTAKA
51