Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang
mempunyai tanggung jawab memastikan keamanan penggunaan obat.
Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk peracikan dan penyediaan
sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan
layanan terhadap pasien (patient care) di antara layananya klinik, evaluasi,
efikasi dan keamanan penggunaan obat dan penyediaan informasi obat.
Berbicara tentang farmasi tentu sangat erat kaitannya dengan ilmu-
ilmu biologi, karena dalam membahas farmasi dibutuhkan ilmu biologi
sebagai referensi penunjang dalam teori maupun praktek. Khususnya
pembahasan yang berhubungan dengan farmakognosi.
Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang
berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi
farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat. Sediaan obat yang ada di
pasaran umumnya berbahan dasar bahan alam, khusunya obat tradisional
(WHO, 2002).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Permenkes RI No. 007 Tahun 2012), bahan-bahan yang
digunakan tidak mengandung bahan kimia sintetik (WHO, 2002)
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004) mengelompokkan
obat herbal menjadi tiga bentuk sediaan yaitu sediaan jamu, sediaan herbal
terstandar dan sediaan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda
yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman,
sediaan herbal tersandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah
diuji farmakologi secara eksperimen, sedangkan sediaan fitofarmaka sama
1
2
dengan obat modern, bahkan harus distandarisasi dan harus melalui uji
klinik.
Produksi, dan penggunaan obat tradisional di Indonesia
memperlihatkan kecenderungan terus meningkat. Perkembangan ini telah
mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat. Bersamaan itu upaya
pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus
digalakkan melalui berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan
fitofarmaka (Dirjen POM, 1999).
Obat tradisional mengandung bahan alam yang bervariasi, oleh
karena itu pada praktikum ini kami mengidentifikasi kandungan dari
sediaan obat herbal yang di pasaran kemudian dibandingkan dengan
tanaman yang belum diolah.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Tujuan percobaan
1. Mengidentifikasi serbuk simplisia baik tunggal maupun campuran
dengan menggunakan mikroskop serta menyebutkan ciri-ciri khas
simplisia yang diperiksa.
2. Mengetahui struktur tanaman secara morfologis dan anatomis,
identifikasi tanaman untuk simplisia yang berbentuk kering atau
serbuk secara mikroskopik.
3. Mengetahui keaslian dari obat-obat tradisional yang berada di pasaran.
1.2.2 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi serbuk simplisisa
baik tunggal maupun campuran baik secara mikroskopik maupun
organoleptis.
I.3 Prinsip Praktikum
Mengidentifikasi serbuk simplisia baik tunggal maupun campuran
dengan melalui uji mikroskopik yang menggunakan mikroskop dengan
melihat struktur anatomi dari sampel. Uji organoleptis dengan cara melihat
warna dari sampel yang akan diamati, mencium aroma sampel, maupun
mengecap rasa dari sampel yang akan diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik
pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis,telah dilakukan
standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Contoh : Stimuno,Tensigard,Rheumaneer, Xgra dan Nodiar.
II.1.3 Sumber Perolehan Obat Tradisional
Di jaman yang sudah modern ini, obat tradisional dapat diperoleh
dari berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati, 2006), yaitu :
a. Obat Tradisional Buatan Sendiri
Pada zaman dahulu nenek moyang mempunyai kemampuan untuk
menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati keluarga sendiri. Obat
tradisional seperti inilah yang mendasari berkembangnya pengobatan
tradisional di Indonesia. Oleh pemerintah, cara tradisional ini
dikembangkan dalam program TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Program
ini lebih mengacu pada self care,yaitu pencegahan dan pengobatan ringan
pada keluarga.
b. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu (Herbalis)
1. Jamu Gendong
Salah satu penyedia obat tradisional yang paling sering ditemui
adalah jamu gendong. Jamu yang disediakan dalam bentuk minuman ini
sangat digemari oleh masyarakat. Umumnya jamu gendong menjual
kunyit asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang,
dan gepyokan
2. Peracik Jamu
Bentuk jamu menyerupai jamu gendong tetapi kemanfaatannya
lebih khusus untuk kesehatan, misalnya untuk kesegaran,
menghilangkan pegal linu, dan batuk.
6
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium Gambar 2.5.1
Spesies : Psidium guajava Linn Psidium guajava
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang
gembur maupun liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup
banyak. Tanaman jambu biji (P. Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1m
sampai 1.200 m dari permukaan laut. Jambu biji berbunga sepanjang tahun.
Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m, percabangan banyak.
Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat kehijauan
c. Kandungan Kimia Tumbuhan (Renata, 2012)
Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi,
terutama quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri,
kandungan pada daun Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri,
tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan alkaloid
d. Manfaat Tumbuhan (Setiawan, 2000)
Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita,
baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam
penelitian yang telah dilakukan ternyata daun jambu biji memiliki
kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti
inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Pada umumnya daun
jambu biji (P. Guajava L.) digunakan untuk pengobatan seperti diare akut
dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah
meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur atau sakit
gigi dan demam berdarah.9 Berdasarkan hasil penelitian, telah berhasil
diisolasikan suatu zat flavonoid dari daun jambu biji yang dapat
memperlambat penggandaan (replika) Human Immunodeficiency Virus
(HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja dengan cara menghambat
pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat mengubah RNA virus
menjadi DNA di dalam tubuh manusia.
III.2 Uraian Bahan
1. AQUADEST (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
Berat molekul : 18,02 g/mol
8
Rumus struktur :
H-O-H
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak `
mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Aethanolum (Dirjen POM, 1979; Rowe, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama sinonim : Alcohol,Etanol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Rumus Struktur :
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Buku materia Medika
2. Cover glass
3. Cutter
4. Kaca objek
5. Mikroskop
6. pipet
7. Cutter
8. Kaca objek
9. Mikroskop
10. Pipet
III.1.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. Aquadest
3. Jamu Diapet
4. Tanaman utuh jambu
5. Simplisia jambu
6. Tisu
III.2 Cara Kerja
10
III.2.1 Organoleptik
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Diamati warna dari jamu diapet
4. Diambil sedikit jamu diapet kemudian dekatkan dihidung kalian.
Ditentukan aroma yang anda rasakan
5. Diambil sedikit jamu diapet kemudian gunakanlah lidah anda untuk
merasakan jamu tersebut. Ditentukan rasa yang anda temukan dari
serbuk tersebut
III.2.2 Uji Mikroskopik
1. 10 akan digunakan
Disiapkan alat dan bahan yang
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Diiris setipis mungkin daun jambu dengan menggunakan silet
kemudian diletakan dikaca objek
4. Ditetesi aquadest dan ditutup menggunakan cover glass
5. Diamati susunan anatomi dari daun jambu tersebut menggunakan
mikroskop
6. Diambil sedikit serbuk simplisia jambu
7. Diletakan di atas kaca objek
8. Ditetesi aquadest dan ditutup menggunakan cover glass
9. Diamati susunan anatomi dari serbuk simplisia jambu tersebut
menggunakan mikroskop
10. Diambil sedikit jamu diapet
11. Diletakan di atas kaca objek
12. Ditetesi aquadest dan ditutup menggunakan cover glass
13. Diamati susunan anatomi dari jamu diapet tersebut menggunakan
mikroskop
14. Disesuaikan dan samakan bagian dari anatomi daun jambu, serbuk
simplisia jambu dan jamu diapet yang anda peroleh
15. Disesuaikan hasil yang diperoleh menggunakan literatur Materia
Medika Indonesia
11
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Uji Mikroskopik
No Sampel Gambar Literatur (Depkes RI,
1995)
1 Daun jambu
b a c d a b
Ket: Ket:
oksalat oksalat
a
a
Ket: Ket:
12
12
3 Jamu diapet
a b b a
Ket: Ket:
a = Epidermis atas a = Epidermis atas
b = Mesofil b = Mesofil
IV.2 Pembahasan
Uji Mikroskopik yaitu dilakukan dengan menggunakan mikroskop
yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang
diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun
membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur
anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis
simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing
simplisia (Egon, 1985).
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan untuk mengetahui
struktur tanaman secara morfologi dan anatomi pada tanaman basah Jambu
Biji (Psidium guajava). Hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat
13
dan bahan serta membersihkan dengan alkohol 70% karena menurut Salim
(2013), ini berguna agar menghilangkan semua jenis organisme hidup
yang terdapat dalam alat yang akan digunakan.
Langkah kedua, sampel diiris setipis mungkin dengan menggunakan
silet. Menurut Djoko (2006), dalam pengamatan menggunakan
miksroskop bahan yang akan diamati, diiris setipis mungkin agar dapat
terlihat secara jelas struktur yang akan diamati.
Setelah itu diletakan di atas kaca objek karena menurut Widyamoko
(2008), kaca objek berfungsi sebagai tempat objek atau preparat yang
akan diamati sehingga objek akan lebih jelas ketika diamati. Selanjutnya
ditetesi dengan aquadest dan ditutup dengan cover glass. Menurut
Widyamoko (2008) hal ini bertujuan untuk menutupi objek objek atau
preparat yang akan diamati sehingga saat dilakukan pengamatan objek
tidak terkontaminasi dengan media luar.
Langkah selanjutnya mengamati susunan anatomi yang diperoleh
mikroskop menggunakan perbesaran 40, lalu digambar hasil pengamatan
anatomi yang diperoleh. Selanjutnya diambil sedikit serbuk diletakkan
diatas kaca objek lalu diamati susunan anatomi dari serbuk tersebut.
Setelah diamati gambar yang kami dapatkan pada dimikroskop telah
sesuai dengan literatur. Adapun hasil yang didapat pada uji mikroskopik
daun jambu (Psidium guajava) yaitu hablur kalsium oksalat dan kelenjer
lisegen (Depkes RI, 1980).
Langkah selanjutnya pengamatan pada sampel jamu Diapet. Hasil
yang didapat yaitu terdapat epidermis atas dan mesofil. Menurut literatur
sampel jamu diapet terdapat epidermis, mesofil, rambut penutup, dan
jaringan air.. Ini menandakan bahwa sampel jamu tersebut mengandung
daun jambu biji.
Selanjutnya dilakukan uji mikroskopik pada serbuk simplisia. Hasil
yang didapatkan pada alat mikroskop, berwarna coklat kekuningan,
beralur memanjang dan kadang ada serat yang bebas. Menurut literatur
14
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Ciri khas dari simplisia daun jambu biji yaitu memiliki bau menyengat
seperti rempah-rempah, tawar dan berwarna hijau. Sedangkan pada
serbuk sediaan berwarna kuning, berbau aromatik atau khas jamu dan
mempunyai rasa sepet.
2. Morfologi daun jambu biji yaitu memiliki daun berbentuk bulan oval,
berwarna hijau, memiliki tulang daun yang panjang. Dan anatomi yang
didapatkan pada identifikasi mikroskopik yaitu terdapat hablur kalsium
oksalat dan kelenjer lisigen
3. Berdasarkan hasil pengamatan kami, pada sediaan diapet daun jambu
biji terbukti mengandung bahan daun jambu biji.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk jurusan
Saran kami kepada pihak jurusan agar segera memperhatikan keadaan
laborotorium dan melengkapi alat-alat praktikum yang masih kurang untuk
kepentingan bersama.
V.2.2 Saran untuk laboratorium
16
16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan
Harmanto, Ning & Subtorto, M. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping. Cetakan Pertama Elekmedia.
WHO. 2002. Medical Record Manual a Guide For Developing Countries. World
Health Organization.
Parimin. 2005. Jambu Biji Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya : Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan No. 007. 2012. Registrasi Obat Tradisional. Jakarta.
Suharmiati dan Handayani, L,. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Ago
Pustaka : Jakarta.
17
LAMPIRAN
1. Alat dan Bahan
1.1 Alat
1.2 Bahan
2. Skema Kerja
2.1 Organoleptik
Jamu diapet
3. Diagram Alir
3.1 Uji Organoleptik
21