2. Tujuan Wawancara
Tujuan dari wawancara yaitu:
a. Mampu memahami perilaku orang lain
Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan
menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya,
mengapa ia bisa marah.
b. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju
Dalam melakukan wawancara kita dapat menangkap atau mengartikan
tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.
c. Memahami perlunya memberi pujian
Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu
adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien dimana
kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.
d. Menciptakan hubungan personal yang baik
Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa
mendekatkan diri dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.
e. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap
tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena
pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.
f. Untuk menentukan suatu kesanggupan
Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam
menentukan kesanggupannya.
g. Mendorong untuk bertindak
Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan
suatu kegiatan.
h. Memberi nasihat
Dalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada
klien/keluarga/masyarakat.
3. Proses Wawancara
Dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen.
Adapun -komponen tersebut adalah:
a. Komunikator/klien: orang yang memiliki masalah (sumber dari
masalah). Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan
masalah.
b. Masalah: sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat
memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam
perilakunya antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-
lambang tersebut kita artikan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat mencocokan dengan tingkah laku klien yang
dirasakan dan reaksi yang kita lihat.
c. Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah
saran/alat yang dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:
1) Mata (penglihatan)
Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat
menangkap atau mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien
yang wajar maupun tidak wajar.
2) Telinga
Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan
mendengar apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak
menarik, dengarkanlah supaya klien merasa puas.
a. Pengertian mendengarkan
Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan
pendengaran sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita
dengar serta kita lihat (menurut Drs. Surtin Citrobroto). Untuk
mendengarkan dengan baik dibutuhkan usaha dan kemauan yang pada
akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.
Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan
seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu
dengan memberikan perhatian dengan cara mendengarkan (menurut
Katharina Lowsan SRN).
b. Tujuan mendengarkan
Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah:
1) Menyenangkan hati klien
2) Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain
3) Memberikan rasa puas pada klien
4) Memberikan rasa aman pada pembicara
5) Menunjukkan rasa saling percaya
6) Menghargai pembicaraan
c. Teknik menjadi pendengar yang baik
Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu
mengetahui cara-cara meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan
aktif atau baik. Adapun cara-cara menjadi pendengar yang baik adalah:
1) Kesiapan mendengarkan
2) Partisipasi dalam proses mendengarkan
3) Menekankan pemahaman bukan mengkritik
4) Mengendalikan emosi
5) Menangkap ide pokok pembicaraan
6) Tunjukkan sikap terbuka
7) Kontak mata yang baik
8) Posisi sejajar dengan klien
9) Gunakan sentuhan
10) Peliharalah rasa humor
11) Gunakan pertanyaan terbuka
12) Gunakan teknik terarah
d. Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik
Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu
keterampilan tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah
menunjukkan rasa empati, cepat tanggap, mampu menginterpretasikan
informasi, dan dapat mengambil suatu tindakan yang tepat. Selain itu
pendengar yang baik harus memiliki pendengaran yang tajam.
5. Teknik Wawancara
Agar dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu
mengetahui cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik
tersebut antara lain:
a. Inisiatif
Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:
1) Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan
masalahnya.
2) Mengemukakan pendapatnya.
3) Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.
Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara.
Jangan memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu
menemukan kata-kata atau mendorong klien meneruskan pembicaraannya.
Berilah klien kesempatan yang cukup untuk mengutarakan pokok masalah
yang dihadapinya.
b. Pendekatan tidak langsung
Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada
masalahnya. Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah
setelah kita melihat lingkaran tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk
agar kita sampai ditengah-tengah lingkaran.
c. Pertanyaan terbuka
Teknik yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan
mengajukan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk mengutarakan masalah yang
dihadapinya. Pertanyaan terbuka sebagai cara pendekatan yang baik dan
penting setiap wawancara karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban
yang panjang dan banyak dapat menggali pendapat klien.
d. Penggunaan aktivitas verbal
Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta
dengan diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.
e. Wawancara spontan
Dengan suasana kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara
santai atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang
sederhana sehungga klien tidak merasa malu atau canggung
menghilangkan kesenjangan.
f. Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara
Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non
verbal sewaktu klien bicara.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawancara
Pada saat melakukan wawancara, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu:
a. Faktor penunjang
1) Dilihat dari klien
Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap
klien yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan
sungguh-sungguh dan bersedia dibantu.
2) Dilihat dari pewawancara
Berhasil tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang
dibutuhkan adalah:
a) Kecakapan pewawancara
Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka
yang dapat menggali seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan
dan mengambil inti pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi
klien baik verbal maupun nonverbal.
b) Sikap pewawancara
Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga, diharapkan
pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling
percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak
sombong, rendah hati tetapi tegas.
c) Pengetahuan
Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat
mencerna isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap
pembicaraan klien.
d) Sosial
Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan
atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai,
menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal
kebiasaan dan daerah klien.
b. Faktor penghambat
Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:
1) Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan
pertanyaan terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga
tidak dapat menangkap pembicaraan.
2) Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah
terhadap klien/keluarga/masyarakat.
3) Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara
dapat menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
oleh klien.
OBSERVASI
A. Pengertian Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data untuk menilai dengan
menggunakan indera, tidak hanya dengan mata saja. Mendengarkan,
mencium, mengecap, dan meraba termasuk salah satu bentuk dari observasi.
Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian
dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksak maupun ilmu-ilmu
sosial. Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn
(experimental) maupun konteks alamiah.
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan
yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi
yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam penelitian,
observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan
rekaman suara.
Adapun pengertian lainnya tentang observasi, yaitu:
1. Observasi: Suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis dan sengaja
diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata terhadap
kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1997).
2. Observasi: Suatu teknik untuk mengamati secara langsung maupun tidak
langsung gejala-gejala yg sedang berlangsung baik di dalam atau di luar
sekolah (Djumhur, 1985).
3. Observasi sebagai alat pengumpul data adalah Pengamatan yg memiliki
sifat-sifat antara lain (Depdikbud:1975:50) :
a. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan lebih dulu.
b. Direncanakan secara sistematis.
c. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuannya.
d. Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya.
e. Bersifat kuantitatif.
Penilaian mutu pelayanan kebidanan dengan observasi dapat dilakukan
dengan memantau (monitoring) mutu pelayanan, yaitu dengan cara melihat
data informasi objektif, dari sistem informasi yang ada tentang struktur,
proses, dan outcome pelayanan.
Tinjauan proses mengukur mutu pelayanan dengan menelaah apakah
pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien,
konsumen, pelanggan atau masyarakat. Pada umumnya dengan tinjauan proses
dapat diketahui apakah pelayanan telah efisien dan efektif.
B. Tujuan Observasi
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas, makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam
kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti
tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:
1. Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur
dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini
banyak terjadi pada anak-anak.
2. Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak
sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode
pengukur utama.
3. Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang
lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat
daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan
perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
C. Jenis-jenis Observasi
Jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandangan
antara lain :
1. Berdasarkan situasi yang diobservasi
a. Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang
dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya
campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan
terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas.
b. Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated
situasion), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi
dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang
pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok
siswa.
c. Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially
controlled), jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua
jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan.
2. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi
a. Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam
kegiatan subjek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru
bidang studi yang ingin mengetahui bagaimana antusias siswa-
siswanya terhadap pelajaran yang diberikan.
b. Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut
terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas
bimbingan ingin mengetahui bagaimana antusias siswa terhadap
bimbingan karir.
c. Observasi quasi partisipasi, dalam jenis ini sebagian waktu dalam satu
periode observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan
yang diobservasi, dan sebagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan
tersebut. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktivitas siswa
dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.
TINJAUAN TEORI
B. Macam-Macam Dokumentasi
1. Dokumen sumber resmi : Dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
lembaga atau perorangan atas nama lembaga.
2. Dokumen sumber tidak: Dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh
resmi individu tidak atas nama lembaga.
C. Tujuan Dokumentasi
1. Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat & lengkap dapat berguna
untuk:
a. Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim
kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim
kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak
dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
c. Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
E. Metode Pendokumentasian
SOAP adalah Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis
Kepmenkes No.938/Menkes/SK/ VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan).
Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP yaitu :
S = Subjektif Data = Data Subjektif
P = Penatalaksanaan
Tidak
Tindak lanjut
sesuai
Tindakan (Act)
Koreksi
Peningkatan
perbaikan
1. Perencanaan (Plan)
Perencanaan (plan) adalah proses yang menghasilkan suatu uraian
detail dan langkah- langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan. Sebenarnya pada konsep program menjaga mutu, kegiatan
menetapkan masalah, menetapkan penyebab masalah, serta menetapkan
cara menyelesaikan masalah termasuk dalam pekerjaan perencanaan.
Pada model ini, perencanaan hanya diartikan sebagai menyusun rencana
cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur
rencana yang lengkap serta terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai
sebagai pedoman dalam melaksanakan cara menyelesaikan masalah.
Hasil dari proses perencanaan adalah rencana.
Unsur-unsur rencana yang harus tercantum dalam suatu rencana
kerja tergantung dari rencana kerja yang akan dilaksanakan. Unsur-
unsur yang dimaksud antara lainantara lain adalah sebagai berikut.
a. Judul Rencana
Tetapkanlah judul rencana kerja yang akan dilaksanakan. Judul
rencana yang baik harus mencerminkan kegiatan dan tujuan yang ingin
dicapai. Tulislah judul rencana kerja tersebut dengan jelas. sebaiknya
memakai kalimat aktif dan paling banyak terdiri dari 12 kata.
Contohnya: Meningkatkan persalinan dibantu Bidan.
b. Rumusan Pernyataan dan Uraian Masalah
Cantumkan rumusan pernyataan masalah yang telah ditetapkan
sebelumnya. Rumusan pernyataan masalah yang baik harus dapat
menjawab pertanyaan apa, siapa, berapa, di mana, dan bagaimana.
Contoh rumusan masalah yang baik: 30% akseptor KB IUD yang
dilayani oleh klinik KB PKMI Jakarta pada bulan Januari 2010
mengalami komplikasi infeksi panggul pasca insersi.Ada baiknya
rumusan pernyataan masalah ini dilengkapi dengan uraian masalah
yakni sajian singkat tentang latar belakang masalah, alasan pentingnya
masalah tersebut diselesaikan, serta kaitannya dengan penyebab
masalah yang terjadi berhasil diidentifikasi.
c. Rumusan Tujuan
Rumusan tujuan yang baik adalah yang jelas targetnya. Contoh
rumusan tujuan yang baik: Menurunkan angka komplikasi infeksi
panggul pasca insersi IUD di klinik KB PKMI Jakarta dari 30% pada
bulan Januari 2010 menjadi 5% pada bulan Desember 2010.
d. Uraian Kegiatan
Suatu rencana kerja yang baik harus mencantumkan uraian kegiatan
yang akan dilaksanakan. Cantumkan kegiatan tersebut secara berurutan.
Utamakan pada kegiatan yang bersifat pokok saja, yakni yang dinilai
paling menentukan tercapainya tujuan. Contoh:
1) Menyusun standar penyuluhan kesehatan ibu hamil
2) Menggunakan standar dalam penyuluhan kesehatan ibu hamil
3) Pengamatan penyuluhan kesehatan
e. Waktu
Ada baiknya uraian waktu ini dikaitkan dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan, sehingga membentuk suatu bagan. Contoh: 3 Januari
2016.
f. Pelaksana
Jika personalia tersebut lebih dari satu orang, maka harus dilengkapi
dengan uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing.
g. Biaya
Mencantumkan biaya yang dibutuhkan untuk dapat
menyelenggarakan rencana kerja yang dimaksud. Sesuaikan biaya
dengan rencana kerja yang akan dilaksanakan dalam kegiatan tersebut.
h. Metode dan Kriteria Penilaian
Suatu rencana kerja yang baik, harus mencantumkan metode serta
kriteria penilaian hasil yang dicapai. Contoh metode yang digunakan:
wawancara, rekam medik, pengamatan, dll. Untuk kriteria penilaian
sesuaikan dengan metode yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Beberapa contoh kegiatan/aktivitas yang dilakukan dalam
perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan target/sasaran apa yang akan dicapai tahun depan, bulan
depan, minggu depan, dan seterusnya. Misalnya tahun depan sudah
dapat memberikan pelayanan lengkap kepada ibu dan anak dengan
fasilitas lengkap.
2) Menetapkan langkah-langkah, tindakan, dan kegiatan yang akan
dilakukan dalam 10 tahun, satu tahun, satu bulan, dan, satu minggu
ke depan, dan seterusnya.
3) Menyusun kebutuhan perlengkapan, peralatan, serta obat-obatan
yang dibutuhkan dalam satu bulan mendatang.
2. Pelaksanaan (Do)
Langkah kedua pada program PDCA adalah do (pelaksanaan). Pada
siklus pelaksanaan, yang dilakukan adalah melaksanakan rencana yang
telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan
staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi
sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana
yang akan dilaksanakan.
3. Pemeriksaan (Check)
Langkah ketiga yang dilakukan adalah secara berkala memeriksa
(check) berbagai kemajuan dan hasil yang dicapai dari pelaksanaan rencana
yang telah ditetapkan. Untuk dapat memeriksa pelaksanaan dari rencana
kerja dan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yaitu lembaran pemeriksaan (check list) dan peta kontrol
(kontrol diagram), yaitu:
a. Lembaran Pemeriksaan (Checklist)
Lembaran pemeriksaan adalah suatu formulir yang dipergunakan
untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Untuk
dapat mempergunakan lembaran pemeriksaan, diperlukan langkah-
langkah berikut.
4. Perbaikan
Langkah keempat yang dilakukan pada program PDCA adalah
melaksanakan perbaikan (action) rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja sesuai dengan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Selanjutnya, rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil
yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
BAB II
Quality assurance pada praktiknya akan berupa siklus, yakni suatu proses
sedemikian rupa jalannya sehingga akan berulang. Dalam pelaksanaan quality
assurance haruslah dibentuk tim terlebih dahulu dan bukan perseorangan. Bila
komponen-komponen langkah siklus quality assurance dikelompokkan, maka aka
nada tiga kelompok kegiatan, yaitu :
1. Mendesain mutu : merencanakan, menyusun standar, dan mengkomunikasikan
standar
2. Monitoring mutu
3. Memecahkan masalah mutu : menetapkan masalah, identifikasi masalah, analisis
masalah dan melaksanakan solusi. (Cut Sriyanti, SST. 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Cut Sriyanti, SST., M.Keb. 2016. “No Title.” In Mutu Layanan Kebidanan Dan
Kebijakan Kesehatan, Pertama, 237. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Mutu-dan-Kebijakan-Layanan-Kesehatan-
Komprehensif.pdf.