Anda di halaman 1dari 4

Teori Dasar

Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk menciptakan keadaan yang steril.
Secara tradisisonal keadaan yang steril merupakan keadaan yang tercipta akibat dari hancur dan
hilangnya mikroorganisme. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai
konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme
hanya dapat diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (Lachman hal.1254). Tiga
cara yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan kimia dan penyaringan
atau filtrasi (Hadioetomo 1985)

Metode sterilisasi
1. Metode fisika
a. Sterilisasi panas
Sterilisasi panas adalah metode sterilisasi yang paling banyak digunakan dengan cara
kerja menghancurkan enzim dan konstituen penting lainnya. Metode sterilisasi panas
hanya bisa diterapkan pada produk yang tahan pemanasan. Sterilisasi panas
menggunakan suhu tinggi dengan suhu diatas 100 derajat celcius. Bahan yang sensitive
terhadap kelembapan menggunakan sterilisai kering panas dengan suhu 160-180
derajat celcius. Efisiensi panas mampu melumpuhkan mikroorganisme dan bergantung
pada tingkat panas, waktu pemaparan, dan juga adanya air. Sterilisasi panas ada dua
yaitu sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas basah.
1) Sterilisasi panas kering diantaranya: insenerasi, red heat, flaming, hot air oven
2) Sterilisasi panas lembab: Autoclaf, Boilling water, Hot water below boiling point.
b. Sterilisasi cair
1) Asam parasetat: mengganggu ikatan protein, enzim, dan transportasi membrane sel
melalui pecahnya dinding sel. Asam parasetat juga dapat mengoksidasi enzim
esensial dan merusak jalur biokimianya.
2) Hydrogen peroksida: mensterilkan dengan oksidasi pada komponen seluler utama
dan menginaktivasi mikroorganisme. Sangat sesuai digunakan pada peralatan
medis yang peka terhadap pemasana dan sensitive terhadap kelembapan.
c. Sterilisasi radiasi
Banyak jenis radiasi digunakan untuk sterilisasi seperti radiasi elektromagnetik
(misalnya sinar gamma dan sinar UV), radiasi partikulat (misalnya elektron yang
dipercepat). Sasaran utama radiasi ini adalah DNA mikroba. Sinar gamma dan elektron
menyebabkan ionisasi dan produksi radikal bebas, sementara sinar UV menyebabkan
eksitasi.
d. Sterilisasi filtrasi
Proses filtrasi tidak menghancurkan tapi menghilangkan mikroorganisme.
Mekanisme utama filtrasi adalah penyaringan, adsorbsi dan perangkap matriks dalam
penyaring. Ada dua tipe penyaring yang digunakan untuk sterilisasi filtrasi diantaranya
yaitu:
1) Depth filters: terdiri dari bahan berserat atau granular yang dikemas sehingga
membentuk saluran twisted.
2) Membrane filters: membran berpori sekitar 0,1 mm tebal, terbuat dari selulosa asetat,
selulosa nitrat, polikarbonat, dan polivinilidena fluorida, atau beberapa sintetis
lainnya.

2. Metode kimia
a. Sterilisasi gas
Menggunakan formaldehid (methanol, H.CHO) dan etilen oksida (CH2)2O.
mekanisme kerja antimikroba kedua gas tersebut diasumsikan melalui alkilasi
kelompok sulfidril, amino, hidroksil, dan karboksil pada protein dan gugus asam amino
nukleat. Kisaran konsentrasi 800-1200 mg/L dengan suhu 45-63 derajat celcius untuk
etilen oksida dan 15-100 mg/L untuk formaldehid dengan suhu 70-75 derajat celcius.
b. Dengan Senyawa Kimia
Senyawa kimia yang digunakan sebagai desinfektan antara lain adalah CuSO4,
AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan
beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat
digunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan
dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula
digunakan karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba.
Uji Sterilisasi
1. Metode filtrasi membrane
Prosedur: peralatan unit penyaring membrane yang sesuai terdiri dari satu perangkat yang
dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptic dan membrane yang telah diproses
dapat dipindahkan secara aseptic untuk inokulasi kedalam media yang sesuai atau satu
perangkat yang dapat ditambahkan media steril ka dalam penyaringnya dan membrane di
inkubasi in situ. Membrane yang sesuai umumnya mempunyai porositas 0,45um, dengan
diameter lebih kurang 47 mm, dan kecepatan penyaringan air 55 ml sampai 75 mlpermenit
dengan tekanan 70 cmHg. Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan Bersama dengan
membrane sebelum digunakan, atau membrane dapat disterilkan terpisah dengan cara apa
saja yang dapat mempertahankan karakteristik penyaring dan menjamin sterilitas
penyaringdan perangkatnya. J
ika bahan uji berupa minyak, membrane dapat disterilkan terpisah dan setelah
melalui pengeringan, unit dirakit secara aseptik.
2. Metode transfer langsung/inokulasi
Prosedur:n pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarum suntik steril.
Secara aseptis inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap wadah uji kedalam tabung
media. Campur cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media
tertentu. Amati pertumbuhan pada media secara visual seserig mungkin sekurangnya pada
hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir pada masa
uji.
Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara visual, pindahkan sejumlah
memadai media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3 dan ke-7 sejak pengujian
dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total waktu tidak kurang
dari 14 hari sejak inokulasi awal.

Prinsip yang terlibat dalam evaluasi proses sterilisasi adalah:

1. Untuk membuat produk yang steril


2. Melakukan probabilitas maksimum
3. Menetapkan spesifikasi dan karaketristik kinerja
4. Memberikan jaminan yang besar atas hasil yang diperoleh
5. Metodologi, proses dan peralatan khusus.
6. Pengujian produk akhir menggunakan metode analisis di validasi
7. Verifikasi, kalibrasi dan pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam proses.

Anda mungkin juga menyukai