Anda di halaman 1dari 4

Streptomisin

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Penggunaan secara i.m. (intramuskuler) dan hampir semuanya berada dalam plasma
yang meyebar ke ekstraseluler. Kira-kira separohnya terikah dengan protein plasma,
dieksresikan melalui filtrasi glomerulus dan diekskresikan dalam 12 jam. Waktu paruhnya 2-
3 jam.

Isoniazid

MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja isoniazid belum diketahui, tetapi ada beberapa hipotesis yang
diajukan, diantaranya efek pada lemak, biosintesis asam nukleat, dan glikosis. Ada pendapat
bahwa efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolid acid) yang
merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid kadar rendah mencegah
perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang yang merupakan bentuk awal molekul
asam mikolat. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang
terekstraksi oleh metanol dan mikobakterium. Hanya kuman peka yang meyerap obat ke
dalam selnya, dan ambilan ini merupakan proses aktif.

FARMAKOKINETIK

Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parental. Kadar puncai
dicapau dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid terutama mengalami
asetilasi, dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang
secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan masa paruhnya. Asetilator
cepat didapatkan pada oranh-orang Eskimo dan Jepang, asetilator lambat terutama pada orang
Skandavia, Yahudi dan Afrika Utara. Pada penderita yang tergolong asetilator cepat, kadar
isoniazid dalam sirkulasi berkisar 30-50% kadar pada penderita asetilasi lambat. Masa
paruhnya pada keseluruhan populasi antara 1-3 jam. Masa paruh rata-rata pada asetiltor cepat
hampir 80 menit, sedangkan nilai 3 jam adalah khas untuk asetilator lambat. Masa paruh obat
ini dapat memanjang bila pada insufisiensi hati. Perlu ditekankan bahwa pernedaan kecepatan
asetilasi ini tidak berpengaruh pada efektivitas atau toksisitas isoniazid bila obat ini diberikan
setiap hari. Tetapi, bila penderita tegrolong asetilator cepat dan mendapat isoniazid seminggu
seklai maka penyembuhannya mungkin kurang baik.

Isoniazid mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Obat terdapat dengan
kadar yang cukup dalam cairan pleura dan cairan asetis. Kadar dalam cairan serebrospinal
kira-kira 20% kadar dalam cairan plasma. Isoniazid mudah mencapai material kaseosa. Kadar
obat ini pada mulanya lebih tinggi dalam plasma otot daripada dalam jaringan yang terinfeksi
dalam jumlah yang lebih dari cukup sebagai bakteriostatik.
Antara 75-95% isoniazid diekskresi melalui urin dalam waktu 24 jam dan seluruhnya
dalam bentuk metabolit. Ekskresi terutama dalam bentuk asetil isoniazid yang merupakan
metabolit proses asetilisasi, dan asam nikotinat yang merupakan metabolit proses hidrolisis.
Sejumlah kecil diekskresi dalam bentuk isonikotinil glisin dan isokotinil hidrazon, dan dalam
jumlah yang kecil seklai beruba N-metil isoniazid.

Rifampisin

MEKANISME KERJA

Obat ini menghambat DNA-dependen polimerase dari mikroorganisme yang


meyebabkan penekanan pada pembentukan rantai awal dari sintesa RNA. Rifampisin dapat
menghambat sintesa RNA tapi perlu konsentrasi yang tinggi untuk menghambat enzim
bakteri.

FARMAKOKINETIK

Kadar puncak dalam plasma didapat dalam 2-4jam setelah pemberian oral. Dosis
tunggal 600 mg menghasilkan kurang lebih 70µg/ml. Para amino salisilat (PAS) menghambat
absorbsi Rifampisin sehingga kadar dalam plasma yang kuat tidak tercapai. Setelah diserap
dari saluran cerna, obat ini cepat dieksreksi melalui empedu dan kemudian mengalami
sirkulasi enterohepatik. Obat ini dapat mengalami deasetilasi dalam waktu 6 jam sehingga
terbentuk Rifampisin diasetil, metabolit inilah yang mempunyai efek antibakteri. Ekskresi
melalui urin mencapai 30%, setengahnya merupakan rifampisin utuh sehingga penderita
gangguan fungsi ginjal tidak memerluka penyesuain dosis. Obat ini juga dibulang memalui
ASI.

Rifampisin didistribusi ke seluruh tubuh. Kadar efektif dicapai dalam berbagai organ
dan cairan tubuh, termasuk cairan otak. Luasnya distribusi rifampisin tercermin dengan
warna merah jingga pada urin, tinja, ludah, sputum, air mata dan keringat. Penderita harus
diberi tahu akan hal pewarnaan ini.

Etambutol

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Tujuhpuluh sampai 80% pemberian oral diabsorpsi dari saluran cerna. Kadar puncak
dalam plasma dicapai 2-4 jam setlah pemberian. Dosis tunggal 15mg/kg BB menghasilkan
kadar plasma 5µg/ml dalam waktu 2-4 jam. Waktu paruh 3-4 jam, didistribusikan ke seluruh
tubuh termasuk CSS, sehingga berguna untuk pengobatan meningitis.

Kadarnya dalam eritrosit 1-2 kali lebih besar dari kadarnya dalam plasma, karena itu
eritrosit berperan sebagai depot obat ini dan secara perlahan masuk ke dalam plasma. Dalam
waktu 24 jam. 2/3 dari dosis obat ini diekskresikan dalam bentuk metabolitnya, yaotu derivat
aldehid dan asam karboksilat. Bersihan ginjal untuk obat ini 7 ml/menit/kg dan hal ini
membuktikan bahwa obat ini selain mengalami filtrasi glomerulus juga dieksresikan melalui
tubulus. Perlu diperhatikan apakah pasien ada gangguan ginjal pasien ada gangguan ginjal
atau tidak. Lebih kurang 20% diekskresikan melalui tinja.

Para Amino Salisilat

MEKANISME KERJA

Rumus molekul mirip dengan asam para amino benzoat dan mekanisme kerjanya
mirip dengan sulfonamid. Karena sulfonamid tidak efektif terhadapa M. Tuberculosis dan
PAS tidak efektif terhadap kuman yang sensitif terhadap sulfonamid, maka ada kemungkinan
bahwa enzim yang bertanggung jawab untuk biosintesis folat pada berbagai macam mikroba
bersifat spesifik.

FARMAKOKINETIK

Diabsorpsi secara baik oeh saluran cerna. Dosis tunggal oral 4 gram akan
menghasilkan kadar maksimal dalam plasma kurang lebih 75µg/ml dengan waktu 1,5-2 jam.

Obat ini didisribusikan ke seluruh tubuh dan kadarnya tinggi dalam cairan pleura dan
jaringan tubuh. Kadarnya rendah dalam CSS. Waktu paruh obat sekitas 1 jam setelah
pemberian dosis tunggal dan dicapai konsentrasinya dalam plasma 4-5 jam. Lebih dari 80%
diekskresikan melalui urin dan lebih dari 50% dalam bentuk terasetilasi. Pada penderita
dengan gangguan ginjal pemberian obat ini tidak dibolehkan.

Pirazinamid

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Pirazinamid mudah diserap di usus dan tersebar luas ke reluruh tubuh. Dosis 1 gram
menghasilkan kadar plasma 45µg/ml pada dua jam setelah pemberian obat. Ekskresinya
terutama melalui filtrat glomerulus. Asam pirazinoat yang aktif kemudian mengalami
hidroksilasi menjadi asam hidropirazinoat yang merupakan metabolit utama. Masa paruh
eliminasi obat ini antara 10-16 jam.

Etionamid

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Pada pemberian per oral etionamid mudah diabsorpsi. Kadar puncak tercapai dalam 3
jam dan kadar terapi bertahan selama 12 jam. Distribusi cepat, luas, dan merata keseluruh
cairan dan jaringan tubuh. Ekskresi berlangsung cepat dan terutama dalam bentuk
metabolitnya, hanya 1% dalam bentuk aktif.
Sikloserin

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Setalah pemberian oral absorpsinya baik, kadar puncak dalam darah dicapai 4-8 jam
setelah pemberian obat. Dengan dosis 20mg/kg BB diperoleh kadar dalam datah sebesar 20-
35µg/ml pada anak-anak. Dengan dosis 750mg tiap 6 jam pada orang dewasa akan diperoleh
kadar lebih dari 50µg/ml. Distribusi dan difusi le seluruh cairan dan jaringan tubuh baik
sekali. Sawar darah otak dapat dilintasi dengan baik. Karena obat ini terkonsentrasi di urin,
tidak diperlukan dosis besar untuk mengobati tuberkulosis saluran kemih.

Ekskresi maksimal tercapai 2-6 jam setelah pemberian obat dan 50% diekskresikan
melalui urin dalam bentuk utuh selama 12 jam pertama. Bila ada insufisiensi ginjal, terjadi
akumulasi obat dalam tubuh sehingga memperbesar kemungkinan reaksi toksik.

Kanamisin

MEKANISME KERJA

FARMAKOKINETIK

Pada pemberian i.m. (intramuskuler) obat ini diserap demhan cepat dan sempurna.
Kanamisin sukar masuk ke dalam cairan otak, tetapi pada peradangan kadarnya naik sampai
43% kadar dalam plasma. Metabolismenya dapat diabaikan, ekskresinya melalui ginjal kira-
kira 90% dan dalam bentuk utuh. Masa paruh eliminasi obat ini sekitar 2 jam.

Anda mungkin juga menyukai