Anda di halaman 1dari 2

Nama : Adelia Rizkarunissa

NPM : 1606952484

Ethics, Social Responsibility, and Sustainability

Segala sesuatu dipolitisasi akhir-akhir ini. Hal ini membuat etika bisnis lebih penting
dari sebelumnya. Perusahaan diteliti atau dipuji - secara real time - untuk keputusan yang
mereka buat yang berdampak tidak hanya pada pelanggan mereka, namun masyarakat secara
keseluruhan. Etika bisnis adalah istilah umum tentang cara bisnis membuat keputusan dan
menerapkan nilai-nilai mereka pada keputusan di seluruh bagian organisasi - artinya, cara
mereka mempertimbangkan dampak keputusan mereka terhadap pemangku kepentingan, baik
secara internal terhadap perusahaan maupun eksternal terhadap masyarakat. Tanggung jawab
sosial perusahaan (social responsibility) atau keberlanjutan (sustainability) mengacu pada
hubungan perusahaan dengan masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa etika dalam bisnis
berarti 'mengambil jalan yang benar'. Bertindak secara etis memperhitungkan semua faktor
dalam berbisnis, mencakup proses produksi, kegiatan bisnis itu sendiri, dan perilaku
perusahaan dengan pelanggan dan komunitas tempat perusahaan beroperasi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan budaya tidak etis di perusahaan.
Misalnya, jika ada pemisahan yang sangat kuat antara pemimpin dan mereka yang
menyumbangkan banyak usaha (manajemen), hal itu dapat menciptakan kebencian dan
perpisahan antara mereka yang melakukan pekerjaan dan mereka yang memetik manfaatnya.
Kasus mengenai perusahaan pelanggar etika bisnis bisa kita jumpai pada PT Freeport
Indonesia. Perusahaan tersebut merupakan jenis perusahaan multinasional, yaitu perusahaan
internasional atau transnasional yang berpusat di satu negara tetapi mempunyai cabang yang
ada di berbagai negara maju dan berkembang. Di Indonesia, PT Freeport Indonesia melakukan
eksplorasi, menambang, dan memproses bijih yang mengandung tembaga, emas, dan perak di
daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia. Terdapat pernyataan
kuat bahwa telah terjadi distori etika dan pelanggaran kemanusiaan yang hebat di Papua.
Martabat manusia yang seharusnya dijunjung tinggi, peradaban dan kebudayaan sampai mata
rantai penghidupan jelas dilanggar.
Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada
pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Manajemen Freeport bersikeras
menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya. Biaya CSR kepada sedikit rakyat
Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen
keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus
menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat Papua yang tidak ternilai
itu.
Selain itu Victor Beanal, kepala suku Amungme selaku pemegang hak ulayat di tempat
PT Freeport beroperasi, mengaku banyak orang Papua diperkerjakan oleh PT Freeport. Ia
berkata, “Keuntungan diraih pemerintah Indonesia dan PT Freeport. Tanah kami sudah
dibunuh, bagaimana dengan nasib anak-anak saya besok?" papar Victor, seperti diterjemahkan
Isak Ondowame, tokoh agama di Kabupaten Mimika.
Dapat dilihat bahwa PT Freeport telah melakukan pelanggaran terhadap etika dalam
berbisnis dengan perlakuan yang tidak adil kepada rakyat Papua yang menjadi pekerja, serta
tanggung jawab sosial kepada masyarakat papua dan keberlanjutan lingkungan di sekitar
tempat usaha penambangan.

Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39055464
http://businesscasestudies.co.uk/tata-steel/business-ethics-and-sustainability-in-the-steel-
industry/what-are-business-ethics-and-sustainability.html
https://www.eaie.org/blog/ethical-business-and-management-education/
http://www.globoforce.com/gfblog/2017/laura-hartman-business-ethics-social-responsibility/

Anda mungkin juga menyukai