Pesisir Pantai
Pesisir Pantai
Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh
perubahan di darat dan laut. Pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2000 (dua ribu) km2 beserta kesatuan ekosistem. Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dan
Pulau – Pulau Kecil (“WP3K”) meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai. Pengelolaan
WP3K meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap
interaksi manusia dalam pemanfaatannya serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pemanfaatan pulau – pulau kecil dan perairan diprioritaskan untuk kepentingan sebagai berikut:
1. Konservasi.
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Penelitian dan pengembangan.
4. Budidaya laut.
5. Pariwisata.
6. Usaha perikanan kelautan dan industri perikanan secara lestari.
7. Pertanian organik.
8. Peternakan.
Untuk mendapatkan HP-3, para pemohon HP-3 wajib untuk memenuhi 3 (tiga) persyaratan,
antara lain:
1. Persyaratan teknis:
2. Administratif:
3. Operasional:
HP-3 tidak dapat diberikan pada Kawasan Konservasi, suaka perikanan, alur pelayaran, kawasan
pelabuhan, dan pantai umum.
Jangka waktu HP-3 adalah 20 (dua puluh) tahun dimana dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua)
kali melalui 2 (dua) tahap masing – masing tahap perpanjangan berjangka waktu 20 (dua puluh)
tahun. HP-3 dapat beralih, dialihkan, dan dijadikan jaminan utang dengan dibebankan hak
tanggungan. Pihak – pihak yang mempunyai wewenang berdasarkan UU WP3K sebagai berikut :
1. Menteri berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir lintas provinsi dan
Kawasan Strategis Nasional Tertentu.
2. Gubernur berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir sampai dengan 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan, dan Perairan Pesisir lintas kabupaten/kota.
3. Bupati/walikota berwenang memberikan HP-3 di wilayah Perairan Pesisir 1/3 (satu
pertiga) dari wilayah kewenangan provinsi.
Larangan
UU WP3K melarang setiap orang secara langsung atau tidak langsung melakukan kegiatan yang
dapat merusak WP3K seperti menambang terumbu karang atau mengambilnya dari kawasan
konservasi, kegiatan – kegiatan yang dapat merusak mangrove di WP3K, dan lain – lain.
Pengawasan dan pengendalian WP3 dilakukan oleh pegawai negeri sipil yang berwenang di
bidang pengelolaan WP3K sesuai dengan sifat pekerjaaannya dan dengan wewenang kepolisian
khusus. Pengawasan dengan wewenang kepolisan khusus adalah pengawasan yang dengan
melakukan kegiatan patroli dan tugas polisional lainnya di luar tugas penyidikan.
Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa dalam pengelolaan WP3K dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar
pengadilan. Terhadap penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana
pengelolaan WP3K dimana dalam hal penyelesaiannya dapat mengunakan pihak ketiga untuk
membantu penyelesaian sengketa. Hasil kesepakatan penyelesaian harus dibuat secara tertulis
dan mengikat para pihak.
Terhadap penyelesaian sengketa melalui pengadilan, apabila sudah ada putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap, pengadilan membebankan kewajiban kepada setiap orang dan/atau
penanggung jawab kegiatan yang telah merusak WP3K untuk melakukan dan membayar biaya
untuk rehabilitasi dan pemulihan kondisi WP3K. Selain itu, hakim dapat menetapkan sita
jaminan dan uang paksa apabila keterlambatan pembayaran rehabilitasi dan pemulihan kondisi
WP3K. Masyarakat atau organisasi kemasyarakatan (“Ormas”) dapat mengajukan gugatan
perwakilan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan. Ormas yang dapat mengajukan
gugatan apabila sudah memenuhi ketentuan organisasi kemasyarkatan sesuai UU WP3K.
Tuntutan oleh Ormas hanya sebatas tuntutan untuk melakukan tindakan rehabilitasi dan
pemulihan kondisi WP3K tanpa ada tuntutan ganti rugi.
Apabila kelalaian dari kegiatan tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan, dapat dikenakan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta), untuk setiap Orang yang karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajiban
rehabilitasi dan/atau reklamasi, dan melakukan kegiatan usaha di wilayah pesisir tanpa hak
dan/atau tidak melaksanakan kewajiban dari persyaratan operasional, sesuai dengan ketentuan
dalam UU WP3K.