Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I

DOSEN PENGAMPU:
IR. EDWARD BAHAR, MP

DISUSUN OLEH:
WIRLISMAN

NIM: 1426003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
KABUPATEN ROKAN HULU
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan izin dan
kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Dasar-Dasar
Perlindungan tanaman, Yakni yang berjudul 1. Ruang Lingkup Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman 2. Pengertian gangguan, kerusakan, dan kerugian,
Pemberantasan, Pengendalian, Pengelolaan, dan Eradikasi 3. Permasalahan pengendalian hama
dan penyakit tanaman 4. Perspektif pengendalian hama dan penyakit tanaman kini dan masa
depan. Meskipun banyak hambatan yang Penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis juga sampaikan terima kasih kepada dosen Pengampu yang telah membantu dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada temen-teman yang sudah memberikan bantuan dan masukannya.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.

Pasir Pengaraian, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan penulisan............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Ruang Lingkup Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman............. 3
B. Pengertian gangguan, kerusakan, dan kerugian, Pemberantasan,
Pengendalian, Pengelolaan, dan Eradikasi........................................ 4
C. Permasalahan pengendalian hama dan penyakit tanaman....................
D. Perspektif pengendalian hama dan penyakit tanaman kini dan
masa depan......................................................................................

BAB III PENUTUP............................................................................................


A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pada dasarnya pengendalian hama merupakan setiap usaha atau tindakan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mengusir, menghindari dan membunuh spesies hama
agar populasinya tidak mencapai aras yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama tidak
dimaksudkan untuk meenghilangkan spesies hama sampai tuntas, melainkan hanya menekan
populasinya sampai pada aras tertentu ynag secara ekonomi tidak merugikan. Oleh karena itu,
taktik pengendalian apapun yang diterapkan dalam pengendalian hama haruslah tetap dapat
dipertanggungjawabkan secara ekonomi dan secara ekologi.
Dalam usaha meningkatkan produksi pangan, perlindungan tanaman mempunyai peranan
penting dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha tersebut. Perlindungan
tanaman dapat membatasi kehilangan hasil oleh organisme pengganggu dan menjamin kepastian
serta memperkecil resiko berproduksi.
Dalam melaksanakan pengendalian organisme pengganggu, pemerintah telah mengaturnya
dalam UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam UU No. 12 tahun 1992
pada Pasal 20 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman ditetapkan dengan sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT). Undang-undang tersebut memberikan landasan dan dukungan hukum
yang kuat bagi pelaksanaan dan penerapan konsep PHT pada umumnya dan pengurangan
penggunaan pestisida pada khususnya
B. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi penilaian pada
Mata Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman yaitu juga agar kita semua dapat mengetaui
dan memahami apa itu:
A. Ruang Lingkup Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
B. Pengertian gangguan, kerusakan, dan kerugian, Pemberantasan, Pengendalian, Pengelolaan, dan
Eradikasi
C. Permasalahan pengendalian hama dan penyakit tanaman
D. Perspektif pengendalian hama dan penyakit tanaman kini dan masa depan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

PHT adalah suatu cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian hama dan penyakit
tumbuhan yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka
pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.
Sebagai sasaran teknologi PHPT adalah :
1) produksi pertanian mantap tinggi,
2) Penghasilan dan kesejahteraan petani meningkat,
3) Populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan
4) Pengurangan resiko pencemaran Lingkungan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan
Dengan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yang semakin menunjukan
peningkatan pengguaan dan aplikasinya, konsep pengendalian hama dan penyakit yang
menerapakan penggunaan pestisida mulai ditinggalkan.
Konsep perlindungan hama dan penyakit menggunakan pestisida ditinggalkan karena tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan hidup yang menjaga kelestarian lingkungan dan
keragaman hayati serta hilangnya beberapa musuh alami hama dan penyakit.
Konsep lain yang mulai ditinggalkan adalah pertanian secara intensif baik dalam budidaya
maupun penanggulangan hama dan penyakit. Konsep penanggulangan ini hanya berkonsentari
terhadap produksi dan mutu hasil budidaya tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan seperti
adanya zat-zat beracun yang ikut terbawa oleh hasil panen, hilangnya karegaman biota, dan
dampak lainnya yang timbul akibat pertanian secara intensif tersebut.
Gangguan OPT dapat menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas hasil serta kematian
tanaman. Adanya ancaman OPT terhadap tanaman budidaya mengharuskan petani dan
perusahaan pertanian melakukan berbagai upaya pengendalian. Sejarah perkembangan
pengendalian hama dan penyakit di Indonesia dimulai sejak periode sebelum kemerdekaan,
1950-1960-an, 1970-an, dan 1980 sampai sekarang.
B. Pengertian gangguan, kerusakan, dan kerugian, Pemberantasan, Pengendalian,
Pengelolaan, dan Eradikasi

a) Pengertian Gangguan Hama dan penyakit tanaman


Gangguan dari Hama dan penyakit mengakibatkan tanaman mengalami kondisi abnormal
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Jika pertumbuhan dan perkembangan
tanaman terganggu akan berdampak menurunnya produktivitas tanaman. Dan lebih jauh lagi
akan merugikan petani akibat hasil tanamanannya menurun.

b) Pengertian kerusakan dan dampak yang ditimbulkan Hama dan penyakit tanaman
.
Dampak kerugian akibat serangan hama tersebut adalah :
 Gagal Panen Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal
panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan tanaman sebagai
bahan makanan, dan tempat tinggal bagi mereka. Hama merusak tanaman dengan cara :
 Menghisap cairan tanaman
 Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua
 Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman
 Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai ekonomis buah
 Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak baik pada batang,
daun maupaun buah
 Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada
tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena
terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini
disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta
tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat
melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat
melakukan fotosentesis
 Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman
menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti
serangan hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi
kerdi dan tidak dapat berproduksi.
 Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi Hama yang menyerang pada buah atau bagian
tanaman yang memiliki nilai ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama
merusak bagian-bagian buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian
yang diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-larva
hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.
 Kerugian bagi para Petani Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh
tanaman atau gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini disebabkan
tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka keluarkan
dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih, penanaman serta
perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini semakain memperpuruk kondisi
dan iklim pertanian di Indonesia
 Terjadinya Alih Fungsi Lahan alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan
pendapatan yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha
pertanian. Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur ke
bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi seperti ini semakin
memperpuruk iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan pangan dalam negri.
 Degradasi Agroekosistem degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh
para petani dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif
terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem. Pencemaran
lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat digunakannya pestisida.
Dengan adanya penanggulanag serangan hama yang tida sesuai ini menyebabkan terjadinya
degradasi ekosistem alami.
 Munculnya resistensi dan returgensi hama Dengan penanggulangan serangan hama yang tidak
sesuai akan menyebabkan resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau
ledakan jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek dalam
usaha budidaya tanaman itu sendiri.
c) Pengertian kerugian dari Hama dan penyakit tanaman

Kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama nilainya cukup berarti ditinjau dari segi
ekonomi apalagi jika tanaman mati akibat gangguan hama. Secara umum akibat gangguan hama
ini akan berdampak pada produktivitas tanaman karet sehingga pasokan karet bagi dunia industri
menjadi terhambat. Itulah sebabnya sedini mungkin gejala serangan hama mesti diantisipasi.
Gangguan penyakit mengakibatkan tanaman mengalami kondisi abnormal sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Jika pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terganggu akan berdampak menurunnya produktivitas tanaman. Dan lebih jauh lagi akan
merugikan petani akibat hasil tanamanannya menurun.

1. Menurunkan kuantitas
2. Menurunkan kualitas
3. Menambah biaya pengendalian:
• Biaya penelitian var. Tahan
• Biaya pengelolaan tanaman sehat
• Penyediaan sarana pengendalian
• Biaya tenaga kerja
4. Kerusakan
 panen/prosesing
 penyimpanan
 Pengangkutan

5. Gangguan pd hewan & manusia


 adanya toksi.

d) Pengertian Pemberantasan Hama dan penyakit tanaman


Pemberantasan berarti melindungi tanaman dari OPT hama dan gulma yang telah menyerang,
bahkan merusak atau menimbulkan persaingan yang negatif, baik terhadap bahan perbanyakan
tanaman, tanaman di lapangan/di pesemaian, maupun hasil panen (yang masih di
lapangan/sebelum dikerjakan, selama pengangkutan, pengerjaan, atau pemasarannya, sebelum ia
dikonsumsikan).
Sasaran kegiatan ini adalah hama yang sedang menyerang dan merusak tanaman atau bagian
tertentu tanaman; dan tumbuhan penganggu tanaman (gulma) yang menimbulkan persaingan
negatif terhadap tanaman budidaya. Tujuannya adalah untuk mematikan atau memusnahkan, atau
sekurang-kurangnya mengurangi jumlah OPT tersebut, sekaligus mengurangi atau menghentikan
kerusakan yang ditimbulkannya pada tanaman. Pemberantasan dilakukan secara kimia, mekanik,
maupun fisik.

e) Pengertian Pengendalian Hama dan penyakit tanaman


Pengendalian berarti melindungi tanaman dengan mengelola OPT yang menganggu tanaman,
maupun tanaman itu sendiri, sedemikian rupa sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh OPT
tidak sampai menimbulkan kerusakan ekonomis atau merugikan. Sasarannya adalah tanaman
yang belum terganggu maupun yang telah terganggu atau terserang OPT. Tujuan pengendalian
bukan memberantas atau memusnahkan OPT, akan tetapi bertujuan untuk untuk menekan
populasi OPT di bawah ambang ekonomi atau ambang populasi OPT yang tidak menimbulk an
kerusakan ekonomis atau merugikan.
Pengendalian dilakukan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian OPT yang ada atau
strategi dari metode atau cara-cara budidaya sejak awal hingga pasca panen, di mana satu sama
lainnya tidak bertentangan. Jadi di sini, mulai dari bahan perbanyakan, benih, bibit di pesemaian,
tanaman di lapangan, hasilnya, sampai pemasaran, bahkan juga jasad hidup lainnya selain
tanaman dan OPT diantisipasikan, juga faktor cuaca/iklim sejauh memungkinkan untuk dikelola
secara terpadu atau dikenal dengan istilah Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
. Pengendalian adalah suatu tindakan aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi atau menekan
terjadinya suatu kegagalan dalam kegiatan pengendalian tanaman mempunyai arti adalah suatu
tindakan pada tanaman yang terserang penyakit atau yang mempengaruhi terhambatnya
terjadinya proses pertumbuhan yang normal.
Sebagian besar teknik pengendalian secara budidaya dapat dikelompokan menjadi empat
dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu:
1) mengurangi kesesuaian ekosistem,
2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan hidup OPT,
3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan
4) Mengurangi dampak kerusakan tanaman

f) Pengertian Eradikasi
Eradikasi diartikan sebagai pemusnahan total bagian tanaman (sampai ke akarnya) yg
terserang penyakit atau seluruh inang untuk membasmi suatu penyakit (n Bio)
Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada kebersihan lingkungan
di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya terbatas di sawah yang ada
tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula membersihkan semak-semak atau turiang-
turiang yang ada. Pada musim kemarau sawah yang belum ditanami agar dilakukan pengolahan
tanah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh serangga-serangga yang hidup di
dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), dan membunuh rerumputan yang mungkin
merupakan inang pengganti suatu hama tertentu

C. Permasalahan pengendalian hama dan penyakit tanaman

Tantangan yang dihadapi perlindungan tanaman adalah bagaimana menurunkan


kehilangan hasil menjadi sekecil-kecilnya, bukan hanya pada serealia, tetapi juga pada jenis-jenis
tanaman pangan lainnya, sehingga kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk dunia tetap dapat
terpenuhi. Tantangan ini menjadi lebih berat bagi Indonesia, bukan hanya karena laju
peningkatan jumlah penduduk yang tinggi, melainkan juga karena kebijakan pembangunan
pertanian yang belum disertai dengan strategi perlindungan tanaman yang jelas sebagaimana
yang telah dimiliki oleh negara-negara maju.
Bersamaan dengan itu, perubahan iklim global (global climate change) semakin
menjadikan permasalahan gulma semakin pelik ke depan. Consentrasi CO2 atmosfer meningkat
dari periode pra-industri sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada 2005. Selama 8000 tahun
sebelum industrialisasi, meningkat hanya sebesar 20 ppm, tetapi sejak 1759 konsentrasi CO2
meningkat menjadi hampir 100 ppm. Laju peningkatan tahunan konsentrasi CO2 hasil
pengukuran selama 1960-2005 yang besarnya 1,4 ppm/tahun meningkat menjadi 1,9 ppm/tahun
selama 1995-2005. Peningkatan konsentrasi CO2 tersebut juga disertai dengan peningkatan
konsentrasi gas-gas rumah kaca lainnya seperti CH4, SO2, N2O, dan CFC. Peningkatan CO2
dan gas-gas rumah kaca ini merupakan penyebab meningkatnya radiative forcing menjadi 1.66 ±
0.17 W/m2 yang berakibat pada terjadinya peningkatan suhu global yang kemudian diirngi pula
dengan perubahan pola presipitasi global.
Peningkatan konsentrasi CO2, suhu udara, dan pola presipitasi tersebut tentu saja akan
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dinamika populasi, dan bahkan pemencaran OPT.
Peningkatan CO2 diperkirakan akan berpengaruh terhadap gulma daripada golongan OPT
lainnya karena gulma, khusunya gulma yang mempunyai jalur fotosintetik C3, mampu lebih
memanfaatkan CO2 daripada tanaman. Sementara itu, peningkatan suhu akan mendorong jenis-
jenis gulma penting di kawasan tropika dataran rendah menjangkau kawasan sub-tropika dan
kawasan tropika dataran tinggi. Hal ini menyebabkan petani Australia bagian Selatan dan di
kawasan tropika dataran tinggi, misalnya, harus menghadapi jenis-jenis gulma baru yang belum
pernah dikenal sebelumnya. Hal yang sama diperkirakan juga akan terjadi pada binatang hama
maupun patogen, sebagaimana misalnya pemencaran kutu loncat jeruk asia (Diaphorina citri)
yang akan diprediksi akan mencapai Australia bagian Selatan. Sementara itu, pengaruh
perubahan pola presipitasi terhadap OPT diperkirakan akan sangat berkaitan dengan perubahan
pola budidaya tanaman yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap perubahan pola presipitasi
yang terjadi di suatu kawasan.
Proses pemencaran OPT yang sebelumnya terjadi lambat diperkirakan akan meningkat
bukan hanya karena perubahan iklim melainkan juga oleh globalisasi. Globalisasi dicirikan
antara lain oleh meningkatnya arus orang dan barang dalam waktu sangat cepat melintasi jarak
yang sebelumnya memerlukan waktu lama untuk melintasinya. Peningkatan arus orang dan
barang tersebut akan disertai pula dengan meningkatnya peluang disertai OPT, terutama dari
negara-negara maju yang mendominasi ekspor dan menjadi tempat asal wisatawan ke negara-
negara sedang berkembang yang bergantung pada impor dan kunjungan wisatawan
mancanegara. Sementara itu, globalisasi juga akan mengarah pada penguasaan industri benih dan
sarana produksi pertanian oleh negara-negara maju. Melalui paten negara-negara maju akan
merampok sumberdaya genetik negara-negara berkembang yang kaya secara keanekaragaman
hayati tetapi miskin secara ekonomi dan kemampuan sumberdaya manusia untuk kemudian,
setelah melalui rekayasa dan pemberian merek dagang, menjual benih yang dihasilkan kembali
ke negara-negara asal bahan genetiknya dengan harga mahal. Tidak banyak orang yang sadar
bahwa dewasa ini 23% pasar benih komersial dunia dikuasai hanya oleh 10 perusahaan
multinasional negara-negara maju dengan nilai perdagangan mencapai US $ 23 milyar,
perusahaan yang sama juga menguasai perdagangan sarana produksi pertanian dunia, dan 5
perusahaan multinasional lain negara-negara maju mengendalikan perdagangan biji-bijian dunia.
Dengan sedemikian berkuasanya perusahaan multinasional negara-negara maju tersebut, bukan
tidak mungkin ke depan, ketika permasalahan perlindungan tanaman menjadi semakin kompleks,
negara-negara maju akan menguasai yang tahan terhadap OPT.
Berbagai tantangan sebagaimana yang telah diuraikan menunjukkan dengan jelas bahwa
permasalahan perlindungan tanaman tidak lagi sekedar permasalahan biologi, bahwa pengaruh
lingkungan terhadap gulma sesungguhnya tidak hanya pengaruh suhu, kadar CO2, perubahan
pola presipitasi, dan sebagainya. Permasalahan perlindungan tanaman merupakan permasalahan
yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, kimia, hayati, ekonomi, politik, dan budaya. Dengan
berubahnya faktor-faktor tersebut menjadi lebih menguntungkan OPT maka ke depan
permasalahan perlindungan tanaman akan menjadi semakin kompleks.

D. Perspektif Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Kini Dan Masa Depan

Indonesia dinilai berhasil dalam menerapkan dan mensosialisasikan Pengendalian Hama


Terpadu (PHT) melalui Proyek Nasional PHT. Negara ini juga termasuk pelopor dalam
pelaksanaan PHT sebab telah lama mempunyai undang-undang yang menyebutkan secara
eksplisit bahwa sistem PHT merupakan satu-satunya sistem untuk pengendalian hama dan
penyakit tumbuhan, dan undang-undang ini telah 13 tahun umurnya. Apakah dalam penerapan
sistem PHT di tingkat petani, khususnya tentang pengelolaan penyakit tumbuhan terdapat
permasalahan ? kalau memang ada permasalahan, bagaimana solusinya ? Ilmu Penyakit
Tumbuhan Seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan dapat terkena penyakit.
Ilmu yang mempelajari penyakit pada tumbuhan disebut sebagai Ilmu Penyakit Tumbuhan
atau Fitopatologi. Pada dasarnya, tidak ada satupun tumbuhan di alam ini yang bebas dari
gangguan penyakit. Gejala penyakit pada tumbuhan dapat berupa bercak, hawar (seperti tersiram
air panas), gosong, mengeriting, bengkak, bahkan beberapa penyakit dapat menyebabkan
kematian pada tumbuhan, misalnya busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah, dan
layu. Diagnosis penyakit tumbuhan ada yang mudah, karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak
yang sulit ditentukan penyebabnya karena gejalanya banyak yang mirip satu sama lain.
Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perlindungan tanaman juga akan berkembang dan seiring
dengan itu berbagai terobosan akan terjadi. Misalnya, dengan dukungan teknologi informasi
yang kini berkembang dengan pesat diharapkan bahwa pemencaran OPT di masa depan
diharapkan dapat menjadi lebih terprediksi dan terpetakan. Bila memang demikian maka yang
akan menikmati keuntungan dari kemajuan ini adalah kembali negara-negara maju, bukan karena
keunggulan mereka di bidang ilmu gulma dan teknologi informasi, tetapi karena pemerintah
mereka yang lebih mementingkan akuntabilitas dan pelayanan publik daripada pemerintah di
negara-negara sedang berkembang. Untuk mengantisipasi permasalahan perlindungan tanaman
yang akan menjadi semakin kompleks ke depan tersebut maka perlindungan tanaman di
Indonesia perlu berkembang tidak secara linier melainkan lintas disiplin. Selain itu, para pakar
perlindungan tanaman perlu membangun lobi kepada pemerintah adar pemerintah dapat
mewujudkan akuntabilitas dan pelayanan publik melalui pengembangan strategi perlindungan
tanaman untuk mengantisipasi permasalahan ke depan yang menjadi semakin kompleks.
Menghadapi permasalahan perlindungan tanaman yang akan menjadi semakin kompleks,
negara-negara maju kini mulai mengembangkan pendekatan perlindungan yang lebih proaktif
dan lebih merangkul berbagai sektor. Untuk dapat melindungi tanaman secara lebih efektif,
perlindungan tidak lagi dapat diberikan terhadap tumbuhan per se (plant protection), tetapi
terhadap kehidupan (protection of life). Hal ini dapat dimengerti karena sesungguhnya terdapat
keterkaitan antar berbagai bentuk kehidupan menyangkut berbagai aspek; bukan hanya secara
fisik, kimia, dan hayati, tetapi juga secara ekonomi, sosial, dan budaya. Pertanian sesungguhnya
bukan hanya persoalan teknologi (agro-teknologi), tetapi persoalan manusia dengan segala
dimensinya. Demikian juga dengan perlindungan tanaman, bukan lagi sekedar persoalan biologi
dan ekologi OPT, tetapi lebih ke persoalan bagaimana petani dapat menerapkan teknologi
perlindungan tanaman yang sudah menjadi sedemikian canggih sehingga menyulitkan petani
untuk menjangkaunya. Pendekatan perlindungan kehidupan yang kini mulai digunakan di
berbagai negara maju tersebut, terutama Selandia Baru, Australia, dan AS, adalah pendekatan
yang dikenal sebagai ketahanan hayati (biosecurity).
Ketahanan hayati sebenarnya merupakan upaya perlindungan ekonomi, lingkungan hidup,
dan kesehatan manusia dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh hama, penyakit, dan gulma.
Sebagaimana didefinisikan oleh FAO (2007), ketahanan hayati juga dapat dipandang sebagai
pendekatan strategis dan terpadu yang mencakup kerangka kebijakan dan perundang-undangan
(termasuk sarana dan prasarana maupun kegiatan) untuk menganalisis risiko terhadap manusia,
kehidupan dan kesehatan hewan dan tumbuhan, serta risiko terhadap lingkungan hidup. Fokus
ketahanan hayati adalah risiko (risk), yang dalam hal ini merupakan fungsi peluang timbulnya
bahaya yang merugikan terhadap kesehatan dan kehidupan serta keparahan pengaruh yang
ditimbulkan. Risiko timbul sebagai konsekuensi dari adanya bahaya (hazard), yang didefinisikan
berbeda-beda antar sektor sebagaimana ditetapkan oleh kelembagaan/konvensi internasional
yang mengatur sektor yang bersangkutan. Pada sektor pertanian tanaman, bahaya sebagaimana
didefinisikan oleh International Plant Protection Commission (IPPC), merupakan setiap spesies,
strain, atau biotipe tumbuhan, binatang, atau agen patogenik yang berpotensi menimbulkan luka
terhadap tumbuhan maupun hasilnya. Pada sektor-sektor lainnya bahaya didefinisikan berbeda,
tetapi semua definisi bahaya yang berbeda-beda tersebut disatukan dalam ketahanan hayati
melalui konsep risiko yang untuk menanganinya memerlukan langkah-langkah penilaian,
pengelolaan, dan pengkomunikasian. Untuk dapat melakukan penilaian, pengelolaan, dan
pengkomunikasi risiko, perlu diratifikasi berbagai konvensi internasional yang berkaitan dengan
ketahanan hayati.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perlindungan tanaman mempunyai peranan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan dari usaha peningkatan produksi tanaman atau produksi pertanian. Dengan demikian,
perlindungan tanaman berperan didalam menjamin kepastian hasil dan memperkecil resiko
berproduksi suatu tanaman, karena walaupun langkah-langkah lainnya dari budidaya suatu
tanaman sudah dilakukan, seperti penggunaan varietas unggul, cara penanaman, pemupukan,
pengairan, penyiangan, pemanenan dan pasca panen telah dilaksanakan dengan baik, tetapi
pengendalian OPT diabaikan, maka apa yang diberikan tidak berarti atau hilang.
Kegiatan perlindungan tanaman, ialah kegiatan yang bertujuan untuk melindungi,
mencegah, atau menghindari agar tanaman kita agar tidak menderita suatu gangguan, kerusakan,
kematian, kemerosotan hasilnya atau memperkecil kerugian yang ditimbulkannya. Oleh karena
itu, mereka harus memiliki prinsip didalam memperkecil kerugian dan mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya dengan mencegah atau mengurangi sekecil mungkin kerugian, atau
bahkan sama sekali meniadakan kerugian tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perlindungan tanaman merupakan alat
penunjang yang sangat penting dari sistem produksi dan usaha tani tanaman. Bahkan dikatakan
bahwa perlindungan tanaman merupakan asuransi yang menjamin keberhasilan setiap usaha tani
dan pembangunan pertanian dari kerugian sebagai akibat dari gangguan, baik oleh jasad
penganggu, bencana alam maupun kesalahan dalam budi daya tanaman pertanian itu. Kegiatan
perlindungan tanaman, mulai dari awal kegiatan budidaya tanaman sampai pasca panen harus
selalu berorientasikan pada upaya memperkecil kerusakan oleh gangguan yang mungkin timbul.
.

B. SARAN
Penulis membuat Makalah ini untuk pembelajaran bersama. Penulis membuat makalah
ini dari pengetahuan penulis sendiri serta mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca
menemukan kesalahan dan kekurangan, maka penulis sarankan untuk mencari referensi yang
lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Djafaruddin, 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Hal: 1-11.

Rukmana, R., 1997. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta. Hal:
12-13

Triharso, 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta. Hal: 1-2

Anda mungkin juga menyukai