Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Praktikum : Esterifikasi


2. Anggota
1.Nama Lengkap : Sona Fatiya R
NIM : 21030116140098
2.Nama Lengkap : Timothius Adrian
NIM : 2103016140195
3.Nama Lengkap : Valentinus Gilang Artana
NIM : 21030116140083

Semarang, Maret 2018

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ratnawati, MT


NIP. 19600412 198603 2 001
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Proses Kimia dengan lancar
dan sesuai dengan harapan kami.
Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Ratnawati selaku dosen
pembimbing Praktikum Proses Kimia serta koordinator laboratorium Proses Kimia,
koordinator asisten laboratorium Proses Kimia, Asisten laporan praktikum esterifikasi,
bapak laboran Proses Kimia dan segenap asisten yang telah membimbing sehingga tugas
laporan ini dapat terselesaikan. Kepada teman-teman yang telah membantu baik dalam
segi waktu maupun motivasi apapun kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih banyak sekali kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demikesempurnaan laporan ini sangat
kami harapkan. Semoga Laporan Praktikum Proses Kimia materi Esterifikasi ini dapat
berguna bagipara pembaca. Sekian dan terima kasih.

Semarang, Maret 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Cover ................................................................................................................ i


Halaman Pengesahan ....................................................................................................... ii
Prakata .............................................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan............................................................................................... 1
1.3 Manfaat Percobaan............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinetika Reaksi .................................................................................................. 2
2.2 Tinjauan Thermodinamika ................................................................................ 3
2.3 Mekanisme Reaksi ............................................................................................. 5
2.4 Variabel yang Berpengaruh ............................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ...................................................................... 8
3.2 Variabel Operasi ................................................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ....................................................................................................... 9
3.4 Respon Uji Hasil ................................................................................................ 9
3.5 Cara Kerja ........................................................................................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan
perkembangan salah satunya adalah industri kimia. Perkembangan tersebut memacu
kebutuhan produksi industri kimia yang terus meningkat, baik itu kebutuhan baku maupun
bahan penunjang lainnya. Bahan baku maupun bahan penunjang di industri kimia
sangatlah beragam. Salah satu bahan yang digunakan adalah etil asetat yang merupakan
salah satu jenis pelarut yang memiliki rumus molekul CH3COOC2H5 (Haritsah, 2013).
Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan
alkohol. Produk reaksi berupa ester dan air. Persamaan umum reaksi ini dapat ditentukan
sebagai berikut: R-COOH + HO-R* ↔ R-COOR* + H2O.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi eksotermis, bersifat reversibel dan umumnya
berjalan sangat lambat sehingga memerlukan katalis agar diperoleh ester yang maksimal
sehingga perlu dipelajari faktor-faktor menurut berbagai tinjauan dan melakukan berbagai
percobaan guna mengetahui berbagai variabel proses yang berpengaruh terhadap proses
esterifikasi tersebut (Haritsah, 2013).

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh variabel terhadap konversi pada proses esterifikasi.
2. Mengetahui pengaruh variabel terhadap arah kesetimbangan (K) pada proses
esterifikasi.
3. Mengetahui pengaruh variabel terhadap konstanta laju reaksi (k) pada proses
esterifikasi.

1.3. Manfaat Percobaan


1. Dapat memahami pengaruh variabel terhadap konversi ester yang terbentuk.
2. Dapat mempelajari cara menentukan dan pengaruh variabel terhadap arah
kesetimbangan (K) dan konstanta laju reaksi (k)
3. Dapat melakukan kajian numerik dari percobaan yang telah dilakukan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi


Esterifikasi atau pembuatan ester merupakan reaksi antara asam karboksilat dan
alkohol dengan hasil reaksi ester dan air. Contohnya yaitu reaksi antara asam asetat dan
etanol. Reaksi esterifikasi antara lain sebagai berikut:
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
A + B C + D
Persamaan kecepatan reaksi kimia:

Keterangan:

rC = kecepatan reaksi pembentukan ester


[A] = konsentrasi asam asetat [CH3COOH]
[B] = konsentrasi etanol [C2H5OH]
[C] = konsentrasi etil asetat [CH3COOC2H5]
[D] = konsentrasi air [H2O]
k1 = konstanta kecepatan reaksi ke kanan (arah
produk) k2 = konstanta kecepatan reaksi ke kiri (arah
reaktan)
t = waktu reaksi

Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan ditambahakan katalis. Hal ini dapat
dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu:

dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal

2
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh
nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A) maka konstanta laju reaksinya semakin
besar. Nilai energi aktivasi (EA) dipengaruhi oleh penggunaan katalis, adanya katalis akan
menurunkan energi aktivasi sehingga nilai k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T) maka
nilai k juga semakin besar. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kirbaskar dkk (2001) untuk reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol
menggunakan katalis asam dengan ion exchange resin diperoleh bahwa untuk reaksi ke
arah pembentukan produk (k1) memiliki nilai EA = 104129 kJ/kmol dan A = 2,6.1014
(m3)2 kmol-2 s-1.

2.2. Tinjauan Termodinamika

Berdasarkan tinjauan thermodinamika kita dapat mengetahui apakah reaksi


tersebut searah atau bolak-balik dengan meninjau memalui perubahan energi gibbs
(ΔG°).Reaksi esterifikasi antara asam asetat dan etanol terjadi menurut reaksi berikut :
CH3COOH+C2H5OH CH3COOC2H5+H2O
ΔG°f reaksi = ΔG°f produk - ΔG°f reaktan

Diketahui data ΔG°f standar (Smith,2010):


ΔG°f 298 CH3COOH = -389900 J/mol
ΔG°f 298 C2H5OH = -174780 J/mol
ΔG°f 298 CH3COOC2H5 = -327600 J/mol
ΔG°f 298 H2O = -237129 J/mol

maka :

ΔG° 298 = (ΔG°f 298 CH3COOC2H5 +ΔG°f 298 H2O)-( ΔG°f 298
CH3COOH + ΔG°f 298 C2H5OH )
=(-327600-237129)-(-389900-174780)
= -49 J/mol
Dari persamaan van’t Hoff :
ΔG° 298 = -RT ln K
-49 J/mol = - ( 8.314 J/mol K) ( 298 K ) ln K
𝐽
−49
𝑚𝑜𝑙
ln 𝐾 = 𝐽
−8.314 298 𝐾
𝑚𝑜𝑙𝐾

K = 1,01997
 Dengan persamaan maka harga K pada suhu 40oC (313 K ) dpat dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K/K1) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅

3
2547,3 1 1
ln (K313/K298) = [ − ]
8.314 313 298

ln (K313/1,01997) = -0,049
K313/1,01997 = 0,95
K313 = 0,94
Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1, maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
 Dengan persamaan maka harga K pada suhu 50°C(323 K) dapat
dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K/K1) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅
2547,3 1 1
ln (K323/K298) = [323 − 298]
8.314

ln (K323/1,01997) = -0,08
K323/1,01997 = 0,92
K323 = 0,9

Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1 , maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
 Dengan persamaan maka harga K pada suhu 65°C(338 K) dapat
dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K1/K2) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅
2547,3 1 1
ln (K363/K298) = [363 − 298]
8.314

ln (K363/1,01997) = -0,18
K363/1,01997 = 0,83
K363 = 0,82
Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1 , maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
Selain dapat mengetahui reaksi tersbut reversible, berdasarkan tinjauan
thermodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi tersebut endotermis atau eksotermis
dengan meninjau perubahan entalpy menurut perhitungan sebagai berikut:
CH3COOH+C2H5OH CH3COOC2H5+H2O
ΔH°f reaksi = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan
Diketahui data ΔH°f standar (Smith dkk.,2010) :
ΔH°f 298 CH3COOH = -484500J/mol
ΔH°f 298 C2H5OH = -277960J/mol
ΔH°f 298 CH3COOC2H5 = -446900 J/mol
ΔH°f 298 H2O = -285830 J/mol

4
maka :

ΔH° 298 = (ΔH°f 298 CH3COOC2H5 +ΔH°f 298 H2O)-( ΔH°f 298 CH3COOH + ΔH°f
298 C2H5OH )
=(-446900-285830)-(-277960-484500)J/mol
= 29730 J/mol
Dari perhitungan perubahan entalpy ΔH° 298 bernilai positif yang menandakan
bahwa reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol bersifat endotermis.

2.3. Mekanisme Reaksi


Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R dapat
berbentuk alkil ataupun aril (Pratiwi, 2011).atalis yang digunakan dalam esterifikasi
dapat berupa katalis asam atau katalis basa dan berlangsung secara reversible (Supardjan,
2004). Pada percobaan ini, menggunakan asam karboksilat berupa asam asetat yang
direaksikan dengan sebuah alkohol berupa etanol menggunakan katalis asam. Untuk
pembuatan etil asetat, reaksi esterifikasi yang terjadi dalam percobaan ini dan mekanisme
katalis asam pada hidrolisa ester adalah sebagai berikut:

Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi antara asil nukleofil


dengan katalisator asam (biasanya HCl atau H2SO4). Gugus karbonil dari asam kaboksilat
tidak cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang oleh alkohol. Katalisator asam akan
memprotonasi gugus karbonil dan mengaktivasinya ke arah penyerangan nukleofil.
Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat dari ester, kemudian terjadi transfer proton.

5
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi :
1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer proton
dari katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi peningkatan
elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.
2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol menyerang
karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O yang baru (ikatan
ester) terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan gugus H+
pada ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk membentuk ikatan C-
O yang stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena
kedua gugus hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar peristiwa
ini dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai
gugus bebas/lepas lebih baik.
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.

2.4. Variabel yang Berpengaruh


Reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa variabel. Variabel-variabel yang
dimaksud antara lain (Hakim dan Irawan, 2010):
1. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin
besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi
sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan
menguntungkan karena tidak memperbesar hasil.

6
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversibel, maka salah satu reaktan harus dibuat
berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
Pada penelitian ini, salah satu reaktan yang harus dibuat berlebih adalah metanol
3. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi dan
reaksi terjadi sempurna. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :
𝐸
− 𝐴
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
Keterangan:
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
tumbukan T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik maka
harga k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin
besar.
5. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar berjalan
lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu
reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin
besar.

7
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat yang digunakan


3.1.1 Bahan
1. Asam Asetat
2. Metanol
3. Katalis
4. NaOH
5. Indikator PP

3.1.2. Alat
1. Labu Leher Tiga
2. Pendingin Balik
3. Kompor Listrik
4. Magnetic Stirrer
5. Termometer
6. Pengaduk
7. Buret
8. Pipet Volume
9. Pipet Ukur
10. Statif dan Klem
11. Erlenmeyer
12. Beaker Glass
13. Labu Takar

3.2 Variabel Operasi


A. Variabel Tetap
Jenis Alkohol : Metanol
Volume total : 250ml
Volume sampel diambil : 5ml

Waktu pengambilan sampel : 10 menit


B. Variabel Berubah

Suhu : 55 dan 65°C

8
3.3. Gambar Alat
Keterangan:
1. Magnetic stirrer + heater
2. Waterbatch
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 3.1 Rangkaian alat hidrolisa

Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer

Gambar 3.2 Rangkaian alat titrasi

3.4. Respon Uji Hasil


Mengamati konsentrasi asam asetat (CH3COOH) dengan titrasi menggunakan NaOH.

3.5. Cara Kerja


1. Merangkai alat seperti pada gambar.
2. Mencampurkan Asam Asetat ... ml dan katalis ... ml, dan metanol ... ml pada
Beaker Glass. Sampel diambil 5 ml sebagai t0.

9
3. Mencampurkan Asam Asetat ... ml dan katalis ... ml, panaskan sampai suhu sesuai
variabel pada labu leher tiga.
4. Panaskan metanol ... ml sampai suhu sesuai variabel.
5. Setelah suhu kedua reaktan sama campurkan kedua reaktan tersebut kedalam labu
leher tiga.
6. Amati suhu campuran. Setelah tercapai suhu sesuai variabel kembali, sampel
diambil 5 ml mulai dari t1 dengan waktu pengambilan setiap 11 menit hingga
waktu mencapai 44 menit.
7. Metode analisis Mengambil 5 ml sampel lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP,
kemudian sampel dititrasi dengan NaOH ... N. Amati perubahan warna yang
terjadi yaitu dari tidak berwarna menjadi warna merah muda hampir hilang. Catat
kebutuhan titran. Menghentikan pengambilan sampel setelah mencapai waktu 44
menit.
8. Ulangi langkah di atas untuk variabel kedua dengan volume Asam Asetat ... ml,
volume Metanol ... ml, dan volume H2SO4 ... ml.

10
BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


IV.1.1 Variabel 1 (Suhu reaksi 56˚C)
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Esterifikasi dengan suhu reaksi 56˚C

t(menit) NaOH (ml) CA XA k1 k2 K


0 78 5,896 -0,57017

10 19 1,058 0,718242

20 17 0,894 0,761917 2,6329x10-3 1,079x10-3 2,4401

30 16 0,812 0,783754

40 14 0,648 0,827430

IV.1.2 Variabel 2 (Suhu reaksi 65˚C)


Tabel 4.2 Hasil Percobaan Esterifikasi dengan suhu reaksi 66˚C

11
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pengaruh Variabel Suhu Reaksi terhadap Konversi

Konversi (Xa)

Xa (56 C)
Xa (66 C)

10 20 30 40

Gambar 4.1 Hubungan antara waktu dan konversi pada reaksi


esterifikasi asam asetat
Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 terlihat bahwa
hubungan variabel suhu terhadap konversi ester yang terbentuk
cenderung naik, baik pada suhu 56˚C dan 66˚C. Pada suhu
56˚C, ester yang berkonversi pada menit ke 40 sebesar 0,8275
sedangkan pada suhu 66˚C ester yang terkonversi sebesar 0,8659.
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa konversi asam asetat dengan
metanol menjadi metil asetat dengan suhu reaksi 66˚C mempunyai
nilai konversi yang
lebih besar daripada konversi esterifikasi dengan suhu reaksi 56˚C.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaksi maka
konversi esterifikasi juga akan meningkat untuk waktu yang sama.
Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :

Dimana meningkatnya suhu menyebabkan tumbukan


partikel semakin besar sehingga reaksi berlangsung semakin cepat
dan konstanta laju reaksi pun semakin besar. Meningkatnya laju
reaksi ini disebabkan oleh peningkatan konstanta laju reaksi yang

12
merupakan fungsi suhu. Semakin besar suhu, maka konstanta laju
reaksi pun semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
suhu dapat mempercepat kecepatan reaksi untuk membentuk
produk ester berupa metil asetat. Semakin banyak asetat yang
terbentuk menunjukkan

13
semakin besar konversi esterifikasi yang terbentuk
(Hikmah dan Zuliyana; 2012).

IV.2.2 Pengaruh Variabel Suhu Reaksi terhadap Konstanta Laju Reaksi

k1
k2

Suhu 56 C Suhu 66 C

Gambar 4.2 Hubungan antara variabel suhu dan


konstanta laju reaksi pada
esterifikasi asam asetat
Berdasarkan grafik hubungan suhu reaksi dan nilai konstanta
laju reaksi terlihat bahwa reaksi dengan suhu 66˚C memiliki nilai
konstanta laju reaksi yang lebih tinggi daripada reaksi dengan suhu
56˚C. Dimana reaksi dengan suhu 66˚C memiliki harga k1sebesar
1,5468×10-2 mol/menit dan k2 sebesar 4,3943×10- 3mol/menit.
Sedangkan reaksi dengan suhu 56˚C memiliki harga k1 sebesar
2,6329×10-3 mol/menit dan k2 sebesar 1,079×10-3 mol/menit.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa konstanta
laju reaksi bertambah besar seiring dengan naiknya suhu operasi.
Dimana teori tersebut sesuai dengan persamaan Arrhenius :

Dimana :
A=
Faktor

14
t kan T
u =
m Suhu
b Ea = Energi aktivasi
u R = Konstanta tetapan gas

Peningkatan suhu menyebabkan tumbukan antar partikel


makin besar, sehingga reaksi berjalan semakin cepat.
Peningkatan laju reaksi ini disebabkan

15
oleh meningkatnya konstanta laju reaksi yang merupakan
fungsi suhu. Semakin tinggi suhu, konstanta laju reaksinya
semakin besar.
Peningkatan suhu menyebabkan energi aktivasi dari reaksi
akan menurun, sehingga reaksi pembentukan produk (metil asetat)
akan berjalan lebih cepat. Akhirnya reaksinya akan cenderung
berjalan ke kanan atau ke arah produk (k1). Dengan demikian reaksi
yang berjalan ke kiri atau reaksi penguraian produk (k2) akan
berjalan lebih lambat. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
meningkatnya suhu, reaksi ke kanan antara asam asetat dengan
metanol akan semakin cepat (k1) dan reaksi ke kiri antara senyawa
ester dan air akan semakin lambat (k2). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa suhu dapat mempercepat laju reaksi pembentukan produk
(metil asetat) dan memperlambat laju reaksi penguraian produk
(Nuryoto dkk; 2011).

IV.2.3 Pengaruh Variabel Suhu terhadap Konstanta


Kesetimbangan Reaksi Esterifikasi

Suhu 56 C Suhu 66 C

Gambar 4.3 Hubungan antara variabel suhu dan konstanta


kesetimbangan pada esterifikasi
asam asetat
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan variabel suhu dengan
konstanta kesetimbangan (K). Pada saat suhu reaksi 56˚C harga K
sebesar 2,4401 dan saat suhu reaksi 66˚C harga K sebesar 3,52.

16
Kedua nilai konstanta tersebut memiliki nilai K>1, maka reaksi
kesetimbangan mengarah ke arah produk (metil asetat) dimana nilai
konstanta kesetimbangan (K) pada suhu 66˚C lebih besar dari suhu
56˚C.
Berdasarkan grafik hubungan variabel suhu dengan nilai
konstanta kesetimbangan reaksi esterifikasi menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu maka konstanta kesetimbangan reaksi akan
meningkat. Hal tersebut terjadi karena

17
menurut persamaan Arrhenius r=A0CACB exp (-E/RT) saat suhu
dinaikkan, maka laju reaksi akan meningkat, sehingga reaksi ke arah
produk (kanan) akan lebih cepat atau CC dan CD akan meningkat
menurut persamaan reaksi :
A+B→C+D
𝐾𝐾 .𝐾𝐾
Menurut persamaan 𝐾 = , konstanta keseimbangan
dirumuskan
𝐾𝐾 .𝐾𝐾

sebagai konsentrasi produk (CC.CD) dibagi dengan konsentrasi


reaktan (CA.CB). Apabila reaksi bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu maka konsentrasi produk C dan D juga akan
meningkat. Konstanta kesetimbangan berbanding lurus dengan
konsentrasi produk sehingga dengan meningkatnya konsentrasi
produk maka konstanta kesetimbangan juga akan meningkat. Hal
tersebut disebabkan karena dengan meningkatnya suhu maka akan
meningkatkan laju reaksi ke kanan (pembentukan produk) atau kiri
(penguraian produk) dengan tanpa mengubah nilai konstanta
kesetimbangan yang ada pada suatu kesetimbangan reaksi
tertentu. Peningkatan suhu hanya akan mengubah waktu yang
diperlukan suatu reaksi untuk mencapai kesetimbangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka
reaksi akan berjalan semakin cepat sehingga semakin cepat reaksi
bergeser ke arah produk dan mengakibatkan kesetimbangan lebih
cepat tercapai (Hikmah dan Zuliyana; 2012).

IV.2.4 Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Konversi


Konversi (Xa)

Xa (56 C)
Xa (66 C)

10 20 30 40
18
Gambar 4.4 Hubungan antara waktu dan konversi pada reaksi
esterifikasi asam asetat

19
Berdasarkangrafikhubunganwaktu dan konversi reaksi esterifikasi
terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi maka konversi akan semakin
tinggi. Pada reaksi dengan suhu 56˚C dari awal reaksi hingga waktu 40
menit dengan rentang waktu pengambilan sampel 10 menit, konversi
mengalami peningkatan dari 0,2782; 0,5018; 0,6512; 0,8250; hingga
0,8275. Begitu pula pada reaksi dengan suhu 66˚C terjadi peningkatan
harga konversi dari 0,3037; 0,5145; 0,6512; 0,8467; hingga 0,8659.
Konversi ester yang terbentuk semakin besar seiring dengan
bertambahnya
waktu karena semakin lama waktu yang diberikan maka jumlah
tumbukan yang terjadi antara zat reaktan yaitu asam asetat dan metanol
semakin banyak sehingga mengakibatkan reaktan yang bereaksi
semakin banyak pula sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar.
Semakin lama waktu reaksi, molekul akan memperoleh tambahan
kesempatan untuk bergerak lebih dan meningkatkan energi kinetik
yang dihasilkan. Karena kesempatan untuk bergerak lebih maka
kesempatan untuk menghasilkan metil asetat semakin besar pula.
Kenaikan konversi selama reaksi esterifikasi dapat dibuktikan dengan
jumlah titran NaOH pada percobaan yang semakin menurun. Titran
NaOH digunakan untuk mengamati konsentrasi sisa asam asetat
(CH3COOH). Titrasi ini didasarkan pada reaksi acidi alkalimetri (asam-
basa), NaOH sebagai basa akan bereaksi dengan asam asetat sisa.
Apabila jumlah kebutuhan NaOH semakin sedikit karena asam asetat
yang sisa juga semakin sedikit karena telah bereaksi dengan metanol
membentuk ester (Hikmah dan Zuliyana; 2012)
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Arif Rahman dan Irawan S.. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak
Dedak Padi Proses Esterifikasi. Skripsi. Semarang : Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Undip.
Haritsah, Iftironi., 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit Serta Uji Aktivitasnya
dalam Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol. Yogyakarta : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari
Minyak Dedak dan Metanol dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi
Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah
Levenspiel. O., 1999. Chemical reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo.
Nuryoto, dkk. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
Menggunakan Katalisator Indion 225 Na. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi reaksi Esterifikasi Asam Asetat dengan 1-
Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Etanol. Skripsi.
Jakarta : Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Smith, JM, dkk. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, Sixth
Edition. Mc Graw Hill
Supardjan. 2004. Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa. J.
Pharmacon. Vol. 5, No. 2, h.48-55

Anda mungkin juga menyukai