Dosen Pembimbing
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan Praktikum Proses Kimia dengan lancar
dan sesuai dengan harapan kami.
Ucapan terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu Ratnawati selaku dosen
pembimbing Praktikum Proses Kimia serta koordinator laboratorium Proses Kimia,
koordinator asisten laboratorium Proses Kimia, Asisten laporan praktikum esterifikasi,
bapak laboran Proses Kimia dan segenap asisten yang telah membimbing sehingga tugas
laporan ini dapat terselesaikan. Kepada teman-teman yang telah membantu baik dalam
segi waktu maupun motivasi apapun kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa laporan resmi ini masih banyak sekali kekurangannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demikesempurnaan laporan ini sangat
kami harapkan. Semoga Laporan Praktikum Proses Kimia materi Esterifikasi ini dapat
berguna bagipara pembaca. Sekian dan terima kasih.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan............................................................................................... 1
1.3 Manfaat Percobaan............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinetika Reaksi .................................................................................................. 2
2.2 Tinjauan Thermodinamika ................................................................................ 3
2.3 Mekanisme Reaksi ............................................................................................. 5
2.4 Variabel yang Berpengaruh ............................................................................... 6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan ...................................................................... 8
3.2 Variabel Operasi ................................................................................................ 8
3.3 Gambar Alat ....................................................................................................... 9
3.4 Respon Uji Hasil ................................................................................................ 9
3.5 Cara Kerja ........................................................................................................... 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
Ditinjau dari kinetika reaksi, kecepatan reaksi pembentukan ester akan makin
besar dengan kenaikan suhu, adanya pengadukan dan ditambahakan katalis. Hal ini dapat
dijelaskan oleh persamaan Arrhenius yaitu:
dengan :
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi tumbukan
T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
2
Berdasarkan persamaaan Arrhenius dapat dilihat bahwa konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh
nilai A, EA, dan T, semakin besar faktor tumbukan (A) maka konstanta laju reaksinya semakin
besar. Nilai energi aktivasi (EA) dipengaruhi oleh penggunaan katalis, adanya katalis akan
menurunkan energi aktivasi sehingga nilai k semakin besar. Semakin tinggi suhu (T) maka
nilai k juga semakin besar. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kirbaskar dkk (2001) untuk reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol
menggunakan katalis asam dengan ion exchange resin diperoleh bahwa untuk reaksi ke
arah pembentukan produk (k1) memiliki nilai EA = 104129 kJ/kmol dan A = 2,6.1014
(m3)2 kmol-2 s-1.
maka :
ΔG° 298 = (ΔG°f 298 CH3COOC2H5 +ΔG°f 298 H2O)-( ΔG°f 298
CH3COOH + ΔG°f 298 C2H5OH )
=(-327600-237129)-(-389900-174780)
= -49 J/mol
Dari persamaan van’t Hoff :
ΔG° 298 = -RT ln K
-49 J/mol = - ( 8.314 J/mol K) ( 298 K ) ln K
𝐽
−49
𝑚𝑜𝑙
ln 𝐾 = 𝐽
−8.314 298 𝐾
𝑚𝑜𝑙𝐾
K = 1,01997
Dengan persamaan maka harga K pada suhu 40oC (313 K ) dpat dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K/K1) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅
3
2547,3 1 1
ln (K313/K298) = [ − ]
8.314 313 298
ln (K313/1,01997) = -0,049
K313/1,01997 = 0,95
K313 = 0,94
Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1, maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
Dengan persamaan maka harga K pada suhu 50°C(323 K) dapat
dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K/K1) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅
2547,3 1 1
ln (K323/K298) = [323 − 298]
8.314
ln (K323/1,01997) = -0,08
K323/1,01997 = 0,92
K323 = 0,9
Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1 , maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
Dengan persamaan maka harga K pada suhu 65°C(338 K) dapat
dihitung :
∆𝐻°298 1 1
ln (K1/K2) = [𝑇2 − 𝑇1]
𝑅
2547,3 1 1
ln (K363/K298) = [363 − 298]
8.314
ln (K363/1,01997) = -0,18
K363/1,01997 = 0,83
K363 = 0,82
Dari perhitungan energy gibbs didapat nilai K<1 , maka dapat disimpulakan reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi reversible.
Selain dapat mengetahui reaksi tersbut reversible, berdasarkan tinjauan
thermodinamika juga dapat diketahui bahwa reaksi tersebut endotermis atau eksotermis
dengan meninjau perubahan entalpy menurut perhitungan sebagai berikut:
CH3COOH+C2H5OH CH3COOC2H5+H2O
ΔH°f reaksi = ΔH°f produk - ΔH°f reaktan
Diketahui data ΔH°f standar (Smith dkk.,2010) :
ΔH°f 298 CH3COOH = -484500J/mol
ΔH°f 298 C2H5OH = -277960J/mol
ΔH°f 298 CH3COOC2H5 = -446900 J/mol
ΔH°f 298 H2O = -285830 J/mol
4
maka :
ΔH° 298 = (ΔH°f 298 CH3COOC2H5 +ΔH°f 298 H2O)-( ΔH°f 298 CH3COOH + ΔH°f
298 C2H5OH )
=(-446900-285830)-(-277960-484500)J/mol
= 29730 J/mol
Dari perhitungan perubahan entalpy ΔH° 298 bernilai positif yang menandakan
bahwa reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol bersifat endotermis.
5
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam, meliputi :
1. Pada tahap pertama, gugus karbonil akan terprotonasi oleh asam. Transfer proton
dari katalis asam menuju ke atom oksigen karbonil, sehingga terjadi peningkatan
elektrofisilitas pada atom karbon karbonil.
2. Tahap kedua, melibatkan adisi nukleofil yakni gugus OH pada alkohol menyerang
karbon karbonil yang telah terprotonasi. Sehingga ikatan C-O yang baru (ikatan
ester) terbentuk.
3. Tahap ketiga adalah tahap kesetimbangan dimana terjadi penghilangan gugus H+
pada ikatan ester yang baru. Deprotonasi dilakukan untuk membentuk ikatan C-
O yang stabil.
4. Pada tahap ke empat, salah satu gugus hidroksil harus terprotonasi, karena
kedua gugus hidroksilnya identik.
5. Tahap ke lima, melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Agar peristiwa
ini dapat terjadi, gugus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai
gugus bebas/lepas lebih baik.
6. Tahap terakhir, ester yang berproton melepaskan protonnya.
6
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversibel, maka salah satu reaktan harus dibuat
berlebih agar optimal dalam pembentukan produk ester yang ingin dihasilkan.
Pada penelitian ini, salah satu reaktan yang harus dibuat berlebih adalah metanol
3. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat
pereaksi dengan zat yang bereaksi semakin baik sehingga mempercepat reaksi dan
reaksi terjadi sempurna. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius :
𝐸
− 𝐴
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
Keterangan:
k = kontanta laju reaksi
A = faktor frekuensi
tumbukan T = suhu
EA = energi aktivasi
R = konstanta gas ideal
Semakin besar tumbukan, maka semakin besar pula harga konstanta
kecepatan reaksi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih optimal.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius, bila suhu naik maka
harga k semakin besar, sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin
besar.
5. Katalisator
Sifat reaksi esterifikasi yang lambat membutuhkan katalisator agar berjalan
lebih cepat. Katalisator berfungsi untuk mengurangi energi aktivasi pada suatu
reaksi, sehingga pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin
besar.
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.2. Alat
1. Labu Leher Tiga
2. Pendingin Balik
3. Kompor Listrik
4. Magnetic Stirrer
5. Termometer
6. Pengaduk
7. Buret
8. Pipet Volume
9. Pipet Ukur
10. Statif dan Klem
11. Erlenmeyer
12. Beaker Glass
13. Labu Takar
8
3.3. Gambar Alat
Keterangan:
1. Magnetic stirrer + heater
2. Waterbatch
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif
Keterangan :
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Erlenmeyer
9
3. Mencampurkan Asam Asetat ... ml dan katalis ... ml, panaskan sampai suhu sesuai
variabel pada labu leher tiga.
4. Panaskan metanol ... ml sampai suhu sesuai variabel.
5. Setelah suhu kedua reaktan sama campurkan kedua reaktan tersebut kedalam labu
leher tiga.
6. Amati suhu campuran. Setelah tercapai suhu sesuai variabel kembali, sampel
diambil 5 ml mulai dari t1 dengan waktu pengambilan setiap 11 menit hingga
waktu mencapai 44 menit.
7. Metode analisis Mengambil 5 ml sampel lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP,
kemudian sampel dititrasi dengan NaOH ... N. Amati perubahan warna yang
terjadi yaitu dari tidak berwarna menjadi warna merah muda hampir hilang. Catat
kebutuhan titran. Menghentikan pengambilan sampel setelah mencapai waktu 44
menit.
8. Ulangi langkah di atas untuk variabel kedua dengan volume Asam Asetat ... ml,
volume Metanol ... ml, dan volume H2SO4 ... ml.
10
BAB IV
10 19 1,058 0,718242
30 16 0,812 0,783754
40 14 0,648 0,827430
11
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Pengaruh Variabel Suhu Reaksi terhadap Konversi
Konversi (Xa)
Xa (56 C)
Xa (66 C)
10 20 30 40
12
merupakan fungsi suhu. Semakin besar suhu, maka konstanta laju
reaksi pun semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
suhu dapat mempercepat kecepatan reaksi untuk membentuk
produk ester berupa metil asetat. Semakin banyak asetat yang
terbentuk menunjukkan
13
semakin besar konversi esterifikasi yang terbentuk
(Hikmah dan Zuliyana; 2012).
k1
k2
Suhu 56 C Suhu 66 C
Dimana :
A=
Faktor
14
t kan T
u =
m Suhu
b Ea = Energi aktivasi
u R = Konstanta tetapan gas
15
oleh meningkatnya konstanta laju reaksi yang merupakan
fungsi suhu. Semakin tinggi suhu, konstanta laju reaksinya
semakin besar.
Peningkatan suhu menyebabkan energi aktivasi dari reaksi
akan menurun, sehingga reaksi pembentukan produk (metil asetat)
akan berjalan lebih cepat. Akhirnya reaksinya akan cenderung
berjalan ke kanan atau ke arah produk (k1). Dengan demikian reaksi
yang berjalan ke kiri atau reaksi penguraian produk (k2) akan
berjalan lebih lambat. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan
meningkatnya suhu, reaksi ke kanan antara asam asetat dengan
metanol akan semakin cepat (k1) dan reaksi ke kiri antara senyawa
ester dan air akan semakin lambat (k2). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa suhu dapat mempercepat laju reaksi pembentukan produk
(metil asetat) dan memperlambat laju reaksi penguraian produk
(Nuryoto dkk; 2011).
Suhu 56 C Suhu 66 C
16
Kedua nilai konstanta tersebut memiliki nilai K>1, maka reaksi
kesetimbangan mengarah ke arah produk (metil asetat) dimana nilai
konstanta kesetimbangan (K) pada suhu 66˚C lebih besar dari suhu
56˚C.
Berdasarkan grafik hubungan variabel suhu dengan nilai
konstanta kesetimbangan reaksi esterifikasi menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu maka konstanta kesetimbangan reaksi akan
meningkat. Hal tersebut terjadi karena
17
menurut persamaan Arrhenius r=A0CACB exp (-E/RT) saat suhu
dinaikkan, maka laju reaksi akan meningkat, sehingga reaksi ke arah
produk (kanan) akan lebih cepat atau CC dan CD akan meningkat
menurut persamaan reaksi :
A+B→C+D
𝐾𝐾 .𝐾𝐾
Menurut persamaan 𝐾 = , konstanta keseimbangan
dirumuskan
𝐾𝐾 .𝐾𝐾
Xa (56 C)
Xa (66 C)
10 20 30 40
18
Gambar 4.4 Hubungan antara waktu dan konversi pada reaksi
esterifikasi asam asetat
19
Berdasarkangrafikhubunganwaktu dan konversi reaksi esterifikasi
terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi maka konversi akan semakin
tinggi. Pada reaksi dengan suhu 56˚C dari awal reaksi hingga waktu 40
menit dengan rentang waktu pengambilan sampel 10 menit, konversi
mengalami peningkatan dari 0,2782; 0,5018; 0,6512; 0,8250; hingga
0,8275. Begitu pula pada reaksi dengan suhu 66˚C terjadi peningkatan
harga konversi dari 0,3037; 0,5145; 0,6512; 0,8467; hingga 0,8659.
Konversi ester yang terbentuk semakin besar seiring dengan
bertambahnya
waktu karena semakin lama waktu yang diberikan maka jumlah
tumbukan yang terjadi antara zat reaktan yaitu asam asetat dan metanol
semakin banyak sehingga mengakibatkan reaktan yang bereaksi
semakin banyak pula sehingga konversi yang dihasilkan semakin besar.
Semakin lama waktu reaksi, molekul akan memperoleh tambahan
kesempatan untuk bergerak lebih dan meningkatkan energi kinetik
yang dihasilkan. Karena kesempatan untuk bergerak lebih maka
kesempatan untuk menghasilkan metil asetat semakin besar pula.
Kenaikan konversi selama reaksi esterifikasi dapat dibuktikan dengan
jumlah titran NaOH pada percobaan yang semakin menurun. Titran
NaOH digunakan untuk mengamati konsentrasi sisa asam asetat
(CH3COOH). Titrasi ini didasarkan pada reaksi acidi alkalimetri (asam-
basa), NaOH sebagai basa akan bereaksi dengan asam asetat sisa.
Apabila jumlah kebutuhan NaOH semakin sedikit karena asam asetat
yang sisa juga semakin sedikit karena telah bereaksi dengan metanol
membentuk ester (Hikmah dan Zuliyana; 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Arif Rahman dan Irawan S.. 2010. Kajian Awal Sintesis Biodiesel dari Minyak
Dedak Padi Proses Esterifikasi. Skripsi. Semarang : Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Undip.
Haritsah, Iftironi., 2013. Regenerasi Katalis Pt/Zeolit dan H-Zeolit Serta Uji Aktivitasnya
dalam Reaksi Esterifikasi Asam Asetat dan Etanol. Yogyakarta : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
Hikmah, Maharani Nurul dan Zuliyana. 2012. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari
Minyak Dedak dan Metanol dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Kusmiyati. 2008. Reaksi Katalitis Esterifikasi Asam Oleat dan Metanol Menjadi
Biodiesel dengan Metode Distilasi Reaktif. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah
Levenspiel. O., 1999. Chemical reaction Engineering 3rded, Mc. Graw Hill Book Kogakusha
Ltd, Tokyo.
Nuryoto, dkk. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Gliserol dengan Asam Asetat
Menggunakan Katalisator Indion 225 Na. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Pratiwi, Dini Novalia. 2011. Optimalisasi reaksi Esterifikasi Asam Asetat dengan 1-
Heksena, Sebagai Salah Satu Tahapan Pada Proses Pembuatan Etanol. Skripsi.
Jakarta : Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Smith, JM, dkk. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, Sixth
Edition. Mc Graw Hill
Supardjan. 2004. Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa. J.
Pharmacon. Vol. 5, No. 2, h.48-55