Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Sebab-sebab Gempa


Gempa bumi merupakan bahaya alam yang sering mengakibatkan kerusakan
harta benda maupun menghilangkan jiwa manusia disamping juga menyebabkan
bahaya-bahaya alam lain seperti angin ribut, banjir, gelombang pasang dan
sebagainya. Dahulu orang mengira ada empat mekanisme yang dapat mengakibatkan
terjadinya gempa bumi yaitu :
a. Keruntuhan (Collaps) tanah di dalam goa.
b. Tumbukan (Impact) antara meteor yang jatuh ke bumi dengan permukaan bumi.
c. Peristiwa vulkanik yaitu berupa aktivitas dari gunung berapi.
d. Peristiwa tektonik yaitu pergeseran plat pada pertemuan lempengan kerak bumi.

1.2 Mekanisme Peristiwa Tektonik


1.2.1 Struktur Bumi dan Gerakan Plat Tektonik
Seperti telah diketahui bahwa bumi terdiri atas lapisan kerak bumi, lapisan
mantel dan inti bumi seperti yang terlihat pada gambar 1.1, dimana lapisan kerak
bumi merupakan lapisan yang penting dibidang teknik gempa (earthquake
engineering) karena pada lapisan ini sering terjadi retakan atau patahan yang
menyebabkan terjadinya gempa. Retakan atau patahan tersebut kemudian disebut
sebagai plat tektonik atau lempeng tektonik.

Gambar 1.1
Struktur bumi
Menurut sejarah geologi dahulu bumi kita ini hanya mempunyai satu pulau
besar yaitu pulau Pangaea. Oleh peristiwa geologi pulau tersebut kemudian pecah
menjadi beberapa bagian dan masing-masing bagian itu kemudian dan sampai
sekarang dikenal sebagai plat tektonik seperti yang telah disebutkan di atas. Plat-plat

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-1


Teknik Gempa
ini selalu bergerak-gerak dengan kecepatan masing-masing plat bervariasi (ada yang
sampai 10 cm per tahun).

1.2.2 Teori Plat Tektonik


Lapisan kerak bumi (crust atau disebut juga lithosphere) terdiri atas beberapa
plat atau lempeng yang kaku antara lain :
- Plat Asia
- Plat Pasifik
- Plat Indo-Australia
- Plat Antartika
- Plat Afrika
- Plat Amerika Utara
- Plat Amerika Selatan
- Plat Filipina
- Plat Karibia
- Plat Naska
Plat-plat tektonik itu selalu bergerak satu sama lain (lihat tanda panah pada gambar
2.2). Pada gambar tersebut tanda anak panah menunjukkan arah gerakan plat
tektonik. Jika arah gerakan plat itu dibalik dan dihitung ke belakang sampai beberapa
juta tahun yang lalu, akan tampak suatu pulau yang disebut pulau Pangaea. Pada
pulau tersebut dapat dilihat bahwa :
- Pantai barat benua Afrika menempel dengan pantai timur Amerika Selatan.
- Bagian selatan India Menempel dengan Afrika Timur.
- Pulau Jawa, Sumatra belum ada.
Seiring berjalannya waktu selanjutnya plat Australia mendesak plat Asia, yang kalau
kita lihat pada peta sekarang, di selatan Jawa serta Nusa Tenggara dan barat Sumatra
sehingga terbentuklah pulau-pulau tersebut seperti yang kita kenal sekarang.
Pada pertemuan antara India dan Cina di Himalaya, kedua plat sama tinggi,
maka terjadilah tumbukan yang hebat kemudian plat itu hancur dan menumpuk
menjadi pegunungan yang tertinggi di dunia.
Mekanisme dari peristiwa tektonik seperti yang disebutkan diatas dijelaskan
melalui teori plat tektonik yang menganggap bahwa bumi terdiri dari beberapa
lempeng atau plat kaku yang dapat bergerak satu terhadap yang Iain. Karena

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-2


Teknik Gempa
permukaan plat-plat itu tidak licin maka gerakan plat-plat tersebut terhambat oleh
gaya gesek pada bidang sentuh antara plat-plat itu sehingga terjadi akumulasi atau
pengumpulan energi. Apabila energi yang dikumpulkan akibat hambatan itu sudah
besar dan melampaui kekuatan geser bidang sentuh antara plat-plat itu maka akan
terjadi gerakan dan pelepasan energi yang sangat besar yang menyebabkan getaran
yang sangat besar pula dan merambat ke batuan disekitarnya dan juga muncul ke
permukaan tanah yang dikenal sebagai gempa bumi.

Gambar 1.2
Gerakan plat tektonik

1.3 Sumber Gempa


Pada prinsipnya gempa merupakan suatu peristiwa pelepasan energi pada
suatu tempat di perbatasan lempeng-lempeng plat tektonik, oleh karena itu lokasi
sumber gempa umumnya berada pada perbatasan plat-plat tektonik tempat sering
terjadinya patahan atau gesekan tersebut. Berikut ini merupakan istilah-istilah yang
sering sekali terkait dengan sumber gempa yaitu :
- Tempat sumber gempa didalam bumi disebut focus atau hypocentre
- Titik dipermukaan bumi yang letaknya tepat diatas sumber gempa disebut
epicentre.
- Jarak antara sumber gempa dengan tempat dipermukaan bumi yang terlanda
gempa disebut jarak hypocentre.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-3


Teknik Gempa
Gambar 1.3 Sumber gempa

1.4 Ukuran Gempa


Untuk mengukur besarnya gempa ada dua macam ukuran yaitu :
1. Besar energi yang dilepaskan oleh sumber gempa (magnitude) diukur dengan
skala Richter.
Hubungan antara skala Richter dengan energi yang dilepaskan pada sumber
gempa:
Log E= 11,4 + 1,5R
dengan:
E = Energi yang dilepaskan pada sumber gempa (dyne.cm atau
erg)
R = Besar skala Richter
Pembagian skala menurut Richter ini ternyata kurang tepat untuk dipakai
dasar perencanaan bangunan karena meskipun gempa tercatat melepaskan energi
sangat besar tetapi kadang-kadang kurang terasa di permukaan tanah karena
jarak sumber gempa sangat jauh di dalam bumi.

Contoh :
Gempa yang terjadi di Chili dan Agadir keduanya terjadi pada th 1960
dimana gempa di Chili 7,5 skala Richter tidak mengakibatkan kerusakan besar
karena sumber gempa terletak 100 km di bawah permukaan tanah sedangkan
gempa di Agadir 5,7 skala Richter mengakibatkan kerusakan hebat karena
sumber gempa hanya 6 km di bawah permukaan tanah.
Jadi pengaruh gempa di permukaan tanah tidak hanya ditentukan oleh besar
energi yang dilepaskan oleh sumber gempa saja tetapi juga ditentukan oleh jarak
sumber gempa.
Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-4
Teknik Gempa
2. Intensitas Lokal
Ukuran gempa yang dapat langsung mempengaruhi struktur ialah
intensitas lokal gempa yaitu besar kecilnya getaran permukaan tanah di daerah
yang dilanda gempa. Karena besar atau intensitas getaran tanah pada saat
dilanda gempa tidak sama di satu tempat dengan tempat yang lain (makin jauh
dari sumber gempa getarannya makin kecil) maka disebut intensitas lokal.
Intensitas lokal berhubungan langsung dengan percepatan tanah
maksimum yang berarti berhubungan pula dengan besar kecilnya kerusakan
bangunan. Dewasa ini yang dipakai sebagai skala standar internasional ialah
skala Modified Mercalli dan dinyatakan dalam simbul MM. Skala Modified
Mercalli ini ada 12 tingkatan yaitu :
1. Tidak terasa oleh orang hanya tercatat oleh pencatat yang peka.
2. Terasa oleh orang yang sedang istirahat terutama oleh orang yang berada
dilantai dua dan diatasnya.
3. Benda-benda yang tergantung bergoyang dan bergetar ringan.
4. Getaran seperti truk lewat, jendela, pintu dan barang pecah belah
bergemerincing.
5. Terasa oleh orang diluar gedung, orang tidur terbangun, benda-benda tidak
stabil diatas meja terguling atau jatuh, pintu bergerak menutup dan
membuka.
6. Terasa oleh semua orang, banyak orang takut dan keluar rumah, berjalan
kian sulit, kaca jendela dan pintu pecah, meja kursi bergerak, plester dan
tembok mutu D retak-retak.
7. Sulit berdiri, terasa oleh pengendara sepeda motor dan mobil, tembok mutu
D retak dan rusak, plester lepas, genteng diatap jatuh, tembok mutu C retak,
rawa dan kolam bergelombang, longsor kecil pada lereng-lereng pasir dan
kerikil.
8. Pengemudi mobil terganggu, tembok mutu C rusak, tembok muta B retak-
retak, tetapi tembok mutu A masih baik, muara air jatuh, gedung berportal
bergerak bila tidak diangker dengan pondasinya, tanah basah retak-retak
terutama pada lereng yang curam.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-5


Teknik Gempa
9. Semua orang panik, tembok mutu C rusak berat beberapa runtuh, tembok
mutu B rusak, portal gedung bila tidak diangker lepas dari pondasinya, pipa-
pipa dalam tanah patah.
10. Sebagian konstruksi portal dan temboknya rusak beserta pondasinya,
beberapa bangunan kayu dan jembatan rusak, banyak terjadi tanah longsor,
air di sungai dan kolam muncrat ke tepinya, tanggul dan bendungan rusak
berat, didaerah yang datar pasir dan lumpur bergerak-gerak, rel kereta api
bengkok sedikit.
11. Rel kereta api rusak berat, pipa dalam tanah rusak berat.
12. Terjadi kerusakan total, batu-batu besar berpindah tempat, benda-benda
terlempar ke udara.
Keterangan :
Tembok mutu A, B, C dan D ialah :
Mutu A : bata, mortel dan cara pembuatannya baik, diberi baja tulangan
dan dirancang kuat menahan beban horisontal.
Mutu B : bata, mortel dan pembuatannya baik, diberi baja tulangan
tetapi tidak didetail dengan baik untuk menahan beban
horisontal.
Mutu C : bata, mortel dan cara pembuatannya cukup baik, hubungan
disudut dengan kolomn dan pintu atau jendela cukup baik (ada
angkurnya), tetapi tidak diberi baja tulangan dan tidak pula
diperhitungkan untuk menahan beban horisontal.
Mutu D : dipakai bahan-bahan mutu rendah (bata tidak dibakar. mortel
dari tanah liat, dsb, cara pengerjaan juga kurang baik, sangat
lemah untuk menahan beban horizontal.
Hubungan kasar antara intensitas lokal dengan percepatan maksimum
permukaan tanah dapat dinyatakan dengan dua persamaan yaitu :
Log a = - 0,5 atau
Log a = + 0,25
dengan:
I = Intensitas lokal menurut skala MM
a = Percepatan permukaan tanah maksimum ( m/dt² )
Hubungan tersebut sangat kasar karena penetapan intensitas lokal yang
berdasarkan tingkat kerusakan bangunan yang terjadi (lihat 12 tingkatan skala
MM) sifatnya sangat subyektif dan tergantung pula pada mutu struktur dalam

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-6


Teknik Gempa
mendukung beban gempa. Dikatakan bersifat subyektif karena biasanya manusia
panik pada waktu terjadi gempa sehingga apa yang dilihat kurang begitu dapat
dipercaya.
Tingkat kerusakan bangunan juga kadang-kadang sulit untuk diklasifikasikan,
sebagai contoh gempa yang melanda Iran pada th 1978 merenggut korban lebih
dari 1000 orang meninggal, rumah-rumah sederhana banyak yang hancur tetapi
beberapa gedung modern hanya rusak ringan saja. Meskipun skala MM ini
sangat subyektif dan tergantung mutu bangunan tetapi sampai sekarang masih
banyak dipakai.

1.5 Jalur Gempa


Sumber-sumber gempa yang terjadi dimuka bumi dapat dikelompokkan
menjadi 3 jalur gempa yaitu :
1. Circum Pasific Earthquake Belt atau Great Earthquake Bell (Jalur Gempa
Pasifik)
Chili - Equador - California - Jepang - Taiwan - Philipina - Sulawesi Utara
-Kep.Maluku - Irian - Melanesia - Polynesia - Selandia Baru
2. Alpide Earthquake Belt atau Trans Asiatik Earthquake Belt (Jalur Gempa
Asia)
Peg.Alpine - Asia Kecil - Irak - Iran - Afganistan - Himalaya - Birma
-Sumatra - Jawa - Nusa Tenggara - Irian
3. Mid Atlantik Earthquake Belt (Jalur Gempa Atlantik Tengah)
Atlantik Selatan - Iceland - Spitebergen

1.6 Kerusakan Konstruksi Akibat Gempa


Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa gempa bumi merupakan salah satu
fenomena alam yang selalu menimbulkan kerugian baik dari segi material (kerusakan
konstruksi gedung) maupun merenggut jiwa manusia. Berikut ini diberikan beberapa
contoh peristiwa gempa yang terjadi disertai dengan analisa terjadinya dan atau
kerugian yang ditimbulkannya :

1. Gempa di Anchorage (Alaska)


Keadaan tanahnya adalah clay (lempung). Pada tanah lunak (clay) getaran
gempa teredam sehingga menjadi getaran harmonis. Getaran harmonis sangat

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-7


Teknik Gempa
berbahaya karena apabila waktu getarnya sama dengan waktu getar gedung akan
terjadi amplifikasi.
2. Gempa yang meruntuhkan gedung J.C. Penny
Gedung ini runtuh akibat terjadinya puntiran karena pusat massa tidak berimpit
dengan pusat kekakuan.
3. Gempa di Kawagishi Cho Niigata
Disebabkan oleh liguefacition dimana tanah pasir yang butirannya lepas apabila
jenuh air dan menerima getaran akan terjadi satlement.
4. Peristiwa gempa yang dikenal sebagai Sasa Guchi Overpass
Pwristiwa dengan membukanya pilar (bergerak memuntir) sehingga balok
induknya jatuh.
5. Gempa di Caracas Venezuela
Karena overtunning moment yaitu timbulnya momen kelebihan akibat
simpangan. Gedung bertingkat banyak mempunyai rangka beton bertulang untuk
menahan beban vertikal dan horisontal. Dinding dibuat dari tembok bata yang
diisikan dalam rangka beton bertulang. Hanya berat tembok saja yang
diperhitungkan tidak memperhatikan pengaruh kekakuan tembok yang
mempengaruhi kekakuan rangka, momen tambahan menyebabkan sebagian
besar kolom rusak.
6. Gempa di San Fernando
Shear wall dipakai tetap, tingkat satu tidak sehingga gaya lateral hanya ditahan
oleh kolom saja. Kolom pada tingkat satu mengalami defleksi horisontal.
Keadaan ini disebut soft storey (lemah pada satu tingkat).
7. Gempa yang merusak Mental Healt Building
Pemasangan tembok yang tidak simetris sehingga gedung menerima puntiran
(momen puntir).
8. Gempa di Burdur (Turki)
Gedung rangka beton bertulang dengan tembok pengisi pada rangka terbawah
tetapi tingginya hanya sampai 50 cm dibawah balok lantai diatasnya. Perencana
menganggap konstruksi ini sebagai rangka kosong dengan kolom setinggi 4m
padahal tinggi kolom hanya 50 cm karena yang 3,50m dijepit oleh tembok, hal
ini mengakibatkan gaya geser yang dipikul kolom lebih besar dari hitungan
perencana (Short Column Effect).

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-8


Teknik Gempa
9. Gempa di Kobe, Jepang (1995)
Menyebabkan terjadinya banyak kerusakan pada bangunan sipil seperti jalan
kereta api bawah tanah, jalan layang, gedung' perkantoran, pelabuhan dan
perumahan yang menelan sekitar 5300 korban jiwa.
10. Gempa Maumere di Flores (1992); Liwa, Lampung (1994); Banyuwangi (1994)
Peristiwa gempa yang disebutkan di atas adalah contoh gempa bumi yang terjadi
di Indonesia, dimana gempa di Flores memakan korban lebih dari 2000 jiwa.
ribuan bangunan roboh, ratusan kelongsoran dan terjadi kerusakan lingkungan
disertai dengan terjadinya tsunami yang juga terjadi pada gempa
Contoh yang diberikan di atas merupakan sebagian kecil dari peristiwa
gempa yang terjadi di belahan bumi ini, masih banyak lagi peristiwa serupa yang
terjadi dengan kerusakan yang ditimbulkannya.

1.7 Hubungan antara Resiko Gempa dengan Kekuatan Bangunan


Dengan melihat contoh seperti yang disebutkan di atas, dalam hal ini melihat
kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa maka harus disadari bahwa resiko gempa
tersebut adalah sangat tinggi terjadi terutama di daerah-daerah yang masuk ke dalam
jalur-jalur gempa seperti yang telah disebutkan sebelumnya termasuk Indonesia
dimana Indonesia terletak dalam dua buah jalur gempa yang tentu harus disadari
bahwa resiko gempa di Indonesia cukup tinggi.
Dari kenyataan tersebut maka diperlukan suatu kajian atau perencanaan yang
sungguh-sungguh dan mendalam mengenai kegempaan suatu wilayah untuk
meminimalkan bencana yang terjadi (terutama efeknya terhadap bangunan-bangunan
infrastruktur yang ada di masyarakat). Untuk itu perlu kiranya kita lihat label di
bawah ini yang mana merupakan suatu saran dari ATC (Applied Technology Council)
terkait dengan perencanaan suatu struktur bangunan (menyangkut kekuatan dari
struktur bangunan tersebut) didasarkan atas tingkat resiko gempa yang terjadi atau
diterima oleh struktur bangunan yang direncanakan. Saran dari ATC ini kiranya dapat
menjadi acuan dalam perencanaan suatu struktur bangunan yang juga akan terkait
dengan nilai ekonomis dari bangunan yang bersangkutan.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-9


Teknik Gempa
Tabel I.1 Saran dari ATC (Applied Technology Council)
Tingkat Gempa Akibat Gempa
Gempa besar Struktur boleh rusak tetapi tidak parah
sehingga tidak terjadi keruntuhan agar
tidak terjadi korban jiwa
Gempa sedang Bagian non struktur boleh rusak tetapi
bagian struktur tidak boleh rusak
Gempa kecil Tidak boleh ada kerusakan

Dari dasar acuan tersebut di atas akhirnya dapat juga diperkirakan biaya dari
suatu bangunan dimana dalam memperkirakan biaya bangunan harus memperhatikan
biaya pembuatan bangunan dan biaya perbaikan akibat kerusakan yang disebabkan
oleh gempa selama bangunan itu berdiri

Gambar I.4 Grafik hubungan biaya dengan kekuatan bangunan

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kekuatan
bangunan semakin besar biaya pembuatannya tetapi semakin murah biaya
perbaikannya.

Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali I-10


Teknik Gempa

Anda mungkin juga menyukai