PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Wahyu Lazzuardy
Aldhiqo Yusron Mubarok
Fikri Hildan Pratama
Imadu’din Abil Isro’ Ash Sidieq
Wildan Zaki Mustofa
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Universitas Muhammadiyah Gresik.
2
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ……..……………………………………………….. 1
RUMUSAN MASALAH …………………………………………………… 2
MANFAAT ………………………………………………………………….. 3
TUJUAN …………………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
HUBUNGAN ANTARA PANCASILA DAN UUD 1945 ………………… 5
PENJABARAN PANCASILA DALAM BATANG TUBUH UUD 1945 ... 5
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN …………………………………………………………….. 6
SARAN ……………………………………………………………………… 6
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila dapat diperuntukkan kepada negara, masyarakat dan pribadi bangsa Indonesia.
Dengan perkataan lain pancasila itu sebagai norma hukum dasar negara Republik Indonesia,
sebagai social ethics bangsa Indonesia dan sebagai pegangan moral rakyat atau negara
Republik Indonesia.Lahirnya pancasila itu dalam penamaan pidato Ir. Soekarno selaku
anggota “Dokuritzu zunbi Tyoosakai” atau badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yang di tetapkan oleh sidangnya yang pertama pada tanggal 28 s/d 1 juni 1945 di
Jakarta. Yang di ucapkannya dalam Sidang,dipimpin oleh ketuanya Dr. K. R. T Radjiman
Wedyodiningrat.
Dikenal didalam pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 juni 1945 di Jakarta. Pancasila
sebagai dasar negara asal mulanya itu dari pengambilan pancasila, panca=lima dan sila=asas
atau dasar, dan didirikannya negara Indonesia.
Presiden Soekarno menganggap bahwa pancasila sebagai dasar negara dari Negara
Republik Indonesia, ditegaskan oleh pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945, dan kemudian disusun oleh kemerdekaan Bangsa Indonesia itu dalam Undang-Undang
Republik Indonesia untuk mengatur pemerintahan negara dengan yang lain.
Bersumbernya dari segala hukum dan sumber tertib hukum yang secara konstitusional
mengatur negara publik Indonesia, asas kerohanian, kebatinan, dan cita-cita hukum.
Dari pemaparan diatas dapat di ketahui bagaimana arti pancasila itu secara umum, dan
anggapan pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Republic Indonesia 1945 menurut Presiden Soekarno. Sehingga untuk lebih jelasnya tentang
pancasila sebagai dasar negara akan dibahas dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan Pancasila Dengan UUD 1945
2. Bagaimana Penjabaran Pancasila dan Batang Tubuh UUD 1945
4
C. Manfaat
1. Dapat Memahami Pancasila Sebagai Dasar Nagara
2. Dapat Memahami Ikatan antara Pancasila dengan UUD 1945
3. Dapat Menggetahui Lebih Rinci Penjabaran pancasila dengan
D. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut DR. M. J. Langeveld yang dimaksud dengan jiwa bangsa adalah kehidupan
batin bangsa Indonesia yaitu segala apa yang dipikirkan, dirasakan, diingat, direka, diimpikan
dan dialami untuk menjadi perangsang dan mewujudkan cita-cita dan tujuan kemanusiaan
bangsa.
Fungsi Pancasila sebagai kaidah dasar negara (staatsfundamental norm) menurut Prof.
Mr. DR. Noto Nagoro, Pancasila merupakan bagian terpenting dari pembukaan UUD 1945.
Maka negara Indonesia adalah negara Pancasila yang secara konsisten mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan TAP MPR No IV/MPR/1999 tentang
garis-garis besar haluan negara 1999-2004.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD yang memuat dasar falsafah
negara pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan
merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran terkandung
dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan Indonesia, keadilan sosial,
kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan dan
ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil dan beradab, yang tidak lain
adalah sila dari Pancasila, sedangkan Pancasila itu sendiri memancarkan nilai-nilai luhur
yang telah mampu memberikan semangat kepada dan terpancang dengan khidmat dalam
6
perangkat UUD 1945. semangat dan yang disemangati pada hakikatnya merupakan satu
rangkaian kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupakan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan ‘aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah yang dimaksudkan dengan
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan yang
timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam Undang-Undang
Dasar.
b. Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945 dalam Pembukaan UUD 1945
Ada hubungan prinsipil antara pembukaan UUD 1945 dan proklamasi kemerdekaan
Indonesia, yaitu pertama, pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kedua, tindakan-
tindakan yang segera dilakukan terkait dengan kemerdekaan, cita-cita luhur yang menjadi
pendorong ditegakkannya kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan dan perwujudan keadilan dan
kemakmuran rakyat Indonesia.
Pada alinea ke-4 UUD 1945 merupakan pernyataan peristiwa dan keadaan ataupun
cita-cita setelah bangsa Indonesia terwujud. Pancasila yang termaktub pada alinea ke-4 ini
merupakan unsur penentu ada dan berlakunya hukum Indonesia, pokok kaidah negara yang
fundamental, dasar negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan demikian
Pancasila merupakan inti dari pembukaan UUD 1945, dan memiliki kedudukan yang kuat
dan tetap serta tidak dapat diubah.
Posisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dinyatakan dalam
Ketetapan MPRS No XX/MPRS/1966. Artinya nilai-nilai Pancasila sebagai norma dasar
paling fundamental sehingga mampu menjadi pandangan hidup, visi bangsa, dasar pijakan
hubungan politik dan kehidupan kebangsaan yang lain.[4] Dan ini bersifat tetap yang tidak
dapat berubah karena Pancasila merupakan hasil dari kesepakatan kehidupan berbangsa di
Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila secara yuridis formal merupakan dasar filsafat
negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Hal ini berarti, dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini termasuk semua
7
peraturan perundangan, pemerintahan, penyelenggaraan kekuasaan, sistem demokrasi, dan
aspek-aspek penyelenggaraan negara lainnya.
Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis Pancasila
ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara
pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:
8
dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik Indonesia yang
diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
5) Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang
kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan melekat pada kelangsungan hidup
negara Republik Indonesia.
Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi
Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai
ideologi bangsa Indonesia.
9
B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NKRI Tahun 1945
a) Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
meliputi suasana kebatinan, cita-cita hukum dan cita-cita moral bangsa
Indonesia. Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang
dijunjung karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila. Pokok-pokok pikiran dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam
batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NKRI tahun 1945.
b) Hubungan Pembukaan UUD NKRI tahun 1945 yang memuat Pancasila
dengan batang tubuh UUD NKRI tahun 1945 bersifat kausal dan organis.
c) Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan UUD NKRI tahun 1945
merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD NKRI tahun 1945.
d) Hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD NKRI tahun
1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
e) Dengan dijabarkannya pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD NKRI tahun
1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka
Pancasila tidak saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi
hukum positif.
f) 4 pokok pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh:
1) Pokok pikiran pertama berintikan ‘Persatuan’, yaitu; “negara
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. yaitu negara yang melindungi bangsa
Indonesia seluruhnya.
2) Pokok pikiran kedua berintikan ‘Keadilan sosial’(causa finalis) yaitu;
“negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat”. Hal
ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan
negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Pokok pikiran ketiga berintikan ‘Kedaulatan rakyat’, yaitu; “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan”. Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang
menunjukkan bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-
10
Undang Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan.
4) Pokok pikiran keempat berintikan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, yaitu;
“negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab’. Pokok pikiran keempat menuntut
konsekuensi logis, yaitu Undang-Undang Dasar harus mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini juga
mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga mengandung
maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia yang luhur dan berbudi
pekerti kemanusiaan yang luhur.
g) MPR RI telah melakukan amandemen UUD NKRI tahun 1945 sebanyak empat
kali yang secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999/ 18 Agustus
2000/ 9 November 2001/ 10 Agustus 2002.
h) Batang tubuh UUD NKRI tahun 1945 yang telah mengalami amandemen
dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan
negara.
2) Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya
yang meliputi warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
3) Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera
negara, bahasa negara, lambang negara, lagu kebangsaan, perubahan UUD,
aturan peralihan, dan aturan tambahan.
Contoh penjabaran Pancasila ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal
UUD NKRI tahun 1945:
1. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang
menegakkansupremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
11
Pasal 3 Ayat (1): Majelis Permusyawaratan Rakyat
berwenang mengubah dan menetapkan UndangUndang
Dasar; Ayat (2): Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden; Ayat (3): Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden
dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
UndangUndang Dasar.
2. Wewenang atau kekuasaan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
sebagaimana disebutkan pada Pasal 3 ayat (1), (2), dan (3) di atas
menunjukkan secara jelas bahwa MPR bukan merupakan penjelmaan
seluruh rakyat Indonesia dan lembaga negara tertinggi. Ketentuan yang
terkait dengan wewenang atau kekuasaan MPR tersebut juga menunjukkan
bahwa dalam ketatanegaraan Indonesia dianut sistem horizontal-fungsional
dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi antarlembaga
negara.
3. Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara,
agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
Pasal 26Ayat (2): Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia.Orang asing yang menetap
di wilayah Indonesia mempunyai status hukum sebagai penduduk
Indonesia. Sebagai penduduk, maka pada diri orang asing itu
melekat hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku (berdasarkan prinsip yuridiksi teritorial)
sekaligus tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum
internasional yang berlaku umum (general international law).
Pasal 27Ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
dalam upaya pembelaan negara.
Pasal 29Ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Pasal 31Ayat (2): Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
12
Ayat (3): Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
*Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara,
lambang negara,dan lagu kebangsaan
Pasal 35 Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel. 2011. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai
Pemandu Reformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Suparyanto, Yudi dan Suprihatini, Amin. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X untuk
SMA/MA. Klaten: Cempaka Putih
Rahmawati, Noviana dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas X untuk SMA/MA
Semester Genap. Klaten: Viva Pakarindo
http://fauziyyahziya.blogspot.co.id/2015/11/pancasila-sebagai-dasar-negara.html
15