Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan wujud zat yaitu perubahan termodinamika dari satu fase benda

ke keadaan wujud yang lain. Wujud zat merupakan bentuk-bentuk berbeda yang

didapatkan dari berbagai materi berlainan. Pada dasarnya perbedaan fase ini

didasari oleh perbedaan kualitatif dalam sifat baik dengan keadaan padatan zat

untuk mempertahankan bentuk dan volumenya. Dalam keadaan cairan zat


mempertahankan volume tetapi menyesuaikan dengan wadah tersebut. Sedangkan

pada keadaan gas zat mengembang untuk menempati volume yang tersedia

(Giancolli, 1999: 140).

Perubahan wujud zat dapat terjadi karena adanya peristiwa dan penyerapan

kalor. Wujud zat berubah ketika titik tertentu tercapai oleh asam atau senyawa zat

tersebut yang biasnya zat tersebut dapat dikuantitaskan dalam angka dan suhu,

semisal air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas

dengan harus mencapai titik didihnya. Selain itu, wujud zat juga dapat

didefinisikan sebagai keadaan fase. Sebuah transisi fase menandakan perubahan

struktur dan dapat dikenali dari perbedaan drastis dari sifat-sifatnya. Perbedaan

wujud zat ini merupakan tiap keadaan termodinamika yang diberikan dari sebuah

transisi fase. Perubahan wujud zat terbagi atas tiga yaitu zat padat, cair dan gas

(Kristanto, 2013: 27).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah percobaan “wujud

zat” ini dengan maksud memahami dan mengetahui lebih jauh dan jelas lagi

tentang perubahan wujud suatu zat.

1
2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa faktor yang dapat menentukan wujud zat pada temperatur kamar

dan tekanan atmosfir?

2. Bagaimana cara membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan

benar?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menyebutkan tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur

kamar dan tekanan atmosfir.

2. Membedakan struktur kristal zat padat ionik dengan benar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Materi adalah segala sesuatu yang mempunyai masa dan menempati

ruangan. Contoh besi, kayu dan lain-lain. Zat adalah sebutan untuk sejumlah

partikel atau materi yang sifatnya spesifik (khusus). Sedangkan bahan adalah

sebutan untuk sejumlah materi yang kurang spesifik sifatnya (Oxtoby, 2001: 40).

Menurut Aris kristanto (2013: 27), zat atu materi adalah segala sesuatu

yang menempati ruang dan juga memiliki massa. Berdasarkan wujudnya, zat
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Gas, contohnya udara memiliki ciri-ciri yaitu letak molekulnya sangat

berjauhan, molekul penyusunnya bergerak sangat bebas, gaya tarik menarik

antar molekul hampir tidak ada.

2. Cair, contohnya air, minyak dan lain-lin. Ciri-cirinya yaitu memiliki letak

molekul agak berdekatan, molekul penyusunnya bergerak cukup bebas,

molekulnya dapat berpindah tempat tetapi tidak mudah untuk meninggalkan

kelompoknya karena masih terdapatnya gaya tarik-menarik serta memiliki

bentuk yang mudah berubah.

3. Padat, contohnya kayu, batu dan besi. Ciri-cirinya yaitu memiliki letak

molekul yang sangat rapat, molekulnya berdekatan, molekul penyusunnya

sangat kuat sehingga gaya tarik antar molekul sangat kuat, gerakan

molekulnya sangat terbatas.

Zat padat adalah zat yang mempunyai bentuk dan volume tetap. Zat padat

tersusun atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai jarak antarpartikel

yang sangat rapat. Gaya tarik-menarik antara partikel zat padat sangat kuat. Hal

ini menyebabkan partikel tidak dapat bergerak secara bebas untuk berpindah

3
4

tempat. Keadaan ini menyebabkan zat padat dapat mempertahankan bentuk dan

volumenya sehingga zat padat selalu mempunyai bentuk dan volume yang tetap

(Soekardjo, 2004: 112).

Cairan mempunyai volume tetap dan hanya sedikit dipengaruhi oleh

tekanan, rapat dan viskositasnya lebih besar dari pada gas, dua zat dapat

bercampur sempurna, bercampur sebagia dan tidak bercampur dari titik kinetic

dapat dianggap bahwa cairan adalah kelanjutan dari fase gas, molekul-molekulnya

mempunyai daya tarik yang kuat, hingga dapat menahan volume yang tetap

(Sukardjo, 2004: 88).

Gas ideal sebenarnya tidak ada, jadi hanya merupakan gas hipotesis.

Semua gas sebenarnya tidak nyata. Pada gas ideal dianggap, bahwa molekul tidak

tarik menarik dan volume molekulnya dapat diabaikan terhadap volume gas itu

sendiri atau ruang yang di tempati. Sifat ideal ini hanya didekati oleh gas berartom

satu pada tekanan rendah dan pada temperature yang relative tinggi. Bila

digunakan harga STP (1 atm 00C atau 273 K) dan kita ambil 1 mol gas, maka

volume gasnya dapat diukur yang kita sebut volume molar pada STP, karna

merupakan volume dari 1 mol gas pada tekanan 1 atm dan 00C. bila kita lakukan

hal ini untuk berbagai gas terlihat harganya berbeda-beda karena memang gas

nyata bukan “gas ideal”. Dari berbagai pengukuran volume rata-rata ditempat oleh

satu mol gas pada STP = 24L. Maka harganya ini diambil untuk volume molar

dari gas ideal dengan menggunakan harga-harga tersebut, dapat dihitung dengan

R (Oxtoby, 2001: 96).

Menurut Giancolli (1999: 140), sifat perubaan fasa atau suatu zat atau

materi dibedakan atas, yaitu:

a. Membeku (pemadatan) yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda cair

menjadi benda padat. Contohnya air menjadi es batu.


5

b. Mencair (pelehan) perubahan wujud zat dari suatu benda padat menjadi benda

cair. Contohnya lilin yang di bakar.

c. Menguap yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda cair menjadi benda

padat. Contohnya jemuran yang basah menjadikering.

d. Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda gas menjadi benda

cair. Contohnya embun dipagi hari.

e. Mrenyublin yaitu perubahan wujud zat dari suatu benda gas menjadi benda

cair. Contohnya kapu barus menjadi gas.

Titik leleh (titik beku) suatu zat adalah temperatur pada mana fase padat

dan cair ada dalam kesetimbangan. Jika kesetimbangan semacam itu diganggu

dengan menambahkan atau menarik energy panas, system akan berubah

membentuk lebih banyak zat cair atau lebih banyak zat padat. Namun temperature

akan tetap pada titik leleh selama kedua fase itu masih ada (Petrucci, 2010: 1).

Titik didih suatu cairan berubah secara nyata dengan berubahnya tekanan

luar, tetapitekanan yang kecil seperti berubahnya tekanan udara mempunyai

pengaruh yang dapat diabaikan pada titik beku suatu cairan. Penambahan tekanan

yang besar memang menyebabkan fase yang volumenya lebih kecil, lebih disukai.

Untuk kebanyakan zat, keadaan zat lebih rapat volume kecil untuk bobot tertentu

dari pada keadaan cair. Peralihan wujud zat ditentukan oleh suhu dan tekanan

(Aktins, 2001: 216).

Sifat-sifat benda cair dan padat berasal dari gaya-gaya intramolekul yaitu

gaya-gaya antar molekul. Gaya-gaya intramolekul sendiri sangat erat

hubungannya dengan gaya-gaya inter molekul yaitu jenis ikatan. Partikel

penyususn suatu padatan terletak pada titik-titik tertentu mereka dapat bergetar

pada titik-titik tersebut tetapi tidak berpindah tempat. Dalam cairan terdapat

volume bebas diantara partikel-partikel penyusunnya, gerakan akan lebih bebas


6

sehingga struknya lebih acak. Dalam gas sangat banyak terdapat gerakan sangat

bebas, ketidakteraturan maksimum (Petucci, 2010: 1).

Gas memberikan peluang paling sederhana untuk menghubungkan sifat

mikroskopis suatu zat dengan struktur dan interaksi molekul-molekulnya. Pada

tingkat mikroskopik, gas dibedakan dari cairan dan padatan karena nilai rapat

massanya yang jauh lebih kecil. Pada tigkat mikroskopik, tepat bilangan atau

jumlah molekul persentimeter pangkat tiga sampel lebih kecil dari jarak antar

molekul jauh lebih besar dari pada cairan dan padatan. Molekul tanpa ada aliran

listrik akan adanya gaya nyata terhadap molekul lainnya hanya akan bila mereka

berdekatan. Akibatnya bila mempelajari gas, maka dapat menyederhanakan atau

mengabaikan interaksi antara molekul atau anggap tumbukan sebanyk-banyaknya

terjadi dua molekul saja (Oxtoby, 2001: 94).

Titik awal pembahasan padatan adalah struktur teratur dari kristal

sempurna. Titik asal pembahasan gas adalah distribusi kacau dari molekul gas

sempurna. Dengan cairan, berada di antara ekstrim ini, ada sedikit struktur dan

sedikit kekacauan (Aktins, 2001: 217).

Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh tekanan

uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar. Dari defenisi ini, maka diketahui

titik didih cairan tergantung pada tekanan udara pada permukaan cairan. Itulah

titik air di gunung berbeda dengan di pantai. Pada saat tekanan uap sama dengan

tekanan udara luar maka gelembung-gelembung uap dalam cairan bergerak ke

permukaan dan masuk fase gas (Aktins, 2001: 219).

Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung

berapa kuatnya gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya antar

molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah

maka titik didihnya rendah. Ketergantungan titik didih pada gaya tarik
7

membentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan, karena tekanan uap dalam

gelembung sama dengan tekanan caian (Petrucci, 2010: 3).

Salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan adalah asam benzoat.

Asam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya karena

kelarutannya lebih baik daripada bentuk asamnya. Bentuk garam dari asam

benzoat yang banyak digunakan adalah natrium benzoat. Benzoat dan turunannya

dapat menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang. Natrium benzoat bekerja

efektif pada pH 2,5-4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman

yang bersifat asam (Wahyu dan Any, 2012: 112).

Sifat-sifat asam benzoat adalah bobot molekul 122,12, mengandung tidak

kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C7H6O2 dihitung terhadap zat

anhidrat, hablur berbentuk jarum atau sisik, putih, sedikit berbau, biasanya bau

benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah

menguap dalam uap air, sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam

kloroform, dan dalam eter. Asam benzoat merupakan salah satu pengawet yang

diizinkan oleh Departemen Kesehatan untuk digunakan pada makanan. Menurut

Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88, batas penggunaan asam benzoat pada

minuman ringan dan kecap adalah 600 mg/kg, sedangkan pada sari buah, saus,

jelly, manisan dan agar adalah 1000 mg/kg (Wahyu dan Any, 2012: 113).

Parafin merupakan salah satu contoh wax bersumber mineral. Parafin

merupakan suatu hidrokarbon yang mempunyai rumus empiris C2H2n+2, yang

bentuknya dapat berupa gas yang tidak berwarna, cairan putih sampai zat padat

dengan titik cair yang rendah. Disebutkan juga bahwa parafin merupakan

makrokristalin dan mempunyai afinitas terhadap minyak (Neneng, 2004: 63).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Jum’at/ 28 November 2014

Pukul : 13.30-16.00 Wita

Tempat : Laboratorium Analitik Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung thiele,

termometer 3000C, gelas kimia 100 mL, kaca arloji, pipa kapiler, spatula, botol

semprot, statif dan klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquades (H2O),

asam benzoat (C6H5COOH), benang, korek api dan minyak parafin (CnH2n+2).

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah menyiapkan sebuah pipa kapiler

dengan salah satu ujungnya tertutup dengan cara dibakar. Memasang alat pada

statif dan klem. Menggerus asam benzoat (C6H5COOH). Memasukkan ke dalam

pipa kapiler dengan sedemikian rupa hingga 3-4 mm dari mulut pipa kapiler.

Memasukkan minyak parafin ke dalam tabung thiele. Mengikat pipa kapiler

dengan benang pada termometer kemudian memasukkan ke dalam tabung thiele

dengan catatan tidak boleh menyentuh dinding tabung. Membakar spiritus dan

8
9

mengamati serta mencatat suhu mulainya asam benzoat meleleh hingga asam

benzoat meleleh seluruhnya. Mencatat hasil pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Wujud Zat

Sampel T awal T akhir ∆T

Asam benzoat 1100C 1160C 60C

2. Reaksi

C6H5COOH(s) C6H5COOH(l)
dipanaskan

B. Pembahasan

Materi atau zat merupakan segala sesuatu yang dapat mempunyai massa

dan menempati ruangan. Sedangkan wujud yaitu adanya suatu kenampakan atau

bentuk dari benda yang dalam hal ni adalah zat atau materi. Perubahan wujud zat

ini menggunakan bahan yaitu minyak parafin dan asam benzoat. Minyak parafin

digunakan sebagai pelarut dan perantara antara pipa kapiler dengan tabung thiele.
Digunakannya minyak parafin karena memiliki titik didih yang tinggi sehingga

cepat mendidih. Selain itu, asam benzoat digunakan sebagai sampel yang akan

dipanaskan dan dilelehkan dalam pipa kapiler. Asam benzoat memiliki titik leleh

sebesar 122,40C.

10
11

Percobaan diawali dengan membakar salah satu ujung pipa kapiler dengan

tujuan agar ujung pipa yang dibakar dapat tertutup sehigga asam benzoat

(C6H5COOH) yang dimasukkan tidak keluar. Selanjutnya, memanaskan minyak

parafin. Tujuan pemanasan yaitu agar minyak parafin dapat menghantarkan panas

terhadap asam benzoat (C6H5COOH) yang ada dalam pipa kapiler sehingga asam

benzoat (C6H5COOH) dengan cepat meleleh.

Hasil yang diperoleh yaitu setelah beberapa menit asam benzoat

(C6H5COOH) mulai meleh pada suhu 1100C dan habis meleh semua pada suhu

1160C. Ini menandakan range asam benzoat (C6H5COOH) adalah 60C. Dengan

demikian, hasil ini membuktikan teori yang menyatakan bahwa salah satu factor

yang dapat mempengaruhi perubahan wujud zat atau materi adalah suhu atau

temperature. Ini dapat dilihat dari perubahan wujud sampel asam benzoat

(C6H5COOH) yang awalnya berupa padatan berubah menjadi cair setelah adanya

pemanasan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Tiga faktor yang menentukan wujud zat pada temperatur kamar dan

tekanan atmosfir yaitu besarnya energi ikatan partikel dalam zat, massa

atom atau massa molekul dari partikel dan bentuk geometri dari partikel.

2. Kristal ionik mengandung ion-ion yang terikat oleh ikatan ionik. Struktur
molekul kristal ionik bergantung pada muatan anion dan kation serta

jari-jari atom unsur alkali terikat dalam struktur terganjal oleh ikatan

logam yang lemah karena setiap atomnya hanya mempunyai satu electron

ikatan ion dan bertambah lemah jika jari-jarinya bertambah besar.

B. Saran

Saran yang ingin disampaikan pada percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya

digunakan pula bahan lain seperti asam oksalat (C2H2O4) agar diketahui pula zat

pengotor serta dapat dibandingkan hasilnya dengan asam benzoat (C6H5COOH).

11
DAFTAR PUSTAKA

Aktins. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga, 2001.

Aminah, Neneng Siti. “Penentuan Daya Serap Dan Karakteristisasi Parafin Dalam
Perlakuan Penjerapan Minyak Jelantah”, Jurnal Sains Materi Indonesia no. 3 (5)
(2004), Hal. 61-68.
Chang, Raymond. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga, 2001.

Giancolli. Fisika Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 1999.

Irna wati,Wahyu dan Any Gutarti. “Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam
Beberapa Merk Dagang Minuman Ringan Secara Spektrafotometri Ultraviolet”,
Jurnal Ilmiah Kefarmasian no. 2 (2) (2012), Hal. 111-118.
Oxtoby, Gillis. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga, 2001.

Petrucci, Ralph H. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga, 2010.

Sukardjo.2004. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai