PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sumber daya manusia (SDM) adalah aset organisasi. Pengelolaan terhadap SDM
merupakan salah satu hal utama dalam organisasi karena organisasi akan berkembang ketika
SDM yang menjalankan organisasi tersebut berkembang. Perkembangan SDM adalah
perkembangan dalam kualitas dan kuantitas.
Secara umum pengelolaan SDM bermula dari rekrutmen SDM berdasarkan kebutuhan
organisasi dan dilanjutkan dengan penempatan. Penempatan SDM pada bidang yang sesuai
dengan kebutuhan adalah hal yang menjadi tujuan setiap organisasi. Prestasi kerja, dinamika
SDM dan jenjang karir merupakan hal-hal yang diperhatikan dalam pengelolaan SDM.
Isu-isu yang umum muncul dalam pengelolaan adalah penempatan ulang, promosi
jabatan, pengembangan keahlian dan pribadi, keuangan, penghargaan prestasi, dan pendataan
informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Informasi-informasi tersebut dimanfaatkan
untuk kebutuhan pengelolaan SDM di organisasi.
Pengelolaan SDM yang baik, dilaksanakan secara berkesinambungan melalui rangkaian
aktivitas yang terintegrasi dalam kerangka arsitektur SDM, mulai dari aktivitas planning,
acquiring, developing, retaining and maintaining, performance management dan terminating.
Dengan pengelolaan SDM yang baik, dapat diciptakan SDM yang profesional dalam jumlah
memadai berdasarkan keahlian yang dibutuhkan sesuai tuntutan perkembangan usaha, sehingga
tercapai produktivitas SDM yang optimal dalam mendukung keberhasilan implementasi strategi
yang telah ditetapkan.
Pengelolaan SDM tidak terlepas dari strategi SDM yang berkesinambungan dalam
menghadapi permasalahan yang sering muncul dalam pengelolaannya, seperti :
1. Menentukan karyawan yang memenuhi kriteria unit yang membutuhkan saat mutasi,
2. Membuat rancangan pengembangan karyawan: karyawan yang dikembangkan, rencana
pengembangan dan waktu. Rancangan ini berdasarkan kebutuhan organisasi dan arah visi
organisasi.
1
Bagian Sumber Daya Manusia di RS Pura Raharja KORPRI Provinsi Jawa Timur saat
menghadapi tantangan dengan adanya perubahan dan pengembangan baru dari Struktur
Organisasi RS Pura Raharja terutama yang timbul dari kebutuhan karyawan, kebutuhan
organisasi itu sendiri dan kebutuhan masyarakat. Tantangan lain yang sering terjadi dari
perubahan-perubahan perangkat hukum, khususnya hukum ketenagakerjaan. Disamping itu
perbedaan-perbedaan penerapan manajemen sumber daya manusia dapat berdampak besar bagi
organisasi, meskipun ukuran penerapan manajemen sumber daya manusia di RSIA Pura Raharja
KORPRI Provinsi Jawa Timur tergantung pada beberapa faktor seperti ukuran organisasi,
keanekaragaman karyawan, sejarah organisasi, budaya dan kebijakan-kebijakan organisasi.
Selain itu RS Pura Raharja juga menghadapi tantangan Akreditasi Rumah Sakit yang
berstandart JCI (Joit Commision International) dimana adanya pembaharuan & perbaikan dalam
sistem pedoman manajemen SDM. Dimulai dari planning / pengelolaan SDM, kredensial tenaga
kerja (medis, paramedis, penunjang medis & non medis), struktur organisasi terkecil yaitu unit
kerja beserta uraian tugas masing-masing unit sampai dengan pendidikan berkelanjutan yang
dibutuhkan oleh setiap tenaga kerja untuk mendukung profesi masing-masing.
B. TUJUAN
TUJUANUMUM
Tujuan dari pedoman pelayanan SDM adalah untuk menganalisa kebutuhan perusahaan akan
tenaga kerja yang memiliki keahlian atau kompetensi yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan usaha dan strategi organisasi.
TUJUAN KHUSUS
a. Membuat perencanaan SDM yang strategis di level perusahaan (corporate level).
b. Merancang sistem data dan informasi manajemen SDM.
c. Menyusun dan menganalisis data dari para Kabag / Kanit maupun Penanggung Jawab Unit
Kerja di seluruh jajaran mengenai jumlah dan jenis kebutuhan staf.
d. Menerapkan rencana SDM yang telah disetujui Direksi.
e. Berkoordinasi melaksanakan perencanaan SDM dengan Divisi dan fungsi lain dalam
perusahaan.
2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Pedoman manajemen SDM terdiri dari 5 panduan yang merupakan kegiatan pokok dari
pedoman pegelolaan SDM yaitu :
1. Panduan Ketenagaan
Hal pertama yang dilakukan dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia adalah Planning
atau perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia dimasing-masing unit kerja yang
berdasarkan kompetensi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Panduan Penerimaan & Kredensial Staf
3. Panduan Persyaratan Jabatan
4. Panduan Uraian Jabatan
5. Panduan Penilaian Kinerja Profesional
Penilaian kinerja profesional dibuat untuk menilai kinerja/performance setiap karyawan
dalam organisasi agar performance yang diinginkan dapat terjaga dengan baik. Panduan
ini dibuat agar para Kabag/Kanit/Penanggung Jawab yang melakukan penilaian terhadap
bawahan dapat melaksanakannya secara obyektif dan menghindari kondisi like and
dislike. Para karyawan yang dilakukan penilaian pun dapat mengetahui sejauh mana
kinerja & kontribusi yang telah diberikan kepada organisasi.
Panduan penilaian kinerja karyawan ini terbagi menjadi dua yaitu :
a. Penilaian Kinerja Pimpinan, yang diri dari materi penilaian :
1. Kepemimpinan
2. Kepribadian & Perilaku
3. Proses Kerja
4. Hasil Kerja
b. Penilaian Kinerja Pelaksana, yang terdiri dari materi penilaian :
1. Kepribadian & Perilaku
2. Proses Kerja
3. Hasil Kerja
3
Pelaksanaan Penilaian Kinerja ini dilakukan dengan ketentuan :
a. Penilaian kinerja ini diberlakukan terhadap semua status karyawan.
b. Penilaian kinerja dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setahun
c. Penilaian dilakukan oleh sedikitnya dua orang atasan langsung karyawan
d. Hasil penilaian harus disetujui dan ditandatangani baik oleh penilai dan yang dinilai
e. Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah ditetapkan
f. Setelah Instrumen penilaian diisi lengkap, pada jangka waktu yang telah ditentukan
harus diserahkan kepada Bagian Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Pura Raharja
Surabaya.
D. LANDASAN HUKUM
1. Melaksanakan Kebijakan Direktur Rumah Sakit Pura Raharja Tentang KPS
( Kualifikasi Dan Pendidikan Staf ) SK Nomer 45.A/DIR-RSPR/I/2013
2. Permenkes 971/MenKes/Per /XI/2009 tentang standar kompetensi pejabat stuktural
kesehatan
3. Permenkes nomer 755/MenKes/Per/IV/2011 tentang penyelenggaraan Komite medik di
Rumah Sakit
4. Keputusan Dirjen Bina Upaya Kesehatan HK.02.04/12/2790/11 tentanng Standar
Akreditasi Rumah Sakit
5. Perda Provinsi Jawa Timur nomer 11 tahun 2008 tentang organisasi dan tatakerja rumah
sakit daerah Privinsi Jawa Timur
6. Martoyo .2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE,
7. Sutrisno,edy.2010.Manajemen Sumberdaya Manusia.jakarta:gramedia
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pemetaan kebutuhan personil dengan menyesuaikan rencana strategis Rumah Sakit Pura
Raharja :
a. Visi,Misi,Nilai dan kebijakan mutu Rmah Sakit
b. Jenis pelayanan dan beragam pasien, teknologi
c. Pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan lainnya
2. Rekruitmen yang terkoordinasi, terintegrasi, seragam, sederhana dan mudah dilaksanakan
a. Ada persyaratan untuk ikut seleksi
b. Seleksi
c. Ujian tulis
d. Psikotes
e. Wawancara
f. Pemeriksaan kesehatan
5
3. Proses kredensial ( evaluasi kualifikasi personil /clinical privilege ) mencakup attitude,
knowleldge, skill.
4. Proses appointment ( penetapan / penugasan personil unit ) mencakup uraian tugas dan
wewenang personil di unit tempat kerja berdasarkan hasil kredensial.
5. Proses nomer 3 dan 4 harus terkoordinasi, terintegrasi, seragam, sederhana dan mudah
dilaksanakan.
6. Bila perlu bisa dilakukan re kredensial dan re appointment :
a. Untuk memastikan bahwa Skill, knowledge, Attitude masih sesuai dengan kebutuhan
pasien
b. Dalam hal ketidak mampuan fisik karena sakit kronis
c. Keputusan re appointment bisa berupa :
Tugas dan wewenang penuh
Harus disupervisi
Orientasi ulang
Pendidikan dan pelatihan ulang
7. Ketentuan 1 s/d 6 berlaku untuk personil klinis ( medis dan para medis ) dan non klinis
8. Proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut terkait dengan kualifikasi
pendidikan staf di dokumentasikan dengan baik.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jam kerja administrasi ( pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 )
Pengaturan jam kerja Keperawatan 3 ( tiga ) Shift :
Shift I ( pagi 07.00 – 14.00 )
ShiftII ( sore 14.00 – 21.00 )
Shift III ( malam 21.00 – 07.00 )
Pengaturan jam kerja Satuan Keamanan 2 ( dua ) shift :
Shift I ( pukul 07.00 – 19.00 )
Shift II ( pukul 19.00 – 07.00 )
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
2 Electro :
Komputer 1 set
Printer 2 buah
1 buah
7
Telephon
3 ATK :
Kertas 2 rim ( A 4 & F 4 )
Kop surat 1 rim
Amplop surat 1 rim
Tinta printer
Alat tulis
8
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. KEGIATAN PELAYANAN
Dalam melaksanakan Kegiatan Pelayanan SDM di RS Pura Raharja diperlukan suatu sistem
yang disebut protap (prosedur tetap) atau SPO ( Standar Prosedur Operasional ) sebagai alat
kerja/acuan profesional, adapun SPO yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. SPO Administrasi dan SPO Pelayanan ( untuk melakukan identifikasi kebutuhan SPO
bisa dilakukan dengan menggambarkan proses bisnis di unit kerja tersebut atau alur
kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit tersebut ).
2. SPO Profesi ( Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan mengetahui pola penyakit yang
sering ditangani di unit kerja tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SPO maka di unit kerja
dapat diketahui berapa banyak dan macam SPO yang harus dibuat / disusun. Untuk
melakukan Identifikasi kebutuhan SPO dapat pula dilakukan dengan memperhatikan
elemen penilaian pada standar akreditasi rumah sakit, minimal SPO apa saja yang harus
ada. SPO yang dipersyaratkan di elemen penilaian adalah SPO minimal yang harus ada di
Rumah sakit. Semua SPO harus ditanda tangani oleh Direktur Rumah Sakit / pimpinan
Rumah Sakit. Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi memerlukan uji coba agar
SPO mudah dikenali oleh masing-masing unit kerja perlu diadakan sosialisasi dan
pelatihan.
3. Dalam melaksanakan SPO harus ada komitmen dari direktur RS / Pimpinan RS dengan
adanya dukungan fasilitas dan sarana.
4. Adanya pemantauan dan laporan evaluasi SPO
B. DAFTAR SPO DI UNIT KERJA RUMAH SAKIT RSIA PURA RAHARJA, meliputi :
a. SPO unit kerja Customer Service
b. SPO unit kerja Farmasi
c. SPO unit kerja IRJ&IGD
d. SPO unit kerja Rekam Medis
e. SPO unit kerja Security
f. SPO unit kerja Kamar Bersalin
9
g. SPO unit kerja Kamar Operasi
h. SPO unit kerja Laboratorium
i. SPO unit kerja Ruang Bayi
j. SPO unit kerja Rawat Inap
k. SPO unit kerja Gizi
l. SPO unit kerja Marketing
m. SPO unit kerja Keuangan
n. SPO unit kerja Logistik
o. SPO unit kerja SIM
p. SPO unit kerja Rumah Tangga
q. SPO unit kerja Sekertariat dan Hukum
r. SPO unit kerja SDM
s. SPO unit kerja Keperawatan
10
BAB V
LOGISTIK
TH. KOND
No REGISTER NAMA BARANG VOL SAT MERK
PENGADAAN ISI
1 001 /LOG-HRD/RSPR/03/2007/2013' Meja komputer 1 Pcs Aztec 2007 Baik
2 001 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Monitor komputer 1 Pcs LG 2007 Baik
3 002 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' CPU komputer 1 Pcs 2007 Baik
4 003 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Keyboard 1 Pcs Logitech 2007 Baik
5 004 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Mouse optic 1 Pcs Logitech 2007 Baik
6 005 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Printer IP 1700 1 Pcs Canon 2007 Baik
7 006 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Printer LX - 300 1 Pcs Epson 2007 Baik
8 002 /LOG-HRD/RSPR/03/2007/2013' Lemari 1 Pcs 2007 Baik
9 003 /LOG-HRD/RSPR/03/2007/2013' Lemari 1 Pcs 2007 Baik
10 004 /LOG-HRD/RSPR/03/2007/2013' Lemari filling kabinet 1 Pcs Brother 2007 Baik
11 007 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Telpon 1 Pcs Panasonic 2007 Baik
12 008 /LOG-HRD/RSPR/02/2007/2013' Kabel kotak 1 Pcs 2007 Baik
11
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Seluruh staf rumah sakit harus mengetahui tentang keselamatan pasien ( patient safety ), dimana
terdapat 6 ( enam ) sasaran keselamatan pasien yaitu :
I. Ketepatan identifikasi pasien
II. Peningkatan komunikasi yang efektif
III.Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert drugs)
IV.Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
V. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
VI. Pengurangan resiko pasien jatuh
I. 1. Identifikasi Pasien
a. Identifikasi menggunakan gelang pasien dan data terdiri dari 3 identitas yaitu: Nama
Pasien, nomor rekam medik, tanggal lahir.
b. Pasien laki – laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai gelang warna
pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi dan gelang kuning penanda resiko
jatuh.
c. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai KTP elektronik
bila tidak ada dengan KTP/kartu identitas lainnya, Nama tidak boleh disingkat, tidak
boleh salah ketik walau satu huruf.
d. Identifikasi pasien pada gelang identitas harus dicetak, tulisan tangan hanya boleh bila
printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer
berfungsi kembali.
e. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas diatas.
g. Semua pasien harus diidentifikasi secara benar sebelum dilakukan pemberian obat,
transfuse / produk darah, pengobatan, prosedur/tindakan, diambil contoh darah, urine atau
cairan tubuh lainnya.
12
II. 2. Peningkatan komunikasi yang efektif:
Penerima perintah menulis lengkap isi perintah. Penerima perintah membaca ulang isi
perintah, mengeja untuk obat
a. Yang nama dan rupanya dan ucapan mirip (NORUM atau LOOK ALIKE SOUND
ALIKE LASA).
b. Pemberi perintah memberikan. konfirmasi lisan segera setelah perintah dibacakan oleh
penerima pesan dengan kata “ya sudabenar”. Konfirmasi juga harus secara tertulis dengan
tandatangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan
berikutnya.
III. 3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert drugs)
Obat yang perlu diwaspadai (high alert drugs) adalah obat yang sering menyebabkan
kejadian tak diinginkan (KTD) atau kejadian sentinel (kejadian fatal menyebabkan
kematian) yaitu:
a. Elektrolit konsentrat (KCl sama dengan atau lebih besar 2 mEq/ml, Kalium Fosfat lebih
besar atau sama dengan 3 mMol/ml, NaCl > 0.9%, MgSO4 lebih besar atau sama dengan
50%, Dll.).
b. Obat NORUM atau LASA (Ampul Ketorolac 10 mg dan 30 mg, ampul Furosemid dan
Diazepam, obat tetes mata Cendo Fenikol 0.5% dan 1%, Dll.).
e. Sebelum perawat memberikan obat high alert, cek kepada perawat lain untuk memastikan
tidak ada salah pasien dan salah dosis.
a. Setiap unit pelayanan obat harus punya daftar obat yang perlu diwaspadai (termasuk
obat LASA, Elektrolit konsentrat), dan panduan penatalaksanaannya.
b. Setiap petugas harus tahu penata laksanaan obat high alert.
c. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas (huruf
besar semua, tulisan LASA)
d. Obat high alert tidak boleh ada di rawat inap biasa.
13
e. Sebelum perawat memberikan obat high alert, cek kepada perawat lain untuk
memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis.
IV. 4. Kepastian Tepat Lokasi tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
1. Penandaan dilakukan pada semua Kepastian tepat lokasi, kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang
belakang)
4. Mudah dikenali
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat.
Kebijakan utama untuk mengeliminasi HAI ini adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat dengan memakai pedoman hand hygiene dari WHO.
14
VI. 6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Memasang bath pengaman
b. Memasang pegangan dikamar mandi
c. Memasang tanda “Awas Licin”.
d. Pasang tanda di tempat tidur pasien “ Awas Pasien Jatuh”
Untuk mencegah terjadi infeksi nosokomial pada pasien maka petugas sebelum
dan sesudah melakukan tindakan harus mencuci tangan dengan menggunakan 6
langkah cuci tangan yaitu:
1. Telapak tangan
2. Pungung tangan
3. Sela-sela jari
4. Punggung jari-jari
1. Menggunakan disinfektan
a. Handrubbing: Melakukan pembasuhan tangan dengan akohol gel untuk
mengeliminasi semaksimal mungkin mikroorganisme pada tangan.
Tangan dikeringkan di udara (tanpa bantuan lap/tissue atau alat pengering
listrik). Dilakukan pada kondisi tangan tidak terkontaminasi darah atau
material kotor lainnya. Lamanya 20-30 detik.
b. Handwashing: Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptic
unuk menghilangkan kontaminasi dengan darah atau material kotor
lainnya. Tangan dikeringkan dengan tissue. Lamanya pencucian 40-60
detik.
15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (lihat juga pedoman keselamatan kerja / K 3).
Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan-kegiatan seperti :
Hal yang harus dilaksanakan pada keselamatan kerja (lihat juga pada Kebijakan Direktur terkait
MFK=Manajemen Fasilitas dan Keselamatan) adalah:
• Keselamatan bertujuan agar gedung, halaman, peralatan rumah sakit tidak menimbulkan
bahaya bagi pasien, pengunjung dan staf
• Keamanan bertujuan proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan atau akses
serta penggunaan oleh mereka yang tidak berwenang
D. Pengamanan kebakaran: Sarana prasarana serta penghuni dilindungi dari kebakaran dan asap
termasuk kemampuan pemadaman kebakaran dan evakuasi oleh personil RS.
E. Peralatan medis: Peralatan dipilih, dipelihara, dan digunakan sedemikian rupa untuk
mengurangi resiko kerusakan.
F. Sistem utilitas: Listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan
resiko kegagalan pengoperasian.
a. Bilamana terjadi kebakaran diruang operasi maka alat yang terbakar segera disingkirkan
dari sumber oksigen, mesin anestesi dan outlet untuk mencegah ledakan. Api segera
dipadamkan dan pasien dipindah ketempat yang aman.
17
2. Sistem kelistrikan
a. Sumber daya listrik: Sumber daya normal harus dilengkapi dengan sumber daya siaga
dan darurat untuk menggantikan yang normal jika ada gangguan.
b. Jaringan:
Kabel listrik yang dipasang pada langit-langit dan bisa digerakkan, harus dilindungi dari
belokan berulang-ulang untuk menghindari kerusakan kabel.
Sambungan listrik ekstra pada stopkontak sebaiknya sendiri sendiri. Kapasitas kabel
sambungan harus memadai dengan alat yang tersambung (jangan sampai kabel terbakar
karena kapasitas terlalu kecil).
1. Terminal:
2. Sakelar:
3. Pembumian:
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan pada pemakaian listrik berakibat:
Sengatan listrik
5. Bahaya kebakaran
6. Agar memakai peralatan yang khusus untuk kamar operasi dengan kabel yang cukup
panjang dan kapasitasnya cukup untuk alat tersebut
18
7. Peralatan jinjing (portable) harus segera diuji dan dilengkapi dengan sistem
pembumian yang benar
19
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Tersedianya sumber daya manusia dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala
terhadap kecukupan sumber daya tersebut merupakan pengendalian mutu yang perlu
diperhatikan oleh organisasi. Pengendalian mutu sumber daya manusia salah satunya adalah
mendidik staf tentang keselamatan pasien. Dimana Rumah Sakit memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas. Rumah Sakit juga menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria dalam mendidik staf tentang keselamatan pasien adalah :
1. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf
baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-serevice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
20
BAB IX
PENUTUP
Dengan ditetapkannya pedoman pelayanan SDM, maka dapat di gunakan sebagai acuan akan
kegiatankegiatan di bagian SDM dalam penerapan kebijakan-kebijakan dan pengembangan-
pengembangan sumber daya manusia di RSIA Pura Raharja KORPRI Provinsi Jawa Timur
sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan, sehingga mutu dari sumber daya manusia /
tenaga kerja dapat lebih optimal. Pedoman ini dapat membantu tugas-tugas bagian SDM dalam
menjalankan aturan-aturan yang berlaku di RSIA Pura Raharja KORPRI Provinsi Jawa Timur.
Selain itu dengan adanya tantangan Akreditasi Rumah Sakit yang berstandart JCI (Joit
Commision International) dimana adanya pembaharuan & perbaikan dalam sistem pedoman
manajemen SDM. Dimulai dari planning / pelayanan SDM, kredensial tenaga kerja (medis,
paramedis, penunjang medis & non medis), struktur organisasi terkecil yaitu unit kerja beserta
uraian tugas masing-masing unit sampai dengan pendidikan berkelanjutan yang dibutuhkan oleh
setiap tenaga kerja untuk mendukung profesi masing-masing.
21