KLB Rabies Poso 2011 PDF
KLB Rabies Poso 2011 PDF
TAHUN 2011
I. PENDAHULUAN
Rabies adalah suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan
biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise,
perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering
muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya
paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut
terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi
medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian
biasanya karena paralisis pernafasan. Diagnosa ditegakkan dengan teknik
pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada
tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan
teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk
kepala bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi
pada mencit atau kultur sel.
Penyebab penyakit rabies adalah Virus rabies, rhabdovirus dari genus
Lyssavirus. Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun
dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus
menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang atau lokasi geografis
darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika
(Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia mirip
seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali
pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia
dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti
rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”. Virus
ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik.
Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim
dengan teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai
rabies.
Reservoir adalah berbagai Canidae domestik dan liar, seperti anjing, serigala,
coyotes, rubah, serigala serta jackal; juga skunks, arcoon, mongoose dan mamalia
menggigit lainnya. Populasi vampire yang terinfeksi, kelelawar frugivorous (pemakan
buah) dan insectivorous (pemakan serangga) ditemukan di Amerika Serikat, Kanada
dan sekarang bahkan di Eropa. Di negara berkembang, anjing tetap merupakan
reservoir utama, kelinci, opposums, bajing, chipmunk, tikus dan mencit jarang
terinfeksi, dan kasus gigitan pada manusia juga jarang terjadi. Bila terjadi gigitan
maka hubungi fasilitas kesehatan untuk profilaksis rabies.
Cara-cara penularan air liur binatang sakit yang mengandung virus menularkan
virus melalui gigitan atau cakaran (dan sangat jarang sekali melalui luka baru di kulit
atau melalui selaput lendir yang utuh). Penularan dari orang ke orang secara teoritis
dimungkinkan oleh karena liur dari orang yang terinfeksi dapat mengandung virus,
namun hal ini belum pernah didokumentasikan. Transplantasi organ (cornea) dari
orang yang meninggal karena penyakit sistem saraf pusat yang tidak terdiagnosa
dapat menularkan rabies kepada penerima organ tadi. Penyebaran melalui udara
telah dibuktikan terjadi di suatu gua dimana terdapat banyak kelelawar yang hinggap
dan pernah juga terjadi di laboratorium, namun kejadiannya sangat jarang. Di
Amerika Latin, penularan melalui kelelawar vampire yang terinfeksi kepada binatang
domestik sering terjadi. Di Amerika Serikat kelelawar pemakan serangga jarang
menularkan rabies kepada binatang di darat baik kepada binatang domestik maupun
binatang liar.
Masa inkubasi Biasanya berlangsung 3-8 mingu, jarang sekali sependek 9 hari
atau sepanjang 7 tahun; masa inkubasi sangat tergantung pada tingkat keparahan
luka, lokasi luka yang erat kaitannya dengan keadatan jaringan saraf di lokasi luka
dan jarak luka dari otak, dan tergantung pula dengan jumah dan strain virus yang
masuk, serta tergantung dari perlindungan oleh pakaian dan faktor-faktor lain. Masa
inkubasi yang panjang terjadi pada individu prepubertal.
Masa penularan Pada anjing dan kucing, biasanya 3 - 7 hari sebelum munclnya
gejala klinis (jarang lebih dari 4 hari) dan selama periode sakit. Masa penularan
yang lebih panjang sebelum munculnya gejala klinis (yaitu 14 hari) telah diamati di
Ethiopia pada strain virus rabies pada anjing. Pada satu studi diketahui kelelawar
mengeluarkan virus melali tinjanya 12 hari sebelum sakit, pada studi yang lain skunk
mengeluarkan virus melalui tinjanya untuk palng sedikit 8 hari sebelum munculnya
gejala klinis. Skunk mungkin mengeluarkan virus sampai 18 hari sebelum mati.
Kerentanan dan kekebalan Semua mamalia rentan terhadap rabies dengan
berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi oleh strain virus. Manusia paling
resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan banyak spesies binatang, hanya
sekitar 40% dari orang Iran yang dipastikan digigit binatang yang menderita rabies
berkembang menjadi sakit.
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di
Indonesia karena penyakit tersebut tersebar luas di 22 propinsi dengan jumlah
kasus gigitan yang cukup tinggi setiap tahunnya (rata-rata 16.000 kasus gigitan),
serta belum diketemukan obat atau cara pengobatan untuk penderita rabies
sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hamper semua penderita rabies baik
manusia maupun pada hewan. Penanggulangan rabies yang menyangkut hewan
menjadi tugas dan tanggung jawab Departemen Pertaniancq. Direktorat Jenderal
perternakan, sedangkan yang menyangkut manusia menjadi tugas dan tanggung
jawab Departemen Kesehatan.
Pada tanggal 29 April 2011 UPT Surveilans Data dan Informasi Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah mendapatkan laporan dari petugas surveilans
Kabupaten Poso bahwa telah terjadi KLB Rabies di Kabupaten Poso dengan
jumlah kasus sebanyak 75 orang dengan kematian 10 orang (CFR 13,3%).
Berdasarkan laporan tersebut TGC KLB Propinsi Sulawesi Tengah melakukan
koordinasi dengan program terkait dan TGC KLB Kabupaten Poso mengenai KLB
Rabies tersebut dan mempersiapkan Logistik dan keperluan lain, tanggal 3 Mei
2011 Tim menuju lokasi KLB untuk melakukan Investigasi dan penanggulangan
KLB Rabies.
Lokasi Dan Tanggal Penyelidikan
Lokasi kejadian KLB Rabies di 8 kecamatan 11 Puskesmas yang ada di Kabupaten
Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Penyelidikan dimulai pada tanggal 3 sampai
dengan 6 Mei Tahun 2011
Pelaksana Investigasi
A. Pelaksana dari propinsi Sulawesi Tengah 3 orang adalah :
1. Dr. I Made Suardiyasa, MPH (surveilans, Ketua Tim Investigasi)
2. Yusmi, SKM (Program Rabies)
3. Idris S.Sos, M.Kes (Program Wabah dan Bencana)
B. Pelaksana dari Kabupaten Poso sebanyak 2 orang;
1. Faisal Podungge (Surveilans)
2. Rudi Gunawan, SKM (Program Rabies)
C. Pelaksana dari Puskesmas sebanyak 2 orang
1. Sitti Maimun Panape
2. Ahmad Ali Akbar
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui besarnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
Kejadian Luar Biasa Rabies sehingga dapat dirumuskan saran untuk
menghindari kejadian serupa.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan konfirmasi KLB Rabies
b Memperoleh gambaran besaran masalah KLB Rabies
c. Mengetahui penyebab dan sumber penyebab untuk mencegah perluasan.
d. Menetapkan saran untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa dikemudian
hari.
e. Menentukan cara penularan.
f. Mendapatkan gambaran kasus rabies dan kematian akibat rabies secara
epidemiologi.
BAHAN DAN CARA
A. Batasan penyelidikan
1. Wilayah penyelidikan
Penyelidikan dilakukan di Wilayah Kabupaten Poso
2. Sasaran Penyelidikan
Sasaran penyidikan adalah penduduk yang ada di Kabupaten tersebut..
3. Jenis Penyelidikan
a. Deskriptif
Untuk menggambarkan karakteristik epidemiologi KLB.
b. Kohort
Untuk memperkirakan faktor risiko KLB Rabies
B. Pemastian diagnosis
Diagnosis klinis :
Diagnosis klinis kasus rabies ada 2 tipe yaitu :
1. Furiuos (80%)
Stadium Prodromal (2-4 hari)
Adanya gejala-gejala awal berupa nyeri kepala, demam, serak, rasa baal,
kesemutan, sakit pada gigitan, hiperakusis, fotofobia, lakrimasi dan hipersalivasi.
Stadium Eksitasi
Pada stadium ini penderita rabies menunjukan gejala panas, hidrofobia, sulit
menelan, tonus otot meningkat, refleks meningkat dan menyerang.
2. Paralitik (20%)
Stadium paralisis
Setelah timbul gejala prodromal timbul gejala paralysis flasid ditempat gigitan,
ascending paralysis, kelumpuhan otot termasuk otot pernapasan.
Diagnosis Laboratorium
Jenis specimen rabies adalah:
- Usap kornea
- Swab saliva
- Serum darah
Jenis pemeriksaannya adalah
- Fluorescent Antibodies Test (FAT)
- Metode Seller
- Biologis
Telah terjadi KLB Rabies jika memnuhi salah satu kriteria :
1. Peningkatan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies menurut waktu
(mingguan/harian) dibanding dengan periode sebelumnya
2. Terdapat satu kasus klinis pada manusia
C. Cara penyelidikan
1. Pengumpulan data
a. Data primer, diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara terhadap
penduduk..
b. Data sekunder, diperoleh berdasarkan laporan/rekam medis terhadap korban
yang rawat inap maupun rawat jalan di puskesmas dan Fasilitas kesehatan
lainnya.
2. Pengambilan sample /spesimen
Sampel diambil berupa kepala anjing
3 .Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk analsis deskriptif
disajikan dalam bentuk narasi, table dan grafik
D. Definisi operasional
1. Kelompok terpapar
Adalah orang – orang yang mengalami kontak dengan faktor risiko yang dicurigai
2. Kelompok tidak terpapar.
Adalah orang – orang yang tidak mengalami kontak dengan faktor risiko yang
dicurigai
3. Waktu sakit
Adalah waktu pertama kali munculnya tanda dan gejala yang dirasakan oleh
penderita.
4. Kasus gigitan
Adalah penderita yang digigit oleh hewan(yang sehat maupun yang diduga
hewan penular rabies).
5. Kasus rabies
Adalah penderita yang digigit oleh hewan penular rabies dan menunjukan gejala
klinis rabies (hidrofobi).
6. Kejadian luar biasa
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu
(mingguan/harian).
7. Penyelidikan epidemiologi
Adalah kegiatan yang dilaksanaakan pada suatu KLB atau dugaan adanya
dugaan KLB untuk memastikan adanya KLB, mengetahui penyebab, gambaran
epidemiologi, sumber-sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi
serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien.
PENYELIDIKAN
Identifikasi kasus & paparan perlukan
Penanggulangan
Pelaporan
Penyelidikan lanjut
Analisis
Laporan lengkap
A. Gambaran Umum
Kabupaten Poso terdiri dari pesisir pantai, daratan, perbukitan dan pegunungan,
dengan karakteristik budaya penduduk yang beragam dan adat istiadat yang
berbeda-beda, termasuk perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.
Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi yang antara lain berimplikasi
pada terus bertambahnya jumlah kecamatan. Pada tahun 2011 secara
administrative wilayah kabupaten Poso terbagi atas 19 kecamatan, 160
desa/kelurahan, 21 Puskesmas, 60 Puskesmas Pembantu dan 2 Rumah Sakit
dengan jumlah penduduk sebesar : 209.252 jiwa Laki-laki : 104.768 jiwa dan
Perempuan : 104.484 jiwa
B. Distribusi Gejala dan tanda kasus Rabies di 13 Kecamatan Kabupaten Poso
Pada umumnya penderita yang datang tanpa adanya gejala klinis . Penderita
datang langsung setelah gigitan atau di cakar. Jadi pada umumnya penderita datang
dengan luka gigitan tanpa gejala klinis.
C. Gambaran Epidemiologi
1. Gambaran epidemiologi berdasarkan waktu
Berdasarkan hasil Investigasi kasus menyebar di 11 puskesmas di Kabupaten
Poso di mulai pada minggu 1 tahun 2011 dengan jumlah kasus sebanyak 6
orang, kasus berlanjut hingga saat penyelidikan epidemiologi dilakukan yaitu
minggu ke 19 tahun 2011. Untuk jumlah keseluruhan penderita Rabies di lokasi
KLB adalah sebanyak sebanyak 106 kasus, diantaranya 10 penderita yang
meninggal (CFR 9,43 %), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik mingguan
di bawah ini:
Grafik 1. Mingguan Rabies minggu 1- 19 (Bulan Januari- April) Tahun 2011
20
15
10
MINGGU
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Grafik 2. Bulanan Kasus Rabies Tahun 2008 - 2011 Di Kabupaten Poso
160
140
120
100
2008
80
2009
60
2010
40
2011
20
400
350
300
250
LAKI
200
PRMPUAN
150 JUMLAH
100
50
0
2008 2009 2010 2011 TOTAL
Kesimpulan
Saran
Untuk Puskesmas Program dan Surveilans
- SKD KLB lebih ditingkatkan
- PWS lebih di tingkatkan
- Penyuluhan di desa-desa lebih di galakan
- Koordinasi dengan pemerintah setempat dalam hal penanggulangan
penyakit rabies.
Untuk Kabupaten Progran dan Surveilans
- Membentuk rabies center
- Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam hal penanggulangan
penyakit rabies (anjing yang di beri vaksin harus diberi tanda).
- Meningkatkan kewaspadaan terhadap kelompok resiko terkena penyakit
rabies
- Meningkatkan koordinasi lointas program dalam hal penyuluhan mengenai
penyakit rabies dan meningkatkan peran serta masyarakat
- Meningkatkan SKD KLB dan analisis data lebih ditingkatkan
- Meningkatkan pembinaan ke puskesmas-puskesmas tentang SKD KLB
- Meningkatkan pembinaan kepuskesmas-puskesmas tentang
penanggulangan penyakit rabies.
Untuk Program Rabies Provinsi
- Meningkatkan koordinasi lintas sektor terkait (anjing yang telah di vaksin
harus diberi tanda)
- Meningkatkan koordinasi lintas program terkait
- Meningkatkan pembinaan ke kabupaten rawan rabies
- Meningkatkan PWS
- Meningkatkan pembinaan ke kabupaten yang berbatasan dengan
Kabupaten Poso karena hampir seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Poso sudah tertular dengan penyakit rabies sehingga tidak
menutup kemungkinan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten
Poso akan terserang dengan penyakit rabies .