Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, dengan segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan tugas untuk
memenuhi nilai Ujian Akhir Semester ini dengan lancar dan tepat waktu.
Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan saya pribadi pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan
terimakasih.
2.1.2 Penggalian
2.1.2.1 Metode ‘Full Face’
Cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan.
Cara ini cocok untuk penampang melintang kecil hingga diameter 3 m, tapi dengan
menggunakan Drill jumbo dapat untuk terowongan dengan ukuran besar.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah pekerjaan menjadi lebih
cepat, lintasan pembuangan hasil peledakan dapat langsung dipasang bersamaan
dengan proses penggalian berikutnya, dan proses tunneling dapat dilakukan secara
kontinu.
Kerugiannya adalah saat penggalian banyak membutuhkan alat mekanis,
tidak dapat digunakan untuk batuan yang tidak stabil, dan hanya terbatas untuk
terowongan yang lintasannya pendek.
2.1.2.2 Heading dan bench
Cara penggaliannya adalah bagian atas terowongan digali lebih dulu sampai
mencapai 3 < 3,5 m (heading), selanjutnya penggalian bagian bawah penampang
dikerjakan (bench cut) sampai membentuk penampang yang diinginkan. Proses ini
diulangi sampai seluruhlintasan terowongan tercapai.
a. Keuntungan
o Memungkinkan pengerjaan pengeboran dan pembuangan sisa
peledakan dilakukan secara simultan
o Metode ini efeltif untuk terowongan berukuran penampang besar
dengan lntasan yang relatif panjang
o Metode ini dapat diterapkan pada setiap kondisi batuan
b. Kerugian
o Waktu pengerjaan relatif lebih lama jika dibandingkan dengan metode
full face
Top Drift
a. Keuntungan
o Metode ini efektif untuk terowongan yang lintasannya panjang, dengan kondisi
topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran
o Dapat berfungsi sebagai ventilasi
o Mucking dapat dilakukan dengan cepat
b. Kerugian
o Mmerlukan lebih banyak waktu dan biaya dibandingkan dengan metode – metode
penggaliannya lainnya.
2.2 Ventilasi
Angka bagi
Laju Udara terhirup per menit
Oksigen ter konsumsi pernafasan (
Kegiatan kerja Pernafasan dalam in3/menit(10-4
cfm(10-5 m3/detik) respiratori
Per menit m3/detik)
quotient )
Istirahat 12 – 18 300-800 (0,82-2,18) 0,01 (0,47) 0,75
Kerja 2800-3600 (7,64-
30 0,07 (3,3) 0,9
Moderat 9,83)
Kerja keras 40 6000 (16,4) 0,10 (4,7) 1,0
Tabel Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)
A. Kandungan Oksigen Dalam Udara
Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk
kehidupanmanusia. Pada pernafasannya, manusia akan menghirup
oksigen, yang kemudian bereaksi dengan butir darah (haemoglobine)
menjadi oksihaemoglobin yang akan mendukung kehidupan. Dalam udara
normal,kandungan oksigen adalah 21 % dan udara dianggap layak untuk
suatupernafasan apabila kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 19,5
%.
Banyak proses-proses dalam alam yang dapat menyebabkan
pengurangan kandungan oksigen dalam udara; terutama untuk udara
tambang bawah tanah. Peristiwa oksidasi, pembakaran pada mesin bakar
dan pernafasan oleh manusia merupakan contoh dari proses kandungan
pengurangan oksigen .
Kandungan oksigen dalam udara juga akan berkurang pada
keadaanketinggian (altitude) yang makin tinggi. Kekurangnan oksigen
dalam udara yang digunakan bagi pernafasanakan berpengaruh terhadap
keadaan fisiologi manusia, seperti diperlihatkanpada tabel berikut;
B. Gas-Gas Pengotor
Ada beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang
bawah tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi
dalamt ambang maupun berasal dari batuan ataupun bahan galiannya.
Kandungan O2 Di Udara Pengaruh
17 % - Laju pernapasan meningkat
(ekuivalen denganketinggian 1600
m)
15 % - Terasa pusing, suara mendesing
dalam telingadan jantung berdetak
cepat
13 % - Kehilangan kesadaran
9% - Pucat dan jatuh pingsan
7% - Sangat membahayakan
kehidupan
6% - Kejang-kejang dan kematian
Tabel Pengaruh Kekurangan Oksigen
Dengan nilai RMR = 40, menunjukan massa kelas batuan kedalam kelas iv
atau jelek, dengan karakteristik terowongan:
Top heading dan bench dengan kemajuan 1 - 1,5 m di top heading. Lakukan
penyanggaan setiap 10 m dari face.
Bolt sistematis panjang 4 – 5 m dengan spasi 1 – 1,5 di atap dan di dinding
dengan wire mesh.
100 – 150 mm di atap dan 100 mm di dinding.
Rib ringan – sedang dengan spasi 1,5 m.
Setelah didapatkan karakteristik untuk membuat terowongan, maka
selanjutnya merencanakan pemboran dan peledakan untuk kemajuan tambang.
Dalam kasus ini, digunakan tipe peledakan drag cut, dalam beberapa
pertimbanganmemilih peledakan dengan tipe drag cut karena:
1. Sangat cocok untuk batuan berlapis misalnya shale, slate, atau batuan
sedimen lainnya
2. Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras
3. Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi
yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu
Drag Cut
3.1.1 Pemboran
Pemboran ini dilakukan untuk membuat lubang yang nantinya akan diisi oleh
bahan peledak, untuk alat bor yang digunakan bisa menggunakan jumbo drill, karena
batuannya tidak terlalu keras. Dengan sklus kerja jumbo drill sebagai berikut:
1. Persiapan front
Persiapan sebelum kegiatan pemboran. Persiapan ini yaitu
mempersiapkan supply air, ventilasi, listrik, dan mempersiapkan material
untuk pengamanan front.
2. Pengamanan front
Scaling
Mengamankan batuan yang masih menggantung akibat dari proses
peledakan.
Drilling
Proses pemboran untuk membuat lubang yang digunakan sebagai
tempat memasukkan rockbolt.
Coupling / uncoupling
Kegiatan mengganti bit atau batang bor dengan dolly sebelum
memasukkan rockbolt, atau mengganti dolly dengan batang bor
sebelum melakukan pengeboran.
Persiapan rockbolt
Proses pemasangan rockbolt pada dolly serta positioning sebelum
memasukkan kedalam lubang hasil pemboran.
Rockbolting
Proses memasukkan rockbolt kedalam lubang hasil pemboran untuk
pengamanan.
Rerockbolt
Proses pengulangan rockbolting dengan tujuan memperkuat atau
memperdalam rockbolt yang telah terpasang.
3. Pemboran
Positioning
Mengarahkan mata bor ke front kerja untuk dilakukan pemboran
lubang yang akan dilakukan kegiatan peledakan
Drilling
Kegiatan pemboran batuan dengan tujuan untuk peledakan.
Scaling
Salah satu proses pengamanan berupa menjatuhkan batuan yang
masih menggantung akibat dari proses peledakan.
Retracting
Proses pengulangan proses pemboran kedalam lubang yang telah
dibuat sebelumnya dengan tujuan untuk memastikan lubang tersebut
bersih dari material sehingga dapat dilakukan charging untuk
peledakan.
3.1.2 Peledakan
Sebelum memulai peledakan, perlu dicari besaran dari Rock Factor. Rock
Factor ini diperlukan untuk mengetahui jumlah bahan pledak yang dibutuhkan untuk
meledakan setiap 1 m3 batuan. Nilai ini didapatkan dari kuat tarik dan kuat tekan
batuan. Dengan rumus Rock Factor sebagai berikut:
35
35 0,5 (1000) 𝑘𝑔
𝐶 = 0,5 + 2,6 ( ) + 13
1000 𝑚3
Maka, nilai C yang didapat adalah 1,42 kg/m3
Namun dalam setiap lubang ledak, mempunyai jumlah isian bahan ledak berbeda.
Proses perhitungan tiap jenis lubang menggunakan metode Persson Holmberg,
sebagai berikut:
1. Cut
a. Meentukan cut pertama.
Dengan melihat klasifikasi RMR yang didapat, yaitu 1,5 meter
Menentukan kedalaman lubang
Dimana Adv = 95% H
Maka H = 1,5 / 0,95 = 1,57 meter
Menentukan Look Out
Kegunaan look out yaitu agar terowongan mempunyai bentuk yang
direncanakan.
Look Out = (0,1 m + 0,03 m) x 1,57 m
= 0,20 m atau 2 cm
Sudut look out = tan-1 θ = 0. 20 / 1,57
Θ = 7,25
Menentukan uncharge hole
H = 0.15 + 34.1 Ø – 39.4 Ø2
1,57 = 0.15 + 34.1 Ø – 39.4 Ø2
1,42 = 34.1 Ø – 39.4 Ø2
0 = 34.1 Ø – 39.4 Ø2 – 1,42
Maka Ø = 0,03 dan 0,9 => diambil angka terbesar (0,9)
Mencari jumlah lubang bor
D = Ø / n0,5
N 0,5 =Ø/D
N 0,5 = 0,9 / 0,102 => 8,82
N = 77,7 => 77 lubang
Menentukan konsentrasi peledak
Bahan peledak yang digunakan adalah TNT dengan densitas 1640
kg/m3
I = 0,25 π d2 x densitas handak
I = 0.25 π (0,102) 2 x 1640
I = 13,3 kg/m
Menetukan Burden Pertama (B1)
I = 55 d (B1 / Ø)1.5 (B1 – Ø / 2) (c / 0.4) / WSRANFO
13,3 = 55 x 0,102 [ (B1 / 0,9)1.5 (B1 - 0,9 / 2) (1,42 / 0.4)] / WSRANFO
F = Fixation factor
F = 0,9 (lubang miring)
Menentukan Lebar Bukaan Cut Pertama
A1 = 20,5 x B1 = 20,5 x 0,20 = 0,28 m
Menentukan panjang Stemming (hs)
hs = 10 x d
hs = 10 x 0,102 = 1,02 m
Bukaan (cut) hanya pada sampai cut pertama hal ini dikarenakan
jumlah bukaan dikatakan cukup jika besar lubang bukaan terakhir
lebih kecil dari akar kemajuan ( A < I0,5) dalam hal ini lebar bukaan
pertama (cut-1) sudah lebih kecil dari akar kemajuaannya ( A1 =
0,28 m).
2. Lifters
B1 = 0, 20 m
c = 1,42 kg/m3 , maka:
c” = c + 0.07/B
c” = 1,42 + (0.07/0,2) = 1,77 kg/m3
Menentukan Burden
B = 0.9 (I x WSRANFO/1.45 c‟)0.5
B = 1,8 m
Dimana WSRANFO = SLFB bahan peledak / SLFB Anfo = 0,97 / 1,15 = 0,84
B = 1,8 m
c = 1,42 kg/m3 , maka:
c” = c + 0.07/B
c” = 1,42 + (0.07 / 1,8) = 1,45 kg/m3
Menentukan Burden
Bupward = 0.9 ( I x WSRANFO / 1.45 c‟)0.5
Bupward = 1,8 m
Dimana:
WSRANFO = SLFB bahan peledak / SLFB Anfo = 0,71 / 1,19 = 0,84
C”= 1,45 kg/m3
b. Wall
Menentukan Burden Wall ( Bw )
𝐵𝑤=𝐵−𝐻 𝑠𝑖𝑛 Θ –𝐹
Bw = 2,38 – 1,05 sin 7,50 – 0,9 = 3,1 m
Dimana:
𝐵 =0,9√𝐼 𝑆𝑎𝑛𝑓𝑜/𝐶 𝐹 (𝑆/𝐵)
S/B = 0,6
B = 2,38
Menentukan Jumlah Lubang (NB)
NB = (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑊𝑎𝑙𝑙 / 𝑆)+ 2 = (3 / 1,532) + 2 = 3,13
No of
Hole Type Holes Charge/Hole Total Charge
1st cut 77 0.26 20,02
Lifter 5 0.26 1.3
Roof 5 0.026 0.13
Wall 5 0.26 1.3
Stopping 11 0.26 2.86
Total 25,61
Jika asumsi emisi gas yang dihasilkan pada kegiatan produksi adalah gas
Karbon Dioksida Maka perhitungan kebutuhan aliran udara adalah sebagai
berikut:
Selama 8 jam waktu bekerja dalam satu shift, dengan ambang batas dari
kandungan gas Karbon Dioksida yang diperbolehkan 0,03% - 0,5% Maka aliran
udara yang dibutuhkan pada main tunneling tersebut adalah: