Anda di halaman 1dari 23

Perancangan Terowongan dan Sistem Ventilasi

Disusun Oleh

Adam Fakhri Dharmawan 11160980000037

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, dengan segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan tugas untuk
memenuhi nilai Ujian Akhir Semester ini dengan lancar dan tepat waktu.

Laporan ini berisikan tentang informasi Perancangan Terowongan dan Sistem


Ventilasi, diharapkan laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang penerapan Terowongan bawah tanah dan Sistem Ventilasi pada tambang
tambang bawah tanah.

Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan saya pribadi pada khususnya, saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata saya sampaikan
terimakasih.

Depok, 10 Januari 2018


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang dibuat
di bawah tanah, gunung, sungai, laut, derah industri, bahkan pemukiman padat
penduduk. Ada dua tujuan utama manusia membuat terowongan. Terowongan yang
dibuat untuk mengambil bahan galian dibawah tanah, dikenal dengan terowongan
tambang. Terowongan yang dibuat untuk menembus rintangan alam atau rintangan
yang dibuat oleh manusia disebut terowongan sipil.
Dalam pembuatan terowongan pada material tanah merupakan pekerjaan
yang dirasa tidak terlalu sulit dan dalam pengerjaannya cenderung cepat
dibandingkan dengan terowongan pada material batuan karena material yang digali
tidak memiliki kekerasan seperti yang dimiliki oleh batuan sehingga dalam
penggalianpun dapat dilakukan dengan alat tradisional untuk terowongan dengan
dimensi kecil dan alat berat untuk dimensi besar
Penggalian pada batuan sudah tidak mungkin dilakukan dengan alat tradisional
maupun alat berat yang memang tidak didesain untuk melakukan penggalian untuk
material uang memiliki kekerasan tertentu dalam hal ini batuan. Adapun alat berat
yang dapat digunakan untuk melakukan penggalian pada material batuan yang
memang didesain untuk pembuatan tunneling adakalanya memiliki keterbatasan
terkait lokasi tunnel, dimensi tunnel, SDM dan biaya operasional serta alatnya belum
kita miliki.
Sehingga metode alternatif yang dapat digunakan untuk pembuatan tunnel
adalah metode peledakan, dan metode ini bisa jadi lebih efektif mengingat pembuatan
terowongan bisa lebih cepat dengan SDM yang tersedia di Indonesia, bahan peledak
dalam negeri dan alat berat yang digunakan pun merupakan alat berat umum yang
sering digunakan di dunia sipil ataupun tambang.
Karena dalam kegiatannya dilakukan dibawah tanah tentu rentan dengan
berbagai bahaya yang dapat menyebabkan cidera hingga kematian. Sistem ventilasi
merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kegian penambangan bawah
tanah, karena pada dasarnya sistem ventilasi bertujuan antara lain:
1. Menyediakan oksigen bagi pernapasan manusia
2. Mengencerkan gas-gas berbahaya dan beracun dalam tambang bawah tanah
3. Menurunkan terperatur udara tambang bawah tanah
4. Mengurangi jumlah debu yang timbul akibat kegiatan produksi
Tujuan dari sistem ini juga ditunjang dengan peralatan ventilasi yang sesuai
dengan kondisi lingkungan kegiatan penambangan. Jika tujuan dari sistem ventilasi
tersebut tidak dapat dicapai memungkinkan untuk terjadinya kecelakaan tambang
bawah tanah.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana merancang dalam membuat terowongan dan ventilasi tambang
bawah tanah?
 Apa parameter yang diperlukan dalam membuat terowongan dan ventilasi?
 Bagaimana menentukan pola pemboran dan peledakan?
 Bagaimana memilih sitem penyanggaan terowongan?
 Apa tujuan pembuatan ventilasi tambang bawah tanah?
1.3 Tujuan dan Manfaat
 Tujuan
1. Untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester ganjil (tujuh)
2. Mengetahui penerapan teknik terowongan dan teknik ventilasi
3. Mengetahui manfaat sistem ventilasi pada terowongan
 Manfaat
Dapat memberikan pengetahuan tentang pembuatan terowongan dan
penggunaan ventilasi pada tambang bawah tanah.
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Terowongan
Terowongan adalah lubang bukaan mendatar atau sedikit miring yang dibuat
di bawah tanah, gunung, sungai, laut, derah industri, bahkan pemukiman padat
penduduk. Ada dua tujuan utama manusia membuat terowongan. Terowongan yang
dibuat untuk mengambil bahan galian dibawah tanah, dikenal dengan terowongan
tambang. Terowongan yang dibuat untuk menembus rintangan alam atau rintangan
yang dibuat oleh manusia disebut terowongan sipil.
2.1.1 Metode Metode Pembuatan Terowongan
Berbagai macam metode pembuatan terowongan pada batuan maupun tanah
telah dikembangkan oleh manusia. Metode-metode tersebut memiliki karakteristik
masing-masing, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Tetapi secara umum metode
pembuatan lubang bukaan terowongan dapat dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Cara portal
b. Cara open cut

a. portal b. Open cut

2.1.2 Penggalian
2.1.2.1 Metode ‘Full Face’
Cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan.
Cara ini cocok untuk penampang melintang kecil hingga diameter 3 m, tapi dengan
menggunakan Drill jumbo dapat untuk terowongan dengan ukuran besar.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah pekerjaan menjadi lebih
cepat, lintasan pembuangan hasil peledakan dapat langsung dipasang bersamaan
dengan proses penggalian berikutnya, dan proses tunneling dapat dilakukan secara
kontinu.
Kerugiannya adalah saat penggalian banyak membutuhkan alat mekanis,
tidak dapat digunakan untuk batuan yang tidak stabil, dan hanya terbatas untuk
terowongan yang lintasannya pendek.
2.1.2.2 Heading dan bench
Cara penggaliannya adalah bagian atas terowongan digali lebih dulu sampai
mencapai 3 < 3,5 m (heading), selanjutnya penggalian bagian bawah penampang
dikerjakan (bench cut) sampai membentuk penampang yang diinginkan. Proses ini
diulangi sampai seluruhlintasan terowongan tercapai.
a. Keuntungan
o Memungkinkan pengerjaan pengeboran dan pembuangan sisa
peledakan dilakukan secara simultan
o Metode ini efeltif untuk terowongan berukuran penampang besar
dengan lntasan yang relatif panjang
o Metode ini dapat diterapkan pada setiap kondisi batuan
b. Kerugian
o Waktu pengerjaan relatif lebih lama jika dibandingkan dengan metode
full face

Metode Heading and Bench


2.1.2.3 Metode Drift
2.1.2.3.1 Center Drift
Metode ini dimulai dengan penggalian lubang berukuran 2,5 m x 2,5 m sampai
dengan 3 m x 3 m dari portal ke portal. Perluasannyya dimulai setelah penggalian center drift
selesai, dengan membuat lubang-lubang untuk bahan pledak yang dibor melingkar pada
selimut drift oleh alat bor yang dipasang pada sumbu terowongan.

Metode Center Drift


a. Keuntungan
o Memberikan sistem ventilasi yang baik
o Karena ukurannya yang cukup kecil, maka tidak memerlukan sistem
penyangga yang cukup rumit.
o Mucking dapat dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan penggalian
b. Kerugian
o Center drift harus sudah selesai terlebih dahulu sebelum melakukan perluasan
lubang
o Alat bor dipasang dengan pola tertentu, sehingga seringkali spasi alat bor
tersebut dirubah dan disesuaikan dengan kondisi batuan yang akan diledakan.
2.1.2.3.2 Side Drift
Pada metode ini dua drift digali sekaligus pada sisi penampang, sepanjang lintasan
terowongan. Proses selanjutnya adalah penggalian bagian arch, yang diikuti dengan
pemasangan penyangga sementara. Setelah penyangga selesai dipasang, penggalian
bagian tengah dikerjakan.
a. Keuntungan
o Proses lining dapat dikerjakan sebelum penggalian bagian tengah
dilaksanakan
o Metode ini efektif untuk terowongan besar dengan kondisi batuan yang buruk
b. Kerugian
o Pekerjaan perluasannya harus menunggu drift selesai dikerjakan seluruhnya.

Metode Side Drift


2.1.2.3.3 Bottom Drift
Metode ini dimulai dengan membuka bagian bawah penampang. Pembukaan
lubang-lubang bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan
membor dari bottom drift vertikal keatas.
Bottom Drift

2.1.2.3.4 Top Drift


Banyak digunakan pada penggalian endapan di suatu tambang. Metode ini tidak jauh
berbeda dengan metode heading and bench.

Top Drift

2.1.2.4 Metode Sumuran Vertikal


Metode ini dilaksanakan dengan membuat lubang vertikal tegak lurus sampai pada
terowongan yang akan digali. Dengan dibuatnya satu buah lubang yang memotong lintasan
terowongan akan didapatkan paling sedikit tiga buah heading face.
Metode Sumuran Vertikal

2.1.2.5 Metode Pilot Tunnel


Pilot tunnel digali pada jarak 25 m dari sumbu terowongan yang direncanakan dengan
ukuran 2 x 2 m2 sampai dengan 3 x 3 m2. Penggalian terowongan utama dilakukan dengan metode
drift. Kemudia pada setiap interval tertentu, digali suatu potongan menyilang (cross cut) sampai
memotong sumbu utama terowongan yang direncanakan.

a. Keuntungan
o Metode ini efektif untuk terowongan yang lintasannya panjang, dengan kondisi
topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran
o Dapat berfungsi sebagai ventilasi
o Mucking dapat dilakukan dengan cepat
b. Kerugian
o Mmerlukan lebih banyak waktu dan biaya dibandingkan dengan metode – metode
penggaliannya lainnya.

Metode Pilot Tunnel

2.2 Ventilasi

Ventilasi adalah pengendalian pergerakan udara, ventilasi tambang berarti


mengangkut keluar udara kotor (Injure Air) dan menggantinya dengan udara bersih
(Fresh Air). Ventilasi tambang sangat penting dalam dunia pertambangan, khususnya
dalam penambangan bawah tanah (Underground Mining).
2.2.1 Fungsi Ventilasi
Ventilasi tambang memiliki beberapa fungsi yaitu :
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk keperluan
menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja dalam
tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang yang
memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-
gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas
dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah tanah
hingga ambang batas yang diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah sehingga dapat
diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman
e. Mengencerkan konsentrasi gas-gas beracun dan berbahaya dan debu di dalam
tambang sampai dibawah Nilai Ambang Batas dan mengeluarkannya dari
dalam tambang.
2.2.2 Jenis-Jenis Ventilasi
Jenis-jenis ventilasi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Ventilasi Alami (natural ventilation)
Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada
kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang
meskipun tanpa alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada downcast
shaft lebih dingin dari udara padaupcast shaft. Dan juga dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan dan densitas udara antara dua shaft yang saling
berhubungan tersebut. Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di
dalam dan luar stope. Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi
terjadinya ventilasi alami. Apabila terdapat perbedaan temperatur intake airway
dan return airway yang ketinggian mulut pit intakedan Outakenya berbeda,
akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan di luar stope atau udara
di intake airway dan return airway yang berbeda temperaturnya, yang akan
membangkitkan aliran udara.

b. Ventilasi Mekanis (artificial / mechanical ventilation)


Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke
dalam tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat
mekanis. Yang dimaksud peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis
mesin penggerak yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar
agar mengalir ke dalam lubang bawah tanah. Yang paling penting dan umum
digunakan adalah fanatau mesin angin. Mesin angin adalah pompa udara,
yang menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara kedua sisinya, sehingga
udara akan bergerak dari tempat yang tekanannya lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah. Pada proses menerus dapat dilihat bahwa mesin angin
menerima udara pada tekanan tertentu dan dikeluarkan dengan tekanan yang
lebih besar. Jadi mesin angin adalah perubah energi dari mekanis ke fluida,
dengan memasok tekanan untuk mengatasi kehilangan tekan (head losses)
dalam aliran udara.
Pergerakan udara di tambang bawah tanah dibangkitkan dan diatur oleh
pembangkit tekanan yang disebut ventilator atau mesin angin. Mesin angin
yang memasok kebutuhan udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin
angin utama (main fan). Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat
aliran udara pada percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang,
tetapi tidak menambah volume total udara di dalam tambang disebut mesin
angin penguat (booster fans), sedangkan mesin angin yang digunakan pada
lokasi kemajuan atau saluran udara tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin
angin bantu (auxiliary fans).
2.2.3. Pengendalian Kualitas Udara
2.2.3.1 Perhitungan Keperluan Udara Segar
Jenis kegiatan manusia dapat dibeda-bedakan atas :
 Dalam keadaan istirahat
 Dalam melakukan kegiatan kerja yang moderat, misalnya kerjakantor
 Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga ataukerja di
tambang.
Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan jugaudara
segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi kegiatan menghirup
udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan. Lajupernafasan per menit
didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dandihembuskan per satuan waktu
satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainanbagi setiap kegiatan manusia yang
berbeda, makin keras kerja yang dilakukan makin besar angka laju pernafasannya.
Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah pernafasan
(respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara jumlah karbondioksida
yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang dihirup padasuatu proses
pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka bagi pernafasan ini (respiratori
quotient) sama dengan satu, yang berarti bahwa jumlah CO2 yang dihembuskan sama
dengan jumlah O2 yang dihirup pada pernafasannya.Tabel berikut memberikan
gambaran mengenai keperluan oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan
manusia secara umum.

Angka bagi
Laju Udara terhirup per menit
Oksigen ter konsumsi pernafasan (
Kegiatan kerja Pernafasan dalam in3/menit(10-4
cfm(10-5 m3/detik) respiratori
Per menit m3/detik)
quotient )
Istirahat 12 – 18 300-800 (0,82-2,18) 0,01 (0,47) 0,75
Kerja 2800-3600 (7,64-
30 0,07 (3,3) 0,9
Moderat 9,83)
Kerja keras 40 6000 (16,4) 0,10 (4,7) 1,0
Tabel Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)
A. Kandungan Oksigen Dalam Udara
Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk
kehidupanmanusia. Pada pernafasannya, manusia akan menghirup
oksigen, yang kemudian bereaksi dengan butir darah (haemoglobine)
menjadi oksihaemoglobin yang akan mendukung kehidupan. Dalam udara
normal,kandungan oksigen adalah 21 % dan udara dianggap layak untuk
suatupernafasan apabila kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 19,5
%.
Banyak proses-proses dalam alam yang dapat menyebabkan
pengurangan kandungan oksigen dalam udara; terutama untuk udara
tambang bawah tanah. Peristiwa oksidasi, pembakaran pada mesin bakar
dan pernafasan oleh manusia merupakan contoh dari proses kandungan
pengurangan oksigen .
Kandungan oksigen dalam udara juga akan berkurang pada
keadaanketinggian (altitude) yang makin tinggi. Kekurangnan oksigen
dalam udara yang digunakan bagi pernafasanakan berpengaruh terhadap
keadaan fisiologi manusia, seperti diperlihatkanpada tabel berikut;
B. Gas-Gas Pengotor
Ada beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang
bawah tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi
dalamt ambang maupun berasal dari batuan ataupun bahan galiannya.
Kandungan O2 Di Udara Pengaruh
17 % - Laju pernapasan meningkat
(ekuivalen denganketinggian 1600
m)
15 % - Terasa pusing, suara mendesing
dalam telingadan jantung berdetak
cepat
13 % - Kehilangan kesadaran
9% - Pucat dan jatuh pingsan
7% - Sangat membahayakan
kehidupan
6% - Kejang-kejang dan kematian
Tabel Pengaruh Kekurangan Oksigen

Mesin-mesin yang digunakan dalam tambang misalnya


merupakan salah satu sumber dari gas pengotor. Demikian juga proses
peledakan yang diterapkan dalam tambang untuk pemberaian dapat
merupakan sumber gas pengotor. Dalam tambang batubara, gas methan
(CH4) merupakan gas yang selalu ada dalam lapisan batubara. Gas-gas
pengotor yang terdapat dalamtambang bawah tanah tersebut, ada yang
berifat gas racun, yakni; gas yang bereaksi dengan darah dan dapat
menyebabkan kematian. Dapat juga gas pengotor ini menyebabkan
bahaya, baik terhadap kehidupan manusia maupun dapat menyebabkan
peledakan. Tabel menunjukan bermacam gas yang dapat berada dalam
tambang bawah tanah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Terowongan
Dalam kasus ini untuk mebuat main tunnel akan melewati sebuah batuan
shale yang mempunyai jarak antar rekahan 500 mm dengan kondisi air tanah yang
basah. Setelah dilakukan pengujian terhadap batuan nilai UCS pada kekuatan batuan
tersebut sebesar 1000 kg/cm2. Point-load strength index 3.43 MPa, dan nilai RQD
rata-rata 45%. Kondisi rekahan, permukaannya sangat kasar, tidak menerus, dan
lapuk. Jarak rekahan pada 500 mm.

Item Nilai Bobot


Point Load Index 3.43 7
RQD 45% 8
Spasi Rekahan 500 10
>1mm terisi
Kondisi Rekahan padat 10
Ground Water basah 7
Penyesuaian akubat arah
joint menguntungkan -2
Total Pembobotan RMR 40

Dengan nilai RMR = 40, menunjukan massa kelas batuan kedalam kelas iv
atau jelek, dengan karakteristik terowongan:
 Top heading dan bench dengan kemajuan 1 - 1,5 m di top heading. Lakukan
penyanggaan setiap 10 m dari face.
 Bolt sistematis panjang 4 – 5 m dengan spasi 1 – 1,5 di atap dan di dinding
dengan wire mesh.
 100 – 150 mm di atap dan 100 mm di dinding.
 Rib ringan – sedang dengan spasi 1,5 m.
Setelah didapatkan karakteristik untuk membuat terowongan, maka
selanjutnya merencanakan pemboran dan peledakan untuk kemajuan tambang.
Dalam kasus ini, digunakan tipe peledakan drag cut, dalam beberapa
pertimbanganmemilih peledakan dengan tipe drag cut karena:
1. Sangat cocok untuk batuan berlapis misalnya shale, slate, atau batuan
sedimen lainnya
2. Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras
3. Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi
yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu
Drag Cut
3.1.1 Pemboran
Pemboran ini dilakukan untuk membuat lubang yang nantinya akan diisi oleh
bahan peledak, untuk alat bor yang digunakan bisa menggunakan jumbo drill, karena
batuannya tidak terlalu keras. Dengan sklus kerja jumbo drill sebagai berikut:
1. Persiapan front
Persiapan sebelum kegiatan pemboran. Persiapan ini yaitu
mempersiapkan supply air, ventilasi, listrik, dan mempersiapkan material
untuk pengamanan front.
2. Pengamanan front
 Scaling
Mengamankan batuan yang masih menggantung akibat dari proses
peledakan.
 Drilling
Proses pemboran untuk membuat lubang yang digunakan sebagai
tempat memasukkan rockbolt.
 Coupling / uncoupling
Kegiatan mengganti bit atau batang bor dengan dolly sebelum
memasukkan rockbolt, atau mengganti dolly dengan batang bor
sebelum melakukan pengeboran.
 Persiapan rockbolt
Proses pemasangan rockbolt pada dolly serta positioning sebelum
memasukkan kedalam lubang hasil pemboran.
 Rockbolting
Proses memasukkan rockbolt kedalam lubang hasil pemboran untuk
pengamanan.
 Rerockbolt
Proses pengulangan rockbolting dengan tujuan memperkuat atau
memperdalam rockbolt yang telah terpasang.
3. Pemboran
 Positioning
Mengarahkan mata bor ke front kerja untuk dilakukan pemboran
lubang yang akan dilakukan kegiatan peledakan
 Drilling
Kegiatan pemboran batuan dengan tujuan untuk peledakan.
 Scaling
Salah satu proses pengamanan berupa menjatuhkan batuan yang
masih menggantung akibat dari proses peledakan.
 Retracting
Proses pengulangan proses pemboran kedalam lubang yang telah
dibuat sebelumnya dengan tujuan untuk memastikan lubang tersebut
bersih dari material sehingga dapat dilakukan charging untuk
peledakan.
3.1.2 Peledakan
Sebelum memulai peledakan, perlu dicari besaran dari Rock Factor. Rock
Factor ini diperlukan untuk mengetahui jumlah bahan pledak yang dibutuhkan untuk
meledakan setiap 1 m3 batuan. Nilai ini didapatkan dari kuat tarik dan kuat tekan
batuan. Dengan rumus Rock Factor sebagai berikut:

35
35 0,5 (1000) 𝑘𝑔
𝐶 = 0,5 + 2,6 ( ) + 13
1000 𝑚3
Maka, nilai C yang didapat adalah 1,42 kg/m3
Namun dalam setiap lubang ledak, mempunyai jumlah isian bahan ledak berbeda.
Proses perhitungan tiap jenis lubang menggunakan metode Persson Holmberg,
sebagai berikut:
1. Cut
a. Meentukan cut pertama.
 Dengan melihat klasifikasi RMR yang didapat, yaitu 1,5 meter
 Menentukan kedalaman lubang
Dimana Adv = 95% H
Maka H = 1,5 / 0,95 = 1,57 meter
 Menentukan Look Out
Kegunaan look out yaitu agar terowongan mempunyai bentuk yang
direncanakan.
 Look Out = (0,1 m + 0,03 m) x 1,57 m
= 0,20 m atau 2 cm
Sudut look out = tan-1 θ = 0. 20 / 1,57
Θ = 7,25
 Menentukan uncharge hole
H = 0.15 + 34.1 Ø – 39.4 Ø2
1,57 = 0.15 + 34.1 Ø – 39.4 Ø2
1,42 = 34.1 Ø – 39.4 Ø2
0 = 34.1 Ø – 39.4 Ø2 – 1,42
Maka Ø = 0,03 dan 0,9 => diambil angka terbesar (0,9)

Mencari jumlah lubang bor

D = Ø / n0,5
N 0,5 =Ø/D
N 0,5 = 0,9 / 0,102 => 8,82
N = 77,7 => 77 lubang
 Menentukan konsentrasi peledak
Bahan peledak yang digunakan adalah TNT dengan densitas 1640
kg/m3
I = 0,25 π d2 x densitas handak
I = 0.25 π (0,102) 2 x 1640
I = 13,3 kg/m
 Menetukan Burden Pertama (B1)
I = 55 d (B1 / Ø)1.5 (B1 – Ø / 2) (c / 0.4) / WSRANFO
13,3 = 55 x 0,102 [ (B1 / 0,9)1.5 (B1 - 0,9 / 2) (1,42 / 0.4)] / WSRANFO

Dimana WSRANFO = SLFB bahan peledak / SLFB Anfo = 0,97 / 1,15


= 0,84

13,3 = 5,61 x (B1 / 0,85) (B1 - 0,45) (3,55) / 0,84


13,3 = (5,61 B1 / 0,85) (B1 – 0,45) (4,22)
13,3 = (5,61 B1 / 0,9) (4,22 B1 – 1,89)
11,97 = (5,61 B1) (4,22 B1 – 1,89)
0 = 23,6 B12 - 10,6 B1 – 11,97
Jadi berdasarkan persamaan di atas, didapat nilai B1 adalah 0,20

F = Fixation factor
F = 0,9 (lubang miring)
 Menentukan Lebar Bukaan Cut Pertama
A1 = 20,5 x B1 = 20,5 x 0,20 = 0,28 m
 Menentukan panjang Stemming (hs)
hs = 10 x d
hs = 10 x 0,102 = 1,02 m
 Bukaan (cut) hanya pada sampai cut pertama hal ini dikarenakan
jumlah bukaan dikatakan cukup jika besar lubang bukaan terakhir
lebih kecil dari akar kemajuan ( A < I0,5) dalam hal ini lebar bukaan
pertama (cut-1) sudah lebih kecil dari akar kemajuaannya ( A1 =
0,28 m).

2. Lifters

 Menentukan Rock Factor ( c ) yang sesuai


c‟ = c + 0.05 …… Bn>1.4
c‟ = c + 0.07/B …… Bn<1.4

B1 = 0, 20 m
c = 1,42 kg/m3 , maka:
c” = c + 0.07/B
c” = 1,42 + (0.07/0,2) = 1,77 kg/m3

 Menentukan Burden
B = 0.9 (I x WSRANFO/1.45 c‟)0.5
B = 1,8 m
Dimana WSRANFO = SLFB bahan peledak / SLFB Anfo = 0,97 / 1,15 = 0,84

 Menentukan Spacing (s)


S=B
S = 1,8 m

 Menentukan Panjang Stemming (hs)


hs = 10 x d = 10 x 0,102 = 1,02 m

 Menentukan Jumlah Lubang Lifter


NB = (Lebar Terowongan / B) + 2 =( 6 / 1,8 ) + 2 = 5,33
3. Stoping

 Menentukan Rock Factor ( c ) yang sesuai


c‟ = c + 0.05 …… Bn>1.4
c‟ = c + 0.07/B …… Bn<1.4

B = 1,8 m
c = 1,42 kg/m3 , maka:
c” = c + 0.07/B
c” = 1,42 + (0.07 / 1,8) = 1,45 kg/m3

 Menentukan Burden
Bupward = 0.9 ( I x WSRANFO / 1.45 c‟)0.5
Bupward = 1,8 m

Bdownward = 0.9 (I x WSRANFO/1.20 c‟)0.5


Bdownward = 1,71 m

Dimana:
WSRANFO = SLFB bahan peledak / SLFB Anfo = 0,71 / 1,19 = 0,84
C”= 1,45 kg/m3

 Menentukan Spacing (s)


Supward = 1,25 Bupward
Supward = 1,25 x 1,8 = 2,25 m

Sdownward = 1,25 Bdownward


Sdownward = 1,25 x 1,71 = 2,13 m

 Menentukan Panjang Stemming (hs)


hs = 10 x d = 10 x 0,102 = 1,02 m

 Menentukan Jumlah Lubang Stoping


NB (upward) = (Lebar Terowongan / B) + 2 = (6 / 1,8) + 2 = 5,33
NB (downward) = (Lebar Terowongan / B) + 2 = ( 6 / 1,8 ) + 2 = 5,33
Total jumlah lubang stoping = 5,33 + 5,33 = 10.66 => 11
4. Contours
a. Roof
 Menentukan Spacing (S)
S = (15 -16) x d = 15 x 0,102 = 1,53 m

 Menentukan Burden (B)


B = S / 0.8 = 1,53 / 0,8 = 1,9125 m

 Menentukan Konsentrasi Peledak (I)


l = 90 x d2 = 90 x (0,102)2 = 0,94 kg/m3

 Jumlah Lubang (NB)


NB = (Lebar Terowongan / B) + 2 = (6 / 2) + 2 = 5,33

b. Wall
 Menentukan Burden Wall ( Bw )
𝐵𝑤=𝐵−𝐻 𝑠𝑖𝑛 Θ –𝐹
Bw = 2,38 – 1,05 sin 7,50 – 0,9 = 3,1 m

Dimana:
𝐵 =0,9√𝐼 𝑆𝑎𝑛𝑓𝑜/𝐶 𝐹 (𝑆/𝐵)
S/B = 0,6
B = 2,38
 Menentukan Jumlah Lubang (NB)
NB = (𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑊𝑎𝑙𝑙 / 𝑆)+ 2 = (3 / 1,532) + 2 = 3,13

 Menentukan Spasi wall ( Sw )


𝑆𝑤 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑊𝑎𝑙𝑙 / (𝑁𝐵−1) = 3 / 2 = 1 m

No of
Hole Type Holes Charge/Hole Total Charge
1st cut 77 0.26 20,02
Lifter 5 0.26 1.3
Roof 5 0.026 0.13
Wall 5 0.26 1.3
Stopping 11 0.26 2.86
Total 25,61

3.1.3 Pemuatan, Pengisian, dan Pengangkutan Material Hasil Peledakan


Pemuatan hasil peledakan yang berasal dari stope produksi yang kemudian
akan dimuat ke muckbay atau tempat penampungan sementara menggunakan alat
berat Load Haul Dump (LHD)
Batuan hasil peldakan di angkut dengan LHD menuju area pengisian batuan
mengandung ore atau waste untuk ditumpahkan ke Graby.
Material yang telah dimuat kedalam Graby untuk di transport ke stokpile
3.1.4 Suporting
Kegiatan penyanggaan ini hanya dilakukan pada lokasi lokasi tertentu yang
diperkirakan dapat mengalami keruntuhan. Jenis jenis penyangga yang digunakan
adalah penyangga kayu seperti three piece set dan cribbing, penyangga baja berupa
steel set, dan penyangga beton berupa beton tembak (shortcrete).
Dalam perhitungan RMR sebesar 40, maka diputusakan bahwa jenis
penyanggaan yang tepat pada terowongan ini adalah penyanggaan baja berupa steel
set menggunakan habim dan waire mesh, dengan Rib ringan – sedang dengan spasi
1,5 m
3.2 Ventilasi
Perencanaan ventilasi sangat ditekankan untuk menunjang perencanaan
terowongan yang baik demi kegiatan produksi dan keseluruhan kegiatan maupun
keseluruhan fasilitas tambang bawah tanah itu sendiri. Misalnya, perencana ventilasi
mungkin memerlukan jalur utama pengaliran udara yang terlalu besar dari sudut
pandang insinyur mekanika batuan. Alternatif lain adalah mengalirkan dua saluran
udara yang lebih kecil namun cukup besar untuk peralatan apapun yang bisa
melewatinya.
3.2.1 Kebutuhan Aliran Udara
Dalam merencanakan sistem ventilasi tambang bawah tanah adalah
menghitung kebutuhan udara yang dibutuhkan dalam wilayah kerja. kebutuhan udara
dalam proses pengerjaan terowongan dilihat dari segi kebutuhan oksigen manusia
yang bekerja. Dengan asumsi kebutuhan udara berada pada kondisi kerja keras
termasuk dipengaruhi oleh debu dan mesin diesel, sehingga per orang membutuhkan
udara sebanyak (200 CFM).
Dengan asumsi
 1 orang kepala teknik tambang
 2 orang ahli geotekni
 1 orang juru ledak
 2 orang operator jumbo dril
 2 orang operator alat bera
 3 orang mekanik
 4 orang support
TOTAL = 15 x (200CFM/orang) = 3000 CFM

 Mesin Jumbo drill : 1 buah = 3500CFM


 Alat berat Loader : 1 buah = 2500CFM
 TOTAL keseluruhan = 9000 CFM
Perhitungan kapasitas exhaust fan dihitung dalam satuan Cubic Feet per Minutes
(CFM). Dengan 1 m = 3,28 feet
 Panjang : 125m = 125 x 3,28 = 410ft
 Lebar : 3m = 3 x 3,28 = 29,52ft
 Tinggi : 6m = 6 x 3,28 = 19,68ft
Maka kapasitas exhaust yang dibutuhkan :
 Panjang x Lebar x Tinggi x Air change = 410 x 29,52 x 19,68 x 20
= 4.763.819,52 cubic feet / hour
 Kemudian dirubah menjadi / menit = 4.763.819,52 / 60
= 79.396,992 CFM + 9000 CFM
= 41.718 m3/s

 Jika asumsi emisi gas yang dihasilkan pada kegiatan produksi adalah gas
Karbon Dioksida Maka perhitungan kebutuhan aliran udara adalah sebagai
berikut:
Selama 8 jam waktu bekerja dalam satu shift, dengan ambang batas dari
kandungan gas Karbon Dioksida yang diperbolehkan 0,03% - 0,5% Maka aliran
udara yang dibutuhkan pada main tunneling tersebut adalah:

Eg = 41.718 / ( 8 x 60 x 60 ) = 0,0014 m3/s


Cg = 0,015 % (setengah dari ambang batas)
Q = (100 % X 0,0014 ) / ( 0,015 % ) = 9,4 m3/s
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Dalam pembuatan terowongan ini membutuh kan penyangga dari baja
seperti Habim dan waire mes, dikarenakan nilai RMR yang dihasilkan dari
batuan shale tersebut masuk dalam kategori kelas iv, sehingga dibutuhkan
penyangga steel set.
 Setelah dilakukan pemboran dan peledakan, terowongan ini mampu
bertahan hanya kurang dariselama 10 jam sebelum dipasang penyangga.
 Pola peledakan yang digunakan adalah pola drag cut, karena sangat cocok
untuk batuan shale
 Kondisi yang basah, sangat mempengaruhi nilai RMR yang nantinya
digunakan untuk memilih jenis penyangga.
 Dalam pembuatan ventilasi, harus memperhatikan kualitas udara, debu,
dan jumlah bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.michanarchy.com/2013/06/pendahuluan-ventilasi-tambang-bawah.html
https://tambangunhas.wordpress.com/tag/teknik-ventilasi/15
Bridges, Hon Simon. 2014. Ventilation in Undeground Mines and Tunnels. Work safe.
New Zealand.
Vergne, Jack De La. 2008. Hard Rock Miner’s Handbook. Stantec Consulting. Arizona
United States.
Surat Keputusan Mentamben RI No.555.K/26/MPE/1995 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pertambangan

Anda mungkin juga menyukai