Anda di halaman 1dari 3

Gangguan makan adalah sikap yang berbeda tehadap makanan yang menyebabkan

seseorang mengubah perilaku dan kebiasaan makannya. Hal ini dapat menjadi kondisi
serius yang berdampak negatif pada kesehatan, emosi dan kemampuan seseorang dalam
berbagai area kehidupan yang penting.

Dalam ilmu psikologi sendiri, gangguan makan adalah sebuah kondisi


psikologis dimana ia melibatkan segala hal tentang makan yang
kelebihan, atau kelaparan secara suka rela.
Gangguan makan ditandai dengan gangguan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika
seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar
makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan
menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang
dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit
atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih
sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric Association
[APA], 2005).2

Sulit makan merupakan sebagian besar keluhan orang tua saat datang ke
dokter anak. Orangtua masih beranggapan bahwa solusi sulit makan
adalah pemberian vitamin/suplemen sehingga mereka seringkali meminta
dokter meresepkan vitamin penambah nafsu makan. Permasalahan lain
yang sering terjadi yakni anak hanya mau makanan cair/lumat karena sulit
mengunyah/menelan, anak langsung menangis atau berlari menjauh saat
melihat sendok/piring, menyemburkan makanan serta keterlambatan untuk
makan mandiri.

Penyebab sulit makan sangat bervariasi antara lain penyakit/kelainan organik yang
mendasari, interaksi biologis dan faktor lingkungan terutama keluarga. Penyebab
yang paling banyak dijumpai adalah pemberian nutrisi yang kurang tepat mengenai
komposisi makanan, tekstur maupun tatacara pemberiannya. 1,2Indonesia terdiri dari
berbagai macam etnik yang memiliki beragam kultur dan tradisi. Perilaku orang tua
memegang peranan paling penting dalam praktik pemberian makan pada anak. Hal
ini dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya serta adat istiadat orangtua/keluarga
itu sendiri. Sebagai contoh anak dipaksa meminum jamu-jamuan yang dipercaya
dapat menambah nafsu makan, namun justru menimbulkan trauma mendalam pada
psikologis anak yang berakibat semakin sulit makan.

Sulit makan berkepanjangan berakibat menurunnya asupan kalori yang dibutuhkan


sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dampak sulit
makan pada awalnya berpengaruh terhadap berat badan (tetap/dapat turun)
kemudian akan memengaruhi tinggi badan serta status gizi. Pemeriksaan status gizi
dilakukan dengan pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan dan
lingkar kepala. Dilakukan pula pemeriksaan fisik lainnya yakni masalah gigi geligi,
mulut, kemampuan menelan atau bila terdapat gangguan neurologis yang mungkin
dapat mengganggu proses makan. Berbagai hal yang mengganggu proses makan ini
harus dideteksi sedini mungkin dan segera diatasi sesuai penyebab yang
mendasarinya.

Apabila anak mengalami kesulitan makan ada beberapa hal yang perlu dilakukan,
sesuai dengan feeding rules menurut Bonnin3 yaitu:

Jadwal

o Jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur

o Pemberian makan sebaiknya tidak > 30 menit

o Jangan menawarkan camilan yang lain saat makan kecuali minum

Lingkungan

o Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)

o Siapkan serbet untuk alas makan agar tidak berantakan

o Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) saat makan

o Jangan memberikan makanan sebagai hadiah

Prosedur

o Berikan makanan dalam porsi kecil

o Berikan makanan utama dulu, baru diakhiri dengan minum

o Dorong anak untuk makan sendiri

o Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan
kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk
ataupun memaksa

o Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan

o Hanya boleh membersihkan mulut anak jika makan sudah selesai

Perilaku banyak orangtua di Indonesia terhadap beberapa hal tersebut masih sangat
sulit dilakukan, karena pemahamannya yang masih kurang tepat. Sebagian besar
orang tua/pengasuh cenderung membujuk dan menenangkan anak dengan berbagai
macam cara supaya anak mau makan, hal ini justru mengganggu konsentrasi makan
anak. Bila anak tidak mau makan orang tua seringkali menggantinya dengan susu
formula berlebihan. Cara ini mengakibatkan anak selalu kenyang dan semakin sulit
mengenal perilaku makan yang benar.

Pencegahan sulit makan sejak dini adalah penerapan aturan makan (feeding
behavior) yang tepat mengacu pada feeding rules yang telah dijelaskan di
atas.3 Pengenalan makan juga harus memenuhi 4 syarat 2,5 yakni:

§ Tepat waktu disaat ASI tidak lagi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi.
§ Adekuat dalam memenuhi kandungan gizi sesuai usia bayi.

§ Aman dalam penyajian serta penyimpanannya.

§ Makanan diberikan dengan cara yang benar (properly fed) dengan memperhatikan
sinyal lapar dan kenyang seorang anak.

Dengan menerapkan feeding rules diharapkan masalah sulit makan pada bayi dapat
teratasi sehingga tumbuh kembang menjadi lebih optimal. Namun, apabila anak tetap
sulit makan, maka disarankan untuk berkonsultasi langsung kepada ahli gizi atau
dokter spesialis anak terdekat.

Penulis : Dr. Maria Galuh, Sp.A, M.Kes

Reviewer : Dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K)

Ikatan Dokter Anak Indonesia


Kategori gangguan makan selama periode pertengahan masa kanak-kanak menjadi tiga kelompok:

o Gangguan makan yang dimulai selama masa kanak-kanak atau awal masa bayi dengan masalah serius bagi

anak-anak selama usia sekolah, termasuk anoreksia anak dan penghindaran makanan sensorik

o Gangguan makan pasca trauma, yang dapat terjadi pada setiap usia dari bayi sampai dewasa

o Onset awal gangguan makan anoreksia klasik nervosa dan bulimia nervosa (Algoritma)
o Gangguan Makan dengan Onset Selama Anak Usia Dini Usia bayi atau
The continuation of early feeding difficulties and growth deficiency telah diungkapkan oleh sebuah studi
longitudinal dari Swedia oleh Dahl et al yang menemukan bahwa 1% sampai 2% bayi disajikan dengan
masalah makan berat dan defisiensi pertumbuhan selama tahun pertama kehidupan, 70 % dari anak-
anak ini terus memiliki masalah makan di rumah dan di sekolah ketika ditindaklanjuti selama usia sekolah.

o Gangguan makan berupa Sensory Food Aversion, dapat dilihat selama usia sekolah jika anak-anak yang
terkena dampak tidak menerima intervensi yang tepat selama tahun-tahun awal.

o Infantil Anoreksia
o Chatoor mengungkapkan gangguan makan sebagai gangguan pemisahan karena biasanya menjadi
jelas dalam 3 tahun pertama kehidupan selama fase perkembangan pemisahan dan
individuasi. “Anoreksia infantil” untuk menekankan timbulnya gangguan ini selama masa bayi dan
kurangnya nafsu makan yang menyertainya. Infantil anoreksia biasanya menyajikan selama 3 tahun
pertama kehidupan dengan penolakan makanan dan defisiensi pertumbuhan. Ketika bayi dialihkan ke
sendok dan makan sendiri pada 9-18 bulan, orang tua sering melaporkan bahwa mereka mengambil
hanya beberapa gigitan makanan dan kemudian menolak untuk makan lagi. Anak-anak tidak membuka
mulut mereka untuk makan, mereka melemparkan peralatan makanan dan makan, dan mereka sering
mencoba untuk keluar dari kursi tinggi atau meninggalkan meja untuk bermain. . Banyak orang tua
melaporkan bahwa anak-anak hampir tidak menunjukkan sinyal kelaparan. Orang tua biasanya menjadi
khawatir tentang bayi asupan makanan yang buruk, dan mereka mencoba untuk meningkatkan bayi
‘makan dengan membujuk, mengganggu, menyuap, menawarkan makanan yang berbeda, menawarkan
makanan terus-menerus, mengancam, dan dengan paksa makan ketika mereka menjadi putus asa.
Dengan berjalannya waktu, makan anak-anak menjadi semakin tergantung pada interaksi dengan orang
tua mereka, yang akhirnya merasa frustrasi dan tidak berdaya karena semakin keras mereka mencoba,
semakin sedikit anak-anak tampaknya makan.

Anda mungkin juga menyukai