Anda di halaman 1dari 14

ISLAM

Konsep ketuhanan berdasarkan Al-Quran dan Hadis

Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq [96]:1-5), Tuhan menunjukkan
dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal termasuk di antaranya
konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan
Allah dalam al-Quran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya.

Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri manusia sejak
manusia pertama kali diciptakan (Al-A'raf [7]:172). Ketika masih dalam bentuk roh, dan sebelum
dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadap-Nya dan saat itu manusia mengiyakan
Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah
bahwa manusia memang sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis
akan ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar [39]:8 dan surah
Luqman [31]:32.

Tuhan Maha Esa

Keesaan Tuhan atau Tauḥīd adalah mempercayai dan mengimani dengan sepenuh hati bahwa Allah itu
Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang
melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang tidak diciptakan. Menurut Al-
Quran:

"Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan
kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia
telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain." (al-An'am [6]:133)

Menurut Vincent J. Cornell, Al-Quran juga memberikan citra monis Tuhan dengan menjelaskan
realitas-Nya sebagai medan semua yang ada, dengan Tuhan menjadi sebuah konsep tunggal yang akan
menjelaskan asal-muasal semua hal yang ada: "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Akhir dan Yang
Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (al-Hadid [57]:3)" Sebagian Muslim walau begitu,
mengkritik intepretasi yang mengacu pada pandangan monis atas Tuhan sebagai pengkaburan antara
Pencipta dan dicipta, dan ketidakcocokannya dengan monoteisme redikal Islam. Ketidakmampuan
Tuhan mengimplikasikan ketidakmahakuasaan Tuhan dalam mengatur konsepsi universal sebagai
keuniversalan moral yang logis dan sepantasnya daripada eksistensial dan kerusakan moral (seperti
dalam politeisme). Dalam hal serupa, Al-Quran menolak bentuk pemikiran ganda sebagai gagasan
dualitas atas Tuhan dengan menyatakan bahwa kebaikan dan kejahatan diturunkan dari perilaku
Tuhan dan bahwa kejahatan menyebabkan tidak adanya daya untuk menciptakan. Tuhan dalam Islam
sifatnya universal daripada tuhan lokal, kesukuan, atau paroki; zat mutlak yang mengajarkan nilai
kebaikan dan melarang kejahatan.

1
Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan dengan ciptaan adalah satu-satunya
dosa yang tidak dapat diampuni seperti yang disebutkan dalam Al-Quran. Umat Muslim percaya
bahwa keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya "Allah itu Esa, dan
tidak ada sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan kosep teoritis yang harus dilaksanakan karena
merupakan syarat mutlak setiap Muslim.

Sifat Tuhan

Al-Qur'an merujuk sifat Tuhan ada pada asma'ul husna (lihat QS. Al-A'raf [7]:180, Al-
Isra'[17]:110, Ta Ha [20]:8, Al-Hasyr [59]:24). Menurut Gerhard Böwering, "Nama-nama tersebut
menurut tradisi dijumlahkan 99 sebagai nama tertinggi (al-ism al-aʿẓam), nama tertinggi Tuhan,
Allāh. Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qurʾān ada dalam Surah Al-
Isra' ayat 110, "Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja
kamu seru, Dia mempunyai asma'ul husna (nama-nama yang terbaik)," dan jugaSurah Al-Hasyr ayat
22-24, yang mencakup lebih dari selusin nama Tuhan."[16] "Nama-nama Tuhan yang paling baik"
mencakup:

Maha Pemurah

Maha Penyayang

Maha Pemberi

Maha Pemelihara

Tuhan Yang Mengaruniakan Keamanan

Tuhan Yang Tidak tergantung siapa-siapa

Tuhan Yang Kekal (yang tidak pernah mati)

Maha Adil

Tuhan Maha Tahu

Al-Quran menjelaskan Tuhan Maha Tahu atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, termasuk
hal pribadi dan perasaan, dan menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang dapat sembunyi dari-Nya:

"Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu
tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu
melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun
di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua
tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

—Yunus [10]:61

2
Konsep Tuhan berdasar spekulasi

Sebagian ulama berbeda pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum
sampai mendistorsi Al-Quran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan
juga bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme,panteisme, mistisme, dan lainnya dan
juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh ulama
terutama ulama syariat.[10]

Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke dalam konsep tauhid
sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat spekulatif di antaranya adalah Hulul, Ittihad,
dan Wahdatul Wujud.[10]

Hulul atau juga sering disebut "peleburan antara Tuhan dan manusia" adalah paham yang
dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu,
dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-
lahut manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasut adalah aspek kemanusiaan.
Sehingga dalam paham ini, manusia maupun Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-
masing.

Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan gumaman-


gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus disebabkan oleh rasa cinta yang
melimpah. Para sufi yang sepaham dengan ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah
namun keluar dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri manusia.

Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Quran semisal surah Al-Baqarah ayat 34 untuk menjelaskan
pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi, "...sujudlah wahai para malaikat kepada Adam...". Al-Hallaj
menjelaskan bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada Adam padahal seharusnya hanya
bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah mengambil tempat dalam diri Adam sehingga
Adam memiliki kemuliaan Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya,
seperti, "Sesungguh-Nya Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya." Dan juga
menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana Allah mengambil tempat pada dirinya.

Ittihad

Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad sendiri memiliki arti
"bergabung menjadi satu", sehingga paham ini berarti seorang sufi dapat bersatu dengan Allah
setelah terlebih dahulu melebur dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam
keadaan baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai Ittihad harus melalui
beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa'. Fana merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar
menjadi baik. Pada saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia sehingga yang ada
dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad, "diam pada kesadaran ilahi".

3
Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul "Tuhan turun dan melebur dalam diri manusia", maka
dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan melebur dalam diri Tuhan.

Wahdatul Wujud

Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul Wujud bermula dari hadits
Qudsi, "Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-
ciptakan makhluk, maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku." Menurutnya, Tuhan tidak akan dikenal
jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan pemampakan lahir Tuhan.

Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang mutlak dan tak dikenal. Lalu
Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia menciptakan alam
semesta. Maka seluruh alam semesta mengandung diri Allah, sehingga Allah adalah satu-satunya
wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-bayang-Nya. Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi
berpendapat seorang sufi dapat keluar dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah.

4
BUDDHA
Pemikiran sebagai "Sang Pencipta"

Sebagai sarjana Surian Yee menjelaskan, "sikap Sang Buddha seperti yang digambarkan
dalamNikaya s lebih anti-spekulatif daripada khusus ateistik".

Sebagai Hayes menjelaskan itu, "Dalam literatur Nikaya, pertanyaan tentang eksistensi Tuhan
diperlakukan terutama baik dari sudut pandang epistemologis pandang atau sudut pandang moral.
Sebagai masalah epistemologi, pertanyaan tentang jumlah keberadaan dewa untuk diskusi tidaknya
seorang pencari agama bisa yakin bahwa ada terbesar baik dan dengan demikian upaya untuk
mewujudkan kebaikan terbesar tidak akan menjadi sia-sia perjuangan menuju tujuan yang tidak
realistis. dan sebagai masalah dalam moralitas, jumlah pertanyaan untuk diskusi apakah manusia itu
sendiri akhirnya bertanggung jawab untuk semua ketidaksenangan bahwa ia merasa atau apakah ada
ada sesuatu yang lebih tinggi yang menimbulkan ketidaksenangan atas manusia apakah dia layak atau
tidak ... Buddha Gotama digambarkan bukan sebagai seorang ateis yang mengaku dapat membuktikan
ketiadaan Tuhan, melainkan sebagai skeptis terhadap klaim guru lain untuk dapat memimpin murid-
murid mereka untuk kebaikan tertinggi.”

Tuhan sebagai perwujudan pikiran

Salah satu Sutra Mahayana, Sutra Lankavatara, mengatakan konsep tuhan berdaulat pribadi, atau
Atman berasal dari pikiran dan dapat menjadi penghalang untuk kesempurnaan karena dapat
membuat kita untuk mengabaikan kausalitas:

"Semua konsep seperti sebab, pelanjutan, atom, unsur-unsur dasar, yang membuat kepribadian, jiwa
pribadi, roh sakti, Tuhan yang berdaulat, pencipta, adalah imajinasi belaka dan perwujudan dari
pemikiran manusia".

Buddhisme menganggap bahwa tatahagata adalah apect tercerahkan bahwa antar-menghubungkan


dan menyatukan segala sesuatu di alam semesta, termasuk pikiran dan manifestasi karma lainnya
seperti masalah beton. Pikiran dibandingkan dengan pencipta terus menerus manifestasi karma
individu. Namun, dalam Buddhisme, tidak ada substrat suci ilahi mirip dengan hindu brahman, karena
dalam Buddhisme semuanya jaring saling bergantung causar tanpa penyebab tunggal. Penciptaan
dianggap dalam gerakan terus menerus dan tanpa awal atau akhir:

"Tidak, Mahamati, doktrin Tathágata dari rahim ke-Tathágata-an tidaklah sama dengan
filosofi Atman".

Terlebih lagi, sutra yang sama juga menanggap Buddha menungkapkan bahwa dia adalah "Seorang
Yang Tidak Dikenal", yang sebenarnya diungkapkan ketika semua manusia memproyeksikan konsep
dari keTuhanan kemudian bercakap-cakap dengan dewa oleh pemikiran mereka yang belum terbangun.

5
Buddha berkata bahwa begitu banyak nama untuk keberadaan yang paling hebat atau kebenaran pada
kenyataannya merupakan kesalahan. Dia menyatakan:

Kasus yang sama boleh dinyatakan kepada aku ketika aku hadir dalam dunia kesabaran di hadapan
orang-orang yang bodoh dan dimana aku dikenal dengan sejuta nama-nama yang tak terhitung.

Mereka memanggil aku dengan nama-nama yang berbeda tidak menyadari itu semua merupakan nama-
nama dari satuTathagatagarbha.

Beberapa mengenal saya sebagai matahari, sebagai bulan; beberapa sebagai hasil reinkarnasi dari
orang-orang bijak; beberapa sebagai "10 kekuatan"; beberapa sebagai Rama, beberapa
sebagai Indra, dan beberapa sebagai Baruna. ada pula yang memanggil saya sebagai "Yang Tak
Terlahirkan", sebagai "Kehampaan", sebagai "Apa adanya", sebagai "Kebenaran", sebagai "Kenyataan",
sebagai "Prinsip Terakhir"; masih ada juga yang memanggil saya sebagai Dharmakaya,
sebagai Nirwana, sebagai "Yang Abadi"; beberapa ada yang menyebutkan saya sebagai kesatuan,
sebagai "Yang tidak ada duanya", sebagai "Yang tidak akan mati", sebagai "Yang tak berbentuk";
beberapa menganggap saya sebagai doktrin atau penyebab Buddha, atau sebagai emansipasi, atau
sebagai Jalan Kemuliaan; beberapa juga menganggap saya sebagai pemikiran yang mulia dan
kebijaksanaan yang mulia.

Dalam sutra bagian Sagathakam (yang berisi peryataan yang berkebalikan dengan bab-bab
sebelumnya), juga menyebutkan kenyataan dari diri yang murni (atman), yang (tidak sama
dengan atman dalam agama Hindu) disamakan dengan Tathagatagarbha(Intisari-Buddha):

“ Atma (diri) dikarakterisasikan dengan kemurnian adalah keadaan dari perwujudan diri
sendiri; ini adalah Tathagatagarbha, yang tidak dapat diteorikan. ”

Tathagatagarbha terletak di dalam Sutra Lankavatara yang dikenal sebagai akar dari kesadaran
penuh semua makhluk hidup, yaituAlaya-vijnana. Tathagatagarbha-Alayavijnana ini dinyatakan tidak
dapat dispekulasikan, tetapi dapat dimengerti secara langsung dengan

“ Bodhisatva-Mahasattvas (Bodhisattva Agung) yang seperti engkau [Mahamati] diberkati


dengan daya pemikiran yang menembus logika, halus, baik, dan yang pengertiannya sesuai
menurut arti sebenarnya... ”

Matrix Buddha yang mengandung segala (Tathagatagarbha) atau basis dari kesadaran universal
(Alayavijnana) memiliki hubungan dengan konsep kemuliaan yang menaruh Alayavijnana sebagai
kenyataan di belakang dan dalam semua makhluk hidup. "Diri" ini terletak di dalam naskah
Buddha Mahayana dan tantra-tantra yang disamakan dengan asal, unsur dasar dari Buddha kosmik
yang mengandung segalanya (dianggap sebagai Samantabhadra atau Mahavairochana). "Tuhan" dalam
konteks tersebut kemudian dimengerti sebagai makhluk mental spiritual mana-mana, baik dan kekal.

6
KATOLIK
Konsep Tuhan dalam Ajaran Katolik

Seperti yang telah diungkapkan dalam pengantar awal, banyak ditemukan pertanyaan di media
internet soal ketuhanan dalam katolik. Iman Katolik dituding tidak masuk akal dengan konsep
Trinitas dan dengan simplikasi pandangan menyatakan bahwa Tuhan dalam ajaran katolik ada tiga
sehingga termasuk dalam golongan agama yang menganut Politheism. Konsep Trinitas dituding sebagai
ajaran yang menunjukkan Allah diperanakkan dan memperanakkan. Tetapi tentu kita perlu
menghargai ketidakpahaman atas sikap ini sekalipun menyesalkan propaganda yang kadang
menyesatkan.

Menurut Katekismus Gereja Katolik, Konsep Trinitas diuraikan sebagai berikut:

1. Tritunggal adalah Allah yang satu. Pribadi ini tidak membagi-bagi ke-Allahan seolah masing-
masing menjadi sepertiga, namun mereka adalah ‘sepenuhnya dan seluruhnya’. Bapa adalah yang sama
seperti Putera, Putera yang sama seperti Bapa; dan Bapa dan Putera adalah yang sama seperti Roh
Kudus, yaitu satu Allah dengan kodrat yang sama. Karena kesatuan ini, maka Bapa seluruhnya ada di
dalam Putera, seluruhnya ada dalam Roh Kudus; Putera seluruhnya ada di dalam Bapa, dan seluruhnya
ada dalam Roh Kudus; Roh Kudus ada seluruhnya di dalam Bapa, dan seluruhnya di dalam Putera.

2. Ketiga Pribadi ini berbeda secara real satu sama lain, yaitu di dalam hal hubungan asalnya: yaitu
Allah Bapa yang ‘melahirkan’, Allah Putera yang dilahirkan, Roh Kudus yang dihembuskan.

3. Ketiga Pribadi ini berhubungan satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam hal asal tersebut
tidak membagi kesatuan ilahi, namun malah menunjukkan hubungan timbal balik antar Pribadi Allah
tersebut. Bapa dihubungkan dengan Putera, Putera dengan Bapa, dan Roh Kudus dihubungkan dengan
keduanya. Hakekat mereka adalah satu, yaitu Allah.

Trinitas merupakan akar dan dasar dari iman kekatolikan yang bertumbuh selama ribuan tahun dan
terpelihara hingga kini. Dalam sejarah gereja beberapa kali konsep ini ditegaskan untuk menghindari
penyimpangan dan penyesatan yang dapat terjadi dalam perjalanan waktu. Banyak kali memang dalam
persfektif awam kita sulit menangkap maksudnya. Hal ini pertama-tama juga disebabkan oleh
rendahnya minat dalam mendalami dan memahami kehidupan iman kekatolikan.

Trinitas menekankan Allah yang esa dalam 3 pribadi. Mengapa disebut demikian, sebab Allah itu
tunggal, utuh, dan sempurna. Tak dapat diandaikan sebagai bilangan satu sebagaimana bilangan
matematis, melainkan ditekankan pada Allah yang sempurna. Kesempurnaan itu memiliki wujud yang
tidak dapat begitu saja dinalar sebab Allah tentu saja terlalu sederhana untuk dinalar. Disinilah
peran misteri keallahan yang mewujud dalam iman menjadi penting artinya.

Konsep Trinitas itu merupakan ajaran yang menyatakan Allah kita Satu dan terdiri dari 3 pribadi.
Pribadi yang dimaksud adalah Allah Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus. Perlu dipahami dengan

7
baik bahwa ini bukan pernyataan bahwa Allah itu tiga melainkan satu dalam 3 pribadi yang unik. Satu
sama lain tidak dapat dipisahkan sebab satu sama lain membangun kesempurnaan Allah yang Esa.

Sebagai sebuah pemahaman, hakekat kita sebagai manusia adalah sama untuk semua umat manusia.
Namun demikian kita sebagai manusia memiliki kepribadian yang membedakan kita dengan yang lain.
Fakta bahwa kepribadian yang unik dan berbeda diantara manusia tak dapat mengabaikan bahwa kita
seluruhnya adalah satu hakekat, manusia. Begitupula hakekat bahwa Allah itu satu dan dilihat dalam
3 pribadi untuk membantu kita melihat karya keselamatan Allah yang mewujud lewat Penebusan
Kristus Yesus dan pemeliharaan Roh Kudus sehingga karya itu dapat terus berlanjut sampai akhir
zaman. Hakekat Tuhan yang satu tidak mengabaikan bahwa ada 3 pribadi yang saling terkait
membentuk konsep keallahan kita.

Kesatuan Allah dalam 3 pribadi ini dalam Kitab Suci diungkapkan oleh Yesus sendiri. Ia
mengungkapkan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30); “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah
melihat Bapa…” (Yoh 14:9) Di dalam doa-Nya yang terakhir untuk murid-murid-Nya sebelum
sengsara-Nya, Dia berdoa kepada Bapa, agar semua murid-Nya menjadi satu, sama seperti Bapa di
dalam Dia dan Dia di dalam Bapa (lih. Yoh 17: 21). Pada bagian ini pernyataan keallahan Yesus
ditegaskan oleh-Nya sendiri. Hal ini sejalan dengan sebutan Anak yang terkasih oleh Allah Bapa saat
Yesus menjalani pembabtisan di sungai Yordan.

Bersama dengan Roh Kudus kesatuan itu juga dibangun dalam relasinya dengan Allah Bapa. Kristus
menjanjikan Roh Kebenaran pada para murid sebagai Roh Kudus dan juga merupakan Roh Kristus itu
sendiri. (Yoh 15:26). Kesatuan ini semakin ditegaskan diakhir hidupnya sebagai manusia sebelum Ia
diangkat ke Surga. Pesan yang berbunyi “…Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus…”(Mat 28:18-20) menunjukkan bagaimana kita diajak
menjadi bagian dalam keutuhan Allah lewat 3 pribadi yang dimaksud.

8
HINDU
Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia dan rentang sejarahnya yang panjang menunjukkan
bahwa agama Hindu telah melewati segala paham ketuhanan yang pernah ada di dunia. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh para sarjana, dalam tubuh Agama Hindu terdapat beberapa konsep
ketuhanan, antara lain henoteisme, panteisme,monisme, monoteisme, politeisme, dan bahkan ateisme.

Konsep ketuhanan yang paling banyak dipakai adalah monoteisme (terutama dalam Weda,Agama
Hindu Dharma dan Adwaita Wedanta), sedangkan konsep lainnya (ateisme, panteisme, henoteisme,
monisme, politeisme) kurang diketahui. Sebenarnya konsep ketuhanan yang jamak tidak diakui oleh
umat Hindu pada umumnya karena berdasarkan pengamatan para sarjana yang meneliti agama Hindu
tidak secara menyeluruh.

Monoteisme

Dalam agama Hindu pada umumnya, konsep yang dipakai adalah monoteisme. Konsep tersebut dikenal
sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan
dalam agama monoteistik lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwaTuhan merupakan pusat
segala kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan sebutan Brahman.

Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman merupakan sesuatu yang tidak berawal namun juga tidak
berakhir. Brahman merupakan pencipta sekaligus pelebur alam semesta. Brahman berada di mana-
mana dan mengisi seluruh alam semesta. Brahman merupakan asal mula dari segala sesuatu yang ada
di dunia. Segala sesuatu yang ada di alam semesta tunduk kepada Brahman tanpa kecuali. Dalam
konsep tersebut, posisi para dewa disetarakan dengan malaikat dan enggan untuk dipuja sebagai
Tuhan tersendiri, melainkan dipuji atas jasa-jasanya sebagai perantara Tuhan kepada umatnya.

Filsafat Adwaita Wedanta menganggap tidak ada yang setara dengan Brahman, Sang pencipta alam
semesta. Dalam keyakinan umat Hindu, Brahman hanya ada satu, tidak ada duanya, namun orang-
orang bijaksana menyebutnya dengan berbagai nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-
nama kebesaran Tuhan kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi, seperti
misalnya: Wisnu, Brahma, Siwa, Laksmi, Parwati, Saraswati, dan lain-lain. Dalam Agama Hindu Dharma
(khususnya di Bali), konsep Ida Sang Hyang Widhi Wasa merupakan suatu bentuk monoteisme asli
orang Bali.

Panteisme

Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan adalah panteisme. Konsep
tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu,
melainkan Tuhan berada dan menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda
apapun, ibarat garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan
istilah Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam

9
semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada disurga ataupun di dunia tertinggi namun berada
pada setiap ciptaannya.

Ateisme

Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran Samkhya) yang dianggap positif
oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu
yang diduga menngandung sifat ateisme. Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan
Tuhan dan terciptanya dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena
pertemuan Purusha dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab
namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya, Tuhan tidak pernah
campur tangan. Ajaran filsafat ateisme dalam Hindu tersebut tidak ditemui dalam
pelaksanaan Agama Hindu Dharma di Indonesia, namun ajaran filsafat tersebut (Samkhya)
merupakan ajaran filsafat tertua di India. Ajaran ateisme dianggap sebagai salah satu sekte oleh
umat Hindu Dharma dan tidak pernah diajarkan di Indonesia.

10
KONGHUCU

Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa,
istilah aslinya adalah Rujiao(儒教) yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar
dan berbudi luhur. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya
menyempurnakan agama yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan:
"Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang
kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk
meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau memahami secara benar
dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan tahu bahwa dalam agama
Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus dilakukan oleh para penganutnya. Agama
Khonghucu juga mengajarkan tentang bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren
Dao" dan bagaimana kita melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao)
yang disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".

Intisari ajaran Khong Hu Cu

Falsafah Dasar

1. Tian

Tian adalah Maha Pencipta alam semesta. Manusia tidak dapat memahami hakikat sejati Tian
sehingga Ia dilambangkan dengan ciri-ciri berikut:

Yuan : yang selalu hadir.

Heng : yang selalu berhasil.

Li : yang selalu membawa berkah.

Zhen : yang selalu adil, tidak membeda-bedakan.

2. Xing

Xing adalah jati diri manusia, kodrat, yaitu perwujudan firman Tian (Tian Ming) dalam diri manusia.
Xing menghubungkan Tiandengan segala ciptaannya. Manusia sulit mengenali xingnya karena tertutup
oleh emosi, napsu; maka manusia harus dibimbing dengan pedoman etika. Meskipun xing setiap
manusia berbeda-beda, tetapi memiliki satu persamaan yaitu Ren (perikemanusiaan)

3. Ren

Ren atau perikemanusiaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Zhong (setia) dan Shu (solidaritas).

11
Zhong merupakan kependekan dari istilah zhong yi Tian (lit. setia kepada Tuhan), yaitu berserah diri
,lahir dan batin kepada Tuhan.

Shu merupakan kependekan dari istilah shu yi ren (lit. solider kepada sesama manusia atau "cinta
kasih sejati".

Terdapat dua istilah yang menerangkan arti Shu lebih lanjut

Ji shuo bu yi wu shi yi ren, yaitu "apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap
orang lain". (Lunyu)

Ji yi li er li ren, ji yi da er da ren, yaitu "kalau ingin tegak, buatlah orang lain juga tegak; jika ingin
maju, buatlah orang lain juga maju".

Definisi agama menurut agama Khonghucu

Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan Yang Maha Esa
(Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup di dalam Dao atau Jalan Suci, yakni "hidup
menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati, hakikat kemanusiaan". Hidup
beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya menegakkan firmanNya.

12
PROTESTAN
AGAMA Nasrani atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan agama Kristen adalah salah satu
agama yang mengaku-aku monotheisme, namun dalam kenyataannya ajaran Kristen adalah
polytheisme, yaitu ketika kita melihat konsep aqidah mereka yang dikenal dengan Trinitas atau
Tritunggal.

Nashrani berasal dari kata Nazharet yaitu tempat kelahiran Nabi ‘Isa. Sedangkan kata Kristen
berasal dari Kristus “Juru Selamat“ merupakan sebutan yang dikarang secara dusta oleh Saulus dan
para pengikutnya.

Agama Kristen telah terpecah jadi puluhan agama baru, dari yang sifatnya besar dan mendunia
hingga yang lokal dan kurang populer. Setiap agama pecahannya pasti mengkafirkan agama pecahan
yang lainnya pula.

Dan secara umum, agama Kristen terbagi menjadi tiga agama baru, yang masing-masing memiliki
gereja dan tokoh agama sendiri-sendiri. Ketiga agama terbesar dari lingkup agama Kristen ini yaitu:
Katholik, Ortodox dan Protestan. Meskipun mereka berbeda dalam tempat ibadah dan pimpinan
spiritualnya, bahkan dalam injilnya, namun mereka semua sepakat dengan prinsip ajaran trinitas atau
tritunggal.

Agama Protestan adalah pengikut Martin Luther yang menyempal dari agama Katholik karena
menganggap banyak hal yang tidak masuk akal dari agama Katholik. Disebut Protestan karena sikap
mereka yang memprotes Gereja Lama atau kaum Katholik. Mereka menyebut dirinya dengan Gereja
Penginjil karena pengakuan mereka yang hanya mau mengikuti Injil semata. Terkadang mereka
disebut dengan Kristen saja. Agama Protestan di antara agama yang melarang membuat patung dan
gambar untuk disembah. Walaupun demikian, mereka tetap me-yakini ajaran trinitas yang intinya
adalah Tuhan itu satu tetapi terdiri dari tiga oknum.

Secara garis besarnya, agama Kristen meyakini bahwa Nabi ‘Isa atau Yesus adalah Anak Tuhan. Oleh
karena itu murid-murid Yesus yakininya sebagai Rosul. Bahkan Saulus atau Paulus atau Bulus, yaitu
musuh besar Nabi ‘Isa, yang sangat bernafsu menangkap dan menyalib Nabi ‘Isa serta banyak
menyiksa dan menangkapi para pengikut Nabi ‘Isa juga ikut diyakini sebagai Rosul. Hal ini karena tipu
dayanya yang mengatakan kepada orang-orang Nashrani bahwa dia mendapat wahyu dari Yesus untuk
meneruskan ajarannya dan Yesus menamainya dengan Bulus.

Padahal tidak ada seorang nabi pun yang memiliki masa lalu yang ke lam, yaitu mantan musuh Allah
dan Rasul-Nya. Tipu daya Saulus semakin sempurna dengan menyusupkan orang-orangnya ke dalam
deretan rohaniawan Kristen, seperti Lucas dan lain-lainnya. Melalui orang-orangnya ini akhirnya
Saulus berhasil merubah Injil dan memasukkan faham trinitas ke tengah-tengah umat Nashrani.

Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II
Masehi. Kemudian pada Konsili di Necea tahun 325 Tuhan Anak disejajarkan dengan Tuhan Bapa.

13
Selanjutnya pada Abad III Roh Qudus dipertuhankan. Pada konsili di Ephese Bunda Maria
disejajarkan dengan Trinitas oleh penganut Katholik. Begitulah sejarah ketuhanan dalam agama
Kristen.

Dalam sejarah ketuhanan kaum Nashrani, penuhanan Yesus baru dilakukan pada akhir Abad II
Masehi.

Konsep ketuhanan agama Kristen secara kesuluruhan adalah tidak masuk akal, bahkan masing-masing
tokoh agama mereka memiliki penafsiran yang berbeda tentang Trinitas ini. Sehingga banyak yang
menyebut konsep Trinitas sebagai teka-teki yang tidak pernah terjawab atau rahasia yang tidak
pernah terungkap tuntas.

Lebih jauh daripada itu, keyakinan mereka terhadap Trinitas bila dihubungkan dengan keyakinan
adanya dosa warisan, yaitu dosa yang mesti ditanggung seluruh anak-anak Adam karena Adam dan
Hawa telah memakan buah terlarang di syurga, kemudian untuk menebus dosa warisan ini maka Yesus
Tuhan Anak diturunkan ke dunia untuk menebusnya dengan cara disalib. Tapi, ketika Yesus hendak
disalib, dia berkata, “Tuhan kenapa Engkau tinggalkan daku.”

14

Anda mungkin juga menyukai