MODUL
MIKROSEFALI
1. Definisi
Mikrosefali atau Kraniostenosis adalah keadaan dimana satu atau lebih sutura
kranial mengalami obliterasi atau osifikasi prematur di saat periode paling
cepat pertumbuhan otak yaitu 6 bulan pertama kehidupan ekstrauterin. Hal ini
menyebabkan tulang tengkorak berkembang asimetris dan terjadi deformitas
wajah, tekanan abnormal dasar tengkorak dan perubahan konveksitas dura.
2. Waktu Pendidikan
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11
PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
Program Magister Neurologi
Tesis
Program Profesi Bedah Saraf
Pogram Bedah Dasar
Program Bedah Saraf
Dasar
PROGRAM KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi)
GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI
KONGENITAL Kranial
ICD 10 - Bab XVII Spinal
INFEKSI
ICD 10 - Bab I
Kranium
Supratentorial
NEOPLASMA
ICD 10 - Bab II Infratentorial
Spinal
Saraf Tepi
Kranial
TRAUMA
ICD 10 - Bab XIX
Spinal
Saraf Tepi
DEGENERASI Spinal
ICD 10 - Bab VI & XIII Saraf Tepi
VASKULER Intrakranial
ICD 10 - Bab IX
Spinal
1
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
FUNGSIONAL
ICD 10 - Bab VI & XXI
ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
PI
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P
Kongenital Bab XVII . . .
2
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
P. I .
Kranial .
Simpel 3 3
Kompleks / malfungsi pirau 3 5
Kista Arahnoid Q 07.6
2 1
Meningokel Anterior Q 01.1
3 3
Meningokel Posterior Q 01.2.
2 2
Deformitas kranium Q 75.8
1
Dandy Walker Malformaion Q 03.1
1
Spinal
Spinal Disrafisme Q 05
3 2
Deformitas Atlanto-oksipital Q 67.5
1
Sind. Arnold-Chiary / Siringomieli Q07.0/Q87.2
2 1
KETERANGAN
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6)
Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3 (A3)
Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikhomotor
3. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan sub-modul mikrosefali saraf peserta didik diharapkan
mampu mengenali mikrosefali, mampu mengobati mikrosefali yang diajarkan
sampai level mandiri serta mampu mengatasi kegawatan akut mikrosefali.
4. Tujuan Khusus
1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan embriogenesis
mikrosefali.
2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan
pembungkusnya.
3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan
tambahan (neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan
diagnosa mikrosefali.
4. Mengetahui pengobatan berbagai jenis mikrosefali.
5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi karena mikrosefali.
6. Mampu menentukan lokasi mikrosefali.
7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan
diagnosa mikrosefali.
8. Mampu mengetahui diagnosa banding mikrosefali.
9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam
menegakkan diagnosa mikrosefali.
3
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
5. Strategi Pembelajaran
a Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit
b Tinjauan pustaka
Presentasi ilmu dasar 1x telaah kepustakaan
Presentasi kasus 1x
Diskusi menyangkut diagnosis,
b Diskusi kelompok
operasi dan penyulit
d Bedside teaching 6x ronde
e Bimbingan operasi
Minimal 3 kasus untuk selanjutnya
Operasi magang
instruksi/evaluasi post operasi
Minimal 3 kasus sebelum dapat maju
Operasi mandiri ke ujian kompetensi akhir tingkat
nasional
6. Persiapan Sesi
1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam
mencapai kompetensi, mencakup:
a. Insidensi, patogenesis, dan embriogenesis mikrosefali.
b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan
pembungkusnya.
c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan
(neuroradiologi)dan patologi anatomi dalam menegakkan diagnosa
mikrosefali.
d. Pengobatan berbagai jenis mikrosefali.
e. Perubahan neurofisiologi karena mikrosefali.
f. Lokasi mikrosefali.
g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa
mikrosefali.
4
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo M, et
all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed. 2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd Ed. 1996
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mosby.
1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
8. Kompetensi
Tingkat
Jenis Kompetensi Kompetensi
K P A
5
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
9. Gambaran Umum
Istilah mikrosefali atau kraniostenosis pertama diperkenalkan oleh Virchow dan
digunakan untuk penutupan dini sutura kranial. Pertumbuhan perpendikuler tu-
lang terhadap sutura yang terkena terganggu (teori Virchow). Keadaan ini bi-
asanya tampak saat lahir dan bersamaan dengan anomali lain.
Mikrosefali merupakan kasus malformasi kongenital otak yang paling sering di-
jumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil. Perbandingan berat otak
terhadap badan pada keadaan normal adalah 1 : 30, sedangkan pada kasus
mikrosefalus, perbandingannya menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa hidup sampai
usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram.
Kelainan primer pertumbuhan tengkorak dan deformitas tengkorak sekunder
atas lesi intrakranial atau gangguan perkembangan otak harus dibedakan.
Kraniostenosis adalah kelainan primer pertumbuhan kranial.
Banyak sindroma yang anomali kongenitalnya berkaitan dengan
kraniostenosis. Tiga tersering adalah sindroma Apert, sindroma Carpenter,
sindroma Crouzon.
12. Metoda
Metoda Pembelajaran
1 Tinjauan Pustaka
2 Diskusi Kelompok
3 Bed side teaching
6
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Metoda Diagnostik
1 Pemeriksaan klinis neurologik
2 Alat bantu diagnostik
a. Pemeriksaan X ray,
b. EMG / EEG
c. Alat neuroradiologi lain : CT Scan, MRI
3 Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik
konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-
mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih
13. Rangkuman
Mikrosefali atau Kraniostenosis adalah keadaan dimana sutura kranial
mengalami obliterasi/osifikasi prematur saat pertumbuhan otak ekstrauterin.
Hal ini menyebabkan tulang tengkorak berkembang asimetris, deformitas
wajah, tekanan abnormal dasar tengkorak dan perubahan konveksitas dura.
Istilah mikrosefali atau kraniostenosis pertama diperkenalkan Virchow dan
digunakan untuk penutupan dini sutura kranial. Mikrosefali adalah kasus
malformasi kongenital otak paling sering dijumpai. Perbandingan berat otak
badan pada mikrosefalus, perbandingannya menjadi 1 : 100.
Kelainan primer pertumbuhan tengkorak dan deformitas tengkorak sekunder
atas lesi intrakranial atau gangguan perkembangan otak harus dibedakan.
Kraniostenosis adalah kelainan primer pertumbuhan kranial.
Sindroma yang berkaitan dengan kraniostenosis, tiga tersering diantaranya
adalah sindroma Apert, sindroma Carpenter, dan sindroma Crouzon.
14. Evaluasi
Organisasi Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf
7
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Tahap Evaluasi
1. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik
menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan.
2. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi
sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
3. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai
dengan jenis penyakit pada submodul
8
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
2 Penilaian Ilmiah
a. Teori & Penyakit Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit Diskusi dan Ujian
3 Penilaian Kecakapan Poliklinik, Bedside teaching & Kamar Operasi
4 Penilaian Rehabilitasi Instruksi & Bimbingan
9
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
10
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Mikrosefali / Kraniostenosis
Definisi
Mikrosefali atau Kraniostenosis adalah keadaan dimana satu atau lebih sutura
kranial mengalami obliterasi atau osifikasi prematur di saat periode paling
cepat pertumbuhan otak yaitu 6 bulan pertama kehidupan ekstrauterin. Hal ini
menyebabkan tulang tengkorak berkembang asimetris dan terjadi deformitas
wajah, tekanan abnormal dasar tengkorak dan perubahan konveksitas dura.
11
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
Epidemiologi
Mikrosefali kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai.
Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil dan karena pertumbuhannya
terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil.
Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30,
sedangkan pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100.
Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya
kurang dari 900 gram
Etiologi
Mikrosefali diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, sesuai penyebabnya:
o Mikrosefali primer jinak berkaitan dengan faktor genetik.
o Mikrosefali akibat penutupan sutura prematur (kraniostenosis).
o Mikrosefali sekunder terhadap atrofi serebral. Mikrosefali sekunder dapat
disebabkan oleh infeksi intrauterin; radiasi, hipotensi sistemik maternal,
insufisiensi plasental; anoksia; penyakit sistemik maternal dan kelainan
perinatal serta pascanatal.
Manifestasi Klinis
Secara manifestasi klinis, pada mikrosefali kepala lebih kecil dari pada normal,
ubun-ubun besar terbuka dan kecil. Didapatkan retardasi mental, didapatkan
pula gejala motorik berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Juga
dapat ditemukan terlambat bicara dan kejang. Tampilan kasus mikrosefallus
yang khas adalah tulang frontal dan fosa anterior yang kecil.
Secara patologis terdapat kelainan seperti hipoplasia serebri, pakigiria,
mikrogiria, porensefali, atrofi serebri. Biasanya ditemukan penutupan fontanel
dan sutura-sutura tengkorak sebelum waktunya (premature closure). Anak
dengan microgyria dapat hidup sampai dewasa. Yang berukuran kecil
biasanya tidak menutupi serebelum dan corak girus-girus kortikalnya
abnormal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain adalah foto polos kepala dan
CT Scan kepala. Untuk mengetahui penyebab terjadinya mikrosefal, dapat
dilakukan analisis kromosom dan foto polos dada diperlukan untuk
memastikan tiadanya klavikula.
Tatalaksana
Tindakan terhadap kraniostenosis ditujukan kepada pemberian kesempatan
kepada tengkorak untuk ekspansi. Sutura dibuat secara operasi hingga
perubahan yang irreversibel terjadi pada otak. Karena otak pertumbuhannya
12
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
mencapai 85 persen pada usia tiga tahun, maka operasi harus dilakukan
sesegera mungkin, sebaiknya dalam enam bulan sejak lahir. Sinostosis sutura
multipel memerlukan operasi dini untuk membuang tekanan kranium
terhadap otak. Bahkan pada sinostosis sutura tunggal, operasi dini
diperlukan untuk memperbaiki deformitas kranial. Hasil yang baik dapat
dicapai setelah usia satu tahun bila koreksi dikombinasi dengan tindakan
bedah terhadap dasar tengkorak.
19. Algoritme
20. Kepustakan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo
M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed.
2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd
Ed. 1996
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mos-
by. 1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
13
Bedah Saraf : Kelainan Kongenital Susunan Saraf
21. Presentasi
Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk power point sesuai
dengan materi modul mikrosefali.
22. Model
Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.
14