COM
SEMOGA DENGAN SEDIKIT INFORMASI YANG SAYA SAMPAIKAN INI BISA
MEMBANTU ANDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha – Nya, atas berkah dan anugerah – Nyalah maka
penyusunan laporan individu dengan judul “ Peran Perawat Dalam Penanggulangan Masalah
Keperawatan Pada Klien Lansia Ibu Jaikem Dengan Post Operasi Katarak Di Wisma Pandu,
PSTW “ Bahagia” Magetan tanggal 03 – 07 Desember 2001” ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada pihak
– pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran , masukan , motivasinya
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:
1. Bapak Joni Hariyanto, SKp dan Ibu Esty Yunitasari, SKp selaku pembimbing atas
masukan dan bimbingannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Drs. Fadli Havera beserta seluruh staf pengelola PSTW “ Bahagia” Magetan atas
kesempatan dan ijinnya sehinggapenulis bisa mengenyam praktek di panti tersebut.
3. Seluruh Pendamping wisma dan pekerja sosial atas bantuannya baik secara moriil
maupun material kepada penulis sehingga kegiatan praktek keperawatan gerontik ini
dapat berjalan dengan baik.
4. Seluruh rekan – rekan mahasiswa seangkatan atas bantuan dan dukungannya sehingga
penyusunan laporan ini terselesaikan tepat waktu.
Tak lupa penulis mohon maaf apabila selama mengenyam praktek keperawatan
gerontk ini, banyak melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja kepada seluruh pihak.
Demikian penghantar ini penulis sajikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Atas masukan dan sarannya sangat penulis harapkan demi
perbaikan laporan ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul..................................................................................... i
Halaman Judul Dalam........................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................. iii
Daftar Isi............................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Tujuan Kegiatan................................................................... 3
1.3 Manfaat.................................................................................. 3
1.4 Sistematika Laporan............................................................ 3
BAB 2 KONSEP TEORI......................................................................... 5
2.1 Konsep Teori Lansia........................................................... 5
2.2 Konsep Penyakit Katarak................................................... 11
2.3 Konsep AsuhanaKeperawatan Pada Pasien
Dengan Post Operasi Katarak........................................... 13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 20
3.1 Pengkajian............................................................................ 20
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan
Prioritas Keperawatan.......................................................... 26
3.3 Perencanaan........................................................................ 28
3.4 Implementasi........................................................................ 34
3.5 Evaluasi................................................................................. 35
BAB 4 PENUTUP................................................................................... 36
4.1 Kesimpulan........................................................................... 36
4.2 Saran..................................................................................... 36
Daftar Pustaka...................................................................................... 37
Lampiran – lampiran............................................................................. 38
Satuan Acara Penyuluhan................................................................... 38
Lampiran Materi: Perawatan Mata Post Operasi Katarak..................... 41
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang
1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di
atas 50 tahun sehingga istilah “Baby Boom” pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan
penduduk lanjut usia”.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia yang
dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang
sangat signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 – 2020
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah:
1) Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi mahasiswa.
2) Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan praktek
keperawatan.
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep
Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi
Katarak.
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya
untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip
oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia
yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang
semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya
cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk
selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan
untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang
dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan
akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang
berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial
(Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,
menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan
orang lain.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental
maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir
dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam
penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut
dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak
dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi
dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah
protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga
membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan
cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya
cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama –
sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur
sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.
2.3.3 Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri
setelah intervensi.
c) Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti
berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada
punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang
dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan
kenyamanan pada klien.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai
mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi
lain.
2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan
umum klien.
2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode
SOAP.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN
TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul 11.30 WIB
samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama :JAIKEM
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d) Agama: Islam
e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f) TB/BB: 140 cm / 33 kg
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung.
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki = klien Ibu Jaikem
= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar
cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang
menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an
cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien
juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok teman
– temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan
adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif
setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman –
temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama
sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta
keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat
membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah
gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat
tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang
lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat – sehat
saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas,
berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
okative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur.
ality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair.
gion : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
mming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat
panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post
operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah
dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan
ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca
tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi
kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri
klien.
Psikologis kien meliputi:
Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau
menerima kehadiran orang lain.
Emosi klien stabil
Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien mengunjungi teman –
temannya di wisma yang lain.
Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak
menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan
senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan
kebutuhan lain terpenuhi.
10) Tinjauan sistem
a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c) Skala koma glasgow: 15
d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.
e) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.
- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai.
f) Sistem pernafasan:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)
- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.
- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
g) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-),
bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah
baias (K100 cc). Ngompol (-)
i) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi
dll.
j) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran
kelenjar.
k) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-),
riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah
dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan
yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di
panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh
atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti.
BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan
tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti
menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap
lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien
mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan
klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien
mampu melihat dalam jarak pandang K50 mtr. Kemampuan pendengaran agak
menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)
DS:
2. - Klien mengatakan mata kiri
terasa nyeri, panas dan nyeri Peningkatan Resiko infeksi
menyebar sampai ke kepala. kerentanan
- Klien mengatakan mata kirinya skunder terhadap
terus berair dan mengeluarkan interupsi
kotoran. pembedahan
katarak.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari
yll.
DS:
- Klien mengatakan matanya
3. terasa kabur sejak K3 tahun
yang lalu. Keterbatasan
Resiko cidera
penglihatan.
- Klien mengatakan usianya
sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi ragu –
ragu.
- Klien mampu melihat dalam
jarak pandang K50 mtr.
Tindakan ini
dapat mengurangi
resiko terjatuh.
3.4 Implementasi
Waktu/tgl Implementasi Evaluasi
4 – 12 – 2001 Memberikan HE pentingnya: Klien kooperatif.
09.00 - Pembatasan aktifitas. Klien berjanji akan
- Asupan gizi dan minum yang selalu mengahbiskan porsi
memadai (makan 1 porsi habis). makanannya.Klien banyak
- Mengurangi paparan bertanya tentang nyeri yang
terhadap sinar matahai atau dirasakannya.
kontak langsung dengan benda
alergen.
Klien marapikan meja
Mengevaluasi lingkungan kecil di samping tempat
5 – 12 – 2001 kamar tidur klien: tidur.
09.30 - Penempatan benda – benda Klien menata barang –
di meja. barang (gelas, piring,
- Kebersihan lantai kamar. sendok) di atas tempat
- Memasang gorden untuk tidur.
mengurangi paparan terhadap Gorden telah
snar matahari. terpasang.
Lantai kamar disapu
dan dipel oleh petugas.
Klien bersemangat
belajar memebrsihkan
Mengajarkan teknik sekret mata.Klien dapat
5 – 12 – 2001 perawatan kebersihan mata:
meneteskan obat tetes
11.00 - Cara membersihkan sekret. mata sendiri dibantu oleh
- Cara meneteskan obat tetes teman sekamarnya.
mata. Klien sudah punya
- Menggunakan pelindung kacamata pelindung sinar
mata bila keluar wisma di siang matahari.
hari.
Klien berbaring ke
posisi sebelah kanan,
Mengatur posisi tidur klien kadang berganti posisi
berbaring ke sisi mata yang tidak dengan semi fowler.
5 – 12 – 2001 dioperasi.
12.30
Klien tampak kesulitan
mengikuti instruksi, tetapi
Melatih relaksasi untuk mau mencoba unutk
mengurangi rasa sakit pada mata berlatih.
kiri.
6 – 12 – 2001
09.00
3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri b/d interupsi S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri
pembedahan katarak pada mata sudah agak berkurang, klien sudah dapat
kiri. istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan
mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks
peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara
profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna
Werdha “Bahagia” Magetan dari tanggal 03 – 07 Deseber 2001, mahasiswa diberikan
tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah
kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap
pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan
klien lansia secara komprehensif.
4.2 Saran
1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan.
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna
meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.
2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya
Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna
membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik dengan lebih
baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.
3) Bagi mahasiswa sendiri
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mnegembangkan
konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut Usia Penghuni
Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes
Ri. Jakarta
...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Depkes
Ri. Jakarta
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
1. Analisis Situasi
Klien Ibu Jaikem riwayat operasi katarak pada mata kiri 16 hari yang lalu. Pada
saat pengkajian Ibu jaikem mengeluh mata kiri terasa nyeri menyebar sampai ke kepala
dan terasa panas. Mahasiswa juga melihat adanya penumpukan sekret pada mata kiri
post op, mata kemerahan (+), keterbatasan penglihatan (+) lk. 50 meter.
2. Latar Belakang
Katarak merupakan suatu penyakit akibat kekeruhan pada lensa yang
mengakibatkan terjadinya penurunna fungsi penglihatan secara progresif. Pada lanjut
usia masalah penyakit katarak merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada
klien. Untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan klien sehingga klien dapat seaksimal
mungkin memenuhi kebutuhan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari – hariinya
secara mandiri, maka perlu kiranya dilakukan suatu pendidikan kesehatan agar klien
dapat memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi serta mampu
melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri.
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Agar klien mampu melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri.
3.2 Tujuan khusus
a) Klien mampu memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi secara
teratur.
b) Klien mampu mengenal pembatasan aktifitas yang sementara harus diperhatikan.
c) Klien mampu melakukan perawatan mata secara mandiri.
4. Materi
4.1 Tujuan perawatan mata post operasi
4.2 Pembatasan aktifitas sementara
4.3 Teknik perawatan mata post operasi
5. Metode
Diskusi dan tanya jawab.
6. Kegiatan
No Tahap kegiatan Kegiatan
1. Pembukaan (5’) Menyampaikan salam.
Mengingatkan kontrak kemarin untuk
mengadakan kegiatan diskusi.
Menyampaikan tujuan kegiatan.
7. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara lisan dan redemonstrasi.
8. Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat
Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,