Anda di halaman 1dari 49

Lampiran : Keputusan Kepala Puskesmas Ariodillah

Nomor : 440 / / ADMEN / SK / I / 2017


Tanggal : 02 Januari 2017
Tentang : Penetapan Pedoman dan Panduan yang
digunakan di Puskesmas Ariodillah

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan. Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keseamatan bisnis Puskesmas yang
terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan Puskesmas
terebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas, yang harus dikelola secara
profesional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,
beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang
dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas perlu melakukan pengelolaan risiko dalam
suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden
dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

1
B. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas Ariodillah
yang meliputi managemen resiko lingkungan, manajemen resiko layanan klinis dan
manajemen resiko pelaksanaan program.

2. Manfaat
Agar penerapan program manajemen resiko lebih tertata. Sehingga bisa meminimalkan
terjadinya potensi resiko di tempat kerja.

C. DEFINISI
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan
strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana prasarana
fasilitas dan keuangan puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan
asset puskesmas dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfet, mekanisme
pengendalian dan pencegahan. Manajemen risiko adalah proses strategis untuk
mengkreasikan dan menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai
dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi
(reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi
yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan
layanan.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup program manajemen resiko adalah:


1. Resiko terkait lingkungan
2. Resiko layanan klinis
3. Resiko pelaksanaan program
4. Resiko terhadap keuangan

2
BAB II
MANAJEMEN RESIKO

A. RESIKO TERKAIT LINGKUNGAN

1. Definisi
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada
kesehatan pasien, petugas maupun pada lingkungan.

2. Ruang Lingkup
Penerapan Manajemen Resiko Lingkungan Lingkup pelaksanaan manajemen risiko
lingkungan di Puskesmas meliputi:
 Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmasa
 Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien, petugas dan
lingkungan sekitar Puskesmas
 Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan.
 Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan.

Penerapan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Ariodillah meliputi:


 Sarana dan prasarana bangunan Puskesmas
 Sarana prasarana fasilitas Puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan dan toilet, dsb
 Tata ruang dan penetapan zona risiko
 Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan udara,
penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban.

3
 Pemantauan fasilitas sanitasi Puskesmas:
1. Toilet dan Kamar Mandi,
2. Pembuangan sampah,
3. Penyediaan air bersih dan air minum,
4. Pengolahan limbah,
5. Pengolahan limbah medis
6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
7. Dekontaminasi dan sterilisasi
8. Promosi hygiene dan sanitasi

3. Penerapan Manajemen Resiko Lingkungan di Puskesmas Ariodillah.


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Ariodillah diterapkan pada seluruh kegiatan
yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
1. Kegiatan pelayanan kilnis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Puskng dan Posyandu
3. Kegiatan pasien/pengunjung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan:


1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap tidak
bocor, lantai tidak 11 cm, permukaan dinding kuat dan rata serta menggunakan
bahan bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup, seluruh
ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu darurat
jika terjadi kecelakaan
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan jumlah karyawan
dengan toilet yaitu 1 : 20 artinya setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1
toilet dan 1 kamar mandi.

4
- Tata ruang
1) Zona ruang dengan:
- Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, ruang Kepala Puskesmas,
ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis bersatu dengan loket
(unit pendaftaran), ruang penyimpanan obat, ruang sekretariat, poli haji/PTM,
gudang dan perpustakaan.
- Risiko tinggi: poli umum, poli anak, ruang mawar (TB), laboratorium, ruang
tindakan, unit Reproduksi dan tempat penampungan limbah/sampah medis,
poli KIA/KB dan imunisasi.
2) Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

2. Identifikasi resiko kondisi lingkungan.


Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
a. Sarana
 Kerusakan bangunan atau sarana prasarana.
 Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, sampah medis tidak
tersedia, toilet rusak, dll
b. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan peralatan, dsb
c. Kebersihan ruangan dan tasilitas
d. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan limbah pada
lingkungan dll.

3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan


a. Toilet dan Kamar Mandi,
• Tersedia dalam keadaan bersih
• Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
• Tidak terdapat perindukan nyamuk
• Keran air dalam keadaan hidup
• Tersedia pewangi kamar mandi
• Tersedia tissue toilet
• Tersedia sabun cuci tangan
• Tersedia check list kebersihan kamar mandi
• Tersedia kotak sampah dan di lapisi plastik

5
b. Pembuangan sampah,
• Tersedia fasilitas tempat sampah di setiap ruangan
• Tempat sampah tertutup dan dilapisi plastik sesuai dengan jenis sampah
• Sampah/ limbah non medis padat non organik ditampung dalam kantong warna
hitam, sampah organik dalam kantung warna putih. Sampah medis ditampung dalam
kantong warna merah.
• Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah sementara
• Untuk sampah organik dan non organis diangkut oleh mobil dinas kebersihan kota
setiap hari
• Untuk sampah medis dibakar ke incenerator Rumah Muhammadiyah

c. Penyediaan air minum dan air bersih,


• Tersedia air bersih
• Tersedia air mintm untuk karyawan sesuai kebutuhan

d. Pengolahan limbah
• Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas

e. Pengolahan limbah medis


• Limbah medis tajam ditampung dalam safety box atau wadah tarian tusukan
• Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis dengan kantong warna
merah
• Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan sementara untuk
dikirim ke tepat pemusriahan/ insenerator.

f. Pengendalian serangga dan biriatang pengganggu


• Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
• Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
• Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu

g. Dekontaminasi dan sterilisasi


• Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
• Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan, sterilisasi
dilakukan dimasing-masing ruangan.

6
h. Promosi hygiene dan sanitasi
• Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah pada
tempatnya dan sesuai dengan jenis sampah, kebersihan kamar mandi, dan cara
mencuci tangan, etika batuk.

4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan


Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh petugas
sanitasi

B. RESIKO LAYANAN KLINIS


1. Definisi
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi, mengendalikan dan
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh. Manajemen risiko
layanan kilnis adalah suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan
pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan
risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan di puskesmas yang dapat
berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan khnis di puskesmas adalah
untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko layanan
klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang paling aman untuk- pelanggan Puskesmas.

2. Ruang Lingkup Manajemen Resiko Layanan Klinis


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk meminimalkan
risiko (patient safety).Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
A riodillah meliputi:
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung Puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf Puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Puskesmas
lainnya

7
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas Ariodillah dilaksanakan di
unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:

1. Unit Pendaftaran dan Rekam Medis


2. Poli Umum
3. Ruang Tindakan
4. Ruang Mawar
5. Poli Anak
6. Poli KIA/KB dan Imunisasi
7. Poli Gigi
8. Laboratorium
9. Unit Obat
10. Unit Promkes
11. Unit Reproduksi
12. Poli Haji/ PTM
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga dilaksanakan di
jaringan pelayanan Puskesmas yang melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan,
pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi. Jaringan pelayanan Puskesmas yang
dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu (Pustu), Pusling dan Posyandu.

3. Penerapan Manajemen Resiko Layanan Klinis


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan :
a. Identifikasi resiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar risiko yang
berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan dari:
• Hasil temuan pada saat obeservasi langsung
• Keluhan petugas kesehatan
• Keluhan pasien/pelanggan puskesmas
• Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan tersebut

8
Daftar resiko pada layanan klinis di Puskesmas:

Unit Layanan Resiko


Unit Pendaftaran dan - Kesalahan pemberian identitas rekam
Rekam Medis medis
- Kesalahan pengambilan rekam medis
- Petugas pendaftaran mengurutkan rekam
medis urutan ke unit layanan.
- Petugas lambat mendistribusikan rekam
medis ke unit layanan
- Pasien jatuh tidak sesuai hambatan
bahasa, budaya dan penghalang lainnya
Poli umum, Poli Anak, Poli - Pasien jatuh
KIA/KB dan Poli Gigi), - Tindakan diskriminatif kesehatan
Ruang Tindakan, Ruang mawar, terhadap
Unit Reproduksi, Poli PTM/Haji tertentu (ODHA)
- Kesalahan diagnosis
- Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
- Kesalahan pemberian terapi
- Kesalahan pemberian resep
- Hasil Pengobatan tidak sesuai dengan
harapan
- Komplikasi akibat pengobatan dan
tindakan medis.
- Terjadinya kecelakaan kerja (Insiden
tertusuk jarum bekas pakai, paparan
dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien) petugas pasien
Unit Laboratorium - Pasien jatuh
- Terjadinya komptikasi akibat phiebotomi
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang

9
- Sampel rusak atau hilang
- Terjadinya kecelakaan kerja (Insiden
tertusuk jarum bekas pakai, paparan
dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien, resiko tertular TBC ketika
mengelola dahak Penderita TB ± J-
Resiko kebakaran ketika membuat
pewarnaan BTA.
- Resiko tertularnya petugas labor dengan
berbagai strain kuman
Unit Obat - Pasien jatuh
- Kesalahan membaca resep
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis/formula obat
- Kesalahan edukasi cara minum /
pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Pemberian obat rusak
- Kesalahan pengambilan obat
- Terjadinya penumpukan pasien
- Kemungkinan terjadinya kerusakan
vaksin rabies, ATS dan
- obat suppositoria
- Terjadinya kekosongan obat karena obat
tidak disupplal oleh gudang farmasi dan
di distributor juga tidak tersedia.
- Kurang optimalnya konseling kepatuhan
berobat

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

10
b. Analisis resiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu. Anahisis
risiko dilakukan dengan metode USG:

Metode USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 - 5 atau 1 - 10. Isu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian
urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.

2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang
berdiri sendiri.

3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara rnenetapkan urutan prioritas masalah
dengari metode teknik scoring. Proses untuk metode USC dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dan masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta
kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

11
a. Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dan tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dan masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penggunaan metode USC dalam penentuan prioriotas dilaksanakan apabila pihak
berencana telah siap menoatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan
adalah aspek yang ada dimasyarakat dan aspek dan masalah itu sendiri.

Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency, seriousness,


growth)
No Masalah U S G Total
1 Masalah A 5 3 3 11
2 Masalah B 4 4 4 12
3 MasalahC 3 5 5 13
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 besar,
3 = sedang, 2 = kecil, 1= sangat kecil)

c. Evaluasi nisiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan risiko.
Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis Akar
Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memenlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana tindakan
perbaikan dan dilakukan monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada
petugas puskesmas lainnya serta dievaluasi dan dimonitoring pelaksanaannya.

12
No Unit/Poli Masalah/Kebutuhan Penyebab Masalah Alternatif Solusi SKOR
U S G
1 Unit Kesalahan Data pasien Membuat alur untuk menentukan titik awal dan 5 4 4 13
Pendaftaran pemberian identitas tidak lengkap titik akhir dan proses pendaftaran sehingga tidak
dan Rekam rekam medis ada data yang tertinggal
Medis Hambatan Meminta petugas kesehatan yang menger 4 3 3 10
dalam bahasa bahasa untuk membantu
Meminta pasien ditemani oleh pengampu 4 3 4 11
Kesalahan Kesalahan Lebih teliti dalam mengidentifikasi rekam medis 4 3 3 10
pengambilan rekam petugas dalam
medis mengidentifika
si rekam medis
Tehnik Membuat sistem enam digit untuk rekam medis 5 5 4 14
pengidentifikasian dan membuat penyimpanan rekam medis mudah
rekam medis tidak diidentifikasi.
akurat dan
memudahkan
petugas rekam
medis
Petugas pendaftaran Petugas tidak Petugas rekam medis lebih berhati2 dalam 3 3 3 9
tidak Melakukan petugas mengurut rekam medis
kesehatan
terhadap SOP dan
panduan yang

13
berlaku
Ketidak Melakukan konseling berobat pada pasien 4 3 4 11
Patuhan pasien terutama pada pasien yang mengkonsumsi obat
terhadap dalam jangka waktu yang lama.
intruksi pengobatan
Kesalahan Karena petugas Melakukan pengecekan ulang terhadap identitas 5 4 4 13
pemberian resep tidak melalukan pasien dikertas resep.
pengecekan
identitas ulang
dikertas resep
sebelum
memberikan resep
pengobatan
Petugas kesehatan Mengerjakan pengobatan dan tindakan lain 4 4 4 12
sesuai dengan SOP
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemberian terapi pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan
tentang
perkembangan
ilmu terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
Petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
14
panduan yang
berlaku
Hasil Pengobatan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
tidak sesuai dengan pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
harapan petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan
tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
patuhan terhadap SOP yang berlaku
Kesalahan diagnosis Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
petugas untuk meanjutkan pendidikan
kesehatan
tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
pariduan yang
berlaku
Kesalahan Karena petugas Melakukan pengecekan uang terhadap pasien 5 4 3 12
identifikasi tidak melalukan yang berobat.
15
pasien/salah orang pengecekan
identitas ulang
sebelum melakukan
tindakan.
Pelanggan Melakukan sosialisasi pentingnya budaya antri 4 4 3 11
enggan Antri
2 Poli umum, Pasien jatuh Lantai licin Membuat peringatan untuk lantal baru/licin 5 5 3 13
Poli Anak Pasien yang sedang Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
Poli KIA/KB mengalami pengampu
dan Poli disorientasi
Gigi, Ruang Pasien lansia Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
Tindakan, pengampu
Ruang Pasien dengan Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
mawar, Unit gangguan pengampu
Reproduksi, penglihatan
Poli Tindakan Kurang patuh Penggunaan APD pada setiap tindakan medis 5 4 4 13
PTM/Haji diskriminatif petugas terhadap prosedur sesuai SOP pemakalan APD.
kesehatan terhadap kewaspadaan
pasien tertentu standar
(ODHA)
Kurangnya Meningkatkan pengetahuan kesehatan tentang 4 3 4 11
pengetahuan HIV
mengenai
mekanisme

16
penularan HIV
mengurutkan rekam pengurutan rekam Mengajukan ke puskesmas agar seluruh no 4 3 3 10
medis sesuai urutan medis secara benar antrian berdasarkan komputerisasi
ke unit layanan
Petugas lambat Jumlah petugas Ada petugas khusus untuk mengantarkan rekam 4 3 3 10
mendistribusikan kurang medis ke masing-masing unit pelayanan
rekam medis ke unit
layanan
Pasien jatuh Lantai licin Membuat peringatan untuk lantai baru/licin 5 5 3 13
Pasien yang Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
sedang mengalami pengampu
disorientasi
Pasien lansia Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
pengampu
Pasien dengan Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
gangguan pengampu
penglihatan
Hambatan bahasa, Ketidak mampuan Meminta petugas yang mengerti bahasá untuk 3 3 3 9
budaya dan pelanggan untuk membantu
penghalang lainnya berbahasa Meminta pasien ditemani oleh pengampu 3 3 3 9
mengurutkan rekam Indonesia
medis sesuai urutan
ke unit layanan.
Komplikasi akibat mengerjakan

17
pengobatan dan prosedur
tindakart medis. pengobatan
dan tindakan tdak
sesuai dengan SOP
Kurangnya informasi Memberikan informasi yang jelas kepada pasien 4 3 5 12
mengenal resiko mengenal resiko pengobatan atau tindakan.
tindakan dan
pengobatan kepada
pasien.
Ketidak patuhan Melakukan konseling kepada pasiententang 4 3 4 11
pasien terhadap resiko dan tindakan pengobatan dan memastikan
intruksi pengobatan pasien mematuhi intruksi pengobatan
Terjadinya Karena tidak Memastikan seluruh petugas kesehatan 5 5 5 15
kecelakaan kerja menggunakan APD menggunakan APD sesuai dengan panduan
(Insiden tertusuk sesuai dengan kewaspadaan standar dan panduan PPI
jarum bekas pakai, panduan
paparan dengan kewaspadaan
luka terbuka atau standar dan
cairan tubuh pasien) panduan PPI
3 Lantai licin Membuat peringatan untuk lantai baru/licin 5 5 3 13
Pasien yang sedang Dikawal khusus petugas kesehatanl dibantu 4 3 3 10
mengalami pengampu
disorientasi
Pasien lansia Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10

18
pengampu
Pasien dengan pengampu 4 3 3 10
gangguan Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu
penglihatan
Terjadinya Ketidak patuhan Petugas melakukan tindakan sesuai dengan 4 4 4 12
komplikasi petugas terhadap prosedur yang berlaku
phiebotomi prosedur yang
Akibat berlaku
Petugas tidak Petugas memberikan informasi tentang resiko 4 4 4 12
menjelaskan tindakan kepada pasien
resiko tindakan
kepada pasien
Kesalahan Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 4 4 13
pengambilan sampel melakukan tentang sampel yang diambil
identifikasi ulang
mengenai sampel
apa yang akan
diambil
Kesalahan Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 4 4 13
pemberian label melakukan teritang label sampel yang diambil
sampel laboratorium identifikasi ulang
mengenai label
sampel
Kesalahan penulisan Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 5 5 15

19
pemeriksaan melakukan sebelum dan setelah menulis hasil pemeriksaan
laboratorium identifikasi ulang laboratorium
Hasil sebelum dan
setelah
menulis hasil
pemeriksaan
laboratorium
Hasil pemeriksaan Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hilang berhati2
Sampel rusak atau Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hilang berhati2
Petugas tidak Petugas menyimpan sampel sesuai dengan 5 5 4 14
menyimpari sampel aturan penyimpanan sampel
sesuai dengan
aturan penyimpanan
sampel.
Terjadinya Karena tidak Memastikan seluruh petugas kesehatan 5 5 5 15
kecelakaan kerja menggunakan APD menggunakan APD sesuai dengan panduan
(Insiden tertusuk sesual dengan kewaspadaan standar dan panduan PPI
jarum bekas paka, panduan
paparan dengan kewaspadaan
luka terbuka atau
cairan tubuh pasien, standar dan
resiko tertular TBC panduan PPI

20
ketika mengelola
dahak penderita TB)
Petugas mengelola Mengelola dahak ditempat yang ventilasi dan 5 5 5 15
dahak ditempat pencahayaannya baik sesuai dengan standar
yang pencahayaan
dan ventilasinya
kurang
Resiko kebakaran Kemungkinan Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
ketika membuat meledak atau jatuh
pewarnaan BTA. atau api menyambar
bahan yang mudah
terbakar
sistem penyimpanan yang baik terutama bahan2 5 5 5 15
yang mudah terbakar
Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya 5 4 4 13
kebakaran
Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran 5 5 5 15
Resiko tertularnya Ketidakpatuhan Melakukan pekerjaan laboratorium dengan 5 5 5 15
petugas labor petugas kesehatan praktek yang benar
dengan berbagai terhadap prosedur Menggunakan dinsfektan yang sesuai 5 5 5 15
strain kuman yang berlaku Pengelolaan limbah infeksius dengan benar 5 5 5 15
Menggunakan kabinet keamanan biologis yang 5 5 5 15
sesuai
Unit Obat Pasien jatuh Lantai licin Membuat peringatan untuk antai baru/ilcin 5 5 3 13

21
Pasien yang sedang Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
mengalami pengampu
disorientasi
Pasien lansia Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
pengampu
Pasien dengan Dikawal khusus petugas kesehatan/ dibantu 4 3 3 10
gangguan pengampu
penglihatan
Kesaahan Karena pemberi Mensosialisasikan cara penulisan resep dan 5 5 5 15
membaca resep resep tidak menulis aturan pemakaian secara benar
resep dengan benar
Kesalahan Adanya obat Melakukan SOP LASA 5 5 5 15
pemberian obat obat LASA
yang belum di
berlakukan sesuai
dengan
SOP
Kesalahan Karena petugas Petugas melakukan pengecekan ulang terhadap 5 5 5 15
dosis/formula obat tidak melakukan resep
pengecekan
uang terhadap
resep
Petugas pemberi Melakukan konfirmasi kepada pemberi resep 5 5 5 15
resep tidak

22
menuHskan
resep/formula
dengan balk dan
benarl tulisan tidak
dapat dibaca
Kesalahan edukasi Petugas lalai Petugas lebih teliti dalam mengedukasi pasien 5 4 5 14
Cara memberikan sesuai dengan SOP
minum/pemakaian edukasi ttg
Obat cara pemakaian
obat
Kesalahan Karena petugas Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 5 5 15
identifikasi pasien melalukan kertas resep sebelum memberikan obat
tidak
pengecekan
identitas ulang
dikertas resep
sebelum
memberikan obat
Pemberian obat Petugas tidak Petugas mematuhi SOP 5 5 5 15
Kadaluwarsa mematuhi SOP
penanganan
obat kadaluarsa
dan SOP FIFO
FEFO
Pemberian obat Petugas tidak Petugas melakukan pengecekan kembali kondisi 5 5 5 15
23
Rusak melakukan obat sebelum memberikan obat kepada pasien
pengecekan
kembali
sebelum
memberi obat
kepada pasien
Petugas tidak Penyimpanan obat dilakukan sesuai prosedur 5 5 5 15
menyimpan
obat sesuai dengan
prosedur
Kesalahan Petugas tidak Petugas melakukan identifikasi ulang sebelum 5 5 5 15
pengambilan melakukan mengambil obat
Obat identifikasi ulang
sebelum mengambil
obat
Terjadinya Petugas obat hariya Melakukan penambahan petugas
penumpukan pasien ada 2 orang disertai
adanya tugas uar
sehngga pelayanan
hanya
dilakukan satu
orang dan
banyak obat
racikan
Melibatkan siswa magang untuk membantu
24
pelayanan
Kemungkinan Dikarenakan Menyimpan vaksin dan ATS dicoldchain imunisasi 5 5 5 15
terjadinya kerusakan lemari tempat dan membuat jadwal pengambilan vaksin
vaksin rabies, ATS menyimpan
dan obat es tidak standar
suppositoria dan sering terjadi
mati lampu
Terjadinya Kurang Memastikan sistem buffer stok berjalan dimana
kekosongan obat berjalannya pada saat stok yang tersisa 25% segera
karena obat tidak sistem buffer dilakukan pemesanan.
disupplai oleh stok
gudang farmasi dan
di distributor juga
tidak tersedia.
Puskesmas tidak Puskesmas diberi keleluasaan untuk member 3 3 4 10
diberi keleluasaan obat paten
untuk mengganti
dengan obat paten
bila obat generik
didistributor juga
tidak tersedia
Kurang optimalnya Petugas di Menambah jumlah petugas di unit obat 3 3 4 10
konseling kepatuhan puskesmas yang
berobat terbatas
Melibatkan siswa magang untuk membantu 3 3 4 10
25
pelayanan
Hambatan Meminta petugas yang mengerti bahasa untuk 3 3 3 9
bahasa membantu
Meminta pasien ditemani oleh pengampu 3 3 3 9

26
C. RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
1. Definisi
Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas pelaksanaan
program Puskesmas.

2. Ruang Lingkup Manajemen Resiko Pelaksanaan Program


Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko:
 Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksanan program
 Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada pelaksanaan
kegiatan Posyandu balita, Posyandu lansia, kegiatan mobile VCT dan puskesmas
keliling.

3. Penerapan Manajemen Pelaksanaan Program


Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi kegiatan
a. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:
Progam Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan diagnosis
- Kesalahan identilikasi pasien/salah orang
- Kesalahan pemberian terapi
- Kesalahan pemberian resep
- Hasil Pengobatan tidak sesuai dengan harapan
- Komplikasi akibat pengobatan dan tindakan medis.
- Terjadinya kecelakaan kerja (Insiden tertusuk jarum
bekas pakai, paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien)
- Insiden efek samping imunisasi (KIPI)
- Terjadinya kecelakaan kerja (Insiden tertusuk jarum
bekas pakai, paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien)
- Insiden balita terlukaljatuh pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan

27
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
Posyandu - Kesalahan identifikasi
Lansia - Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat periksa
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang
- Terjadinya kecelakaan kerja (Insiden tertusuk jarum
bekas pakai, paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien)
- Kesalahan pemberian terapi
Mobile VCT - Kesalahan identifikasi pasien
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Kesalahan pengambilan sampel
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang
- Terjadinya kecelakaan kerja (lnsiden tertusuk jarum
bekas pakai, paparan dengan luka terbuka atau cairan
tubuh pasien)
Puskesmas - Kesalahan diagnosis
keliling - Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
- Kesalahan pemberian terapi
- Kesalahan pemberian resep
- Hasil Pengobatan tidak sesuai dengan harapan
- Komplikasi akibat pengobatan dan tindakan medis

b. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentiflkasi kemudian dilakukan anahsis oleh Tim Mutu. Analisis
risiko dilakukan dengan metode USG:

Metode USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,

28
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 - 5 atau 1- 10 isu yang
memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian
urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
• Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.

• Seriousness
Seberapa serius isi tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tdak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang
berdiri sendiri.

• Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah
dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dan masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta
kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
d) Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dan tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
e) Seriousness atau tingkat keseriusan dan masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktititas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan system atau tidak.
f) Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah yang ada, serta hal
yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada ciimasyarakat dan aspek dad masalah itu
sendiri.
Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency, seriousness,
growth)

29
No Masalah U S G Total
Masalah A 5 3 3 11
Masalah B 4 4 4 12
Masalah C 3 5 5 13
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 besar, 3 =
sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil)

C. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisa menggunakan formulir USG dan analisis penyebab
dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis).Tingkat risiko yang memiliki
nilal yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi
risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas

30
Kesalahan Karena petugas Melakukan pengecekan ulang terhadap identitas 5 4 4 13
pemberian resep tidak pasien dikertas resep.
melalukan
pengecekan
identitas ulang
dikertas resep
sebelum
memberikan
resep
pengobatan.
Hasil Pengobatan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
tidak sesuai dengan pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
harapan petugas untuk melanjutkan pendidikan.
kesehatan
tentang
perkembangan
Umum terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
Petugas terhadap SOP yang berlaku
kesehatan
Terhadap SOP
dan panduan
yang berlaku
Ketidak patuhan Melakukan konseling berobat pada pasien terutama 4 3 4 11
pasien terhadap pada pasien yang mengkonsumsi obat dalam
31
intruksi jangka waktu yang lama,
pengobatan
Komplikasi akibat Petugas Mengerjakan pengobatan dan tindakan lain sesuai 4 4 4 12
pengobatan dan kesehatan dengan SOP
tindakan medis. mengerjakan
prosedur
pengobatan dan

32
No Program Masalah/Kebutuhan Penyebab Masalah Alternatif Solusi SKOR
U S G
1 Posyandu Kesalahan Karena petugas Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 5 5 15
Lansia identifikasi tidak melakukan
pengecakan
identitas ulang
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemeriksaan dan pengetahuan melaui seminar dan pelatihan atau menugaskan
diagnosis petugas kesehatan untuk melanjutkan pendidikan
tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku.
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Kesalahan terapi Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemberian pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
kesehatan untuk melanjutkan pendidikan
perkembangan
terbaru petugas
tentang ilmu
Ketidak petugas Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13

33
terhadap terhadap SOP yang berlaku
patuhan kesehatan
SOP dan
panduan yang
berlaku tindakan
tidak sesual dengan
SOP
Kurangnya informasi Memberikan informasi yang jelas kepada psien 4 3 5 12
Mengenal resiko mengenai resiko pengobatan atau tindakan.
Tindakan dan
pengobatan kepada
pasien.
Ketidak patuhan Melakukan konseling kepada pasien tentang 4 3 4 11
pasien terhadap resiko dan tindakan pengobatan dan memastikan
intruksi pengobatan pasien mematuhi intruksi pengobatan
Terjadinya Karena tidak Memastikan seluruh petugas kesehatan 5 5 5 15
kecelakaan kerja menggunakan APD menggunakan APD sesuai dengan panduan
(Insiden tertusuk sesuai dengan kewaspadaan standar dan panduan PPI
jarum bekas pakai, panduan
paparan dengan uka kewaspadaan
terbuka atau cairan standar
tubuh pasien) dan panduan PPI
Insiden balita Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati ketika menimbang 5 5 5 15
terluka/jatuh pada berhati-hati ketika balita dengan menggunakan dacin
proses penimbangan menimbang balita
34
menggunakan dacin
Kesalahan cara Petugas kesehatan Mengerjakan penimbangan sesual dengan SOP 4 4 4 12
Penimbangan Mengerjakan
prosedur
Penimbangan dan
tindakan sesuai
dengan SOP
Kesalahan Petugas tidak Petugas melakukan pengecekan ulang hasil 5 5 5 15
pencatatan hasil melakukan pengukuran dan pemeriksaan
pengukuran dan pengecekan ulang
pemeriksaan hasil pengukuran
dan pemeriksaan
2 Posyandu Kesalahan Karena petugas Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang. 5 5 5 15
lansia identifikasi tidak melalukan
pengecekan
identitas ulang.
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemeriksaan dan pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
diagnosis petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku

35
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Insiden perlukaan Petugas berhati-hati Petugas lebih berhati-hati ketika menggunakan 4 4 4 12
karena penggunaan kurang ketika alat alat pemeriksaan
alat periksa menggunakan
pemeriksaan

Kesalahan Petugas melakukan Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 4 4 13


pengambilan sampel tidak identifikasi tentang sampel yang diambil
mengenai yang
akan ulang sampel
apa diambil
Kesalahan label Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 4 4 13
pemberian sampel melakukan tentang label sampel yang diambil
laboratorium identifikasi ulang
mengenal label
sampel
Kesalahan penulisan Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 5 5 15
hasil pemeriksaan melakukan sebelum dan setelah menulis hash pemeriksaan
laboratorium identifikasi ulang laboratorium
sebelum dan
setelah menulis
hasil pemeriksaan
laboratorium
36
Hasil pemeriksaan Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hilang berhati2
Sampel rusak atau Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hilang berhati2
Petugas tidak Petugas menyimpan sampel sesuai dengan 5 5 4 14
menyimpan sampel aturan penyimpanan sampel
sesuai dengan
aturan
penyimpanan
sampel.
Terjadinya Karena tidak Memastikan seluruh petugas kesehatan 5 5 5 15
kecelakaan menggunakan APD menggunakan APD sesuai dengan panduan
kerja (Insiden sesuai dengan kewaspadaan standar dan panduan PPI.
tertusuk jarum bekas panduan
pakai, paparan kewaspadaan
dengan luka terbuka standar
atau cairan tubuh dan panduan PPI
pasien)
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemberian pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
terapi petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
37
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
3 Mobile VCT Kesalahan Karena petugas Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang. 5 5 5 15
identifikasi pasien tidak
melalukan
pengecekan
identitas ulang.
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemeriksaan dan pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
diagnosis petugas kesehatan untuk melanjutkan pendidikan
tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Kesalahan Petugas tidak Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang 5 4 4 13
pengambilan sampel melakukan tentang sampel yang diambil
identifikasi
uang mengenai
sampel apa yang
38
akan diambil
Hasil pemeriksaan Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hiang berhati2
Sampel rusak atau Petugas kurang Petugas lebih berhati-hati 5 5 5 15
hilang berhati2
Terjadinya Karena tidak Memastikan seluruh petugas kesehatan 5 5 5 15
kecelakaan kerja menggunakan APD menggunakan APD sesuai dengan panduan
(Insiden tertusuk sesuai dengan kewaspadaan standar dan panduan PPI
jarum bekas pakal, paduan
paparan dengan luka kewaspadaan
terbuka atau cairan standar
tubuh pasien) dan panduan PPI
4 Puskesmas Kesalahan diagnosis Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
keliling pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Kesalahan Kareria petugas Petugas melakukan ricek dan identifikasi ulang. 5 5 5 15

39
identifikasi tidak melalukan
pasien/salah orang pengecekan
identitas uang.
Kesalahan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
pemberian pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
terapi petugas untuk melanjutkan pendidikan
kesehatan tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 5 4 4 13
petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Kesalahan Karena petugas Melakukan pengecekan ulang terhadap identitas 5 4 4 13
pemberian tidak pasien dikertas resep
resep melalukan
pengecekan
identitas ulang
dikertas
resep sebelum
memberikan resep
pengobatan.
Hasil Pengobatan Kurangnya Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan 5 4 4 13
tidak sesuai dengan pengetahuan melalui seminar dan pelatihan atau menugaskan
40
harapan petugas kesehatan untuk melanjutkan pendidikan
tentang
perkembangan ilmu
terbaru
Ketidak patuhan Membuat sanksi bagi petugas yang tidak patuh 4 3 4 13
Petugas kesehatan terhadap SOP yang berlaku
Terhadap SOP dan
panduan yang
berlaku
Ketidak patuhan Melakukan konseling berobat pada pasien 4 3 4 11
pasien terhadap terutama pada pasien yang mengkonsumsi obat
intruksi pengobatan dalam jangka waktu yang sama.
Kompilkasi akibat Petugas kesehatan Mengerjakan pengobatan dan tindakan lain 4 4 4
pengobatan dan mengerjakan sesuai dengan SOP
tindakan prosedur
medis pengobatan dan
tindakan tidak
sesuai dengan SOP
Kurangnya informasi Memberikan informasi yang jelas kepada pasien 4 3 5
mengenai resiko mengenai resiko pengobatan atau tindakan.
tindakan dan
pengobatan kepada
pasien.
Ketidak patuhan Melakukan konseling kepada pasien tentang
pasien terhadap resiko dan tindakan pengobatan dan memastikan
41
intruksi pengobatan pasien mematuhi intruksi pengobatan

d. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan dilakukan monitoring terhadap tindakan
perbaikan, setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas puskesmas lainnya serta
dievaluasi dan dimonitoring pelaksanaannya

42
D. RESIKO TERHADAP ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
1. Definisi
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan / pengelolaan sumberdaya. Strategi yang
dapat diambi antaca lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari
risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentuuntuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambd antara lain adalah
memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif
risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu

2. Ruang Lingkup Manajemen Resiko Terhadap Administrasi dan Manajemen


Lingkup penerapan manajemen risiko terhadap administrasi dan manajemen di
Puskesmas Ariodillah meliputi:
1. Risiko terhadap keuangan
2. Risiko terhadap kepegawaian
3. Risiko terhadap rumah tanggal inventaris
4. Risiko terhadap sistem informasi Puskesmas

3. Penerapan Manajemen Resiko Terhadap Administrasi dan Manajemen


a. Identifikasi Masalah
Risiko masalah yang dapat timbul terhadap administrasi dan manajemen:
Kegiatan Risiko
Keuangan - Kehilangan
- Selisih
Kepegawaian - Terlambat naik pangkat
- Disiplin pegawai
Rumah tangga/ - Rusak, hilang
inventaris - Tidak tercatat
Sistem informasi - Mati lampu
Puskesmas - Jaringan Internet tidak lancar

43
b. Analisis risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu. Analisis
risiko dilakukan dengan metode USG:

Metode USG
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun urutan
prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 - 5 atau 1 – 10 lsu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, pengertian
urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
• Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.

• Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu
dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan
masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang
berdiri sendiri.

• Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan
urgensi dan masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
berkembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
g) Urgensy atau urgensi, yaitu dilihat dan tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
h) Seriousness atau tingkat keseriusan dan masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktilitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak.

44
i) Growth atau tngkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehngga sulit untuk dicegah.

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan


apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada, serta hal yang sangat
dipentingkan adalah aspek yang ada masyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri.
Contoh matriks pemecahan masalah dengan metode USG (urgency, seriousness,
growth)
No Masalah U S G Total
1 Masalah A 5 3 3 11
2 Masalah B 4 4 4 12
3 Masalah C 3 5 5 13
Keterangan : berdasarkan skala likert 1-5 (5 = sangat besar, 4 besar,
3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil)

c. Evaluasi risiko
Risiko yang teridentifikasi dianalisa menggunakan formulir USG dan anahsis penyebab
dengan menggunakan metode RCA (Root Caused Analysis). Tingkat risiko yang memiliki
nilai yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah. Identifikasi
risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.

45
46
No Program Masalah/Kebutuhan Penyebab Masalah Alternatif Solusi SKOR
U S G
1 Keuangan - Kehilangan Tidak adanya Membeli brangkas 5 5 5 15
tempat
penyimpanan uang
atau brangkas
- Selisih Kurang teliti dalam Petugas harus lebih teliti menggunakan aplikasi 3 5 3 11
pencatatan atau akuntansi
perhitungan
2 Kepegawaian - Terlambat naik Belum adanya Membuat jadwal kenaikan pangkat 4 4 4 12
pangkat pencatatan
penjadwalan
kenaikan pangkat
- Disiplin pegawai Banyak aspek Memberikan reward untuk karyawan yang 4 4 3 11
disiplin pegawai, kinerjanya baik
meliputi kehadiran,
disiplin pegawai
yang terkadang
dilanggar
3 Rumah - Rusak, hilang Kurangnya system Mengusulkan penjagaan satpol PP 3 3 3 9
tangga/inventaris pengamanan
- Tidak tercatat Kurang teliti dalam Membagi tanggung jawab inventars di tiap 3 3 3 9
pencatatan, barang unit/poli
yang sangat banyak

47
4 Sistem informasi - Mati lampu Aliran listrik mati. Merencanakan pembelian genset 5 5 4 14
Puskesmas Belum mempunyai
genset
- Jaringan internet Gangguan jaringan Maintenance segera 5 3 3 11
yang tidak lancar internal

d. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan dilakukan monitoring terhadap tindakan
perbaikan, setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas puskesmas lainnya serta
dievaluasi dan dimonitoring pelaksanaannya

48
BAB III
PENUTUP

Desain program manajemen risiko adalah untuk mengurangi mortality dan morbidity,
dengan memperbaiki pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien sedera atau kecacatan terkait keselamatan
pasien.

Disahkan,
Plt. Kepala Puskesmas Ariodillah

dr.Martina Mudjitaba
NIP. 196309051990032002

49

Anda mungkin juga menyukai